Skip to content

Keluarnya Ya’juj wa Ma’juj

28 July 2011

(Transkrip Ceramah AQI 140408)

TANDA QIYAMAH KUBRO (KIAMAT BESAR) : YA’JUJ WA MA’JUJ

Oleh:  Ustadz Achmad  Rofi’i, Lc.

 

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allõh سبحانه وتعالى,

Setelah pada beberapa kali pertemuan lalu, kita membahas tentang Imãm Mahdi, tentang turunnya Dajjal, dan tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, maka berikut ini kita akan membahas tentang Ya’juj wa Ma’juj. Bahasan ini tidak kalah penting, karena juga akan menjadi Fitnah Besar bagi kaum muslimin di akhir zaman.

Dari Kitab “Asyrõtussã’ah” (Tanda-Tanda Hari Kiamat) tentang Ya’juj wa Ma’juj akan dibahas berbagai perkara, yaitu:

1) Mengenal apa itu Ya’juj wa Ma’juj, sampai dengan penamaannya,
2) Nasabnya,
3) Dalil-dalilnya,
4) Bagaimana ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamã’ah meyakini atas masalah Ya’juj wa Ma’juj,
5) Dimana dan kapan Ya’juj wa Ma’juj akan muncul,
6) Apakah mereka sekarang sudah ada,
7) Bahaya mengingkari Ya’juj wa Ma’juj,
8) Keadaan manusia setelah munculnya Ya’juj wa Ma’juj.

1) Mengenal Ya’juj wa Ma’juj

Menurut pendapat para ‘Ulama Ahlus Sunnah, bahwa istilah Ya’juj wa Ma’juj bisa dibaca dengan dua cara yaitu: Yãjuj wa Mãjuj (ياجوج وماجوج).

Atau dibaca dengan cara Bacaan ‘Ãsim, yaitu Qirõ’at Hafs ‘an ‘Ãsim: Ya’juj wa Ma’juj (يأجوج ومأجوج), yang biasa dilakukan oleh Jumhur para qõri’at pada umumnya dari Asia, termasuk Indonesia dan Malaysia. Sehingga dalam Al Qur’an pun, menurut Jumhur para ahli Qirõ’at, membacanya adalah seperti tersebut yang terakhir di atas.

Dari mana munculnya kataYa’juj wa Ma’juj”, maka menurut para ‘Ulama Ahlus Sunnah ada dua pendapat:

Pertama, pendapat bahwa istilah (kata) Ya’juj wa Ma’juj bukan kata Arab, melainkan dari luar bahasa Arab, tetapi sudah “di-Arabkan”. Dalam bahasa Arab, yang demikian itu disebut: Ghoir Munsyarif (غير منصرف). Artinya, bahwa kata “Ya’juj wa Ma’juj” bukan dari bahasa Arab.

Tetapi harus kita ketahui, bahwa seluruh kata yang sudah dimasukkan ke dalam Al Qur’an oleh Allõh سبحانه وتعالى melalui firman-Nya, maka itu disebut Mu’arrobah (معربة) (– sudah dimasukkan ke dalam bahasa Arab –), lalu itu disebut “Ghoir Munsyarif”.

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj wa Ma’juj” berasal dari kata Arab, dan bisa ditelusuri kronologis dari kata tersebut. Diantara mereka ada yang menyarikan dan mencarikan, lalu kata mereka: Kata “Ya’juj wa Ma’juj” berasal dari kata “Ajĩj (Ajĩju an nãr) (أجيج النر)” – “Ajĩj” artinya: “Api yang sedang bergejolak dan berbunyi meledak-ledak”, disebut “Iltihab (لهب والتهاب)”. Ujung api yang yang menjilat-jilat sedang bergejolak disebut: “Lahab (لهب)”.

Menurut ‘Ulama Bahasa Arab yang lain, “Ya’juj” berasal dari kata “Ajaj” (أجج), artinya: “Air yang sangat asin”.

Ada lagi ‘Ulama yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj” berasal dari kata ‘”Ajja (أجّ)”, artinya: “Musuh yang sangat cepat, tangkas, gesit”.

Ada lagi ‘Ulama yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj” berasal dari kata “Ajjatu (أجت)” atau Ajjatun (أجة) – Ajjah (أجه), artinya: “Bercampur dan bergoncang”.

Manakah yang benar dari dua pendapat diatas, ternyata pendapat kedua yang mengatakan bahwa “Ya’juj wa Ma’jujberasal dari Bahasa Arab adalah lebih kuat.

Hal ini adalah sesuai dengan firman Allõh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 94 :

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً

Artinya:
“Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?

Maka “Ya’juj wa Ma’juj’ adalah makhluk Allõh سبحانه وتعالى, tidak bisa dikatakan dengan kata lain, yang Allõh سبحانه وتعالى jadikan sebagai Fitnah bagi manusia yang hidup di akhir zaman, sebagai tanda bahwa Hari Kiamat semakin segera terjadi, dan mereka ternyata keluar dari antara dua bukit, mereka terbendung di dalamnya, mereka akan keluar jika Allõh سبحانه وتعالى sudah menentukan waktunya.

2) Nasab dari Ya’juj wa Ma’juj

Menurut penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah, Ya’juj wa Ma’juj adalah keturunan Nabi Adam عليه السلام. Berarti mereka adalah manusia. Kakeknya bernama Yafits bin Nuh. Sedangkan Nabi Nuh عليه السلام adalah keturunan Nabi Adam عليه السلام. Antara Nabi Nuh عليه السلام dan Nabi Adam عليه السلام adalah sekian generasi, dan Nabi Nuh عليه السلام mempunyai anak bernama Yafits.

Berikut ini adalah penjelasan dari Al Imãm Al Hakim dalam Kitab “Al Mustadrok” no: 8607 bahwa:

وأخرج الحاكم وبن مردويه من طريق عبد الله بن عمرو ان يأجوج ومأجوج من عن بن عباس يأجوج ومأجوج شبرا شبرا وشبرين شبرين وأطولهم ثلاثة أشبار وهم من ولد آدم

Artinya:
Dari ‘Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنه, ia berkata, “Ya’juj wa Ma’juj adalah sejengkal, dua jengkal dan tiga jengkal (– tingginya – pent.) dan mereka adalah dari turunan ‘Adam عليه السلام.”

Sedangkan menurut Al Imãm Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله dalam Kitab beliau berjudul “Fathul Bãri 13/106, dan beliau menyebutkan bahwa dalam sanad-nya terdapat kelemahan, adalah sebagai berikut:

ولد لنوح سام وحام ويافث فولد لسام العرب وفارس والروم وولد لحام القبط والبربر والسودان وولد ليافث يأجوج ومأجوج والترك والصقالية وفي سنده ضعف الفتح 13/ 106

Artinya:
Nabi Nuh عليه السلام dikaruniai putra bernama Sãm, dan Hãm, dan Yãfits; dari Sãm lahirlah bangsa Arab, Persia dan Romawi, dari Hãm lahirlah bangsa Qibthi, Barbar dan Sudan; dan dari Yãfits lahirlah Ya’juj wa Ma’juj, Turki dan Soqõliyah.”

Berarti, Ya’juj wa Ma’juj adalah manusia, dan mereka saat ini dikepung oleh dua bukit, dan menurut Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم mereka itu sekarang sudah ada.

Dalam Hadits Shohĩh diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhõry no: 4741, dari Shohabat Abu Sã’id Al Khudry رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:

اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا آدَمُ يَقُولُ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيُنَادَى بِصَوْتٍ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إِلَى النَّارِ قَالَ يَا رَبِّ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ – أُرَاهُ قَالَ – تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَامِلُ حَمْلَهَا وَيَشِيبُ الْوَلِيدُ {وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ} فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ ثمَّ أَنْتُمْ فِي النَّاسِ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَبْيَضِ ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا

Artinya:
Allõh pada Hari Kiamat akan berfirman kepada Adam عليه السلام: “Wahai Adam.”
Lalu Adam عليه السلام menjawab, “Labbaika wa sa’daika wahai Robb kami.”
Kemudian terdapat seruan yang menyerukan dengan suara, “Sesungguhnya Allõh سبحانه وتعالى memerintahkanmu agar mengeluarkan dari turunanmu utusan untuk masuk ke dalam api neraka.”
Kata Nabi Adam عليه السلام: “Ya Allõh, apa yang dimaksud dengan utusan menuju ke neraka itu?
Allõh سبحانه وتعالى menjawab: “Dari setiap seribu, ada 999 ke neraka dan satu ke surga. Pada saat itu, orang yang hamil akan melahirkan kandungannya dan anak kecil akan beruban. Kamu akan melihat bahwa manusia berada dalam keadaan mabuk (kalang-kabut, kacau), padahal mereka bukan orang mabuk, karena mereka melihat adzab Allõh yang sangat dahsyat.”
Maka yang demikian itu menyebabkan para Shohabat merasa kesulitan dan wajah mereka berubah.
Maka Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Dari Ya’juj wa Ma’juj 999 dan 1 dari kalian. Adapun kalian ditengah-tengah manusia bagaikan rambut hitam dalam bulu singa yang putih atau bulu putih dalam bulu harimau yang hitam. Dan sungguh aku berharap dari kalian menjadi ¼ penghuni surga.”
Maka kami bertakbir.
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan 1/3.”
Maka kami bertakbir.
Kemudian Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan ½ penghuni surga.”
Maka kami pun bertakbir.”

Dalam keadaan seperti itu, digambarkan oleh Allõh سبحانه وتعالى, bahwa manusia ketika Hari Kiamat akan seperti orang yang mabuk, tidak sadar, sampai-sampai orang yang sedang hamil mendadak melahirkan bayinya dan anak yang masih bayi kepalanya sudah beruban. Hal itu karena betapa amat sangat dahsyatnya kejadian pada Hari Kiamat tersebut.

Oleh karena itu, kita harus takut kepada Allõh سبحانه وتعالى agar tidak mengalami kedahsyatan seperti itu. Marilah kita antisipasi sejauh mungkin, agar Allõh سبحانه وتعالى melindungi kita dari adzab (siksa) seperti digambarkan diatas.

Dalam Hadits diatas selanjutnya dikatakan:

فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ

Artinya:
Maka yang demikian itu menyebabkan para Shohabat merasa kesulitan dan wajah mereka berubah (– ketakutan – pent.).
Maka Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Dari Ya’juj wa Ma’juj 999 dan 1 dari kalian…

Maka kalau dilihat dari perbandingannya (999 : 1), yang akan dimasukkan ke dalam neraka oleh Allõh سبحانه وتعالى adalah 999 dari kalangan Ya’juj wa Ma’juj, sedangkan yang masuk ke surga adalah 1 (satu). Itulah yang difirmankan oleh Allõh سبحانه وتعالى kepada Nabi Adam عليه السلام.

Hal ini menunjukkan bahwa nasab-nya Ya’juj wa Ma’juj adalah dari keturunan Nabi Adam عليه السلام. Berarti, menurut Hadits yang Shohĩh (sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhõry diatas), maka Ya’juj wa Ma’juj itu adalah dari kalangan anak-cucu Nabi Adam عليه السلام, atau juga keturunan manusia.

3) Dalil-dalil akan munculnya Ya’juj wa Ma’juj

Tentang akan terjadi dan munculnya Ya’juj wa Majuj banyak dalil dari Al Qur’an maupun Sunnah Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم. Antara lain adalah :

Dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 93 – 99 :

Ayat 93 :

حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْماً لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً ﴿٩٣

Artinya:
Hingga apabila dia telah sampai diantara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.”

Ayat 94 :

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً ﴿٩٤

Artinya:
Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?

Keterangan ‘Ulama Ahlus Sunnah atas ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Bahwa ada dua buah gunung dan di antara dua gunung itu dibuat tembok (bendungan) sampai di atas puncak gunung itu dan dibuatkan pula pagar besi untuk mengurung Ya’juj wa Majuj. Dan itu merupakan kekuasaan Allõh سبحانه وتعالى.”

Entah apakah sekarang sudah ditemukan bendungan itu ataukah belum; kita tetap harus meyakini (beriman) kepada kebenaran firman Allõh سبحانه وتعالى tersebut.

Ayat 95 :

قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْماً ﴿٩٥

Artinya:
Dzulqarnain berkata:Apa yang telah dikuasakan oleh Robb-ku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.”

Ayat 96 :

آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَاراً قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْراً ﴿٩٦

Artinya:
Berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain:Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata:Berilah aku tembaga (yang mendidih), agar kutuangkan ke atas besi panas itu.

Ayat 97 :

فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْباً ﴿٩٧

Artinya:
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.”

Ayat 98 :

قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَاء وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاء وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً ﴿٩٨

Artinya:
Dzulqarnain berkata:Ini (dinding) adalah rahmat dari Robb-ku, maka apabila sudah datang janji Robb-ku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Robb-ku itu adalah benar”.”

Ayat 99 :

وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعاً ﴿٩٩

Artinya:
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.”

Maka berdasarkan ayat-ayat tersebut, Ya’juj wa Ma’juj sekarang ini sedang dalam posisi terkurung, mereka tidak bisa keluar dari kurungan tersebut. Tetapi ada lobang di dinding kurungan itu dan lobang itu setiap hari bertambah besar, tetapi Ya’juj wa Ma’juj itu belum bisa keluar. Keluarnya mereka itu adalah kelak, apabila telah datang janji Allõh سبحانه وتعالى. Kalau janji itu belum datang, maka mereka tidak akan bisa keluar.

Dalil berikutnya adalah pada Al Qur’an Surat Al Anbiyaa’ (21) ayat 96 – 97 :

حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ ﴿٩٦﴾ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ ﴿٩٧

Artinya:
(96) “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”
(97) “Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kãfir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzolim.”

Dalam Hadits riwayat Al Imãm Al Bukhõry no: 3346 dan Al Imãm Muslim no: 2880, dari Ummu Habibah bintu Abi Sofyan رضي الله عنها, dari Zainab bintu Jahsy رضي الله عنها (isteri Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم), berkata bahwa suatu hari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم memasuki rumah, beliau kemudian bersabda:

عن أم حبيبة عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ – رضى الله عنهن أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا قَالَتْ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخُبْثُ

Artinya:
Lã ilaha illallõh” (tidak ada yang berhak di-ibadahi kecuali Allõh سبحانه وتعالى), celakalah bagi orang Arab dari suatu kejahatan, telah semakin mendekat hari ini, telah dibuka lobang Ya’juj wa Ma’juj selebar ini.”
Sambil beliau membuat bulatan dengan ibu jari dan telunjuk beliau صلى الله عليه وسلم.
Kemudian isteri beliau صلى الله عليه وسلم (Zainab bintu Jahsy رضي الله عنها) berkata: “Wahai Rosũlullõh, apakah mungkin Allõh akan membinasakan kita, padahal di tengah-tengah kita ini banyak orang-orang shõlih?”.
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Ya, akan dibinasakan kalau di tengah-tengah kalian semakin banyak perbuatan ma’shiyat dan perbuatan merusak”.

Berdasarkan hadits tersebut, maka janganlah lalu kita mengatakan bahwa: “Indonesia adalah negara dimana mayoritas penduduknya adalah kaum muslimin, tetapi mengapa Allõh سبحانه وتعالى masih juga mendatangkan musibah? Bukankah ini ummat-Nya? Apakah Allõh سبحانه وتعالى tidak sayang kepada mereka?

Hadits tersebut itu lah merupakan jawabannya. Bahwa Zainab رضي الله عنها sendiri pun pernah bertanya kepada Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم tentang hal semacam itu.

Jadi jika kemunkaran itu telah semakin menyebar ditengah-tengah orang shõlih, lalu siapakah yang bertanggungjawab pada saat seperti itu? Keadaan semakin pelik dan rumit, karena syaithõn bersembunyi, ia tidak mau bertanggungjawab. Orang-orang yang mengaku sebagai wakilnya syaithõn juga mengelak untuk bertanggungjawab. Semua pihak pada masa itu saling salah-menyalahkan. Pihak yang satu menyalahkan pihak yang lainnya. Yang ada adalah semuanya saling menjerumuskan satu sama lainnya. Maka hendaknya kita tidak boleh terlena, hendaknya kita tersadar bahwa kema’shiyatan itu jika ia sudah menyebar dan tumbuh tak terkendali, serta ada yang mempeloporinya maka kita harus berusaha untuk menumpasnya semaksimal mungkin. Karena akibatnya akan menimpa kepada kita juga. Jadi orang-orang shõlih pun akan turut dibinasakan oleh Allõh سبحانه وتعالى apabila perbuatan ma’shiyat telah menyebar dimana-mana. Na’ũdzu billãhi min dzãlik ! Inilah pentingnya kaum Muslimin berpartisipasi dalam Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Jangan diam saja melihat kemungkaran merebak dimana-mana. Ingatlah kepada Hadits diatas. Apabila kemungkaran didiamkan, maka orang-orang shõlih pun akan turut merasakan akibatnya, ia pun turut dibinasakan oleh Allõh سبحانه وتعالى.

Hadits tersebut diatas menjelaskan kepada kita bahwa lobang keluarnya Ya’juj wa Ma’juj pada zaman Rosũlullõh (1429 tahun lalu) sudah dibuka oleh Allõh سبحانه وتعالى, dan lobang itu sudah sebesar lingkaran dari ibu jari dan telunjuk. Mungkin sekarang sudah semakin besar dan suatu saat nanti mereka akan bisa keluar dari lobang tersebut, maka itulah jadwalnya Ya’juj wa Ma’juj keluar.

Ada lagi berikut ini, sebuah hadits yang panjang. Dalam Hadits Shohĩh Riwayat Al Imãm Muslim no: 2937, dari Shohabat An Nuwwas bin Sam’an رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:

… فبينما هو كذلك إذ بعث الله المسيح ابن مريم فينزل عند المنارة البيضاء شرقي دمشق بين مهرودتين واضعا كفيه على أجنحة ملكين إذا طأطأ رأسه قطر وإذا رفعه تحدر منه جمان كاللؤلؤ فلا يحل لكافر يجد ريح نفسه إلا مات ونفسه ينتهي حيث ينتهي طرفه فيطلبه حتى يدركه بباب لد فيقتله ثم يأتي عيسى ابن مريم قوم قد عصمهم الله منه فيمسح عن وجوههم ويحدثهم بدرجاتهم في الجنة فبينما هو كذلك إذ أوحى الله إلى عيسى إني قد أخرجت عبادا لي لا يدان لأحد بقتالهم فحرز عبادي إلى الطور ويبعث الله يأجوج ومأجوج وهم من كل حدب ينسلون فيمر أوائلهم على بحيرة طبرية فيشربون ما فيها ويمر آخرهم فيقولون لقد كان بهذه مرة ماء ويحصر نبي الله عيسى وأصحابه حتى يكون رأس الثور لأحدهم خيرا من مائة دينار لأحدكم اليوم فيرغب نبي الله عيسى وأصحابه فيرسل الله عليهم النغف في رقابهم فيصبحون فرسى كموت نفس واحدة ثم يهبط نبي الله عيسى وأصحابه إلى الأرض فلا يجدون في الأرض موضع شبر إلا ملأه زهمهم ونتنهم فيرغب نبي الله عيسى وأصحابه إلى الله فيرسل الله طيرا كأعناق البخت فتحملهم فتطرحهم حيث شاء الله ثم يرسل الله مطرا لا يكن منه بيت مدر ولا وبر فيغسل الأرض حتى يتركها كالزلفة …

Artinya:
Kemudian ‘Isa bin Maryam عليه السلام mendatangi suatu kaum yang dilindungi oleh Allõh سبحانه وتعالى dari Dajjal, lalu ‘Isa bin Maryam عليه السلام mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai derajat mereka di surga. Ketika ‘Isa bin Maryam عليه السلام dalam keadaan begitu, Allõh سبحانه وتعالى mewahyukan kepadanya, “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak terkalahkan oleh siapa pun. Karena itu selamatkanlah hamba-hamba-Ku yang shõlih ke bukit.”
Kemudian Allõh سبحانه وتعالى mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj (mereka turun ke segala penjuru dari tempat yang tinggi (Al Anbiyã’ ayat 96). Kelompok mereka yang pertama kali melewati telaga Thabariyyah / Thiber, kemudian mereka meminum airnya hingga habis. Kelompok mereka yang akhir lewat pula, lalu mereka mengatakan, “Sungguh di tempat ini dulu ada air.”
Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya terkepung, sehingga pada saat itu sebuah kepala sapi lebih berharga bagi mereka daripada uang seratus dinar sekarang ini. Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام dan para Shohabatnya berdo’a agar Allõh سبحانه وتعالى menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj beserta pengikutnya. Lalu Allõh menimpakan kepada mereka penyakit hidung seperti yang melanda hewan, sehingga mereka mati semuanya.
Kemudian Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya tiba di suatu tempat di bumi. Mereka tidaklah mendapati sejengkal tanah melainkan penuh dengan bangkai-bangkai busuk, maka Nabi ‘Isa عليه السلام dan para pengikutnya berdo’a kepada Allõh Azza Wa Jalla. Sehingga, Allõh mengutus burung-burung sebesar punuk onta yang membawa bangkai-bangkai manusia tersebut, untuk dibuang di tempat yang dikehendaki oleh Allõh Azza Wa Jalla.
Kemudian Allõh menurunkan hujan yang menyirami setiap rumah di kota dan di desa, sehingga bumi menjadi bersih setelah tersiram hujan….”

Dalam riwayat lain yaitu dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2937, dari Shohabat An Nuwas bin Sam’an رضي الله عنه, diberitakan sebagai berikut :

لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْخَمَرِ وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِى الأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِى السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا ». وَفِى رِوَايَةِ ابْنِ حُجْرٍ « فَإِنِّى قَدْ أَنْزَلْتُ عِبَادًا لِى لاَ يَدَىْ لأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ

Artinya:
Sungguh dulunya disini ada airnya.”
Mereka (– Ya’juj wa Ma’juj – pent. –) berjalan hingga sampai ke gunung Khomar, gunung di Baitul Maqdis, lalu mereka berkata:Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, ayo kita bunuh yang ada di langit.”
Maka mereka pun melemparkan panah mereka ke langit, lalu Allõh سبحانه وتعالى membalikkan panah mereka dengan berwarna merah darah.
Dan disebutkan dalam riwayat Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله: “Sesungguhnya Aku (– Allõh – pent.) telah menurunkan makhluq, yang tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka.”

Itulah sekian banyak dalil yang bisa disampaikan, bahwa ada Ya’juj wa Ma’juj. Mereka berasal dari manusia, fitnahnya sangat besar, sangat merusak, dan sekarang sudah hidup di dalam suatu kurungan. Lobang dinding kurungannya itu sekarang sudah besar, bahkan pada zaman Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم lobangnya sudah sebesar lingkaran antara ibu jari dan telunjuk. Sekarang tinggal menunggu waktunya saja. Mereka akan keluar apabila Allõh سبحانه وتعالى sudah menghendakinya, yakni ketika mendekati Hari Kiamat.

Itulah keterangan Al Qur’an dan Hadits tentang Ya’juj wa Majuj, kita tidak boleh ragu atas kebenaran akan munculnya Ya’juj wa Ma’juj. Karena siapa yang mengingkarinya, berarti ingkar terhadap Al Qur’an dan ingkar terhadap Sunnah yang shohĩh.

4) Bagaimana ‘Ulama Ahlus Sunnah meyakininya

Para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamã’ah mengatakan: Wajib hukumnya mengimani apa saja yang diberitakan oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang shohĩh periwayatannya dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم itu. Entah apakah hal itu bisa kita saksikan ataukah tidak bisa kita saksikan. Semua berita dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم adalah benar adanya. Apakah hal itu, kita bisa mencernanya dengan akal ataukah tidak. Meskipun kita tidak bisa mendalami hakikat maknanya, sebagaimana riwayat tentang Isro’ wal Mi’roj, tetap wajib bagi kita untuk meng-imaninya.

Kata beliau seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamã’ah yakni Al Imãm Ibnu Qudamah رحمه الله, “Walaupun kita tidak bisa mencerna dengan akal kita, kalau berita itu sudah shohĩh (sampai kepada kita), maka kita wajib meng-imaninya.”

Sampai pada perkataan beliau Al Imãm Ibnu Qudamah رحمه الله: “Diantaranya juga tentang Tanda Hari Kiamat, seperti keluarnya Dajjal. Dajjal itu akan keluar ke permukaan bumi, bisa kita terima dengan akal ataukah tidak, kita harus percaya dan meng-imaninya bahwa Tanda-tanda itu akan terjadi. Demikian pula turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, yang dulu oleh Allõh سبحانه وتعالى belum dimatikan kemudian diangkat ke langit, maka suatu hari kelak akan diturunkan kembali ke bumi oleh Allõh سبحانه وتعالى. Akal kita bisa mencernanya ataukah tidak, semuanya itu harus kita imani karena dalilnya benar dan semua itu dari Allõh سبحانه وتعالى. Begitu pula berita tentang munculnya Ya’juj wa Ma’juj.

Ini bertalian dengan perkataan beliau sebelumnya bahwa apakah kita bisa mencernanya dengan akal ataukah tidak, kita bisa menyaksikannya ataukah tidak, namun kalau itu berasal dari apa yang diberitakan oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka kita wajib membenarkannya. Demikian itulah menurut Al Imãm Ibnu Qudamah رحمه الله dalam Kitab “Lum’atul I’tiqõdhalaman 30.

Adalah ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamã’ah lainnya yang bernama Al Qodhi ‘Iyyãdh رحمه الله dalam Kitab “Ikmãlul Mu’allim6/115-116 mengatakan sebagai berikut: “Hadits yang memberitakan tentang Ya’juj wa Ma’juj, maka berita ini harus kita sikapi dengan yang sebenarnya. Wajib bagi kita mengimaninya, karena keluarnya Ya’juj wa Ma’juj itu adalah bagian dari Tanda Hari Kiamat. Telah terdapat berita tentang mereka, tidak seorangpun bisa membantah, menyaingi atau meng-counter kepada kerusakan yang ditimbulkan oleh Ya’juj wa Ma’juj, dari banyaknya jumlah mereka. Lalu mereka akan mengejar orang-orang yang bersama Nabi ‘Isa عليه السلام, yang selamat dari Dajjal. Kemudian Nabi ‘Isa عليه السلام berdoa kepada Allõh سبحانه وتعالى agar mereka semuanya binasa, lalu Allõh سبحانه وتعالى mengirimkan ulat-ulat lalu Ya’juj wa Ma’juj mati, menjadi bangkai meninggalkan bau busuk di atas kulit bumi. Lalu Nabi ‘Isa عليه السلام dan para sahabatnya berdo’a kepada Allõh سبحانه وتعالى, lalu Allõh سبحانه وتعالى mengirim beribu-ribu burung yang memindahkan bangkai itu ketempat yang dikehendaki-Nya.”

Juga ‘Ulama Ahlus Sunnah Al Imãm As Safãrĩny رحمه الله dalam Kitabnya “Lawãmi’ul Al Anwãr2/116, beliau mengatakan: “Bahwa akan keluarnya Ya’juj wa Ma’juj dari balik bendungan itu terhadap manusia adalah benar. Karena yang demikian itu terdapat dalam Al Qur’an dan berita dari Nabi صلى الله عليه وسلم, walaupun tidak bisa dicerna oleh akal, tetapi manusia wajib meyakininya.”

5) Tempat munculnya Ya’juj wa Ma’juj

Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 93 – 99 seperti disebutkan diatas, sekarang mereka (Ya’juj wa Ma’juj) itu masih terkurung dalam apa yang telah diperbuat oleh Dzulqarnain sejak zamannya, dan sampai sekarang belum ada yang menemukan tempat (lokasinya) karena memang belum saatnya. Tetapi bila sudah sampai saatnya, tentu akan terjadi seperti di firmankan oleh Allõh سبحانه وتعالى dalam surat tersebut.

Kalau sudah sampai saatnya, seperti disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 90:

حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتْراً

Artinya:
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.”

Menurut Al Imãm Ibnu Katsĩr رحمه الله, “sebelah timur” itu dimana adalah tidak dijelaskan, maka serahkan saja kepada Allõh سبحانه وتعالى.

6) Waktu munculnya Ya’juj wa Ma’juj

Dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 98 – 99 Allõh سبحانه وتعالى berfirman :

قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَاء وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاء وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً ﴿٩٨﴾ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعاً ﴿٩٩

Artinya:
(98) “Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Robb-ku, maka apabila sudah datang janji Robb-ku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Robb-ku itu adalah benar”.
(99) Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.”

Jadi akan terjadi beberapa tahapan yaitu:
a) Munculnya Dajjal,
b) Datangnya Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام untuk membunuh Dajjal, sehingga Dajjal pun mati,
c) Nabi ‘Isa عليه السلام hidup bersama para Shohabatnya, dan kaum muslimin yang selamat daripada Dajjal,
d) Muncullah Ya’juj wa Ma’juj,
e) Ya’juj wa Ma’juj juga dibinasakan oleh Allõh سبحانه وتعالى,
f) Terjadi tiupan Sangkakala oleh Malaikat Isrofil,
g) Terjadilah Kiamat.

7) Lobang Ya’juj wa Ma’juj yang disebut-sebut dalam Al Qur’an sekarang berada di mana? Sekarang sudah ada atau belum?

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imãm At Turmudzy no: 3153 dan di-shohĩhkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menjelaskan tentang bendungan (dinding) dimana Ya’juj wa Ma’juj tersebut dikurung. Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda :

أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم في السد قال يحفرونه كل يوم حتى إذا كادوا يخرقونه قال الذي عليهم ارجعوا فستخرقونه غدا فيعيده الله كأشد ما كان حتى إذا بلغ مدتهم وأراد الله أن يبعثهم على الناس قال للذي عليهم ارجعوا فستخرقونه غدا إن شاء الله واستثنى قال فيرجعون فيجدونه كهيئته حين تركوه فيخرقونه فيخرجون على الناس فيستقون المياه ويفر الناس منهم فيرمون بسهامهم في السماء فترجع مخضبة بالدماء فيقولون قهرنا من في الأرض وعلونا من في السماء قسرا وعلوا فيبعث الله عليهم نغفا في أقفائهم فيهلكون فو الذي نفس محمد بيده إن دواب الأرض تسمن وتبطر وتشكر شكرا من لحومهم

Artinya:
Mereka itu setiap hari menggali lobang, ketika hampir terjadi lobang, kata mereka yang ada diatasnya:Pulanglah, besok lagi kita kerjakan.”
Lalu Allõh kembalikan lobang itu lebih daripada keadaan semula, sehingga jika sampai waktu mereka dan Allõh menghendaki untuk membangkitkan mereka pada manusia, berkatalah orang yang tadi mengatakanPulanglah, besok lagi kita kerjakan, in syã Allõh.”
Maka mereka pun kembali serta menemui lobang itu seperti keadaan ketika mereka tinggalkan. Kemudian mereka (Ya’juj wa Ma’juj) melobanginya lagi, sehingga mereka dapat keluar dan meminum air dan manusia pun ber-larian daripada mereka, lalu Ya’juj wa Ma’juj melempari mereka itu dengan tombak dari langit sehingga tombak itu berlumuran darah dan berkata,Kita telah berhasil mengalahkan penghuni bumi, sebagaimana kita telah berhasil menaklukkan yang di langit.” Ungkap mereka dengan sombongnya.
Sehingga Allõh سبحانه وتعالى kirimkan pada mereka ulat-ulat sehingga membinasakan semua Ya’juj wa Ma’juj.
Maka demi yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya binatang bumi (– ulat-ulat — pent.) gemuk, bangga dan bersyukur kepada Allõh سبحانه وتعالى karena daging mereka (– daging Ya’juj wa Ma’juj –).”

Kata Al Imãm Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله tentang hadits tersebut, dalam kitab “Fathul Bãri13/109, beliau menukil perkataan Ibnul ‘Arobi رحمه الله, seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah (– yang dimaksud disini bukanlah Ibnu ‘Arobi, orang Sufi yang meyakini tentang Wihdatul Wujuud, yang jelas-jelas bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jamã’ah. Namun yang dimaksud adalah Al Imãm Ibnul ‘Arobi رحمه الله, beliau adalah orang Yaman, seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamã’ah– pent.), dimana beliau berkata:
Dalam Hadits tersebut terdapat tiga kebesaran Allõh سبحانه وتعالى :
a) Allõh سبحانه وتعالى telah memberikan mereka jalan untuk terus menerus, siang-malam melobangi bendungannya, tetapi tidak berhasil,
b) Allõh سبحانه وتعالى menghalangi akal mereka untuk naik, supaya membuat tangga untuk melewati bendungan itu,
c) Allõh سبحانه وتعالى menghalangi mereka untuk mengatakanIn syã Allõhsampai waktu yang ditentukan oleh Allõh سبحانه وتعالى. Sebab setelah mereka (Ya’juj wa Ma’juj) berkata In syã Allõh”, maka barulah mereka berhasil melobangi dinding tersebut sehingga bisa keluar dari bendungan.
Itu semuanya adalah kehendak Allõh سبحانه وتعالى.”

Demikianlah perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamã’ah.

8) Bahaya mengingkari tentang Ya’juj wa Ma’juj

Ingkar terhadap Ya’juj wa Ma’juj adalah berbahaya, karena berarti sama saja dengan mengingkari firman Allõh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an, dan itu berkonsekuensi dapat terancam murtad (keluar dari Al Islam). Lihatlah firman Allõh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Al An’ãm (6) ayat 66-67 :

Ayat 66:

وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُل لَّسْتُ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ

Artinya:
Dan kaummu mendustakannya (adzab) padahal adzab itu benar adanya. Katakanlah:Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”.”

Ayat 67 :

لِّكُلِّ نَبَإٍ مُّسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Artinya:
Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rosũl-rosũl) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.

Berarti ada sebagian orang yang mendustakan berita tentang Ya’juj wa Ma’juj.

Kemudian dalam Al Qur’an Surat Al Ankabut (29) ayat 47, Allõh سبحانه وتعالى memberikan isyarat :

… وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ ﴿٤٧

Artinya:
“… Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kãfir.”

Berarti kalau dikaitkan dengan ayat tentang Ya’juj wa Ma’juj yang tersebut dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi seperti diatas, dan sudah kita ketahui bahwa haditsnya adalah Shohĩh riwayat Al Imãm Al Bukhoory maupun Al Imãm Muslim, maka jika ada orang yang masih saja mengingkarinya, maka ia telah kãfir. Berarti tidak boleh ada pada diri kita keraguan sedikitpun, kita harus yakin dam meng-imani-nya, karena semua itu bukan urusan akal, melainkan sesuatu yang harus dibenarkan dalam hati kita. Mengingkarinya berarti termasuk bagian konsekuensi keluarnya seseorang dari Al Islam (Murtad).

9) Keadaan manusia setelah Ya’juj wa Ma’juj

Bagaimana keadaan manusia setelah Ya’juj wa Ma’juj adalah sebagaimana diberitakan dalam Hadits Shohĩh Riwayat Al Imãm Muslim no: 2937, dari Shohabat An Nuwwas bin Sam’anرضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ قَالَ ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِى طَائِفَةِ النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا فَقَالَ « مَا شَأْنُكُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِى طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ « غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِى عَلَيْكُمْ إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ وَاللَّهُ خَلِيفَتِى عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِئَةٌ كَأَنِّى أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّأْمِ وَالْعِرَاقِ فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا لَبْثُهُ فِى الأَرْضِ قَالَ « أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِى كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ قَالَ « لاَ اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا إِسْرَاعُهُ فِى الأَرْضِ قَالَ « كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ فَيَأْتِى عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَالأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ ثُمَّ يَأْتِى الْقَوْمَ فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَىْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا أَخْرِجِى كُنُوزَكِ. فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ ثُمَّ يَدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئًا شَبَابًا فَيَضْرِبُهُ بِالسَّيْفِ فَيَقْطَعُهُ جَزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الْغَرَضِ ثُمَّ يَدْعُوهُ فَيُقْبِلُ وَيَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ يَضْحَكُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِىَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأَسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ وَنَفَسُهُ يَنْتَهِى حَيْثُ يَنْتَهِى طَرْفُهُ فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يَأْتِى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى إِنِّى قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِى لاَ يَدَانِ لأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِى إِلَى الطُّورِ. وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ. وَيُحْصَرُ نَبِىُّ اللَّهُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهُمُ النَّغَفَ فِى رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِى الأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ فَيُرْسِلُ اللَّهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلأَرْضِ أَنْبِتِى ثَمَرَتَكِ وَرُدِّى بَرَكَتَكِ. فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ وَيَسْتَظِلُّونَ بِقِحْفِهَا وَيُبَارَكُ فِى الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ الإِبِلِ لَتَكْفِى الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِى الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ لَتَكْفِى الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

Artinya:
Kemudian Allõh سبحانه وتعالى mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj (mereka turun ke segala penjuru dari tempat yang tinggi (Al Anbiyã’ ayat 96). Kelompok mereka yang pertama kali melewati telaga Thabariyyah / Thiber, kemudian mereka meminum airnya hingga habis. Kelompok mereka yang akhir lewat pula, lalu mereka mengatakan, “Sungguh di tempat ini dulu ada air.”
Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya terkepung, sehingga pada saat itu sebuah kepala sapi lebih berharga bagi mereka daripada uang seratus dinar sekarang ini. Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام dan para Shohabatnya berdo’a agar Allõh سبحانه وتعالى menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj beserta pengikutnya. Lalu Allõh menimpakan kepada mereka penyakit hidung seperti yang melanda hewan, sehingga mereka mati semuanya.
Kemudian Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya tiba di suatu tempat di bumi. Mereka tidaklah mendapati sejengkal tanah melainkan penuh dengan bangkai-bangkai busuk, maka Nabi ‘Isa عليه السلام dan para pengikutnya berdo’a kepada Allõh Azza Wa Jalla. Sehingga, Allõh mengutus burung-burung sebesar punuk onta yang membawa bangkai-bangkai manusia tersebut, untuk dibuang di tempat yang dikehendaki oleh Allõh Azza Wa Jalla.
Kemudian Allõh menurunkan hujan yang menyirami setiap rumah di kota dan di desa, sehingga bumi menjadi bersih setelah tersiram hujan.
Lalu diperintahkan kepada bumi, Munculkan buah-buahanmu, dan kembalikan keberkahan-mu!
Pada hari itu sekelompok keluarga bisa kenyang dengan memakan sebuah delima dan bisa berteduh di bawah kulit buah delima. Air susu juga penuh berkah, sehingga susu seekor onta cukup untuk sekelompok orang, susu seekor sapi cukup untuk orang satu kabilah, dan susu seekor kambing cukup untuk orang sekeluarga dekat.
Ketika mereka seperti itu, Allõh mengirimkan angin baik melewati ketiak mereka. Angin tersebut merenggut nyawa setiap mukmin dan muslim, sehingga tinggallah orang-orang yang jahat / jelek yang berhiruk-pikuk bagai hiruk-pikuknya keledai, maka terjadilah kiamat yang menimpa mereka.”

Kalau kita lihat dalam hadits tersebut diatas, ada isyarat bahwa setelah Ya’juj wa Ma’juj musnah, ternyata masih ada kehidupan lagi di bumi. Bahkan setelah itu tanah (bumi) menjadi subur, tumbuhan menjadi hijau, pohon pun menjadi rindang dan orang-orangnya menjadi sejahtera, dan menjadi tidak butuh kepada yang lain, kalau diberi tidak ada yang mau menerima karena harta sudah melimpah di saat itu.

Juga dalam Hadits lain yakni Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2940, dari Shohabat ‘Abdullõh bin ‘Amr رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو وَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ مَا هَذَا الْحَدِيثُ الَّذِى تُحَدِّثُ بِهِ تَقُولُ إِنَّ السَّاعَةَ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا. فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ – أَوْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهُمَا – لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ لاَ أُحَدِّثَ أَحَدًا شَيْئًا أَبَدًا إِنَّمَا قُلْتُ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا عَظِيمًا يُحَرَّقُ الْبَيْتُ وَيَكُونُ وَيَكُونُ ثُمَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِى أُمَّتِى فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ – لاَ أَدْرِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا – فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلاَّ قَبَضَتْهُ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِى كَبَدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ ». قَالَ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِى خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلاَمِ السِّبَاعِ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلاَ تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ وَهُمْ فِى ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِى الصُّورِ فَلاَ يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلاَّ أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا – قَالَ – وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ – قَالَ – فَيَصْعَقُ وَيَصْعَقُ النَّاسُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ اللَّهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ – فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ ثُمَّ يُقَالُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ. وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ – قَالَ – ثُمَّ يُقَالُ أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ فَيُقَالُ مِنْ كَمْ فَيُقَالُ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ – قَالَ – فَذَاكَ يَوْمَ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ

Artinya:
“Dajjal akan keluar di tengah ummatku, lalu dia menetap selama 40 (–‘Abdullooh bin ‘Amr tidak tahu apakah 40 hari, ataukah 40 bulan, ataukah 40 tahun –), kemudian Allõh mengutus ‘Isa bin Maryam عليه السلام yang agaknya mirip dengan Urwah bin Mas’ũd رضي الله عنه. Lalu Dajjal dicarinya, lalu dihancurkannya.
Kemudian selama 7 (tujuh) tahun manusia hidup tenteram tanpa ada permusuhan antara yang satu dengan yang lain.
Setelah itu Allõh Azza wa Jalla mengutus angin dingin dari arah Syam yang merenggut nyawa setiap orang yang di dalam hatinya terdapat kebaikan atau iman seberat zarrah sekalipun. Sehingga, seandainya ada seorang mukmin masuk ke dalam perut gunung, niscaya akan dikejar oleh angin tersebut dan direnggut nyawanya.
Selanjutnya Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Maka tinggallah orang-orang yang jelek yang bertingkah laku bagaikan binatang dan hewan buas, yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Lalu, mereka didatangi oleh syaithõn yang menjelma sebagai manusia. Syaithõn itu bertanya, “Apakah kalian tidak merasa malu?
Kata mereka, “Apa yang kau perintahkan kepada kami?
Maka syaithõn mengajak mereka menyembah berhala, sehingga rizqi mereka melimpah ruah dan kehidupan mereka penuh kenikmatan duniawi.
Setelah itu ditiuplah sangkakala yang mengejutkan setiap orang yang mendengarnya. Orang yang pertama kali mendengarnya adalah seorang laki-laki yang berada di dekat tempat minum ontanya.
Maka orang laki-laki tersebut pingsan, lalu mati. Kemudian disusul oleh semua manusia.
Setelah itu Allõh menurunkan hujan bagai gerimis (atau hujan terus-menerus), sehingga jasad-jasad manusia bermunculan, lalu sangkakala ditiup lagi, tiba-tiba mereka bangkit dan hidup kembali.
Lalu diserukan, “Hai ummat manusia, datanglah untuk menghadap ke hadirat Robb kalian!
Allõh berfirman kepada para malaikat, “Hentikan mereka di tempat pemberhentian, karena mereka akan ditanya!” (Ash Shooffat : 24)
Difirmankan pula kepada para malaikat, “Siapkanlah calon-calon penghuni neraka !
Ditanya kepada Allõh, “Berapa?
Dijawab oleh Alloõh, “Siapkan 999 orang dari tiap 1000 orang.
Sabda Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, “Itulah hari yang bisa membuat anak-anak beruban dan betis pun disingkapkan.”

Semuanya itu adalah berita dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, yang memberitakannya kepada kita semua. Betapa Allõh سبحانه وتعالى menghendaki apa yang terjadi di alam semesta ini. Itulah kekuasaan dari Allõh سبحانه وتعالى, kewajiban kita adalah meng-imani dan meyakini, tidak boleh ada keragu-raguan, dan Ya’juj wa Ma’juj adalah bagian dari Tanda-Tanda Qiyamah Kubro (Kiamat Besar). Beberapa saat lagi setelahnya, barulah akan terjadi Kiamat Besar.

Kesimpulan :

1) Urusan ‘Aqiidah adalah urusan berita / khobar. Yaitu berita dari Allõh سبحانه وتعالى dan dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang harus disikapi dengan Iman. Berbeda dengan urusan ilmu duniawi yang sifatnya harus rasional, harus empiris, harus terbukti dengan diagnosa yang ketat. Maka dalam urusan ‘Aqiidah, jika sudah difirmankan oleh Allõh سبحانه وتعالى dan sudah disabdakan oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, sudah dipahami dan dijelaskan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamã’ah yang mu’tabar (terpercaya), maka tidak boleh bagi kita untuk meragukannya. Entah apakah akal manusia bisa menerimanya atau tidak, karena ini adalah urusan dien.

2) Pelajaran penting dari Ya’juj wa Ma’juj tersebut diatas adalah betapa Allõh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa untuk men-skenario-kan perjalanan kehidupan manusia dan alam semesta di dunia ini. Semuanya itu adalah kehendak Allõh سبحانه وتعالى. Kita tidak boleh memprotes karena Allõh سبحانه وتعالى adalah Penguasa alam semesta. Yang kita bisa lakukan sebagai hamba-Nya adalah apa yang harus kita persiapkan untuk suatu saat dimana kita akan menghadap Allõh سبحانه وتعالى dan mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatan kita selama hidup di dunia ini.

3) Ya’juj wa Ma’juj, Dajjal dan yang lainnya adalah fitnah-fitnah yang sengaja Allõh سبحانه وتعالى ciptakan untuk menjadi fitnah (ujian) bagi kita semua, agar kita semakin meningkat imannya, semakin membaik, serta semakin mendekatkan diri kita kepada Allõh سبحانه وتعالى. Bukan untuk semakin kufur. Karena semua itu seperti dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 7 adalah Ujian semata. Allõh سبحانه وتعالى berfirman:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ﴿٧

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.”.

Demikianlah, mudah-mudahan Allõh سبحانه وتعالى memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, yang amalannya selalu baik dan orang yang selalu mendapatkan Taufiq dan Hidayah dari Allõh سبحانه وتعالى dan mengakhiri hidup kita ini dengan Husnul Khootimah.

TANYA JAWAB :

Pertanyaan:
Apakah keberadaan Ya’juj wa Ma’juj itu sama dengan keberadaan Dajjal, yang bersifat menyeluruh di muka bumi ?

Jawaban:
Benar, bahwa keberadaan Ya’juj wa Ma’juj adalah universal, di seluruh muka bumi. Seperti disebutkan diatas, jumlah mereka dengan manusia berbanding 999 kali (1 : 999). Alhamdulillah, dengan Kekuasaan Allõh سبحانه وتعالى, sejak zaman Dzulqarnain hingga sekarang belum terbuka. Tetapi kelak ketika terbuka, mereka tidak bisa dilawan oleh manusia. Disebutkan di dalam hadits diatas, dalam sabda Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bahwa Ya’juj wa Ma’juj tidak bisa ditandingi dan disaingi, jumlah mereka tidak masuk akal, yaitu 999 berbanding 1. Oleh karena itu kelak akan ada Nabi yang melindunginya, yaitu Nabi ‘Isa عليه السلام, bersama orang-orang yang tersisa akibat terkena Fitnah Dajjal itu, lalu terjadilah 3 proses seperti disebutkan diatas yaitu:
Mereka berdoa lalu Ya’juj wa Ma’juj matimereka berdoa lalu bangkai-bangkai Ya’juj wa Ma’juj dibuang ke lautmereka berdoa lalu akan turun hujan.

Semua itu adalah karena Nabi ‘Isa عليه السلام membunuh Dajjal itu adanya di Baitul Maqdis, bukan berarti di negeri kita Indonesia tidak terjamah oleh Dajjal. Dajjal akan merebak ke seluruh muka bumi, termasuk Indonesia. Apalagi si Ya’juj wa Majuj yang berjumlah 999 kali lipat penduduk dunia. Wallõhu a’lam.

Pertanyaan:
1) Apakah Nabi ‘Isa عليه السلام punya isteri dan anak ?
2) Sekarang beliau ditempatkan di langit yang keberapa ?

Jawaban:

1) Dari riwayat tentang Nabi ‘Isa عليه السلام baik dari Al Qur’an maupun Hadits, tidak diberitakan apakah beliau عليه السلام punya isteri dan anak. Ketika terakhir beliau عليه السلام di kejar-kejar oleh Yahudi, usia beliau sekitar 33 tahun. Dan tidak ada riwayat bahwa beliau عليه السلام berkeluarga.

2) Beliau di langit ke berapa, kalau kita ingat pada peristiwa Isro’ – Mi’roj, Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bertemu dengan Nabi ‘Isa عليه السلام di langit ke-dua. Yang dimaksud langit ke langit itu seperti apa, kita tidak tahu. Apakah seperti dijelaskan oleh Harun Yahya bahwa yang dimaksud tujuh lapis langit itu berarti tujuh atmosfir? Itu adalah Ta’wil. Kita tidak boleh percaya begitu saja terhadap penjelasan Harun Yahya, karena hal itu tidak sesuai dengan penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamã’ah. Wallõhu a’lam.

Perhatikanlah sebuah Hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhõry no: 3207 dan Al Imãm Muslim no: 164 berikut ini:

حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ بَيْنَمَا أَنَا فِي الْحَطِيمِ وَرُبَّمَا قَالَ فِي الْحِجْرِ مُضْطَجِعًا إِذْ أَتَانِي آتٍ فَقَدَّ قَالَ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ فَشَقَّ مَا بَيْنَ هَذِهِ إِلَى هَذِهِ فَقُلْتُ لِلْجَارُودِ وَهُوَ إِلَى جَنْبِي مَا يَعْنِي بِهِ قَالَ مِنْ ثُغْرَةِ نَحْرِهِ إِلَى شِعْرَتِهِ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مِنْ قَصِّهِ إِلَى شِعْرَتِهِ فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِي ثُمَّ أُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوءَةٍ إِيمَانًا فَغُسِلَ قَلْبِي ثُمَّ حُشِيَ ثُمَّ أُعِيدَ ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ أَبْيَضَ فَقَالَ لَهُ الْجَارُودُ هُوَ الْبُرَاقُ يَا أَبَا حَمْزَةَ قَالَ أَنَسٌ نَعَمْ يَضَعُ خَطْوَهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ فَانْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا فِيهَا آدَمُ فَقَالَ هَذَا أَبُوكَ آدَمُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ قَالَ هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا ثُمَّ قَالَا مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ صَعِدَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يُوسُفُ قَالَ هَذَا يُوسُفُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ أَوَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِلَى إِدْرِيسَ قَالَ هَذَا إِدْرِيسُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا هَارُونُ قَالَ هَذَا هَارُونُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ السَّادِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا مُوسَى قَالَ هَذَا مُوسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ فَلَمَّا تَجَاوَزْتُ بَكَى قِيلَ لَهُ مَا يُبْكِيكَ قَالَ أَبْكِي لِأَنَّ غُلَامًا بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَكْثَرُ مِمَّنْ يَدْخُلُهَا مِنْ أُمَّتِي ثُمَّ صَعِدَ بِي إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ هَذَا أَبُوكَ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ قَالَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ قَالَ مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ رُفِعَتْ إِلَيَّ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبْقُهَا مِثْلُ قِلَالِ هَجَرَ وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ قَالَ هَذِهِ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَقُلْتُ مَا هَذَانِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهْرَانِ فِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ ثُمَّ رُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ هِيَ الْفِطْرَةُ الَّتِي أَنْتَ عَلَيْهَا وَأُمَّتُكَ ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَا أُمِرْتَ قَالَ أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَ أُمِرْتَ قُلْتُ أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ وَلَكِنِّي أَرْضَى وَأُسَلِّمُ قَالَ فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَى مُنَادٍ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas bin Mãlik dari Mãlik bin Sha’sha’ah رضي الله عنهما, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isro’: “Ketika aku berada di al Hathim” –atau beliau menyebutkan: di al Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah”.
Qotadah berkata; dan aku juga mendengar dia berkata, “Lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini”.
Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku, “Apa maksudnya?
Dia berkata, “Dari lubang leher dada hingga bawah perut”, dan aku mendengar dia berkata; “Dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan.”
Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian kepadaku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai.
Al Jarud berkata kepadanya; “Apakah itu yang dinamakan al Buraq, wahai Abu Hamzah?
Anas menjawab, “Ya. Al Buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh.”
Lalu aku menungganginya, kemudian aku berangkat bersama Jibril عليه السلام hingga sampai di langit dunia. Lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?”.
Jibril menjawab, “Jibril”.
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.”
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.”
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.
Maka pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam عليه السلام.
Jibril عليه السلام berkata, “Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.
Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam عليه السلام membalas salamku lalu dia berkata: “Selamat datang anak yang shõlih dan nabi yang shõlih.
Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya,Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.”
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan ‘Isa عليهما السلام, keduanya adalah anak dari satu bibi.
Jibril berkata, “Ini adalah Yahya dan ‘Isa, berilah salam kepada keduanya.”
Maka aku memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salamku lalu keduanya berkata,Selamat datang saudara yang shõlih dan nabi yang shõlih.”
Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf عليه السلام. Jibril berkata, “Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya.
Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shõlih dan nabi yang shõlih.”
Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.”
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris عليه السلام.
Jibril berkata, “Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya.”
Maka aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shõlih dan nabi yang shõlih.”
Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.”
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku bertemu dengan Harun عليه السلام.
Jibril berkata, “Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.
Maka aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shõlih dan nabi yang shõlih.
Kemudian aku dibawa naik ke langit ke-enam lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.”
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Musa عليه السلام.
Jibril berkata, “Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya.”
Maka aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shõlih dan nabi yang shõlih.
Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan, “Mengapa kamu menangis?
Musa menjawab, “Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari ummatku.
Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?
Jibril menjawab, “Jibril.”
Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?
Jibril menjawab, “Muhammad.”
Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?
Jibril menjawab, “Ya.
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrohim عليه السلام.
Jibril berkata, “Ini adalah bapakmu. Berilah salam kepadanya.”
Maka aku memberi salam kepadanya dan Ibrohim membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang anak yang shõlih dan nabi yang shõlih.”
Kemudian Sidrotul Muntahã diangkat / dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar, dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah.
Jibril عليه السلام berkata, “Ini adalah Sidrotul Muntahã.”
Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhohir.”
Aku bertanya: “Apakah ini wahai Jibril?
Jibril menjawab, “Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhohir adalah sungai Nil dan Eufrat.
Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma’mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khomer (arak), satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu.
Maka Jibril berkata, “Ini merupakan fithroh yang kamu dan ummatmu berada di atasnya.”
Kemudian diwajibkan bagiku sholat lima puluh kali dalam setiap hari.
Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa عليه السلام. Musa bertanya, “Apa yang telah diperintahkan kepadamu?
Aku menjawab: “Aku diperintahkan sholat lima puluh kali setiap hari.”
Musa berkata, “Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali sholat dalam sehari, dan aku, demi Allõh, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isro’ĩl dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Robb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu.”
Maka aku kembali dan Allõh memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh sholat, lalu aku kembali menemui Musa.
Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allõh memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh sholat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allõh memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh sholat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelunya. Aku pun kembali, dan aku di perintah dengan sepuluh kali sholat setiap hari.
Lalu aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali sholat dalam sehari.
Aku kembali kepada Musa dan dia berkata, “Apa yang diperintahkan kepadamu?
Aku jawab: “Aku diperintahkan dengan lima kali sholat dalam sehari.
Musa berkata, “Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isro’ĩl dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Robb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu“.
Aku (Muhammad صلى الله عليه وسلم) berkata, “Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Robb-ku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridho dan menerimanya.”
Ketika aku telah selesai, terdengar suara orang yang berseru: “Sungguh Aku (– Allõh سبحانه وتعالى – pent.) telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku.”

Pertanyaan:
1) Apakah yang dimaksud Dzulqarnain itu sama dengan yang diikenal oleh orang Barat sebagai Alexander The Great ?
2) Apakah Ya’juj wa Ma’juj berkembang-biak ?

Jawaban:

1) Hendaknya dipastikan oleh kita bahwa Dzulqarnain BUKAN lah “Alexander The Great”. Dilihat dari zamannya saja sudah berbeda. Dzulqarnain sudah ada sejak sebelum Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sedang Alexander baru zaman kemarin. Dan Dzulqarnain bukanlah Nabi, melainkan seorang hamba Allõh سبحانه وتعالى yang shõlih, sebagaimana dijelaskan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah dalam banyak Kitab.

2) Tentang Ya’juj wa Ma’juj berkembang-biak atau tidak, tidak ada penjelasan dari Allõh سبحانه وتعالى. Hanya dalam Hadits dijelaskan bahwa jumlahnya kelak adalah 999 berbanding 1 dengan manusia di bumi.

Pertanyaan:
Tentang bacaan Al Qur’an yang berbeda-beda, ada berapa macam (lagu) gaya bacaan Al Qur’an itu ?

Jawaban:
Tentang pembacaan (Qurrõ’) Al Qur’an yang caranya berbeda-beda. Dari segi bacaan Al Qur’an secara ringkasnya saja dapat disebutkan ada 14 macam bacaan. Dilihat dari ke-shohĩhannya, ada yang disebut Muttawãtir, Shohĩh, Dho’ĩf dan ada Qirõ’atun Sãdzah (nyeleneh / aneh).

Qirõ’atun Muttawãtiroh ada 7 macam, yang Shohĩh ada 10 macam. Kalau disebutkan sampai 14, itu adalah Qirõ’ah Sãdzah (nyeleneh) yang tidak sesuai dengan Qirõ’ah yang Shohĩhah.

Dan yang 7 macam itu termasuk yang paling terkenal dan dipakai di negara kita adalah yang disebut Qirõ’ah Hafs ‘An ‘Asim. Ada lagi Qirõ’ah yang lain seperti Qirõ’ah Ibnu Katsĩr, Qirõ’ah Hamzah, Qirõ’ah Qolun, Qirõ’ah Wars, Qirõ’ah Qumbul, dll.

Qirõ’at-Qirõ’at itu menyebar di seluruh penjuru dunia. Dan itu boleh dipakai. Tetapi Qirõ’ah Dho’ĩfah dan Sãdzah tidak boleh dipakai.

Dasarnya adalah bahwa pembacaan (pengucapan, penggunaan bahasa Arab Fusha) pada zaman Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم tidak hanya satu Kabilah, melainkan banyak Kabilah, yang tentu satu sama lain berbeda cara (gaya) membaca-nya. Dan itu dari sisi bacaan, bukan dari sisi substansi Al Qur’an. Jangan keliru memahaminya.

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, Senin malam, 8 Rabbi’ul Akhir 1429 H – 14 April 2008 M.

 

——- 0O0 ——-

Silakan download PDF :   Yajuj Wa Majuj AQI 140408FNL

25 Comments leave one →
  1. dwi aprianto permalink
    5 August 2011 1:44 pm

    Assalaamu ‘alaikum ustadz. Mohon ijin copy untuk saya sebar luaskan. Jazakallah khoiron katsiir. Abu Ghulam Malang

    • 5 August 2011 3:58 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja…. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua… Barokalloohu fiika

  2. 22 December 2011 7:02 am

    Assalamualaikum :). Minta ijin untuk copy artikelnya.
    Ilmu yang sangat… sangat .. penting untuk disebarluaskan, karena tanda-tanda kiamat sudah banyak yang nampak. HARUS lebih giat lagi saling menasihati Sahabat dan teman saya.
    Semoga artikel ini diberkahi oleh Allah SWT. Amin
    trims 🙂

    • 23 December 2011 3:27 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Dan semoga Allooh membalas dengan pahala yang berlipat atas niat baik antum untuk mendakwahkan Al Haq kepada sahabat maupun teman-teman antum … Barokallohu fiika

  3. 23 December 2011 4:22 pm

    Assalamualaikum. Minta ijin untuk copy artikelnya.
    Ilmu yang sangat… sangat .. penting untuk disebarluaskan, karena tanda-tanda kiamat sudah banyak bermunculan.
    Semoga artikel ini diberkahi oleh Allah SWT. Amin, dan Allah memberikan kesehatan untuk penulis agar dapat terus menulis dan membagi ilmunya
    trims 🙂

    • 24 December 2011 12:20 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua… Dan semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa menambah kegigihan anda dalam menuntut ilmu dien…. Barokalloohu fiik

  4. 17 February 2012 7:09 pm

    Masya ALLAH, artikel yang bagus ustadz

  5. 26 February 2012 10:56 pm

    “Keluarnya Ya’juj wa Ma’juj” adanya memang dalam bentuk Transkrip Ceramah (tulisan)… Qodarollooh tidak tersedia rekaman suaranya… Afwan…

  6. abulfata permalink
    16 June 2012 7:08 am

    Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh..
    Semoga Allah senantiasa menjaga Ustadz…
    Mohon ijin copi, jazakummullahu khair..

    • 16 June 2012 5:34 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa memberikan kebaikan yang serupa bagi antum… Silakan mengcopy paste seluruh artikel atau mendownload seluruh ceramah yang ada pada Blog ini.. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Barokalloohu fiika

  7. 6 July 2012 8:35 pm

    Assalamu alaikum Ustadz. Minta ijin copy untuk anak saya. by Abdul Rifai

    • 8 July 2012 9:57 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja.. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  8. gugiTank permalink
    25 July 2012 6:17 pm

    Assalamu alaikum Ustadz. Minta ijin copy untuk anak saya. by Gugi

    • 25 July 2012 8:30 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiik

  9. 16 August 2012 9:31 pm

    Assalamualaikum ustad, mohon share yah…

    • 18 August 2012 10:58 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  10. tony permalink
    18 October 2012 3:13 pm

    Izin share ya ustadz..
    Barokallahu fiik

    • 18 October 2012 7:31 pm

      Silakan saja, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  11. abrida sari permalink
    13 February 2013 9:16 pm

    Makasih banyak pah ustadz, semoga bermanfaat bagi keluarga saya dan saudara muslim/ah yang lainnya..

  12. 1 March 2013 2:39 pm

    Assalamu’alaikum pa ustad….. minta izin buat di-save ya…. saya banyak belajar dari blog ini, dan yang lebih penting syukur Alhamdulillah keimanan saya jadi bertambah karena ilmu yang pa ustad berikan…. mudah-mudahan Allah SWT tetap menjaga keimanan saya…. syukron pa ustad….

    • 2 March 2013 6:21 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Alhamdulillah… Silakan saja, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan semoga pula Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa senantiasa memberi kita hidayah dan taufiq untuk berada diatas jalan-Nya yang lurus serta istiqomah diatasnya hingga akhir hayat… Barokalloohu fiika

  13. curenia-oneiwan permalink
    7 May 2013 10:38 am

    Assalamu’alaikum Wr. Wb,
    Saya lebih cenderung tertarik menggali sejarah bangsa barbar skandinavia “Viking“.

    Viking, paling kurang dalam budaya populer, cenderung digambarkan dengan karakteristik helm bertanduk. Apakah ini sebuah kebetulan bahwa Gog dan Magog dibuang dibelakang penghalang oleh Dzul Qarnayn, yang berarti, secara harfiah, ‘Pemilik dari Dua Tanduk’?

    Sejarawan mengatakan bahwa tidak ada bukti nyata Viking memakai helm bertanduk dua, namun ada beberapa bukti dari mereka menggunakan helm tersebut dalam beberapa ritual pagan mereka. Apakah mungkin bahwa orang-orang, terperangkap selama ribuan tahun terpisah dari peradaban manusia yang lainnya, dimasukkan ke dalam mitologi legenda kuno mereka ketika seorang pria, ‘Pemilik dari Dua Tanduk’, telah dibuang ke dalam penjara dingin dimana mereka ditakdirkan untuk tetap sampai hari-hari terakhir?

    Dari zaman tertua Dovrefjell telah menjadi wilayah perbatasan antara bagian utara dan selatan Norwegia, dan jalan melintasi gunung yang terkenal. Ungkapan “til Dovre runtuh” (‘sampai pegunungan Dovre berantakan’ yang berarti juga sampai akhir dunia), ungkapan secara luas digunakan di kalangan bangsa Norwegia.”

    Apakah juga anda tidak tertarik dengan legenda Gog and Magog, yang kedua patungnya secara terang-terangan dipajang gedung DPR Inggris. Dan Perayaan yang diadakan setiap tahun untuk mengenang Gog and Magog…. dan Australia juga ada patungnya…
    Di Inggris di daerah Cambridge ada bukit yang bernama “Gog and Magog hill“.

    Dan tahukah anda bahwa Inggris (yang dulu belum ada negara “Inggris” kecuali yang disebut “Anglo Saxon”– yang meliputi Irlandia, Wales, Skotlandia, Norway dan seterusnya) belum pernah dikuasai secara keseluruhan oleh imperium Romawi kecuali sedikit?

    Dan tahukah anda bahwa Gog and Magog di Irlandia disebut sebagai “the father of Ireland”?

    • 10 May 2013 8:07 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Bagus sekali wawasan anda. Bisakah Ustadz diberi rujukan atau link atau bukunya, agar Ustadz bisa ikut membacanya?

      Adapun tentang cerita / berita bertalian dengan ummat-ummat terdahulu, maka kaidahnya adalah sebagai berikut:
      a) Jika berita & cerita itu dibenarkan oleh Al Qur’an, didukung oleh Hadiits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang shohiih; maka kita terima.
      b) Jika berita & cerita itu tidak shohiih, apalagi menyelisihi / menentang apa yang terdapat dalam Al Qur’an dan Al Hadiits yang shohiih, maka kita wajib menolaknya.
      c) Jika berita & cerita itu tidak diingkari atau didiamkan oleh Syari’at, maka berita & cerita itu hendaknya kita tawaqquf (tidak memungkiri, dan tidak meyakininya).

      Barokalloohu fiik.

  14. arifin yasonas permalink
    25 November 2013 3:49 pm

    Assalaamu’alaikum ustadz! Diatas kok tidak dsebutkan tentang keluarnya Imam Mahdi dan perlawanannya terhadap Dajjal? Apakah memang ada istilah lain untuk Imam Mahdi sehingga tidak tersebutkan Imamm Mahdi?

Leave a reply to abulfata Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.