LINTAS Art
ustadzachmadrofii.com / ustadzrofii.wordpress.com
(Gambar Flashcard adalah royalty-free picture dari berbagai situs [freepik, vectorstock, pinterest, free-images, free-wallpaper, dll])
FLASHCARD LINTAS-ART
ustadzachmadrofii.com / ustadzrofii.wordpress.com
(Gambar Flashcard adalah royalty-free picture dari berbagai situs [freepik, vectorstock, pinterest, free-images, free-wallpaper, dll])
FLASHCARD LINTAS-ART
Assalamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh
Bagi para pembaca yang akan mengcopy paste, mengambil ataupun menyebarkan semua atau sebagian dari isi Blog Al Ustadz Achmad Rofi'i -hafidzohullooh- ini diharapkan untuk menjaga keotentikan naskahnya serta hendaknya menyebutkan Blog ini sebagai sumbernya.
Barokalloohu fiikum.
(340) Tangisan Terbaik
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
“أفضل البكاء بكاء العبد عَلَى مَا فاته من أوقاته عَلَى غَيْر الموافقة.
“Sebaik-baik tangisan adalah tangisan seorang hamba akan waktu-waktu lalunya yang tidak sesuai dengan pedoman/tuntunan (Islam).”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(339) Dakwah Dengan Hikmah
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“SERU lah (MANUSIA) kepada jalan Robb (Tuhan)-mu DENGAN HIKMAH dan PELAJARAN yang BAIK; dan BANTAH lah mereka DENGAN CARA yang BAIK. Sesungguhnya TUHAN-mu, Dia lah yang LEBIH MENGETAHUI tentang SIAPA yang TERSESAT dari jalan-Nya, DAN Dia lah yang LEBIH MENGETAHUI ORANG-ORANG yang MENDAPAT PETUNJUK.”
(An-Nahl/16: 125)
(338) Jangan Terpesona Perhiasan Dunia
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan diantara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka, dan berendah hati lah engkau terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Hijr/15: 88)
(337) Di Akhir Zaman, Kebodohan & Kemungkaran Merebak
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ
“Diantara tanda hari kiamat, yaitu: Akan nampak kebodohan; Ilmu diangkat; Zina nampak; Khamr diminum; Akan semakin sedikit bilangan laki-laki dan semakin banyak bilangan wanita, sehingga 50 wanita dipimpin (ditanggung) oleh seorang laki-laki’.”
(HR. Al-Bukhoory no: 5577, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu)
(336) Di Akhir Zaman, Hukum Diperjualbelikan
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“أَخَافُ سِتًّا إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْءً يَنْشَئُونَ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَسَفْكَ الدَّمِ
“… Aku takut kalian akan mengalami (suatu zaman dimana) para pemimpin yang dungu; hukum yang diperjualbelikan; banyaknya polisi; putus silaturrohim; muncul generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian; serta tumpah darah.”
(HR. Ahmad no: 23970, menurut Syaikh Syu’aib al-Arna’uth hadits ini shohiih lighoirihi)
(335) Di Akhir Zaman, Amanah Disia-Siakan
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“… ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ.
“… Akan datang masa setelah kalian, dimana manusia saat itu akan bersaksi padahal tidak diminta bersaksi; mereka berkhianat dan tidak bisa diberi amanah; mereka akan bernadzar tetapi mereka tidak menepatinya; dan akan muncul ditengah mereka orang-orang berbadan gemuk.”
(HR. Al-Bukhori no: 2651 dan HR. Muslim no: 2535 dari ‘Imron bin Hushoin rodhiyalloohu ‘anhu)
(334) Cara Pandang
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
من نظر إِلَى الدنيا نظر إرادة وحب لَهَا أخرج اللَّه نور اليقين والزهد من قلبه
“Barangsiapa yang memandang pada dunia ini dengan rasa cinta, maka Allooh hilangkan keyakinan dan zuhud dari dirinya.”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(333) Beda Keadaan
‘Aamir bin Qois rohimahullooh berkata:
إن أشد أهل الجنة فرحاً في الجنة أطولهم حزناً في الدنيا.
“Sesungguhnya orang yang paling berbahagia di surga adalah orang yang paling lama sedihnya di dunia.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/122)
(332) Tempat Bermain
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan KEHIDUPAN DUNIA hanyalah PERMAINAN dan SENDAU GURAU belaka. Sedangkan NEGERI AKHIRAT itu, sungguh LEBIH BAIK bagi ORANG-ORANG yang BERTAQWA. Tidakkah kamu mengerti?”
(QS. Al-An’aam/6: 32)
(331) Penyebab Amal Sia-Sia
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
من عمل عملا بلا اتباع سنة رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فباطل عمله
“Barangsiapa yang beramal tanpa mengikuti sunnah Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam, maka amalannya sia-sia.”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(330) Pemberian Terbaik
وَسُئِلَ ابْنُ الْمُبَارَكِ مَا خَيْرُ مَا أُعْطِيَ الرَّجُلُ قَالَ غَرِيزَةُ عَقْلٍ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ أَدَبٌ حَسَنٌ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ أَخٌ صَالِحٌ يَسْتَشِيرُهُ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ صَمْتٌ طَوِيلٌ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ مَوْتٌ عَاجِلٌ
‘Abdullooh bin al-Mubaarok rohimahullooh ditanya: “Apakah sebaik-baik pemberian Allooh yang diberikan pada seseorang?”
Beliau menjawab: “KECERDASAN AKAL; jika tidak, maka AKHLAQ yang BAIK; jika tidak, maka TEMAN yang BAIK sebagai tempat berkonsultasi; dan jika tidak, maka tutup mulut saja; dan jika itupun tidak, maka mati yang disegerakan.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Dzammul Hawa, hal. 10)
(329) Yang Lebih Berat
Yusuf bin Asbaath rohimahullooh berkata:
الزهد في الرياسة أشد من الزهد في الدنيا
“Sikap tidak ambisius terhadap kekuasaan adalah lebih berat daripada zuhud terhadap dunia.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/408)
(328) Zuhud
Ibnu Katsiir rohimahullooh berkata:
الزهد ثلاثة، واجب، ومستحب، وزهد سلامة، فأما الواجب فالزهد في الحرام، وَالزُّهْدُ عَنِ الشَّهَوَاتِ الْحَلَالِ مُسْتَحَبٌّ، وَالزُّهْدُ عَنِ الشُّبَهَاتِ سَلَامَةٌ.
“ZUHUD itu adalah sesuatu yang WAJIB, ANJURAN serta KESELAMATAN; (menjadi) WAJIB ketika menghadapi perkara haram; (menjadi) ANJURAN ketika menghadapi syahwat terhadap yang halal, serta (menjadi) KESELAMATAN ketika menghadapi perkara syubhat (remang-remang).”
(Ibnu Katsiir [wafat 774 H], Al-Bidaayah wan Nihaayah, 10/137-138)
(327) Sebab Akibat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
اعلم انه من تعلم القرآن جل في عيون الناس ومن تعلم الحديث قويت حجته
“Ketahuilah olehmu, bahwa siapa yang mempelajari Al-Qur’an maka dia akan terpandang di tengah-tengah manusia; sedangkan siapa yang mempelajari Al-Hadits maka dia akan kuat argumentasinya.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 1/436)
(326) Cukup Dengan Yang Maslahat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
يا ربيع رضا الناس غاية لا تدرك فعليك بما يصلحك فالزمه فانه لا سبيل الى رضاهم
“Wahai Robii’, selera manusia itu tak terbatas, maka ambillah yang maslahat untukmu lalu pegang teguhlah; sebab tidak ada jalan untukmu memenuhi selera mereka semuanya.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 1/436)
(325) Lima Periode Perjalanan Ummat Islam
Dari An Nu’man bin Basyĩr رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda,
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ, ثُمَّ سَكَتَ
“1) KENABIAN ditengah-tengah kalian akan berlangsung sebagaimana Allõh kehendaki, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 2) KHILAFAH DIATAS PEDOMAN NABI صلى الله عليه وسلم, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 3) MULKAN ‘ADHON / (KERAJAAN “yang menggigit”/ TURUN TEMURUN –pent.), kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 4) MULKAN JABRIYYAH / KEKUASAAN TIRANI, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 5) KHILAFAH DIATAS PEDOMAN NABI صلى الله عليه وسلم. Kemudian Rosũlullõh diam.”
(HR. Ahmad no: 18402, dari Shohabat An Nu’man bin Basyĩr رضي الله عنه, dan berkata Syaikh Syuaib Al Arnã’uth رحمه الله bahwa sanad Hadits ini Hasan, dan Hadits ini di-shohĩhkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny رحمه الله dalam Kitab “Silsilah Hadits Shohĩh” no: 5)
(324) Takut Pada Allooh
‘Aamir bin Qois rohimahullooh berkata:
من خاف الله أخاف الله منه كل شيء ومن لم يخف الله أخافه الله من كل شيء.
“Barangsiapa takut pada Allooh, maka segala sesuatu akan takut kepadanya; sedangkan barangsiapa tidak takut pada Allooh, maka dia akan takut pada segala sesuatu.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/122)
(323) Pembodohan
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
(وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔایَـٰتِنَاۤ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِی۟هِۦ فَقَالَ إِنِّی رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ فَلَمَّا جَاۤءَهُم بِـَٔایَـٰتِنَاۤ إِذَا هُم مِّنۡهَا یَضۡحَكُونَ وَمَا نُرِیهِم مِّنۡ ءَایَةٍ إِلَّا هِیَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَاۖ وَأَخَذۡنَـٰهُم بِٱلۡعَذَابِ لَعَلَّهُمۡ یَرۡجِعُونَ وَقَالُوا۟ یَـٰۤأَیُّهَ ٱلسَّاحِرُ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ إِنَّنَا لَمُهۡتَدُونَ فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابَ إِذَا هُمۡ یَنكُثُونَ وَنَادَىٰ فِرۡعَوۡنُ فِی قَوۡمِهِۦ قَالَ یَـٰقَوۡمِ أَلَیۡسَ لِی مُلۡكُ مِصۡرَ وَهَـٰذِهِ ٱلۡأَنۡهَـٰرُ تَجۡرِی مِن تَحۡتِیۤۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ أَمۡ أَنَا۠ خَیۡرࣱ مِّنۡ هَـٰذَا ٱلَّذِی هُوَ مَهِینࣱ وَلَا یَكَادُ یُبِینُ فَلَوۡلَاۤ أُلۡقِیَ عَلَیۡهِ أَسۡوِرَةࣱ مِّن ذَهَبٍ أَوۡ جَاۤءَ مَعَهُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ مُقۡتَرِنِینَ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُوا۟ قَوۡمࣰا فَـٰسِقِینَ فَلَمَّاۤ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَـٰهُمۡ أَجۡمَعِینَ فَجَعَلۡنَـٰهُمۡ سَلَفࣰا وَمَثَلࣰا لِّلۡـَٔاخِرِینَ)
(46) Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam.”
(47) Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.
(48) Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(49) Dan mereka berkata, “Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”
(50) Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.
(51) Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat?”
(52) “Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?”
(53) “Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?”
(54) “Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.”
(55) Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
(56) “maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.
[QS. Az-Zukhruf/43: 46 – 56]
RENUNGAN:
Nabi Musa ‘alaihissalaam mendatangi Fir’aun dan menyampaikan informasi dan permakluman bahwa dia adalah utusan Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa…
Sikap Fir’aun terhadap Musa ‘alaihissalaam dan informasi yang disampaikannya adalah mentertawakannya…
Bahkan tidak cukup sampai di situ…
Musa ‘alaihissalaam pun dituduhnya sebagai tukang sihir…
Bahkan tidak cukup sampai di situ…
Fir’aun pun menantang dan menagih akan apa yang Allooh janjikan…
Sembari menampakkan keangkuhannya, bahwa dialah orang yang berada di pihak yang benar…
Fir’aun kemudian menunjukkan kepada kaumnya…
Bahwa dialah orang yang terhormat…
Sedangkan Musa ‘alaihissalaam adalah orang yang jelata lagi hina….
Fir’aun kemudian merendahkan dan membodohi kaumnya…
Agar semakin ditaati dan dipatuhi…
Tetapi semua upaya dan makar itu berakhir dengan ditenggelamkannya Fir’aun ke dasar laut merah….
Untuk kemudian menjadi bukti bagi orang yang berakal…
Bahwa yang hina bukanlah Musa ‘alaihissalaam…
Akan tetapi….
Orang yang fasik adalah orang yang berkarakter seperti Fir’aun…
Serta orang-orang yang membela terhadap kemauan Fir’aun….
Nampaknya ada gejala sejarah yang berulang…
Yang harus bangsa kita ini sadari dari pelajaran kisah diatas…
Serta hendaknya kita tajam untuk menganalisa atas hal itu….
Ada STRATEGI MEMBUAT OPINI…
Agar kebenaran ditampakkan seakan berada di pihak Fir’aun….
Dan kesalahan, bahkan kesesatan, ditampakkan seakan berada di pihak Musa ‘alaihissalaam…..
Saya khawatir…
Kalaulah benar apa yang terungkap…
Bahwa pembelaan terhadap kesalahan, dikategorikan sebagai peluang investasi…
Sementara…
Menyampaikan aspirasi, justru dituding sebagai upaya radikal…
Opini Fir’aun terus diarahkan dan dibentuk…
Agar orang yang lemah dalam berpikir, menjadi membenarkan…
Yang pada akhirnya akan berpihak kepada Fir’au…
Sehingga….
Yang benar akan tampak bagaikan kesesatan….
Sementara yang sesat, justru seolah ditampakkan bagaikan kebenaran yang harus dipatuhi dan diikuti….
Namun jika hal yang demikian itu tidak segera dibersihkan…
Tidak segera direvisi…
Tidak segera dipulihkan….
Tidak segera diluruskan…
Tidak segera dikembalikan…
Tidak segera diperbaiki…
Maka….
Sungguh saya khawatir….
Sejarah pun akan berulang kembali….
Yaitu bangsa dan negara ini akan ambruk sebagaimana Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa membuat Fir’aun dan kaumnya menjadi ambruk dan terhina….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc., M.M.Pd.)
(322) 4 Kebahagiaan
Abu Hatim Al-Busty rohimahullooh berkata:
من سعادة المرء خصالا أربعا أن تكون زوجته موافقة وولده أبرارا وإخوانه صالحين وأن يكون رزقه في بلده
“Empat kebahagiaan seseorang: 1) Istrinya yang selalu selaras (dengannya); 2) Anaknya yang berbuat baik; 3) Saudaranya yang shoolih; dan 4) Rizqinya yang didapat dari dalam negeri.”
(Abu Hatim Al-Busty [wafat 354 H],Raudhatul ‘Uqala, hal. 101)
(321) Teman Yang Buruk
Al-Imaam Ibnu Hibban Al-Busty rohimahullooh berkata:
العاقل لا يصاحب الأشرار لأن صحبة صاحب السوء قطعة من النار تعقب الضغائن لا يستقيم وده ولا يفي بعهد
“Orang yang berakal pastilah tidak akan berteman dengan orang jahat, karena teman yang buruk adalah bagian dari api neraka yang akan memicu kebencian. Rasa cintanya tidak akan abadi, bahkan dia tidak akan menepati janji.”
(Abu Hatim Al-Busty [wafat 354 H], Raudhatul ‘Uqala, hal. 101)
(320) Kalimat Bermakna
Telah ditanyakan pada Hamdun bin Ahmad bin ‘Imaroh al-Qoshshoor:
ما بال كلام السلف أنفع من كلامنا، قال: لأنهم تكلموا لعز الإسلام ونجاة النفوس ورضا الرحمن، ونحن نتكلم لعز النفوس وطلب الدنيا ورضا الخلق
“Mengapa PERKATAAN PENDAHULU UMMAT ini LEBIH MEMBEKAS dibanding perkataan kita?”
Beliau menjawab: “MEREKA itu jika BERBICARA, maka bicaranya adalah UNTUK KEJAYAAN ISLAM, KESELAMATAN JIWA, dan RIDHO ALLOOH; sedangkan kalau kita berbicara maka untuk kehormatan diri, mencari dunia dan mencari keridhoan manusia.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/313-314, no: 868)
(319) Standard Al-Haq & Al-Bathil
‘Ali bin Abi Tholib rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
إن الحق والباطل لا يعرفان بأقدار الرجال، وبإعمال الظن، اعرف الحق تعرف أهله، واعرف الباطل تعرف أهله
“Sesungguhnya AL-HAQ dan AL-BATHIL itu TIDAK lah DIKETAHUI DENGAN KEDUDUKAN ORANG atau PRASANGKA; namun KETAHUILAH AL-HAQ itu niscaya kamu akan KENAL ORANGNYA dan KENALILAH AL-BATHIL itu niscaya kamu akan KENAL ORANGNYA.”
(Al-Baladzri [wafat 279 H], Ansaabul Asyroof, 2/239)
(318) Kunci Kedamaian
Abu bakar Ash-Shiddiiq rodhiyalloohu ‘anhu telah berkata:
وجدنا الكرم في التقوى والغنى في اليقين والشرف في التواضع
“Sesungguhnya kedermawanan itu ada pada taqwa, kecukupan itu ada pada yakin, dan kemuliaan itu ada pada tawadhu’ (rendah hati).”
(Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihya’u ‘Ulumiddiin, 3/343)
(317) Muslim Pilihan
‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا سَدَّدَهُ، وَجَعَلَ سُؤَالَهُ عَمَّا يَعْنِيهِ، وَعِلْمَهُ فِيمَا يَنْفَعُهُ
“Jika Allooh menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allooh akan membimbingnya, menjadikan permintaannya pada hal-hal yang bermanfaat dan memberinya ilmu yang bermanfaat.”
(Ibnu Baththoh [wafat 387 H], Al-Ibaanah al-Kubro, 1/419 No. 337)
(316) Pengaruh Penguasa
Mundzir bin Sa’id rohimahullooh berkata:
إِذَا خَشَعَ جَبَّارُ الأَرضِ رَحِمَ جَبَّارُ السَّمَاءِ
“Jika penguasa bumi merendahkan hatinya (pada Allooh), niscaya Penguasa langit (Allooh) akan menurunkan kasih sayang-Nya.”
(Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyar A’laamin Nubala, 16/177)
(315) Pembawa Al-Qur’an
‘Abdulloh bin Mubarok rohimahullooh berkata:
كم من حامل للقرآن والقرآن يلعنه من جوفه وإذاعصى حامل القرآن ربه ناداه القرآن من جوفه: والله ما لهذا حملت. ألا تستحي من ربك
“Berapa banyak pembawa Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an mengutuknya dari dalam perutnya sendiri; jika orang itu melakukan ma’shiyat kepada Allooh maka Al-Qur’an berteriak dari dalam perutnya, ‘Demi Allooh, bukan untuk ini aku disimpan dalam dirimu. Tidakkah kamu punya malu terhadap Tuhanmu’?”
(Asy-Sya’rooni [wafat 873 H], Tanbihul Mughtariin, hal. 286)
(314) Syahwat Dunia
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من غلبت عليه شدة الشهوة لحب الدنيا لزمته العبودية لأهلها ومن رضي بالقنوع زال عنه الخضوع
“Barangsiapa yang syahwatnya dominan cinta terhadap dunia, maka dia akan menjadi penghamba terhadap para pecinta dunia; akan tetapi barangsiapa yang rela dengan qona’ah, maka sikap itu akan lenyap darinya.”
(Al-Imam an-Nawawi [wafat 676 H], Bustanul ‘Aarifiin, hal. 52)
(313) Kebaikan Itu Kebiasaan
‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
تَعَوَّدُوا الْخَيْرَ، فَإِنَّ الْخَيْرَ بِالْعَادَةِ
“Biasakanlah diri kalian dalam kebaikan, karena kebaikan itu adalah kebiasaan.”
(Waqii’ bin al-Jarrooh [wafat. 197 H], Az-Zuhd, hal. 264)
(312) Lebih Berharga Dari Emas
Ibnu Muflih rohimahullooh berkata:
وَاعْلَمْ أَنَّ الزَّمَانَ أَشْرَفُ مِنْ أَنْ يَضِيعَ مِنْهُ لَحْظَةٌ فَكَمْ يَضِيعُ لِلْآدَمِيِّ مِنْ سَاعَاتٍ يَفُوتُهُ فِيهَا الثَّوَابُ الْجَزِيلُ
“Ketahuilah bahwa waktu adalah sesuatu yang termahal jika seseorang menyia-nyiakannya; berapa banyak orang menyia-nyiakan waktu hingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan yang besar.”
(Ibnu Muflih [wafat 763 H), Al-Aadaabusy Syar’iyyah, 3/474)
(311) Ibadah Sepenuh Hidup
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman dalam suatu hadits Qudsi:
يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي، أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ، مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
“Wahai anak manusia, jadikanlah sepenuh hidupmu untuk berhamba kepada-Ku, niscaya akan Ku-penuhi dadamu dengan kecukupan dan kefakiran akan Ku-jauhkan darimu; tetapi jika hal itu tidak kau lakukan maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan membebaskanmu dari kefakiran.”
(HR. At-Turmudzi, dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu, Sunan at-Turmudzi, 4/642, no: 2466)
(310) Berbaik Sangka
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أحب أن يقضى له بالحسنى فليحسن بالناس الظن
“Barangsiapa yang ingin diperlakukan baik oleh orang lain, maka berbaiksangkalah pada mereka.”
(Al-Baihaqi [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/189)
(309) Pro Kontra
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
مَا أَحَدٌ إِلَّا وَلَهُ مُحِبٌّ وَمُبْغِضٌ، فَإِنْ كَانَ لَابُدَّ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَكُنِ الْمَرْءُ مَعَ أَهْلِ طَاعَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap orang pastilah ada yang mencintainya dan ada pula yang membencinya, kalaulah demikian maka jadilah seseorang yang bersama dengan Ahluth-Thoo’ah (orang yang taat kepada Allooh – pent.).”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/117)
(308) Cinta Yang Mustahil
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من ادعى أنه جمع بين حب الدنيا وحب خالقها في قلبه فقد كذب
“Barangsiapa yang mampu dalam hatinya menggabungkan antara cinta dunia dan cinta Allooh, maka dia telah berdusta.”
(Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihyaa ‘Ulumuddiin, 1/25)
(307) Bahaya Hawa Nafsu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لِأَنْ يَلْقَى اللَّهَ الْعَبْدُ بِكُلِّ ذَنْبٍ مَا خَلَا الشِّرْكَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَلْقَاهُ بِشَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْأَهْوَاءِ
“Seseorang bertemu Allooh dengan berbagai dosa selain syirik adalah lebih baik, daripada bertemu dengan-Nya dengan Hawa Nafsu (selain kebenaran).”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/112)
(306) Segalanya Dengan Ilmu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم.
“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaknya dengan Ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan akherat maka hendaknya dengan Ilmu.”
(Al-Baihaqi [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/139)
(305) Berkata Atas Nama Allooh
Al-Imaam al-Aajurri rohimahullooh berkata:
وَلَا يَقُولُ إِنْسَانٌ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ، وَلَا يُفَسِّرُ الْقُرْآنَ، إِلَّا مَا جَاءَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ، أَوْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ التَّابِعِينَ أَوْ عَنْ إِمَامٍ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ
“Dilarang seseorang berkata tentang al-Qur’an dengan pendapatnya; dan dilarang menafsirkan al-Qur’an kecuali dengan apa yang datang dari Nabi, atau dari salah seorang dari Sahabat, atau dari salah seorang dari Taabi’iin, atau dari salah seorang dari Imam dari Imam-Imam kaum muslimin.”
(Al-Aajurri [wafat 360 H], Asy-Syarii’ah, 1/476)
(304) Siapa Yang Menuai
Maalik bin Dinar rohimahullooh berkata:
مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: كَمَا تَدِينُ تُدَانُ، وَكَمَا تَزْرَعُ تَحْصُدُ
“Tercatat dalam Taurot bahwa: “Sebagaimana kalian berbuat, maka kalian akan diperbuat; dan sebagaimana kalian menanam, maka kalian akan menuai.”
(Al-Khothiib al-Baghdaadi, Iqtidho’ul ‘Ilmi al-‘Amal, hal. 98, no. 164)
(303) Tergantung Pemimpinnya
Al-Qoosim bin Mukhoimiroh rohimahullooh berkata:
إنما زمانكم سلطانكم؛ فإذا صلح سلطانكم؛ صلح زمانكم وإذا فسد سلطانكم؛ فسد زمانكم.
“Sesungguhnya zaman kalian adalah penguasa kalian, jika penguasa kalian baik maka akan baiklah zaman kalian; tetapi jika penguasa kalian rusak maka rusaklah zaman kalian.”
(Al-‘Aajurri [wafat 1162 H], Kasyful Khofaa, 2/377)
(302) Setia Kawan
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من صدَق في أخوة أخيه قَبِلَ عِلَلَه، وسدّ خَلَلَه، وعفا عن زَلَلِه.
“Barangsiapa yang benar dalam mempersaudarai saudaranya, maka dia akan: 1) Menerima kekurangannya; 2) Menutupi cacatnya; dan 3) Memaafkan kesalahannya.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/194)
(301) Password Ilmu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أحب أن يفتح الله قلبه ويرزقه الحكمة فعليه بالخلوة، وقلة الأكل، وترك مخالطة السفهاء، وبغض أهل العلم الذين ليس معهم إنصاف ولا أدب.
“Barangsiapa yang ingin Allooh buka hatinya dan diberi hikmah (‘ilmu), maka hendaknya dia melakukan: 1) Kholwat (bersendirian dengan Allooh); 2) Sedikit makan; 3) Tidak bergaul dengan orang-orang jahil/bodoh; dan 4) Membenci ‘Ulama yang tidak adil serta kurang adab.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/172)
(300) Rahasia Sukses
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يقتح اللَّهُ قَلْبَهُ أَوْ يُنَوِّرَهُ فَعَلَيْهِ بِتَرْكِ الْكَلَامِ فيما لا يعنيه وا جتناب الْمَعَاصِي وَيَكُونُ لَهُ خَبِيئَةٌ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ عَمَلٍ
“Barangsiapa yang ingin agar Allooh buka hatinya atau agar hatinya bercahaya, maka: 1) Hendaknya dia tidak berbicara yang tidak bemanfaat; 2) Meninggalkan maksiat; dan 3) Hendaknya dia memiliki amalan yang tidak diketahui (siapapun), kecuali oleh Allooh dan dirinya sendiri.”
(An-Nawawi [wafat 676 H], Al-Majmuu’, 1/13)
(299) Kebaikan Dunia Akherat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
خير الدنيا والآخرة في خمس خصال: غنى النفس، وكف الأذى، وكسب الحلال، ولباس التقوى، والثقة بالله عز وجل على كل حال
“Kebaikan dunia dan akherat itu terdapat dalam lima: 1) Jiwa yang cukup; 2) Tangannya tidak menyebabkan orang lain terluka; 3) Berusaha mendapatkan rizki dari yang Halal; 4) Berpakaian taqwa; dan 5) Yakin terhadap Allooh dalam segala keadaan.”
(Al-Baihaqy (wafat 458 H), Manaaqibisy Syaafi’i, 2/170)
(298) Akibat Kenyang
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
الشِّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ وَيُقَسِّي الْقَلْبَ وَيُزِيلُ الْفِطْنَةَ وَيَجْلِبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةَ
“Kenyang itu menyebabkan: badan berat (untuk dibawa ibadah), keras hati, menghilangkan kecerdasan, mengundang kantuk, dan lemah dalam ibadah.”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/127)
(297) Rahasia
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
أرفع الناس قدراً من لا يرى قدره، وأكثر الناس فضلا من لا يرى فضله
“Manusia yang paling tinggi derajatnya adalah yang tidak kelihatan statusnya; dan manusia yang paling utama adalah yang justru keutamaannya tidak tampak (tersembunyi).”
(Al-Baihaqy (wafat 458 H), Manaaqibisy Syaafi’i, 2/201)
(296) Hidup Berkualitas
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لَا يَكْمُلُ الرِّجَالُ فِي الدُّنْيَا إلَّا بِأَرْبَعٍ بِالدِّيَانَةِ وَالْأَمَانَةِ وَالصِّيَانَةِ وَالرَّزَانَةِ
“Seseorang tidak akan mengalami keunggulan di dunia ini, kecuali dengan empat: 1) Berpegang teguh pada agamanya; 2) Kejujuran; 3) Menjaga diri (– dari ma’shiyat – pent.); dan 4) Kepatutan.”
(An-Nawawi (wafat 676 H), Al-Majmuu’, 1/13)
(295) Tonggak Muru’ah
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لِلْمُرُوءَةِ أَرْبَعَةُ أَرْكَانٍ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالسَّخَاءُ وَالتَّوَاضُعُ وَالنُّسُكُ
“Tonggak Muru’ah (kehati-hatian) seseorang itu empat, yaitu: 1) Akhlak yang terpuji; 2) Dermawan, 3) Tawadhu’ (rendah hati); dan 4) Tekun beribadah.”
(An-Nawawi (wafat 676 H), Al-Majmuu’, 1/13)
(294) Kemungkinan
قال المزني: دخلت على الشافعي، وهو عليل فقلت: كيف أصبحت يا أبا عبد الله؟ قال: أصبحت من الدنيا راحلا، وللإخوان مفارقا، ولسوء أفعالي ملاقيا، وعلى الله وارادا، وبكأس المنية شاربا، ولا والله ما أدري أروحي تصير إلى الجنة فأهنيها، أو إلى النار فأعزيها؟
Al-Imam al-Muzany berkunjung pada Al-Imam asy-Syaafi’i yang sedang sakit, lalu bertanya, “Apa kabarmu pagi ini?”
Al-Imaam Asy-Syaafi’i pun menjawab: “Pagi ini aku sedang akan meninggalkan dunia, berpisah dengan Ikhwan, bertemu dengan amalan burukku, menemui Allooh, merasakan mati; dan demi Allooh, aku tidak tahu apakah rohku akan ke surga lalu aku ucapkan selamat, ataukah akan ke neraka lalu aku akan berbelasungkawa.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/111)
(293) Ajaran Baru
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
المحدثات من الأمور ضربان. أحدهما: ما أحدث يخالف كتاباً أو سنة أو أثراً أو إجماعاً. فهذه البدعة الضلالة. والثانية: ما أحدث من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا. وهذه محدثة غير مذمومة.
“Perkara baru (dalam Islam) itu tampak dalam dua jenis: 1) Perkara baru yang MENYELISIHI AL-QUR’AN atau AS-SUNNAH atau ATSAR (Peninggalan para Shohabat dan At-Taabi’iin) atau AL-IJMA’ (Kesepakatan para Shohabat); maka inilah yang disebut BID’AH DHOLALAH (Bid’ah yang sesat); dan 2) Perkara baru yang DIANGGAP BAIK dan TIDAK MENYELISIHI SATUPUN DARIPADA ITU; maka inilah yang disebut “perkara baru yang TIDAK TERCELA”.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 1/469)
(292) Penyebab Manusia Celaka
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
شح مطاع وهوى متبع وإعجاب المرء بنفسه
“Tiga perkara PENYEBAB MANUSIA CELAKA: bakhil (kikir), hawa nafsu yang diikuti dan ujub (sikap bangga seseorang terhadap dirinya sendiri).”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(291) Penyebab Manusia Selamat
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
العدل في الغضب والرضا والقصد في الفقر والغنى وخشية الله في السر والعلانية
“Tiga Perkara PENYEBAB MANUSIA SELAMAT : bersikap adil dalam posisi senang maupun marah; sederhana baik dalam keadaan miskin maupun berkecukupan (kaya); takut kepada Allooh baik dalam keadaan bersendirian maupun ditengah-tengah banyak orang.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(290) Peninggi Derajat
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إطعام الطعام وإفشاء السلام والصلاة بالليل والناس نيام
“Tiga perkara PENINGGI DERAJAT : memberi makan, menebar salam dan sholat malam di kala orang terlelap tidur.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(289) Penghapus Dosa
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إسباغ الوضوء في السبرات وانتظار الصلاة بعد الصلاة ونقل الأقدام إلى الجماعات
“Tiga perkara PENGHAPUS DOSA : menyempurnakan wudhu di musim dingin, menunggu sholat setelah sholat dan melangkahkan kaki menuju sholat berjama’ah.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(288) Modal Sedikit Untung Tak Terhingga
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
(“Kesucian itu bagian dari Iman dan kata “Alhamdulillah” memenuhi Timbangan dan “Subhãnallõh wal hamdulillah” memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, shodaqoh adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al Qur’an adalah pembela bagi kita ataukah penghujat bagi kita. Setiap manusia akan pergi, akan menjual dirinya, apakah membebaskannya (– dari adzab Allõh سبحانه وتعالى – pent. –) ataukah akan menjerumuskannya (–ke dalam adzab Allooh – pent.–).”
(HR. Muslim no: 223, dari Abu Mãlik Al-Asy’ary رضي الله عنه)
(287) Anti Hoax
إن كنت ناقلًا فالصحة، أو مدعيًا فالدليل
“Jika kamu MENUKIL, maka PASTIKAN keshohihan/KEVALIDAN NUKILAN-nya; dan jika kamu MENUDUH/MENGKLAIM sesuatu, maka HADIRKAN FAKTA dan DATA-nya.”
((Abdurrohman Habangkah Al-Maidany [wafat 1425 H], Al-Hadhoroh Al-Islamiyyah, hal. 366)
(286) Orisinalitas
وَاللَّهُ تَعَالَى قَدْ ضَمِنَ حِفْظَ مَا أَوْحَاهُ إِلَيْهِ وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ لِيُقِيمَ بِهِ حُجَّتَهُ عَلَى الْعِبَادِ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ
“Allooh telah menjamin untuk menjaga apa yang diwahyukan-Nya dan diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad; untuk menegakkan hujjah-Nya terhadap manusia hingga akhir zaman.”
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah [wafat 751 H], Mukhtashor Ash-Showaiqul Mursalah, hal. 559)
(285) Senyawa
اعلموا أن الإسلام هو السنة، والسنة هي الإسلام، ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر
“Ketahuilah oleh kalian bahwa Islam itu adalah Sunnah dan Sunnah itu adalah Islam; salah satu dari keduanya tidak akan tegak tanpa yang lainnya.”
(Al-Imam Al-Barbahari [wafat 329 H], Syarhus Sunnah, hal. 35)
(284) Pondasi Islam
ليس لأحد أبداً أن يقول في شيء حلَّ ولا حرُم إلا من جهة العلم. وجهةُ العلم الخبرُ: في الكتاب، أو السنة، أو الإجماع، أو القياس.
“TIDAK DIPERBOLEHKAN bagi siapapun untuk MENGATAKAN HALAL atau HARAM, KECUALI jika berlandaskan DENGAN ILMU. Sedangkan Ilmu itu adalah kabar atau berita yang terdapat dalam AL-QUR’AN atau AS-SUNNAH (AL-HADITS) atau AL-IJMA’ (kesepakatan Ulama) atau Al-QIYAS (analogi).”
(Al-Imam Asy-Syafi’i [wafat 204 H], Ar-Risalah, 1/39)
(283) Amar Munkar Nahi Ma’ruf
Allooh سبحانه وتعالى ber firman :
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ …
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama; mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf …”
(QS. At Taubah/9: 67)
(282) Ungkapan Duka
Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda:
ليسَ مِنّا مَن ضَرَبَ الخُدُودَ، وشَقَّ الجُيُوبَ، ودَعا بدَعْوى الجاهِلِيَّةِ.
"Bukanlah merupakan bagian dari umat kami, barangsiapa yang memukul pipi, merobek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyah.”
(HR. Al-Imam Al-Bukhoory no: 1297 dan HR. Muslim no: 103, dari ‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu)
Ibroh :
Senang dan susah…
Sedih dan bahagia…
Untung dan rugi…
Sengsara dan berjaya…
Adalah sudah merupakan sunnatullooh…
Bahkan dia adalah merupakan takdir yang tidak bisa dipungkiri di semesta alam ini…
Bahkan di sisi lain…
Yang demikian itu, adalah merupakan ujian bagi manusia…
Terutama yang beriman
kepada Allooh dan Rasuul-Nya…
Islam hadir membimbing, menuntun, serta mengarahkan manusia dalam berbagai situasi dan kondisi…
Bagi orang yang beriman…
Sunnah Rosuul dan Hadits-Hadits Nabi adalah merupakan penuntun…
Dan bukanlah hawa nafsu, kemauan, dan ambisi yang menjadi kendali atau yang dipatuhi…
Maka…
Hindarilah ancaman dalam Hadits ini…
Sungguh hal itu bukanlah main-main…
Atau bukanlah perkara sepele…
Saat seorang yang beriman sadar…
Bahwa apa yang menimpanya adalah tidak luput dari takdir Allooh Subhaanahu Wa Ta’ala…
Maka disaat dia bersenang dan berjaya, maka dia bersyukur kepada Allooh…
Dan disaat dia gagal, bahkan terkena marabahaya atau duka, maka dia bersabar
Sedih dan duka itu adalah manusiawi…
Tetapi bagaimana cara mengungkapkannya itulah yang tidak boleh melanggar ketentuan syari’at…
Apabila ada orang yang mengungkapkan duka dan kesedihan mendalam itu…
Dengan menempeleng pipi sendiri…
Dengan merobek baju yang menutup tubuh dan auratnya sendiri…
Apalagi sampai mencederai dirinya sendiri…
Maka….
Rosuuullooh dengan tegas menyatakan…
Bahwa itu adalah BUKAN sikap …
Dan BUKAN perilaku dari umat Islam.
(Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd)
(281) Diantara Syarat Agar Doa Terkabul
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
والذي نفسي بيده لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فلا يستجاب لكم
“Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran atau (kalau kalian tidak lakukan, maka pasti) Allooh akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.”
(HR. At-Turmudzy no: 2169, dari Hudzaifah رضي الله عنه, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Shohiih Jami’ush Shoghiir” no: 7070)
(280) Yang Bermanfa'at Setelah Mati
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya diantara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shõlih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shõdaqõh yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia mati”.
(HR. Ibnu Mãjah no: 242, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny)
(279) Pengantar Mayit
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ؛ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ؛ فَرَجَعَ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، رَجَعَ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya.”
(HR. Al-Bukhõry no: 6514 dan HR. Muslim no: 2960, dari Anas bin Mãlik رضي الله عنه)
(278) Paling Utama & Paling Cerdik
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنه, ia berkata: Aku bersama Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, lalu seorang laki-laki Anshor datang kepada beliau صلى الله عليه وسلم, seraya mengucapkan salam, lalu bertanya: “Wahai Rosũlullõh, Mukmin manakah yang paling utama?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yang paling baik akhlaknya diantara mereka.”
Orang itu bertanya lagi: “Mukmin manakah yang paling cerdik?”
Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu lah orang-orang yang cerdik.”
(HR. Ibnu Mãjah no: 4259, dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنه, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Ash Shohĩhah” no:1384)
(277) 3 Pelajaran Berharga
Abu Ayyũb رضي الله عنه berkata bahwa ada seorang laki-laki datang menemui Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم lalu orang itu berkata, “Wahai Rosũl, ajarilah aku dan ringkaslah.”
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم pun menjawab,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ ، وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
“Jika kamu sholat, maka sholatlah seperti sholat perpisahan, dan janganlah kamu berbicara dengan suatu perkataan dimana kamu akan menyesal karenanya. Dan putuskanlah harapanmu dari apa yang ada di tangan manusia.”
(HR. Ibnu Mãjah no: 4171, dari Abu Ayyũb رضي الله عنه , di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny dalam “Shohĩh Ibnu Mãjah” no: 3363)
(276) Berlombalah Dalam Kebaikan
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
(وَأَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَمُهَیۡمِنًا عَلَیۡهِۖ فَٱحۡكُم بَیۡنَهُم بِمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَاۤءَهُمۡ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلࣲّ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةࣰ وَمِنۡهَاجࣰاۚ وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن لِّیَبۡلُوَكُمۡ فِی مَاۤ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِیعࣰا فَیُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِیهِ تَخۡتَلِفُونَ)
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allooh dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allooh menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allooh hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allooh kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
[QS. Al-Ma’idah/5: 48]
RENUNGAN:
Pertama kali dalam ayat ini…
Allooh memberi informasi kepada kita :
(وَأَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَمُهَیۡمِنًا عَلَیۡهِۖ
Bahwa Allooh telah menurunkan kepada Nabi Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam Al-Qur’an…
Yang disini disebut sebagai Al-Kitab..
Informasi itu pun lengkap dengan pernyataan bahwa Al-Kitab (Al-Qur’an) itu adalah benar dan dengan sebenarnya…
Bukanlah tidak didasarkan kepada kehendak Allooh diturunkannya…
Bukan tidak ada maksud tertentu ia diturunkan…
Bukan merupakan suatu kesalahan, apalagi merupakan suatu kebathilan…
Isi Al-Kitab (Al-Qur’an) ini adalah tidak terputus dengan sejarah-sejarah agama dan Wahyu sebelumnya…
Dalam artian…
Bahwa Al-Qur’an sebenarnya membenarkan tentang pernah diturunkannya beberapa Kitab atau Wahyu sebelum Al-Qur’an…
Jadi dengan ini dikesankan…
Bahwa Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru, sehingga manusia tidak perlu merasa kaget…
Lebih dari itu…
Al-Qur’an juga terkait dengan masa dan zaman yang akan datang…
Yang menjadi tanggung jawab bagi Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam…
Untuk membimbing umat ini…
Dan menuntun mereka menuju jalan yang benar…
Dengan meyakinkan…
Melalui ayat ini pun, Allooh memberi penjelasan tentang isi yang dikandung oleh Al-Qur’an…
Yaitu bahwa bukanlah merupakan suatu hal yang aneh…
Apabila zaman dahulu berbeda dengan zaman kini, dan zaman yang akan datang….
Problematika pun berbeda dan berubah….
Akan tetapi…
Allooh memberikan kepastian…
Bahwa Al-Qur’an yang menjadi kitab terakhir bagi umat manusia hingga akhir zaman tersebut, isinya akan SELALU “UP-TO-DATE”…
Dan akan SELALU RELEVAN dengan kebutuhan dan tuntutan manusia DI SETIAP ZAMAN…
Oleh karena itu…
Setelah informasi tersebut…
Kemudian Allooh melanjutkan dengan tuntutan berupa KONSEKUENSI…
Bahwa mengimani saja tidaklah cukup…
Mempercayai saja tidaklah cukup…
Membenarkan saja dalam hati tidaklah cukup…
Karena Islam ini adalah tuntunan, bahkan cahaya yang merupakan jalan lurus, yang harus diikuti dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari…
Dalam menempuh jalan lurus itu…
Maka selanjutnya, Allooh memberi perintah :
فَٱحۡكُم بَیۡنَهُم بِمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَاۤءَهُمۡ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ
Kalau kalian membutuhkan suatu kepastian, suatu ketetapan dan suatu keputusan hukum…
Maka janganlah bimbang…
Janganlah ragu…
Allooh sudah mempersiapkannya…
Maka putuskanlah segala perkara itu dengan Al-Qur’an !!!
Sedemikian meyakinkannya jaminan Allooh…
Bahkan Allooh melarang untuk mengikuti kecenderungan dan kemauan hawa nafsu…
Yang muncul dan ada dalam diri manusia…
Sehingga…
Dalam ayat ini pun…
Adalah merupakan implementasi dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Muslim…
Bahwa “Laa Ilaaha Illallooh”, yang artinya adalah: “Tidak ada Tuhan yang benar dan berhak untuk diibadahi, kecuali hanyalah Allooh”…
Dimana dalam ayat ini…
Ditafsirkan bahwa…
Tidak ada hukum yang benar dan patut untuk dijadikan pedoman, kecuali adalah Kitab Allooh !!!
Oleh karena itu…
Maka orang yang tidak memutuskan suatu perkara dalam perkara-perkara manusia dan kemanusiaan….
Atau tidak memutuskan suatu perkara dalam perkara-perkara kehidupan dan setelah kehidupan…
Dengan menggunakan pedoman dan tuntunan dari Al-Qur’an….
Bahkan ia memilih menggunakan pedoman dan tuntunan dari selain Al-Qur’an…
Maka…
Bisa dipastikan bahwa orang itu tidak mengerti dan tidak memahami tentang MAKNA HAKIKI dari pernyataan (Laa Ilaaha Illallooh) yang dilontarkan oleh mulutnya sendiri…
Karena terbukti…
Bahwa ia cenderung memutuskan perkara yang dihadapinya itu…
Semata-mata menggunakan hawa nafsu dan kecenderungan manusia belaka…
لِكُلࣲّ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةࣰ وَمِنۡهَاجࣰاۚ
Maka…
Berikutnya, Allooh memberikan perbandingan…
Bahwa jika masa lalu dan masa kini itu berbeda, Allooh pun sudah menetapkan adanya perbedaan antara ketetapan dan pedoman bagi umat terdahulu dengan ketetapan dan pedoman bagi umat akhir zaman….
Sehingga tidak perlu lagi ragu, apakah Al-Qur’an ini masih relevan atau tidak untuk masa kini…
Bahkan untuk masa yang akan datang…
Karena sudah menjadi ketetapan Allooh…
Bahwa di setiap umat, pasti Allooh sudah tetapkan pedoman dan aturannya tersendiri…
Yang akan cocok untuk masanya…
Sebagaimana Al-Qur’an pastilah akan cocok dan relevan untuk akhir zaman !!!
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن لِّیَبۡلُوَكُمۡ فِی مَاۤ ءَاتَىٰكُمۡۖ
Perbedaan…
Perselisihan…
Bahkan perpecahan…
Adalah juga sudah merupakan _sunnatullooh_…
Ketentuan dan kepastian yang mesti berlaku di alam semesta ini…
Akan tetapi…
Kecenderungan peluang terjadinya perselisihan, bahkan perpecahan itu…
Bukanlah untuk dibenarkan…
Karena sesungguhnya…
Justru hal itu merupakan UJIAN…
Apakah kita termasuk orang yang mengerti, memahami dan konsekuen dalam mengimplementasikan keyakinan dan keimanan kita dalam realitas kehidupan nyata…
Ataukah termasuk orang yang tidak memahaminya….
Karena sesungguhnya…
Berbagai perbedaan, bahkan penyimpangan itu adalah semata-ma merupakan UJIAN…
Yang dengan ujian itu, manusia pasti akan tersaring….
Ada yang gagal…
Dan ada yang sukses…
Dan sudah barang tentu, kesuksesan itu adalah jika manusia mematuhi tuntunan yang dikehendaki Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa dan yang Allooh perintahkan manusia untuk menepatinya.
فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِۚ
Janganlah menjadi manusia yang tertinggal…
Akan tetapi…
Berlombalah dan bersainglah dalam kebaikan…
Jika anda ingin jadi pemenang…
Maka melajulah dengan kencang…
Akan tetapi…
Jika anda ingin menjadi manusia yang tertinggal…
Maka bukan suatu hal yang merugikan bagi Allooh, jika kalian pun tidak ikut masuk dalam arena…
إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِیعࣰا فَیُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِیهِ تَخۡتَلِفُونَ
Kemudian…
Allooh menutup ayat ini dengan isyarat dan aba-aba…
Bagi orang yang berakal…
Bagi orang yang menela’ah dan merenungkan kejadian yang tidak pernah luput di semesta alam ini…
Bahwa bila ada permulaan, pastilah akan ada akhir…
Bila ada hidup, maka pastilah akan ada mati…
Bila ada pergi, maka pastilah akan ada kembali…
Hal ini pun Allooh tidak luput menunjukkannya …
Allooh mengingatkan kepada manusia : _Wahai manusia, pastilah kalian akan dikembalikan…
Bukan hanya orang per orang…
Bukan hanya komunitas per komunitas…
Melainkan segenap manusia…
Kalian semuanya pasti akan Allooh kembalikan…
Tidak selamanya hidup di dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk ini….
Bahkan ketika kalian pun menetapkan permasalahan kalian dengan kehendak kalian sendiri…
Dengan hawa-hawa nafsu kalian sendiri…
Dan enggan untuk menjadikan Kitab Allooh sebagai pedoman dan tuntunan bagi keselamatan dan kebahagiaan kalian…
Maka ingatlah…
Apabila kelak kalian telah kembali mati dan menjadi tidak ada lagi di dunia ini…
Pastilah Allooh akan hidupkan kaian kembali…
Allooh akan bangkitkan dan kumpulkan kalian kembali…
Dan DI SAAT ITU lah…
ALLOOH akan SIDANG KALIAN…
DI SAAT ITU lah…
KALIAN PASTI akan TERCENGANG…
Dikala berita tentang perkara kecil maupun besar, yang pernah kalian ucapkan dan kalian kerjakan di saat kalian hidup di dunia…
Atau perkara yang kalian perselisihkan…
Atau perkara yang kalian ingkari…
Akan disidang satu persatu dihadapan Allooh… !!!
Sehingga kalian pasti tahu apa yang akan kalian terima…
Sebagai BALASAN…
Apabila apa yang kalian temukan dalam berita tentang prestasi ketika kalian di dunia itu menggembirakan…
Maka kelak kalian berhak untuk menghuni surga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa…
Yang di dalamnya tidak pernah akan ditemukan keluh kesah, kelelahan, kepahitan, dan kesusahan; sebagaimana yang kalian pernah rasakan saat hidup di dunia…
Akan tetapi sebaliknya…
Jika kalian menemui berita dari catatan amal kalian itu sesuatu yang mengenaskan, memilukan, memprihatinkan, menyedihkan, bahkan menakutkan….
Maka kalian pasti tidak akan lagi ada kesempatan untuk melarikan diri, menolaknya, atau berpaling dari neraka jahanam yang merupakan siksa dan azab yang pedih yang siap untuk membakar…
Sehingga DI SAAT ITU kalian baru akan merasakan…
Betapa APA YANG ALLOOH telah FIRMANKAN semuanya adalah suatu KEBENARAN !!!
(Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd)
(275) Allooh Itu Dekat
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
(QS. Al-Baqoroh/2: 186)
(274) Bagaikan Satu Bangunan
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Seorang mukmin terhadap orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, sebagian mereka menguatkan sebagian yang lain, dan beliau menjalin antara jari-jarinya.”
(HR. Bukhoory no: 6026, dari Abu Musa Al-Asy’ari رضي الله عنه)
(273) Diri Sendiri Yang Menanggung
Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shoolih maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Robb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.”
(QS. Fushshilat/41: 46)
(272) Adil Dimulai Dari Diri Sendiri
Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allooh, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allooh, sesungguhnya Allooh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Maa’idah/5 : 8)
(271) Lebih Merusak Dari Serigala
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah sekawanan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya, karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan.”
(HR. At Turmudzy no: 2376, dari Ka’ab bin Maalik رضي الله عنه, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany)
(270) Bersatu Tegakkan Syari'at Islam
Allõh سبحانه وتعالى berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ …
“Dia (Allõh) telah mensyari’atkan kepadamu agama, yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada ‘Ibrohim, Musa dan ‘Isa; yaitu: TEGAKKANLAH AGAMA dan JANGAN lah kamu BERPECAH-BELAH di dalam (menegakkan)-nya…..”
(QS. Asy Syũrõ/42: 13)
(269) Balasan Orang Penyayang
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أهل الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ أهل السَّمَاء
“Orang-orang yang penyayang, niscaya akan disayangi pula oleh (Allooh) Yang Maha Penyayang. Maka sayangilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit pun akan menyayangi kalian.”
(HR. Ahmad no: 6494, dari ‘Abdullooh bin ‘Amr رضي الله عنه, menurut syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth Hadits ini Shohiih li ghoirihi)
(268) Bermodal Cinta
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Al Bukhõry no: 6171 dan Al Imãm Muslim no: 2639, dari Shohabat Anas bin Mãlik رضي الله عنه, beliau mengatakan bahwa :
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ ، وَلاَ صَوْمٍ ، وَلاَ صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ : أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Seseorang bertanya pada Nabi صلى الله عليه وسلم, “Kapan terjadi Hari Kiamat, wahai Rosũlullõh?”
Beliau صلى الله عليه وسلم berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak sholat, banyak shoum dan banyak shodaqoh. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allõh dan Rosũl-Nya.”
Beliau صلى الله عليه وسلم berkata: “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.”
(267) Penjara Mukmin
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ»
Abu Hurairoh berkata, “Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Dunia itu adalah penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim, 4/2272, no: 2956, dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu)
(266) Anak-Anak Akherat
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: «ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ اليَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ»
Ali bin Abi Thoolib rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
“Dunia pergi membelakangi, sedangkan Akherat datang menyambut. Setiap dari dunia maupun akhirat, keduanya memiliki anak; maka jadilah kalian anak-anak dari Akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dari Dunia. Sungguh hari ini adalah kesempatan untuk beramal dan tidak ada perhitungan; sementara besok yang ada adalah perhitungan dan tidak ada kesempatan untuk beramal.”
(Shohiih al-Bukhory, 8/89)
(265) Salah Niat Dalam Menuntut Ilmu
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang belajar ilmu yang dengannya wajah Allooh dicari (– ‘ilmu syar’i — pent.), ia tidak mempelajarinya melainkan karena untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan aroma Surga nanti di Hari Kiamat.”
(HR. Abu Daawud no: 3664 dan HR. Ibnu Maajah no: 252, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, dishohiihkan Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany)
(264) Menolak Masuk Surga
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.”
Lalu dikatakan: “Siapakah yang menolak, ya Rosuulullooh?”
Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia pasti masuk surga; sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dialah orang yang menolak.”
(HR. Al-Bukhoory no: 7280, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(263) 5 Yang Ditanya
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ »
“Tidak akan bergerak kedua kaki manusia pada Hari Kiamat disisi Allõh, sehingga ia ditanya tentang 5 perkara :
1. Tentang UMUR-nya, dirusak (dipakai) untuk apa;
2. Tentang KEPEMUDAAN-nya, dihabiskan untuk apa;
3. Tentang HARTA-nya, darimana didapat;
4. Tentang HARTA-nya, kemana dibelanjakan;
5. Tentang AMALAN, apa yang diamalkan dari ilmu yang diketahuinya.”
(HR. At-Turmudzy no: 2602, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albãny رحمه الله, dari ‘Abdullõh bin Mas’ũd رضي الله عنه)
(262) Doa Anak Shoolih
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم : وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول أنى هذا ؟ فيقال باستغفار ولدك لك )
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa beliau صلى الله عليه وسلم bersabda,
“Sungguh derajat seseorang diangkat di dalam surga, lalu dia bertanya, “Darimana aku mendapatkan seperti ini?”
Lalu dijawab,“Karena istighfar (permohonan ampun) dari anakmu terhadapmu.”
(Ibnu Maajah, Sunnan Ibnu Maajah, Beirut: Daar Ihya Al-Kutub Al-A’robiyyah, hal.1207, no: 3660, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albaany dalam Shohiih Sunnan Ibnu Maajah no: 3650)
(261) Yang Dilihat: Hati & Amal
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allooh tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian; akan tetapi Allooh memperhatikan hati dan amal-amal kalian.”
(HR. Muslim no: 2564, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(260) Tidak Akan Dibiarkan
Allooh Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam QS. Yunus/10: 81:
{ ... إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ}
"Sesungguhnya Allooh tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang membuat kerusakan."
(259) Harga Kepatuhan
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rohimahullooh berkata:
من كان لله كما يريد كان الله له فوق ما يريد
“Barangsiapa yang selalu melakukan apa yang Allooh kehendaki, maka dia berhak mendapatkan lebih dari apa yang dia kehendaki.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah [wafat 751 H], Thoriiqul Hijrotaini Baabus Sa'aadataini, hal. 25)
(258) 5 Perkara Penimbang Ilmu
Syaqiq rohimahullooh berkata:
لَا تَجْلِسُوا مَعَ كُلِّ عَالِمٍ، إِلا عَالِمٍ يَدْعُوكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ: مِنَ الشَّكِّ إِلَى الْيَقِينِ، وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى النَّصِيحَةِ، وَمِنَ الْكِبْرِ إِلَى التَّوَاضُعِ، وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الإِخْلاصِ، وَمِنَ الرَّغْبَةِ إِلَى الرَّهْبَةِ"
“Janganlah kamu duduk dengan setiap orang yang berilmu, kecuali orang yang berilmu itu menyuruh kalian dari 5 kepada yang 5, yaitu: 1) dari ragu kepada yakin; 2) dari permusuhan kepada nasehat; 3) dari sombong kepada tawadhu’; 4) dari riya’ kepada ikhlas; dan 5) dari cinta dunia kepada zuhud.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Al-Maudhu'at, 1/257)
(257) Kewajiban Penuntut Ilmu
قال مالك: « إِنَّ حَقًّا عَلَى مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ وَخَشْيَةٌ وَأَنْ يَكُونَ مُتَّبِعًا لِآثَارِ مَنْ مَضَى قَبْلَهُ »
Imam Malik rohimahullooh berkata:
“Adalah merupakan suatu kewajiban bagi siapa yang mencari ilmu untuk memiliki sikap tawadhu’, tenang dan takut kepada Allooh, serta mengikuti peninggalan orang-orang (shoolih – pent.) sebelumnya.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/543, no: 899)
(256) Anti Sekulerisme
قَالَ الْقَاضِي: عِلْمُ الدُّنْيَا عِنْوَانُ الْآخِرَةِ وَسَبِيلُهَا
Al-Imam al-Qodhi ‘Iyaadh rohimahullooh berkata:
“Ilmu dunia itu SEMESTINYA adalah merupakan petunjuk dan jalan menuju akherat.”
(Ibnul ‘Aroby [wafat 453 H], Ahkaamul Qur’aan, 2/262)
(255) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #4
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ الْمِصْرِيُّ: مَعْنَاهُ أَنَّ الْخَشْيَةَ، لا تدرك بكثرة الرواية، وإنما الْعِلْمُ الَّذِي فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُتَّبَعَ، فَإِنَّمَا هُوَ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَمَا جَاءَ عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، فَهَذَا، لَا يُدْرَكُ إِلَّا بِالرِّوَايَةِ
Ahmad bin Shoolih al-Mishry berkata ketika mentafsirkan QS. Faathir/35: 28:
“Sikap takut itu tidak didapat dengan banyaknya riwayat; akan tetapi ilmu yang Allooh wajibkan untuk diikuti adalah Al-Kitab dan As-Sunnah, beserta apa saja yang berasal dari para Shahabat Nabi dan para Imam setelah mereka, yang semua ini tidaklah didapat kecuali dengan riwayat.”
(Ibnu Katsir [wafat tahun 774 H], Tafsir Ibnu Katsir, 6/482)
(254) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #3
قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: «لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا الْعِلْمُ خَشْيَةُ اللَّهِ»
‘Abdullooh bin Mas’uud berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu itu adalah takut kepada Allooh.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/758, no: 1401)
(253) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #2
قال مَالِك يَقُولُ: «إِنَّ الْعِلْمَ لَيْسَ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ وَلَكِنَّهُ نُورٌ يَجْعَلُهُ اللَّهُ فِي الْقُلُوبِ»
Al-Imam Maalik berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu itu merupakan cahaya yang Allooh jadikan di dalam hati.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/758, no: 1398)
(252) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #1
قال الخطيب البغدادي : عن أَبي بَكْرٍ الرَّازِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ الْخَوَّاصَ، يَقُولُ: «لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، وَإِنَّمَا الْعَالِمُ مَنَ اتَّبَعَ الْعِلْمَ وَاسْتَعْمَلَهُ، وَاقْتَدَى بِالسُّنَنِ، وَإِنْ كَانَ قَلِيلَ الْعِلْمِ »
Al-Khowwaash berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya meriwayatkan; melainkan orang yang berilmu itu adalah orang yang setia menggunakan dan mengamalkan ilmu yang diketahuinya, serta mengikuti sunnah-sunnah Nabi, betapapun ilmunya sedikit.”
(Al-Khatib al-Baghdaady, [wafat tahun 463 H], Iqtidhoo’ al-‘Ilmi al-‘Amal al-Khatib al-Baghdaady, hal. 30, no: 24)
(251) 3 Macam Ulama
قال ابن كثير: الْعُلَمَاءُ ثَلَاثَةٌ: عَالِمٌ بِاللَّهِ، عَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَعَالِمٌ بِاللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ، لَيْسَ بِعَالِمٍ بِاللَّهِ، فَالْعَالِمُ بِاللَّهِ وَبِأَمْرِ اللَّهِ الذي يخشى الله تعالى وَيَعْلَمُ الْحُدُودَ وَالْفَرَائِضَ، وَالْعَالِمُ بِاللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ الَّذِي يَخْشَى اللَّهَ وَلَا يَعْلَمُ الْحُدُودَ وَلَا الْفَرَائِضَ، وَالْعَالِمُ بِأَمْرِ اللَّهِ لَيْسَ العالم بِاللَّهِ الَّذِي يَعْلَمُ الْحُدُودَ وَالْفَرَائِضَ وَلَا يَخْشَى الله عز وجل.
Ibnu Katsir rohimahullooh berkata:
“Ulama itu ada 3 macam: 1) Orang berilmu tentang Allooh dan berilmu tentang perintah Allooh; 2) Orang berilmu tentang Allooh, tetapi tidak berilmu tentang perintah Allooh; 3) Orang berilmu tentang perintah Allooh, tetapi tidak berilmu tentang Allooh.
1) Adapun "orang yang berilmu tentang Allooh dan tentang perintah Allooh" adalah: orang yang takut kepada Allooh, tetapi dia juga mengetahui tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh.
2) Sedangkan "orang yang berilmu tentang Allooh, tetapi dia tidak berilmu tentang perintah Allooh" adalah: orang yang takut kepada Allooh, tetapi dia tidak tahu tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh.
3) Kemudian, "orang yang berilmu tentang perintah Allooh, tetapi dia tidak berilmu tentang Allooh" adalah: orang yang mengetahui tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh, tetapi sayangnya dia tidak takut kepada Allooh.”
(Ibnu Katsir [wafat tahun 774 H], Tafsir Ibnu Katsir, 6/483)
(250) 3 Tahapan Nahi Munkar
Abu Sa’id Al Khudri رضي الله عنه berkata: _"Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ.
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka ubahlah kemunkaran itu dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka ingkarilah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga dengan lisannya, maka ingkarilah dengan hatinya. Dan mengingkari dengan hati itu adalah iman yang sangat lemah (selemah-lemahnya iman)."
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 186)
(249) Agar Terhindar Neraka
Dalam Hadits dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم melalui Abu Hurairoh رضي الله عنه, dimana beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Demi yang jiwaku ditangan-Nya, tidak ingin kudengar seorangpun dari ummat ini, Yahudi atau Nashroni, yang mati lalu tidak beriman kepada ajaran yang kubawa, kecuali dia akan menjadi penghuni neraka.”
(Hadits Riwayat Imam Muslim no: 403)
(248) Kepala, Tiang & Puncaknya
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm At Turmudzy no: 2616 dan Hadits ini di-Shohĩh-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ.
“Kepala segala perkara adalah Islam. Tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah Al Jihãd.”
(247) 3 Amalan Tak Terputus
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 1631, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): 1) Shodaqoh jãriyah, 2) Ilmu yang bermanfaat, 3) Do’a anak yang shõlih.”
(246) Syafa'at Itu Milik Allooh
Sebagaimana firman Allõh سبحانه وتعالى dalam QS. Az-Zumar/39 : 44 :
قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً لَّهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.
“Katakanlah: "HANYA KEPUNYAAN ALLOOH syafã’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(245) Syafa'at Bersyarat Tauhid
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 199, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.
“Setiap Nabi mempunyai do’a yang mustajab. Maka, masing-masing Nabi segera menggunakan do’a tersebut. Namun, aku menyimpan do’a itu untuk memberi Syafã’at kepada ummatku pada Hari Kiamat, yang Syafã’at tersebut in syã Allõh akan sampai pada ummatku yang MATI TANPA MENYEKUTUKAN ALLOOH dengan sesuatu apa pun.”
(244) Bagai Tak Berdosa
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Ibnu Mãjah no: 4250 di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya رضي الله عنهما, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah bersabda :
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ ، كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ.
“Orang yang bertaubat dari suatu dosa, maka orang itu bagaikan orang yang tidak berdosa."
(243) Sebaik-Baik Orang Bersalah
Dalam Hadits Shohĩh Riwayat Al Imãm At Turmudzy no: 2499 di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Anas bin Mãlik رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون.
“Setiap anak Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat."
(242) Kemudahan Dunia Akherat
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2699, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة.
“Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allõh akan memberi kemudahan kepada orang itu di dunia dan di akhirat."
(241) Pertolongan Allooh
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2699, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ.
“Dan Allõh akan menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya."
(240) Jangan Campurkan Haq & Bathil
Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil; dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah/2: 42)
(239) Harta & Anak sebagai Cobaan
Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ.
"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."
(QS. Al-Anfal/8: 28)
(238) Lebih Busuk Baunya
إحياء علوم الدين (1/ 63): وقال الأوزاعي رحمه الله شكت النواويس ما تجد من نتن جيف الكفار فأوحى الله إليها بطون علماء السوء أنتن مما أنتم فيه.
Imam al-Auza'i berkata:
"Peti mati mengadu tentang busuknya bau bangkai orang-orang kafir; maka Allooh memberitahu padanya, bahwa isi perut-perut 'Ulama yang jahat lebih busuk dari apa yang kalian temui.”
(Ihya’u ‘Ulumuddin, 1/63)
(237) Makna Kecukupan
قَالَ جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ: مَنْ نَقَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ذُلِّ الْمَعَاصِي إلَى عِزِّ الطَّاعَةِ أَغْنَاهُ بِلَا مَالٍ، وَآنَسَهُ بِلَا أُنْسٍ، وَأَعَزَّهُ بِلَا عَشِيرَةٍ.
Ja’far bin Muhammad berkata:
“Barangsiapa yang Allooh rubah nasibnya dari kehinaan dan ma’shiyat menjadi ketaatan; maka itu berarti Allooh telah memberinya kecukupan, walaupun bukan dengan harta dan keluarga.”
(Muhammad Ibnu Muflih Ash-Shoolihy [wafat 763 H], Al-Aadaabusy Syar’iyyah wal Minahul Mar’iyyah, 1/153)
(236) Bukan Sekedar Menangis
قال القشيري (المتوفى: 465هـ) : لَيْسَ الخائف الَّذِي يبكي ويمسح عينيه إِنَّمَا الخائف من يترك مَا يخاف أَن يعذب عَلَيْهِ.
Imam Al-Qusyairy berkata:
“Takut (-- kepada Allooh –pent.) itu bukanlah sekedar menangis atau menyeka kedua mata; tetapi takut itu adalah meninggalkan sesuatu yang dia takut diadzab (-- oleh Allooh -- pent.) karenanya.”
(Al-Qusyairy [wafat 465 H], Ar-Risaalah Al-Qusyairiyyah, 1/253)
(235) Diantara 9 Tanda Orang Ikhlas
قال الحارث بن أسد المحاسبي، (المتوفى: 243هـ) :علامة المخلصين: إِذا نظر اعْتبر وَإِذا صمت تفكر وَإِذا تكلم ذكر وَإِذا منع صَبر وَإِذا أعطي شكر وَإِذا ابْتُلِيَ اسْترْجع وَإِذا جهل عَلَيْهِ حلم وَإِذا علم تواضع وَإِذا علم رفق وَإِذا سُئِلَ بذل
Al Haarits bin Assad Al-Muhaasiby berkata:
“Tanda orang ikhlas itu antara lain: 1) Jika dia melihat (sesuatu), maka dia akan mengambil pelajaran; 2) Jika dia diam, maka dia berpikir; 3) Jika dia berbicara, maka dia berdzikir; 4) Jika dia terhalang dari apa yang dia cari, maka dia sabar; 5) Jika diberi, maka dia bersyukur; 6) Jika diuji, maka dia bertaubat; 7) Jika dia tidak tahu, maka dia akan bersikap lembut; 8) Jika dia berilmu, maka dia tawadhu' (rendah hati), dan 9) Jika dia diminta, maka dia memberi.”
(Al Haarits bin Assad Al-Muhaasiby [wafat 763 H], Risaalah Al-Mustarsyidiin, hal.102)
(234) Akibat Murka Allooh
قال الغزالي الطوسي (المتوفى: 505هـ) : قال بعضهم إذا أبغض الله عبداً أعطاه ثلاثاً ومنعه ثلاثاً أعطاه صحبة الصالحين ومنعه القبول منهم وأعطاه الأعمال الصالحة ومنعه الإخلاص فيها وأعطاه الحكمة ومنعه الصدق فيها
Al Imam Al-Ghozali berkata:
“Sebagian Ulama berkata: Jika Allooh murka pada seorang hamba, niscaya Allooh beri padanya 3 hal, dan Allooh halangi darinya 3 hal, yaitu: 1) Allooh beri padanya kesempatan berteman dengan orang shoolih, tetapi dia tidak menerima dari mereka; 2) Kesempatan beramal shoolih, tetapi dia tidak ikhlas; 3) Diberi hikmah, tetapi dia tidak berupaya untuk menerapkannya dalam kehidupan.”
(Abu Hamid Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihya’u ‘Ulumuddiin, 4/378-379)
(233) Mencari Manisnya Iman
قال الحسن البصري رحمه الله تعالى : تفقدوا الحلاوة فِي ثلاثة أشياء فِي الصلاة والذكر وقراءة الْقُرْآن فَإِن وجدتم وإلا فاعلموا أَن الباب مغلق
Al-Hasan al-Bashry berkata:
“Carilah manisnya iman dalam 3 hal: 1) Sholat; 2) Dzikir; dan 3) Mengingat Allooh. Jika kalian menemukannya, berarti iman ada pada diri anda; tetapi jika tidak, maka ketahuilah bahwa pintu kebaikan telah tertutup.”
(Abdul Karim al-Qusyairy [wafat 465 H], Ar-Risaalah Al-Qusyairiyyah, 2/378)
(232) Beratnya Dosa terhadap Sesama Manusia
قال سفيان الثوري رحمه الله تعالى : إِنْ لَقِيتَ اللَّهَ تَعَالَى بِسَبْعِينَ ذَنْبًا فِيمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى أَهْوَنُ عَلَيْكَ مِنْ أَنْ تَلْقَاهُ بِذَنْبٍ وَاحِدٍ فِيمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْعِبَادِ
Sufyaan Ats-Tsaury berkata:
“Jika engkau bertemu Allooh, sedangkan engkau membawa 70 dosa antaramu dengan-Nya; maka yang demikian itu lebih mudah; dibandingkan dengan engkau membawa dosa antara dirimu dengan seseorang.”
(As-Samarqondy [wafat 373 H], Tanbihu al-Ghofiliin, hal. 380)
(231) 3 Tingkat Taqwa
قال ابن القيم : التَّقْوَى ثَلَاث مَرَاتِب إِحْدَاهَا حمية الْقلب والجوارح عَن الآثام والمحرّمات الثَّانِيَة حميتها عَن المكروهات الثَّالِثَة الحمية عَن الفضول وَمَا لَا يَعْنِي
Ibnul Qoyyim berkata:
“Taqwa itu ada 3 tingkatan, yakni sikap hati dan anggota badan untuk: 1) Menghindar dari dosa dan perkara-perkara harom; 2) Menghindar dari perkara-perkara yang makruh (dibenci); 3) Menghindar dari perkara-perkara yang sia-sia/ tak berguna.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah [wafat 751 H], Al-Fawaa’id, hal. 31-32)
(230) Perhatikan Apa yang Diutamakan
قال الفُضَيْلَ بن عياض : أَكذَبُ النَّاسِ العَائِدُ فِي ذَنْبِهِ، وَأَجهَلُ النَّاسِ المُدِلُّ بِحَسَنَاتِه، وَأَعْلَمُ النَّاسِ بِاللهِ أَخْوَفُهُم مِنْهُ، لَنْ يَكْمُلَ عَبْدٌ حَتَّى يُؤثِرَ دِيْنَهُ عَلَى شَهْوَتِهِ، وَلَنْ يَهْلِكَ عَبدٌ حَتَّى يُؤثِرَ شَهْوَتَه عَلَى دِيْنِهِ.
Al-Fudhoil bin ‘Iyaadh berkata:
“Manusia yang paling dusta adalah orang yang selalu kembali kepada perbuatan dosa; manusia yang paling bodoh adalah orang yang melenyapkan kebajikannya; manusia yang paling tahu tentang Allooh adalah mereka yang paling takut kepada-Nya. Tidaklah sempurna seorang hamba sehingga ia mengutamakan agamanya daripada syahwatnya; dan tidak akan celaka seorang hamba sehingga ia lebih mengedepankan syahwatnya daripada agamanya.”
(Syamsudin Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyaru A’laamin Nubala, 8/427)
(229) Akibat Takut pada Allooh & Zuhud
قال الفُضَيْلَ بن عياض :رَهْبَةُ العَبْدِ مِنَ اللهِ عَلَى قَدْرِ عِلْمِهِ بِاللهِ، وَزَهَادَتُهُ فِي الدُّنْيَا عَلَى قَدْرِ رَغْبَتِهِ فِي الآخِرَةِ، مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ، اسْتَغنَى عَمَّا لاَ يَعْلَمُ، وَمَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ، وَفَّقَهُ اللهُ لِمَا لاَ يَعْلَمُ، وَمَنْ سَاءَ خُلُقَهُ شَانَ دِيْنَهُ، وَحَسَبَهُ، وَمُرُوءتَهُ.
Al-Fudhoil bin ‘Iyaadh berkata:
“Takutnya seorang hamba terhadap Allooh adalah sesuai dengan kadar ilmunya tentang Allooh, zuhudnya seseorang terhadap dunia adalah sesuai dengan cintanya pada akherat. Barangsiapa yang beramal sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, dia akan merasa cukup dari apa yang tidak diketahuinya. Dan barangsiapa yang beramal sesuai dengan apa yang diketahuinya, maka Allooh akan mudahkan baginya terhadap sesuatu yang belum ia ketahui. Dan barangsiapa yang buruk perangainya, berarti dia telah mencoreng agamanya, harga dirinya dan kepatutannya.”
(Syamsudin Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyaru A’laamin Nubala, 8/427)
(228) Pemberi Manfaat & Penyelamat
Al-Fudhoil bin ‘Iyadh berkata :
مَنْ خَافَ اللهَ، لَمْ يَضُرَّهُ أَحَدٌ، وَمَنْ خَافَ غَيْرَ اللهِ، لَمْ يَنْفَعْهُ أَحَدٌ
“Barangsiapa yang takut kepada Allooh, maka tidak akan sesuatu apapun dapat memberinya bahaya: dan barangsiapa yang takut kepada selain Allooh, maka tidak akan ditemui apapun yang dapat memberinya manfaat.”
(Syamsuddiin Adz-Dzahaby [wafat 758 H], Siyaru A’lamin Nubala, 8/426-427)
(227) Akibat Kebaikan & Keburukan
‘Abdullooh bin ‘Abbas rodhiyalloohu ‘anhu berkata :
إنّ للحسنة ضياءً في الوجه، ونورًا في القلب، وسعة في الرزق، وقوةً في البدن، ومحبةً في قلوب الخلق. وإنّ للسيئة سوادًا في الوجه، وظلمةً في القلب، ووهنًا في البدن، ونقصًا في الرزق، وبغِضةً في قلوب الخلق
“Sesungguhnya kebajikan itu menyebabkan wajah bersinar, hati bercahaya, lapang rizqi, badan kuat, dan dicintai oleh manusia; sedangkan keburukan itu menyebabkan wajah suram, hati gelap, badan lemah, rizqi berkurang, dan kebencian dari manusia.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyah [wafat 751 H], Ad-Da’u wad Dawa’u, 1/135)
(226) Jangan Manfaatkan Agama untuk Maksiat
Al-Hasan al-Bashri memberi nasehat kepada Abu Hubairoh :
لا تركبن دين الله وعباده بسلطان الله، فإنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Janganlah engkau menjadikan agamamu dan manusia sebagai tungganganmu dengan mengatasnamakan Allooh, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allooh.”
(Ibnu Khalikan [wafat 681 H], Wafayat al-A’yaan, 2/71)
(225) Klaim yang Bathil
Abu Ya’qub Annahr Jaury berkata :
كل من ادعى محبة الله ولم يوافق الله في أمره فدعواه باطلة
“Setiap orang yang mengklaim bahwa dirinya mencintai Allooh, tetapi dia tidak menepati syari’at-Nya, maka klaimnya itu adalah bathil.”
(Ibnu Rojab al-Hambali, Majmu Rosa’il Ibnu Rojab, 3/60)
(224) Tanda Kedunguan
Al-Ahnaf berkata :
علامة الأحمق ثلاَث: سرعةُ الجواب، وكثرة الاَلتفاف، والثقة بكل أحد
“Tanda seorang itu dungu ada tiga : 1) Cepat menjawab, 2) Banyak tolah-toleh, dan 3) Percaya pada setiap orang.”
(Ahmad An-Naisabury [wafat 518 H], Majma’ul Amtsal, 2/458)
(223) Tidak Mengumbar Sumpah
Al-Imaam Asy-Syafi’iy rohimahullooh berkata :
ما حلفت بالله تعالى لا صادقاً ولا كاذباً قط
“Aku tidak pernah bersumpah, baik pada saat benar, maupun pada saat dusta.”
(Al-Ghozali, Ihya’u ‘Ulumuddiin, 1/24)
(222) Penyebab Hina
Abu Hanifah rohimahullooh berkata :
مَنْ طَلَبَ الرِّيَاسَةَ بِالْعِلْمِ قَبْلَ أَوَانِهِ لَمْ يَزَلْ فِي ذُلٍّ مَا بَقِيَ
“Barangsiapa yang mencari jabatan dengan ilmu sebelum saatnya tiba (– menjilat — pent.), niscaya dia akan selalu berada dalam kehinaan selama hidupnya.”
(Imam Al-Khothooby [wafat 388 H], Al-‘Uzlah, hal. 83)
(221) Cinta itu Taat
Al-Hasan Al-Bashri berkata :
اعلَم أَنَّكَ لَن تُحِبَّ اللَّهَ حَتَّى تُحِبَّ طَاعَتَهُ
“Ketahuilah olehmu, bahwa engkau tidak akan disebut benar dalam mencintai Allooh, sehingga engkau mencintai ketaatan kepada-Nya.”
(Ibnu Rojab al-Hambali [wafat 795 H], Syarah Kalimat al-Ikhlash, hal. 85)
(220) Sedikitnya yang Menjadikan sebagai Pelajaran
Bahaa’uddiin al-Baghdaady berkata :
ما أكثر العبر وأقلّ الاعتبار
“Berapa banyak pelajaran, namun betapa sedikit orang yang menjadikannya sebagai pelajaran.”
(Bahaa’uddin al-Baghdaady [wafat 562 H], At-Tadzkiroh Al-Hamduniyyah, 1/77)
(219) Seimbang dalam Cinta, Harap (Roja') & Takut (Khouf)
Sebagian Ulama Salaf berkata :
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيقٌ وَمَنْ عَبَدَهُ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِئٌ وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْخَوْفِ وَحْدَهُ فَهُوَ حروري وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْحُبِّ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ مُوَحِّدٌ
“Barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena Cinta, maka dia seorang Zindiq (Munafiq); barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena ber-Harap (Roja’), maka dia seorang Murji’ah; dan barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena Takut (Khouf), maka dia seorang Khowarij. Tetapi, barangsiapa beribadah kepada Allooh dengan rasa Cinta, Harap, dan Takut; maka dia seorang Mu’min yang ber-Tauhid.”
(Ibnu Abil Izz al-Hanafi [wafat 792 H], Syarah al-‘Aqidah ath-Thohawiyyah, hal. 331)
(218) Saat Patah Harapan
Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata :
لَوْ يَئِسْتَ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى لَا تُرِيدَ مِنْهُمْ شَيْئًا، لَأَعْطَاكَ مَوْلَاكَ كُلَّ مَا تُرِيدُ
"Jika engkau patahkan harapanmu dari manusia, sehingga tidak berharap apapun dari mereka, maka Allooh akan beri apa yang engkau mau."
(Ibnu 'Abdil Barr [wafat 795 H], Jami'ul Ulum wal Hikam, 1/494)
(217) Berlindung dari Tirani
'Abdullooh bin Mas'uud rodhiyalloohu 'anhu berkata :
إِذَا كَانَ عَلَى أَحَدِكُمْ إِمَامٌ يَخَافُ تَغَطْرُسَهُ، أَوْ ظُلْمَهُ، فَلْيَقُلِ: "اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، كُنْ لِي جَارًا مِنْ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلَائِقِكَ؛ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ، أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلَا إِلَهَ إلا أنت"
"Jika seorang dari kalian takut terhadap kedzoliman dan ketiranian penguasa, maka hendaknya ia berdo'a dengan do'a ini : "Ya Allooh, Penguasa tujuh langit dan Penguasa 'arsy yang agung, jadilah Engkau Pelindungku dari si Fulan (-- sebut nama sang penguasa -- pent.) dan kelompoknya. Sungguh perlindungan-Mu Maha Perkasa dan Engkau Maha Terpuji, dan tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanyalah Engkau."
(Al-'Adabul Mufrod, no: 707, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albaany)
(216) Akibat Perbuatan
Al-Hasan al-Bashri berkata :
الْعَمَلُ بِالْحَسَنَةِ نُورٌ فِي الْقَلْبِ وَقُوَّةٌ فِي الْبَدَنِ، وَالْعَمَلُ بِالسَّيِّئَةِ ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ، وَوَهَنٌ فِي الْبَدَنِ
"Perbuatan baik menyebabkan hati menjadi bercahaya, dan badan menjadi sehat; sedangkan perbuatan buruk menyebabkan hati menjadi gelap, dan badan menjadi sakit."
(Ibnu Abid Dunya, At-Taubah, hal. 141, no: 193)
(215) Akibat Maksiat
Al-Hasan al Bashri berkata :
ما عصى الله عبد إلا أذله الله
"Tidaklah seorang hamba bermaksiat kepada Allooh, maka Allooh akan hinakan dia."
(Ibnul Qoyyim, Roudhotul Muhibbin, hal. 441)
(214) Paling Kikir dan Paling Lemah
Abu Hurairoh rodhiyalloohu 'anhu berkata :
أَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلَامِ، وَأَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ
"Manusia yang paling kikir adalah manusia yang kikir dalam bersalam; dan manusia yang paling lemah adalah manusia yang tidak berdo'a."
(Adh-Dhobiy ad-Du'a, hal. 220)
(213) 3 Perkara bagi Guru & Murid
Al Ghozali berkata :
إذا جمع المعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المتعلم الصبر والتواضع وحسن الخلق وإذا جمع المتعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المعلم العقل والأدب وحسن الفهم
"Jika pada seorang Mu'allim (guru) terdapat tiga perkara, maka telah sempurnalah nikmat bagi seorang Murid (pelajar), yakni: Sabar, Tawadhu' dan Akhlaq yang Mulia. Dan jika tiga perkara terdapat pada seorang Murid (pelajar), maka demikian pula nikmat telah sempurna bagi seorang Mu'allim (guru), yakni : Akal yang cerdas, Akhlaq yang mulia dan Kemampuan paham yang tajam."
(Ihya''Ulumuddin, 1/76)
(212) Kuatirnya Shohabat Rosul
'Umar bin Al-Khothob rodhiyallohu 'anhu berkata :
كنا ندع تسعة أعشار الحلال مخافة أن نقع في الحرام
"Kami tinggalkan 9 dari 10 perkara yang halal, karena kami takut terjebak dalam perkara yang harom."
(Ihya 'Ulumuddin, 2/95)
(211) 5 Jenis Hari
Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu 'anhu berkata :
أَشَدُّ الْأَعْمَالِ ثَلَاثَةٌ: إِعْطَاءُ الْحَقِّ مِنْ نَفْسِكَ، وَذِكْرُ اللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَمُوَاسَاةُ الْأَخِ فِي الْمَالِ
"Amalan yang paling berat adalah 3 perkara, yaitu : 1) Menunaikan hak orang lain, 2) Mengingat Alloh di setiap keadaan, dan 3) Solider dengan harta terhadap saudara."
(Hilyatul Auliya', 1/85)
(210) 3 Jenis Hakim
Rosuulullooh sholalloohu 'alaihi wassallam bersabda :
الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ، اثْنَانِ فِي النَّارِ، وَوَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ، رَجُلٌ عَلِمَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ، وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ جَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ
"Hakim itu ada tiga golongan; satu akan masuk surga dan dua golongan lainnya akan masuk ke dalam neraka. Adapun Hakim yang akan masuk ke dalam surga adalah Hakim yang mengetahui kebenaran lalu dia memutuskan perkara dengannya. Sedangkan Hakim yang akan masuk neraka adalah Hakim yang mengetahui kebenaran, akan tetapi dia berbuat dzolim dalam memutuskan perkaranya; dan juga Hakim yang memutuskan perkara diatas kebodohan."
(HR. Abu Daud no: 3573, HR At-Turmudzi no: 1322, dan HR. Ibnu Majah no: 2315, dari Buraidah bin al-Hushoib al-Aslamy radhiyalloohu 'anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albaany)
(209) Siapa yang Dimaksiati
بِلَالَ بْنَ سَعْدٍ يَقُولُ:
لَا تَنْظُرْ إِلَى صُغْرِ الْخَطِيئَةِ وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى مَنْ عَصَيْتَ
Bilal bin Sa'ad berkata :
"Janganlah engkau melihat pada kecilnya dosa (kesalahan); akan tetapi lihatlah olehmu SIAPA yang engkau maksiati."
(Hilyatul Auliya, 5/223, no: 1)
(208) Syarat Ulama Mujtahid
قال ابن القيم :
وَالْمُجْتَهِدُ مَنْ جَمَعَ خَمْسَةَ عُلُومٍ عِلْمُ كِتَابِ اللَّهِ وَعِلْمُ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَقَاوِيلُ عُلَمَاءِ السَّلَفِ مِنْ إِجْمَاعِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ وَعِلْمُ اللُّغَةِ وَعِلْمُ الْقِيَاسِ
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata :
"Ulama yang bertingkat Mujtahid adalah mereka yang terhimpun padanya 5 ilmu, yakni : 1) Ilmu tentang Kitabulloh; 2) Ilmu tentang Sunnah Rosululloh; 3) Ilmu tentang Pernyataan dan Pendapat para Ulama Salaf, baik dalam hal Ijma'(perkara yang disepakati), maupun perkara yang diperselisihkan; 4) Ilmu Bahasa Arab; dan 5) Ilmu tentang Qiyas."
('Aunul Ma'bud, 9/354)
(207) Efek Ambisi Kedudukan
Fudhail Bin Iyadh rohimahullooh berkata,
"Barangsiapa yang mencintai kedudukan, maka dia akan memiliki sifat hasad, melampaui batas, dan gigih untuk mencari-cari kesalahan orang lain; dan dia tidak suka sebutan kebaikan ada pada orang lain."
(Ibnu 'Abdil Barr, wafat 463 Hijriyah, Jami'u Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 569).
Tidak sedikit penduduk bumi masa kini....
Yang mengkritik teriakan kesuksesan seseorang, jika orang tersebut mencapai kedudukan yang tinggi dan terhormat di mata manusia....
Kehormatan dan tingginya status di hadapan manusia ini memang menggiurkan...
Betapa tidak....
Dengan kedudukannya yang terhormat itu, dia disanjung, dihormati, dimanja...
Sehingga yang demikian itu dikiranya dapat menyebabkan kepuasan yang sangat...
Namun...
Jika tidak dibarengi, dan tidak didampingi, serta tidak dituntun oleh kebenaran dan petunjuk Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa....
Maka kecintaan itu akan melahirkan karakter-karakter yang sangat tercela...
Sampai-sampai 4 karakter buruk akan muncul dari orang tersebut....
Sifat-sifat buruk itu antara lain adalah...
1) Iri terhadap orang lain...
2) Cenderung mendorong untuk berlaku aniaya dan melampaui batas....
3) Gigih dalam mencari celah dan kesalahan orang lain...
4) Bahkan ada rasa tidak suka dan rasa tidak senang, ataupun ada rasa dongkol; jika orang lain kebaikannya disebut-sebut...
Dapat dibayangkan kalau karakter ini terdapat pada sebagian orang yang berkuasa...
Maka....
Itu adalah merupakan indikasi...
Bahwa cinta dan ambisi jabatan terdapat pada mereka yang memang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan hidupnya.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(206) Islam dan Keadilan Sosial
Pada masa Kholifah al Walid bin 'Abdul Malik, telah diupayakan : TUNJANGAN khusus bagi para penyandang KUSTA sebagai kompensasi dari isolasi, PEMBANTU bagi para JOMPO dan GUIDE/PENUNTUN bagi para TUNANETRA.
(al-Islam wal Hadhoroh wa Daurusy Syababil Muslim, 1/146)
Bukti ISLAM RAHMATAN LIL 'ALAMIN dalam sejarah perjalanan ummat Islam tak mungkin dinafikan.
Sedemikia