Posts tagged ‘islam’

Assalamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh
Bagi para pembaca yang akan mengcopy paste, mengambil ataupun menyebarkan semua atau sebagian dari isi Blog Al Ustadz Achmad Rofi'i -hafidzohullooh- ini diharapkan untuk menjaga keotentikan naskahnya serta hendaknya menyebutkan Blog ini sebagai sumbernya.
Barokalloohu fiikum.
(340) Tangisan Terbaik
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
“أفضل البكاء بكاء العبد عَلَى مَا فاته من أوقاته عَلَى غَيْر الموافقة.
“Sebaik-baik tangisan adalah tangisan seorang hamba akan waktu-waktu lalunya yang tidak sesuai dengan pedoman/tuntunan (Islam).”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(339) Dakwah Dengan Hikmah
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“SERU lah (MANUSIA) kepada jalan Robb (Tuhan)-mu DENGAN HIKMAH dan PELAJARAN yang BAIK; dan BANTAH lah mereka DENGAN CARA yang BAIK. Sesungguhnya TUHAN-mu, Dia lah yang LEBIH MENGETAHUI tentang SIAPA yang TERSESAT dari jalan-Nya, DAN Dia lah yang LEBIH MENGETAHUI ORANG-ORANG yang MENDAPAT PETUNJUK.”
(An-Nahl/16: 125)
(338) Jangan Terpesona Perhiasan Dunia
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan diantara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka, dan berendah hati lah engkau terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Hijr/15: 88)
(337) Di Akhir Zaman, Kebodohan & Kemungkaran Merebak
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ
“Diantara tanda hari kiamat, yaitu: Akan nampak kebodohan; Ilmu diangkat; Zina nampak; Khamr diminum; Akan semakin sedikit bilangan laki-laki dan semakin banyak bilangan wanita, sehingga 50 wanita dipimpin (ditanggung) oleh seorang laki-laki’.”
(HR. Al-Bukhoory no: 5577, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu)
(336) Di Akhir Zaman, Hukum Diperjualbelikan
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“أَخَافُ سِتًّا إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْءً يَنْشَئُونَ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَسَفْكَ الدَّمِ
“… Aku takut kalian akan mengalami (suatu zaman dimana) para pemimpin yang dungu; hukum yang diperjualbelikan; banyaknya polisi; putus silaturrohim; muncul generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian; serta tumpah darah.”
(HR. Ahmad no: 23970, menurut Syaikh Syu’aib al-Arna’uth hadits ini shohiih lighoirihi)
(335) Di Akhir Zaman, Amanah Disia-Siakan
Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“… ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ.
“… Akan datang masa setelah kalian, dimana manusia saat itu akan bersaksi padahal tidak diminta bersaksi; mereka berkhianat dan tidak bisa diberi amanah; mereka akan bernadzar tetapi mereka tidak menepatinya; dan akan muncul ditengah mereka orang-orang berbadan gemuk.”
(HR. Al-Bukhori no: 2651 dan HR. Muslim no: 2535 dari ‘Imron bin Hushoin rodhiyalloohu ‘anhu)
(334) Cara Pandang
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
من نظر إِلَى الدنيا نظر إرادة وحب لَهَا أخرج اللَّه نور اليقين والزهد من قلبه
“Barangsiapa yang memandang pada dunia ini dengan rasa cinta, maka Allooh hilangkan keyakinan dan zuhud dari dirinya.”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(333) Beda Keadaan
‘Aamir bin Qois rohimahullooh berkata:
إن أشد أهل الجنة فرحاً في الجنة أطولهم حزناً في الدنيا.
“Sesungguhnya orang yang paling berbahagia di surga adalah orang yang paling lama sedihnya di dunia.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/122)
(332) Tempat Bermain
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan KEHIDUPAN DUNIA hanyalah PERMAINAN dan SENDAU GURAU belaka. Sedangkan NEGERI AKHIRAT itu, sungguh LEBIH BAIK bagi ORANG-ORANG yang BERTAQWA. Tidakkah kamu mengerti?”
(QS. Al-An’aam/6: 32)
(331) Penyebab Amal Sia-Sia
Ahmad bin Abul Hawaari rohimahullooh berkata:
من عمل عملا بلا اتباع سنة رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فباطل عمله
“Barangsiapa yang beramal tanpa mengikuti sunnah Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam, maka amalannya sia-sia.”
(Al-Qusyairi [wafat 465 H], Ar-Risaalah al-Qusyairiyah, 1/68)
(330) Pemberian Terbaik
وَسُئِلَ ابْنُ الْمُبَارَكِ مَا خَيْرُ مَا أُعْطِيَ الرَّجُلُ قَالَ غَرِيزَةُ عَقْلٍ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ أَدَبٌ حَسَنٌ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ أَخٌ صَالِحٌ يَسْتَشِيرُهُ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ صَمْتٌ طَوِيلٌ قِيلَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ مَوْتٌ عَاجِلٌ
‘Abdullooh bin al-Mubaarok rohimahullooh ditanya: “Apakah sebaik-baik pemberian Allooh yang diberikan pada seseorang?”
Beliau menjawab: “KECERDASAN AKAL; jika tidak, maka AKHLAQ yang BAIK; jika tidak, maka TEMAN yang BAIK sebagai tempat berkonsultasi; dan jika tidak, maka tutup mulut saja; dan jika itupun tidak, maka mati yang disegerakan.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Dzammul Hawa, hal. 10)
(329) Yang Lebih Berat
Yusuf bin Asbaath rohimahullooh berkata:
الزهد في الرياسة أشد من الزهد في الدنيا
“Sikap tidak ambisius terhadap kekuasaan adalah lebih berat daripada zuhud terhadap dunia.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/408)
(328) Zuhud
Ibnu Katsiir rohimahullooh berkata:
الزهد ثلاثة، واجب، ومستحب، وزهد سلامة، فأما الواجب فالزهد في الحرام، وَالزُّهْدُ عَنِ الشَّهَوَاتِ الْحَلَالِ مُسْتَحَبٌّ، وَالزُّهْدُ عَنِ الشُّبَهَاتِ سَلَامَةٌ.
“ZUHUD itu adalah sesuatu yang WAJIB, ANJURAN serta KESELAMATAN; (menjadi) WAJIB ketika menghadapi perkara haram; (menjadi) ANJURAN ketika menghadapi syahwat terhadap yang halal, serta (menjadi) KESELAMATAN ketika menghadapi perkara syubhat (remang-remang).”
(Ibnu Katsiir [wafat 774 H], Al-Bidaayah wan Nihaayah, 10/137-138)
(327) Sebab Akibat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
اعلم انه من تعلم القرآن جل في عيون الناس ومن تعلم الحديث قويت حجته
“Ketahuilah olehmu, bahwa siapa yang mempelajari Al-Qur’an maka dia akan terpandang di tengah-tengah manusia; sedangkan siapa yang mempelajari Al-Hadits maka dia akan kuat argumentasinya.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 1/436)
(326) Cukup Dengan Yang Maslahat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
يا ربيع رضا الناس غاية لا تدرك فعليك بما يصلحك فالزمه فانه لا سبيل الى رضاهم
“Wahai Robii’, selera manusia itu tak terbatas, maka ambillah yang maslahat untukmu lalu pegang teguhlah; sebab tidak ada jalan untukmu memenuhi selera mereka semuanya.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 1/436)
(325) Lima Periode Perjalanan Ummat Islam
Dari An Nu’man bin Basyĩr رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda,
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ, ثُمَّ سَكَتَ
“1) KENABIAN ditengah-tengah kalian akan berlangsung sebagaimana Allõh kehendaki, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 2) KHILAFAH DIATAS PEDOMAN NABI صلى الله عليه وسلم, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 3) MULKAN ‘ADHON / (KERAJAAN “yang menggigit”/ TURUN TEMURUN –pent.), kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 4) MULKAN JABRIYYAH / KEKUASAAN TIRANI, kemudian Allõh angkat jika Allõh kehendaki. Kemudian: 5) KHILAFAH DIATAS PEDOMAN NABI صلى الله عليه وسلم. Kemudian Rosũlullõh diam.”
(HR. Ahmad no: 18402, dari Shohabat An Nu’man bin Basyĩr رضي الله عنه, dan berkata Syaikh Syuaib Al Arnã’uth رحمه الله bahwa sanad Hadits ini Hasan, dan Hadits ini di-shohĩhkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny رحمه الله dalam Kitab “Silsilah Hadits Shohĩh” no: 5)
(324) Takut Pada Allooh
‘Aamir bin Qois rohimahullooh berkata:
من خاف الله أخاف الله منه كل شيء ومن لم يخف الله أخافه الله من كل شيء.
“Barangsiapa takut pada Allooh, maka segala sesuatu akan takut kepadanya; sedangkan barangsiapa tidak takut pada Allooh, maka dia akan takut pada segala sesuatu.”
(Ibnul Jauzy [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/122)
(323) Pembodohan
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
(وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔایَـٰتِنَاۤ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِی۟هِۦ فَقَالَ إِنِّی رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ فَلَمَّا جَاۤءَهُم بِـَٔایَـٰتِنَاۤ إِذَا هُم مِّنۡهَا یَضۡحَكُونَ وَمَا نُرِیهِم مِّنۡ ءَایَةٍ إِلَّا هِیَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَاۖ وَأَخَذۡنَـٰهُم بِٱلۡعَذَابِ لَعَلَّهُمۡ یَرۡجِعُونَ وَقَالُوا۟ یَـٰۤأَیُّهَ ٱلسَّاحِرُ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ إِنَّنَا لَمُهۡتَدُونَ فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابَ إِذَا هُمۡ یَنكُثُونَ وَنَادَىٰ فِرۡعَوۡنُ فِی قَوۡمِهِۦ قَالَ یَـٰقَوۡمِ أَلَیۡسَ لِی مُلۡكُ مِصۡرَ وَهَـٰذِهِ ٱلۡأَنۡهَـٰرُ تَجۡرِی مِن تَحۡتِیۤۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ أَمۡ أَنَا۠ خَیۡرࣱ مِّنۡ هَـٰذَا ٱلَّذِی هُوَ مَهِینࣱ وَلَا یَكَادُ یُبِینُ فَلَوۡلَاۤ أُلۡقِیَ عَلَیۡهِ أَسۡوِرَةࣱ مِّن ذَهَبٍ أَوۡ جَاۤءَ مَعَهُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ مُقۡتَرِنِینَ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُوا۟ قَوۡمࣰا فَـٰسِقِینَ فَلَمَّاۤ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَـٰهُمۡ أَجۡمَعِینَ فَجَعَلۡنَـٰهُمۡ سَلَفࣰا وَمَثَلࣰا لِّلۡـَٔاخِرِینَ)
(46) Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam.”
(47) Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.
(48) Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(49) Dan mereka berkata, “Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”
(50) Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.
(51) Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat?”
(52) “Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?”
(53) “Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?”
(54) “Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.”
(55) Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
(56) “maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.
[QS. Az-Zukhruf/43: 46 – 56]
RENUNGAN:
Nabi Musa ‘alaihissalaam mendatangi Fir’aun dan menyampaikan informasi dan permakluman bahwa dia adalah utusan Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa…
Sikap Fir’aun terhadap Musa ‘alaihissalaam dan informasi yang disampaikannya adalah mentertawakannya…
Bahkan tidak cukup sampai di situ…
Musa ‘alaihissalaam pun dituduhnya sebagai tukang sihir…
Bahkan tidak cukup sampai di situ…
Fir’aun pun menantang dan menagih akan apa yang Allooh janjikan…
Sembari menampakkan keangkuhannya, bahwa dialah orang yang berada di pihak yang benar…
Fir’aun kemudian menunjukkan kepada kaumnya…
Bahwa dialah orang yang terhormat…
Sedangkan Musa ‘alaihissalaam adalah orang yang jelata lagi hina….
Fir’aun kemudian merendahkan dan membodohi kaumnya…
Agar semakin ditaati dan dipatuhi…
Tetapi semua upaya dan makar itu berakhir dengan ditenggelamkannya Fir’aun ke dasar laut merah….
Untuk kemudian menjadi bukti bagi orang yang berakal…
Bahwa yang hina bukanlah Musa ‘alaihissalaam…
Akan tetapi….
Orang yang fasik adalah orang yang berkarakter seperti Fir’aun…
Serta orang-orang yang membela terhadap kemauan Fir’aun….
Nampaknya ada gejala sejarah yang berulang…
Yang harus bangsa kita ini sadari dari pelajaran kisah diatas…
Serta hendaknya kita tajam untuk menganalisa atas hal itu….
Ada STRATEGI MEMBUAT OPINI…
Agar kebenaran ditampakkan seakan berada di pihak Fir’aun….
Dan kesalahan, bahkan kesesatan, ditampakkan seakan berada di pihak Musa ‘alaihissalaam…..
Saya khawatir…
Kalaulah benar apa yang terungkap…
Bahwa pembelaan terhadap kesalahan, dikategorikan sebagai peluang investasi…
Sementara…
Menyampaikan aspirasi, justru dituding sebagai upaya radikal…
Opini Fir’aun terus diarahkan dan dibentuk…
Agar orang yang lemah dalam berpikir, menjadi membenarkan…
Yang pada akhirnya akan berpihak kepada Fir’au…
Sehingga….
Yang benar akan tampak bagaikan kesesatan….
Sementara yang sesat, justru seolah ditampakkan bagaikan kebenaran yang harus dipatuhi dan diikuti….
Namun jika hal yang demikian itu tidak segera dibersihkan…
Tidak segera direvisi…
Tidak segera dipulihkan….
Tidak segera diluruskan…
Tidak segera dikembalikan…
Tidak segera diperbaiki…
Maka….
Sungguh saya khawatir….
Sejarah pun akan berulang kembali….
Yaitu bangsa dan negara ini akan ambruk sebagaimana Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa membuat Fir’aun dan kaumnya menjadi ambruk dan terhina….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc., M.M.Pd.)
(322) 4 Kebahagiaan
Abu Hatim Al-Busty rohimahullooh berkata:
من سعادة المرء خصالا أربعا أن تكون زوجته موافقة وولده أبرارا وإخوانه صالحين وأن يكون رزقه في بلده
“Empat kebahagiaan seseorang: 1) Istrinya yang selalu selaras (dengannya); 2) Anaknya yang berbuat baik; 3) Saudaranya yang shoolih; dan 4) Rizqinya yang didapat dari dalam negeri.”
(Abu Hatim Al-Busty [wafat 354 H],Raudhatul ‘Uqala, hal. 101)
(321) Teman Yang Buruk
Al-Imaam Ibnu Hibban Al-Busty rohimahullooh berkata:
العاقل لا يصاحب الأشرار لأن صحبة صاحب السوء قطعة من النار تعقب الضغائن لا يستقيم وده ولا يفي بعهد
“Orang yang berakal pastilah tidak akan berteman dengan orang jahat, karena teman yang buruk adalah bagian dari api neraka yang akan memicu kebencian. Rasa cintanya tidak akan abadi, bahkan dia tidak akan menepati janji.”
(Abu Hatim Al-Busty [wafat 354 H], Raudhatul ‘Uqala, hal. 101)
(320) Kalimat Bermakna
Telah ditanyakan pada Hamdun bin Ahmad bin ‘Imaroh al-Qoshshoor:
ما بال كلام السلف أنفع من كلامنا، قال: لأنهم تكلموا لعز الإسلام ونجاة النفوس ورضا الرحمن، ونحن نتكلم لعز النفوس وطلب الدنيا ورضا الخلق
“Mengapa PERKATAAN PENDAHULU UMMAT ini LEBIH MEMBEKAS dibanding perkataan kita?”
Beliau menjawab: “MEREKA itu jika BERBICARA, maka bicaranya adalah UNTUK KEJAYAAN ISLAM, KESELAMATAN JIWA, dan RIDHO ALLOOH; sedangkan kalau kita berbicara maka untuk kehormatan diri, mencari dunia dan mencari keridhoan manusia.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Shifatush Shofwah, 2/313-314, no: 868)
(319) Standard Al-Haq & Al-Bathil
‘Ali bin Abi Tholib rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
إن الحق والباطل لا يعرفان بأقدار الرجال، وبإعمال الظن، اعرف الحق تعرف أهله، واعرف الباطل تعرف أهله
“Sesungguhnya AL-HAQ dan AL-BATHIL itu TIDAK lah DIKETAHUI DENGAN KEDUDUKAN ORANG atau PRASANGKA; namun KETAHUILAH AL-HAQ itu niscaya kamu akan KENAL ORANGNYA dan KENALILAH AL-BATHIL itu niscaya kamu akan KENAL ORANGNYA.”
(Al-Baladzri [wafat 279 H], Ansaabul Asyroof, 2/239)
(318) Kunci Kedamaian
Abu bakar Ash-Shiddiiq rodhiyalloohu ‘anhu telah berkata:
وجدنا الكرم في التقوى والغنى في اليقين والشرف في التواضع
“Sesungguhnya kedermawanan itu ada pada taqwa, kecukupan itu ada pada yakin, dan kemuliaan itu ada pada tawadhu’ (rendah hati).”
(Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihya’u ‘Ulumiddiin, 3/343)
(317) Muslim Pilihan
‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا سَدَّدَهُ، وَجَعَلَ سُؤَالَهُ عَمَّا يَعْنِيهِ، وَعِلْمَهُ فِيمَا يَنْفَعُهُ
“Jika Allooh menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allooh akan membimbingnya, menjadikan permintaannya pada hal-hal yang bermanfaat dan memberinya ilmu yang bermanfaat.”
(Ibnu Baththoh [wafat 387 H], Al-Ibaanah al-Kubro, 1/419 No. 337)
(316) Pengaruh Penguasa
Mundzir bin Sa’id rohimahullooh berkata:
إِذَا خَشَعَ جَبَّارُ الأَرضِ رَحِمَ جَبَّارُ السَّمَاءِ
“Jika penguasa bumi merendahkan hatinya (pada Allooh), niscaya Penguasa langit (Allooh) akan menurunkan kasih sayang-Nya.”
(Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyar A’laamin Nubala, 16/177)
(315) Pembawa Al-Qur’an
‘Abdulloh bin Mubarok rohimahullooh berkata:
كم من حامل للقرآن والقرآن يلعنه من جوفه وإذاعصى حامل القرآن ربه ناداه القرآن من جوفه: والله ما لهذا حملت. ألا تستحي من ربك
“Berapa banyak pembawa Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an mengutuknya dari dalam perutnya sendiri; jika orang itu melakukan ma’shiyat kepada Allooh maka Al-Qur’an berteriak dari dalam perutnya, ‘Demi Allooh, bukan untuk ini aku disimpan dalam dirimu. Tidakkah kamu punya malu terhadap Tuhanmu’?”
(Asy-Sya’rooni [wafat 873 H], Tanbihul Mughtariin, hal. 286)
(314) Syahwat Dunia
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من غلبت عليه شدة الشهوة لحب الدنيا لزمته العبودية لأهلها ومن رضي بالقنوع زال عنه الخضوع
“Barangsiapa yang syahwatnya dominan cinta terhadap dunia, maka dia akan menjadi penghamba terhadap para pecinta dunia; akan tetapi barangsiapa yang rela dengan qona’ah, maka sikap itu akan lenyap darinya.”
(Al-Imam an-Nawawi [wafat 676 H], Bustanul ‘Aarifiin, hal. 52)
(313) Kebaikan Itu Kebiasaan
‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
تَعَوَّدُوا الْخَيْرَ، فَإِنَّ الْخَيْرَ بِالْعَادَةِ
“Biasakanlah diri kalian dalam kebaikan, karena kebaikan itu adalah kebiasaan.”
(Waqii’ bin al-Jarrooh [wafat. 197 H], Az-Zuhd, hal. 264)
(312) Lebih Berharga Dari Emas
Ibnu Muflih rohimahullooh berkata:
وَاعْلَمْ أَنَّ الزَّمَانَ أَشْرَفُ مِنْ أَنْ يَضِيعَ مِنْهُ لَحْظَةٌ فَكَمْ يَضِيعُ لِلْآدَمِيِّ مِنْ سَاعَاتٍ يَفُوتُهُ فِيهَا الثَّوَابُ الْجَزِيلُ
“Ketahuilah bahwa waktu adalah sesuatu yang termahal jika seseorang menyia-nyiakannya; berapa banyak orang menyia-nyiakan waktu hingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan yang besar.”
(Ibnu Muflih [wafat 763 H), Al-Aadaabusy Syar’iyyah, 3/474)
(311) Ibadah Sepenuh Hidup
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman dalam suatu hadits Qudsi:
يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي، أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ، مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
“Wahai anak manusia, jadikanlah sepenuh hidupmu untuk berhamba kepada-Ku, niscaya akan Ku-penuhi dadamu dengan kecukupan dan kefakiran akan Ku-jauhkan darimu; tetapi jika hal itu tidak kau lakukan maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan membebaskanmu dari kefakiran.”
(HR. At-Turmudzi, dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu, Sunan at-Turmudzi, 4/642, no: 2466)
(310) Berbaik Sangka
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أحب أن يقضى له بالحسنى فليحسن بالناس الظن
“Barangsiapa yang ingin diperlakukan baik oleh orang lain, maka berbaiksangkalah pada mereka.”
(Al-Baihaqi [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/189)
(309) Pro Kontra
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
مَا أَحَدٌ إِلَّا وَلَهُ مُحِبٌّ وَمُبْغِضٌ، فَإِنْ كَانَ لَابُدَّ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَكُنِ الْمَرْءُ مَعَ أَهْلِ طَاعَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap orang pastilah ada yang mencintainya dan ada pula yang membencinya, kalaulah demikian maka jadilah seseorang yang bersama dengan Ahluth-Thoo’ah (orang yang taat kepada Allooh – pent.).”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/117)
(308) Cinta Yang Mustahil
Al-Imaam As-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من ادعى أنه جمع بين حب الدنيا وحب خالقها في قلبه فقد كذب
“Barangsiapa yang mampu dalam hatinya menggabungkan antara cinta dunia dan cinta Allooh, maka dia telah berdusta.”
(Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihyaa ‘Ulumuddiin, 1/25)
(307) Bahaya Hawa Nafsu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لِأَنْ يَلْقَى اللَّهَ الْعَبْدُ بِكُلِّ ذَنْبٍ مَا خَلَا الشِّرْكَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَلْقَاهُ بِشَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْأَهْوَاءِ
“Seseorang bertemu Allooh dengan berbagai dosa selain syirik adalah lebih baik, daripada bertemu dengan-Nya dengan Hawa Nafsu (selain kebenaran).”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/112)
(306) Segalanya Dengan Ilmu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم.
“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaknya dengan Ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan akherat maka hendaknya dengan Ilmu.”
(Al-Baihaqi [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/139)
(305) Berkata Atas Nama Allooh
Al-Imaam al-Aajurri rohimahullooh berkata:
وَلَا يَقُولُ إِنْسَانٌ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ، وَلَا يُفَسِّرُ الْقُرْآنَ، إِلَّا مَا جَاءَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ، أَوْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ التَّابِعِينَ أَوْ عَنْ إِمَامٍ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ
“Dilarang seseorang berkata tentang al-Qur’an dengan pendapatnya; dan dilarang menafsirkan al-Qur’an kecuali dengan apa yang datang dari Nabi, atau dari salah seorang dari Sahabat, atau dari salah seorang dari Taabi’iin, atau dari salah seorang dari Imam dari Imam-Imam kaum muslimin.”
(Al-Aajurri [wafat 360 H], Asy-Syarii’ah, 1/476)
(304) Siapa Yang Menuai
Maalik bin Dinar rohimahullooh berkata:
مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: كَمَا تَدِينُ تُدَانُ، وَكَمَا تَزْرَعُ تَحْصُدُ
“Tercatat dalam Taurot bahwa: “Sebagaimana kalian berbuat, maka kalian akan diperbuat; dan sebagaimana kalian menanam, maka kalian akan menuai.”
(Al-Khothiib al-Baghdaadi, Iqtidho’ul ‘Ilmi al-‘Amal, hal. 98, no. 164)
(303) Tergantung Pemimpinnya
Al-Qoosim bin Mukhoimiroh rohimahullooh berkata:
إنما زمانكم سلطانكم؛ فإذا صلح سلطانكم؛ صلح زمانكم وإذا فسد سلطانكم؛ فسد زمانكم.
“Sesungguhnya zaman kalian adalah penguasa kalian, jika penguasa kalian baik maka akan baiklah zaman kalian; tetapi jika penguasa kalian rusak maka rusaklah zaman kalian.”
(Al-‘Aajurri [wafat 1162 H], Kasyful Khofaa, 2/377)
(302) Setia Kawan
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من صدَق في أخوة أخيه قَبِلَ عِلَلَه، وسدّ خَلَلَه، وعفا عن زَلَلِه.
“Barangsiapa yang benar dalam mempersaudarai saudaranya, maka dia akan: 1) Menerima kekurangannya; 2) Menutupi cacatnya; dan 3) Memaafkan kesalahannya.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/194)
(301) Password Ilmu
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
من أحب أن يفتح الله قلبه ويرزقه الحكمة فعليه بالخلوة، وقلة الأكل، وترك مخالطة السفهاء، وبغض أهل العلم الذين ليس معهم إنصاف ولا أدب.
“Barangsiapa yang ingin Allooh buka hatinya dan diberi hikmah (‘ilmu), maka hendaknya dia melakukan: 1) Kholwat (bersendirian dengan Allooh); 2) Sedikit makan; 3) Tidak bergaul dengan orang-orang jahil/bodoh; dan 4) Membenci ‘Ulama yang tidak adil serta kurang adab.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/172)
(300) Rahasia Sukses
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يقتح اللَّهُ قَلْبَهُ أَوْ يُنَوِّرَهُ فَعَلَيْهِ بِتَرْكِ الْكَلَامِ فيما لا يعنيه وا جتناب الْمَعَاصِي وَيَكُونُ لَهُ خَبِيئَةٌ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ عَمَلٍ
“Barangsiapa yang ingin agar Allooh buka hatinya atau agar hatinya bercahaya, maka: 1) Hendaknya dia tidak berbicara yang tidak bemanfaat; 2) Meninggalkan maksiat; dan 3) Hendaknya dia memiliki amalan yang tidak diketahui (siapapun), kecuali oleh Allooh dan dirinya sendiri.”
(An-Nawawi [wafat 676 H], Al-Majmuu’, 1/13)
(299) Kebaikan Dunia Akherat
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
خير الدنيا والآخرة في خمس خصال: غنى النفس، وكف الأذى، وكسب الحلال، ولباس التقوى، والثقة بالله عز وجل على كل حال
“Kebaikan dunia dan akherat itu terdapat dalam lima: 1) Jiwa yang cukup; 2) Tangannya tidak menyebabkan orang lain terluka; 3) Berusaha mendapatkan rizki dari yang Halal; 4) Berpakaian taqwa; dan 5) Yakin terhadap Allooh dalam segala keadaan.”
(Al-Baihaqy (wafat 458 H), Manaaqibisy Syaafi’i, 2/170)
(298) Akibat Kenyang
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
الشِّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ وَيُقَسِّي الْقَلْبَ وَيُزِيلُ الْفِطْنَةَ وَيَجْلِبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةَ
“Kenyang itu menyebabkan: badan berat (untuk dibawa ibadah), keras hati, menghilangkan kecerdasan, mengundang kantuk, dan lemah dalam ibadah.”
(Abu Nu’aim al-Ashfahani [wafat 430 H], Hilyatul Auliya’, 9/127)
(297) Rahasia
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
أرفع الناس قدراً من لا يرى قدره، وأكثر الناس فضلا من لا يرى فضله
“Manusia yang paling tinggi derajatnya adalah yang tidak kelihatan statusnya; dan manusia yang paling utama adalah yang justru keutamaannya tidak tampak (tersembunyi).”
(Al-Baihaqy (wafat 458 H), Manaaqibisy Syaafi’i, 2/201)
(296) Hidup Berkualitas
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لَا يَكْمُلُ الرِّجَالُ فِي الدُّنْيَا إلَّا بِأَرْبَعٍ بِالدِّيَانَةِ وَالْأَمَانَةِ وَالصِّيَانَةِ وَالرَّزَانَةِ
“Seseorang tidak akan mengalami keunggulan di dunia ini, kecuali dengan empat: 1) Berpegang teguh pada agamanya; 2) Kejujuran; 3) Menjaga diri (– dari ma’shiyat – pent.); dan 4) Kepatutan.”
(An-Nawawi (wafat 676 H), Al-Majmuu’, 1/13)
(295) Tonggak Muru’ah
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
لِلْمُرُوءَةِ أَرْبَعَةُ أَرْكَانٍ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالسَّخَاءُ وَالتَّوَاضُعُ وَالنُّسُكُ
“Tonggak Muru’ah (kehati-hatian) seseorang itu empat, yaitu: 1) Akhlak yang terpuji; 2) Dermawan, 3) Tawadhu’ (rendah hati); dan 4) Tekun beribadah.”
(An-Nawawi (wafat 676 H), Al-Majmuu’, 1/13)
(294) Kemungkinan
قال المزني: دخلت على الشافعي، وهو عليل فقلت: كيف أصبحت يا أبا عبد الله؟ قال: أصبحت من الدنيا راحلا، وللإخوان مفارقا، ولسوء أفعالي ملاقيا، وعلى الله وارادا، وبكأس المنية شاربا، ولا والله ما أدري أروحي تصير إلى الجنة فأهنيها، أو إلى النار فأعزيها؟
Al-Imam al-Muzany berkunjung pada Al-Imam asy-Syaafi’i yang sedang sakit, lalu bertanya, “Apa kabarmu pagi ini?”
Al-Imaam Asy-Syaafi’i pun menjawab: “Pagi ini aku sedang akan meninggalkan dunia, berpisah dengan Ikhwan, bertemu dengan amalan burukku, menemui Allooh, merasakan mati; dan demi Allooh, aku tidak tahu apakah rohku akan ke surga lalu aku ucapkan selamat, ataukah akan ke neraka lalu aku akan berbelasungkawa.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 2/111)
(293) Ajaran Baru
Al-Imaam Asy-Syaafi’i rohimahullooh berkata:
المحدثات من الأمور ضربان. أحدهما: ما أحدث يخالف كتاباً أو سنة أو أثراً أو إجماعاً. فهذه البدعة الضلالة. والثانية: ما أحدث من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا. وهذه محدثة غير مذمومة.
“Perkara baru (dalam Islam) itu tampak dalam dua jenis: 1) Perkara baru yang MENYELISIHI AL-QUR’AN atau AS-SUNNAH atau ATSAR (Peninggalan para Shohabat dan At-Taabi’iin) atau AL-IJMA’ (Kesepakatan para Shohabat); maka inilah yang disebut BID’AH DHOLALAH (Bid’ah yang sesat); dan 2) Perkara baru yang DIANGGAP BAIK dan TIDAK MENYELISIHI SATUPUN DARIPADA ITU; maka inilah yang disebut “perkara baru yang TIDAK TERCELA”.”
(Al-Baihaqy [wafat 458 H], Manaaqibisy Syaafi’i, 1/469)
(292) Penyebab Manusia Celaka
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
شح مطاع وهوى متبع وإعجاب المرء بنفسه
“Tiga perkara PENYEBAB MANUSIA CELAKA: bakhil (kikir), hawa nafsu yang diikuti dan ujub (sikap bangga seseorang terhadap dirinya sendiri).”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(291) Penyebab Manusia Selamat
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
العدل في الغضب والرضا والقصد في الفقر والغنى وخشية الله في السر والعلانية
“Tiga Perkara PENYEBAB MANUSIA SELAMAT : bersikap adil dalam posisi senang maupun marah; sederhana baik dalam keadaan miskin maupun berkecukupan (kaya); takut kepada Allooh baik dalam keadaan bersendirian maupun ditengah-tengah banyak orang.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(290) Peninggi Derajat
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إطعام الطعام وإفشاء السلام والصلاة بالليل والناس نيام
“Tiga perkara PENINGGI DERAJAT : memberi makan, menebar salam dan sholat malam di kala orang terlelap tidur.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(289) Penghapus Dosa
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إسباغ الوضوء في السبرات وانتظار الصلاة بعد الصلاة ونقل الأقدام إلى الجماعات
“Tiga perkara PENGHAPUS DOSA : menyempurnakan wudhu di musim dingin, menunggu sholat setelah sholat dan melangkahkan kaki menuju sholat berjama’ah.”
(HR. Thobrony, Al-Bazzaar dan Al-Mundziry, dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Silsilah Shohiihah” no: 1802)
(288) Modal Sedikit Untung Tak Terhingga
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
(“Kesucian itu bagian dari Iman dan kata “Alhamdulillah” memenuhi Timbangan dan “Subhãnallõh wal hamdulillah” memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, shodaqoh adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al Qur’an adalah pembela bagi kita ataukah penghujat bagi kita. Setiap manusia akan pergi, akan menjual dirinya, apakah membebaskannya (– dari adzab Allõh سبحانه وتعالى – pent. –) ataukah akan menjerumuskannya (–ke dalam adzab Allooh – pent.–).”
(HR. Muslim no: 223, dari Abu Mãlik Al-Asy’ary رضي الله عنه)
(287) Anti Hoax
إن كنت ناقلًا فالصحة، أو مدعيًا فالدليل
“Jika kamu MENUKIL, maka PASTIKAN keshohihan/KEVALIDAN NUKILAN-nya; dan jika kamu MENUDUH/MENGKLAIM sesuatu, maka HADIRKAN FAKTA dan DATA-nya.”
((Abdurrohman Habangkah Al-Maidany [wafat 1425 H], Al-Hadhoroh Al-Islamiyyah, hal. 366)
(286) Orisinalitas
وَاللَّهُ تَعَالَى قَدْ ضَمِنَ حِفْظَ مَا أَوْحَاهُ إِلَيْهِ وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ لِيُقِيمَ بِهِ حُجَّتَهُ عَلَى الْعِبَادِ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ
“Allooh telah menjamin untuk menjaga apa yang diwahyukan-Nya dan diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad; untuk menegakkan hujjah-Nya terhadap manusia hingga akhir zaman.”
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah [wafat 751 H], Mukhtashor Ash-Showaiqul Mursalah, hal. 559)
(285) Senyawa
اعلموا أن الإسلام هو السنة، والسنة هي الإسلام، ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر
“Ketahuilah oleh kalian bahwa Islam itu adalah Sunnah dan Sunnah itu adalah Islam; salah satu dari keduanya tidak akan tegak tanpa yang lainnya.”
(Al-Imam Al-Barbahari [wafat 329 H], Syarhus Sunnah, hal. 35)
(284) Pondasi Islam
ليس لأحد أبداً أن يقول في شيء حلَّ ولا حرُم إلا من جهة العلم. وجهةُ العلم الخبرُ: في الكتاب، أو السنة، أو الإجماع، أو القياس.
“TIDAK DIPERBOLEHKAN bagi siapapun untuk MENGATAKAN HALAL atau HARAM, KECUALI jika berlandaskan DENGAN ILMU. Sedangkan Ilmu itu adalah kabar atau berita yang terdapat dalam AL-QUR’AN atau AS-SUNNAH (AL-HADITS) atau AL-IJMA’ (kesepakatan Ulama) atau Al-QIYAS (analogi).”
(Al-Imam Asy-Syafi’i [wafat 204 H], Ar-Risalah, 1/39)
(283) Amar Munkar Nahi Ma’ruf
Allooh سبحانه وتعالى ber firman :
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ …
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama; mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf …”
(QS. At Taubah/9: 67)
(282) Ungkapan Duka
Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda:
ليسَ مِنّا مَن ضَرَبَ الخُدُودَ، وشَقَّ الجُيُوبَ، ودَعا بدَعْوى الجاهِلِيَّةِ.
"Bukanlah merupakan bagian dari umat kami, barangsiapa yang memukul pipi, merobek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyah.”
(HR. Al-Imam Al-Bukhoory no: 1297 dan HR. Muslim no: 103, dari ‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu)
Ibroh :
Senang dan susah…
Sedih dan bahagia…
Untung dan rugi…
Sengsara dan berjaya…
Adalah sudah merupakan sunnatullooh…
Bahkan dia adalah merupakan takdir yang tidak bisa dipungkiri di semesta alam ini…
Bahkan di sisi lain…
Yang demikian itu, adalah merupakan ujian bagi manusia…
Terutama yang beriman
kepada Allooh dan Rasuul-Nya…
Islam hadir membimbing, menuntun, serta mengarahkan manusia dalam berbagai situasi dan kondisi…
Bagi orang yang beriman…
Sunnah Rosuul dan Hadits-Hadits Nabi adalah merupakan penuntun…
Dan bukanlah hawa nafsu, kemauan, dan ambisi yang menjadi kendali atau yang dipatuhi…
Maka…
Hindarilah ancaman dalam Hadits ini…
Sungguh hal itu bukanlah main-main…
Atau bukanlah perkara sepele…
Saat seorang yang beriman sadar…
Bahwa apa yang menimpanya adalah tidak luput dari takdir Allooh Subhaanahu Wa Ta’ala…
Maka disaat dia bersenang dan berjaya, maka dia bersyukur kepada Allooh…
Dan disaat dia gagal, bahkan terkena marabahaya atau duka, maka dia bersabar
Sedih dan duka itu adalah manusiawi…
Tetapi bagaimana cara mengungkapkannya itulah yang tidak boleh melanggar ketentuan syari’at…
Apabila ada orang yang mengungkapkan duka dan kesedihan mendalam itu…
Dengan menempeleng pipi sendiri…
Dengan merobek baju yang menutup tubuh dan auratnya sendiri…
Apalagi sampai mencederai dirinya sendiri…
Maka….
Rosuuullooh dengan tegas menyatakan…
Bahwa itu adalah BUKAN sikap …
Dan BUKAN perilaku dari umat Islam.
(Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd)
(281) Diantara Syarat Agar Doa Terkabul
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
والذي نفسي بيده لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فلا يستجاب لكم
“Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran atau (kalau kalian tidak lakukan, maka pasti) Allooh akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.”
(HR. At-Turmudzy no: 2169, dari Hudzaifah رضي الله عنه, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Shohiih Jami’ush Shoghiir” no: 7070)
(280) Yang Bermanfa'at Setelah Mati
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya diantara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shõlih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shõdaqõh yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia mati”.
(HR. Ibnu Mãjah no: 242, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny)
(279) Pengantar Mayit
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ؛ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ؛ فَرَجَعَ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، رَجَعَ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya.”
(HR. Al-Bukhõry no: 6514 dan HR. Muslim no: 2960, dari Anas bin Mãlik رضي الله عنه)
(278) Paling Utama & Paling Cerdik
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنه, ia berkata: Aku bersama Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, lalu seorang laki-laki Anshor datang kepada beliau صلى الله عليه وسلم, seraya mengucapkan salam, lalu bertanya: “Wahai Rosũlullõh, Mukmin manakah yang paling utama?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yang paling baik akhlaknya diantara mereka.”
Orang itu bertanya lagi: “Mukmin manakah yang paling cerdik?”
Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu lah orang-orang yang cerdik.”
(HR. Ibnu Mãjah no: 4259, dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنه, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany dalam “Ash Shohĩhah” no:1384)
(277) 3 Pelajaran Berharga
Abu Ayyũb رضي الله عنه berkata bahwa ada seorang laki-laki datang menemui Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم lalu orang itu berkata, “Wahai Rosũl, ajarilah aku dan ringkaslah.”
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم pun menjawab,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ ، وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
“Jika kamu sholat, maka sholatlah seperti sholat perpisahan, dan janganlah kamu berbicara dengan suatu perkataan dimana kamu akan menyesal karenanya. Dan putuskanlah harapanmu dari apa yang ada di tangan manusia.”
(HR. Ibnu Mãjah no: 4171, dari Abu Ayyũb رضي الله عنه , di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny dalam “Shohĩh Ibnu Mãjah” no: 3363)
(276) Berlombalah Dalam Kebaikan
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
(وَأَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَمُهَیۡمِنًا عَلَیۡهِۖ فَٱحۡكُم بَیۡنَهُم بِمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَاۤءَهُمۡ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلࣲّ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةࣰ وَمِنۡهَاجࣰاۚ وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن لِّیَبۡلُوَكُمۡ فِی مَاۤ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِیعࣰا فَیُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِیهِ تَخۡتَلِفُونَ)
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allooh dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allooh menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allooh hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allooh kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
[QS. Al-Ma’idah/5: 48]
RENUNGAN:
Pertama kali dalam ayat ini…
Allooh memberi informasi kepada kita :
(وَأَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَمُهَیۡمِنًا عَلَیۡهِۖ
Bahwa Allooh telah menurunkan kepada Nabi Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam Al-Qur’an…
Yang disini disebut sebagai Al-Kitab..
Informasi itu pun lengkap dengan pernyataan bahwa Al-Kitab (Al-Qur’an) itu adalah benar dan dengan sebenarnya…
Bukanlah tidak didasarkan kepada kehendak Allooh diturunkannya…
Bukan tidak ada maksud tertentu ia diturunkan…
Bukan merupakan suatu kesalahan, apalagi merupakan suatu kebathilan…
Isi Al-Kitab (Al-Qur’an) ini adalah tidak terputus dengan sejarah-sejarah agama dan Wahyu sebelumnya…
Dalam artian…
Bahwa Al-Qur’an sebenarnya membenarkan tentang pernah diturunkannya beberapa Kitab atau Wahyu sebelum Al-Qur’an…
Jadi dengan ini dikesankan…
Bahwa Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru, sehingga manusia tidak perlu merasa kaget…
Lebih dari itu…
Al-Qur’an juga terkait dengan masa dan zaman yang akan datang…
Yang menjadi tanggung jawab bagi Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam…
Untuk membimbing umat ini…
Dan menuntun mereka menuju jalan yang benar…
Dengan meyakinkan…
Melalui ayat ini pun, Allooh memberi penjelasan tentang isi yang dikandung oleh Al-Qur’an…
Yaitu bahwa bukanlah merupakan suatu hal yang aneh…
Apabila zaman dahulu berbeda dengan zaman kini, dan zaman yang akan datang….
Problematika pun berbeda dan berubah….
Akan tetapi…
Allooh memberikan kepastian…
Bahwa Al-Qur’an yang menjadi kitab terakhir bagi umat manusia hingga akhir zaman tersebut, isinya akan SELALU “UP-TO-DATE”…
Dan akan SELALU RELEVAN dengan kebutuhan dan tuntutan manusia DI SETIAP ZAMAN…
Oleh karena itu…
Setelah informasi tersebut…
Kemudian Allooh melanjutkan dengan tuntutan berupa KONSEKUENSI…
Bahwa mengimani saja tidaklah cukup…
Mempercayai saja tidaklah cukup…
Membenarkan saja dalam hati tidaklah cukup…
Karena Islam ini adalah tuntunan, bahkan cahaya yang merupakan jalan lurus, yang harus diikuti dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari…
Dalam menempuh jalan lurus itu…
Maka selanjutnya, Allooh memberi perintah :
فَٱحۡكُم بَیۡنَهُم بِمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَاۤءَهُمۡ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ
Kalau kalian membutuhkan suatu kepastian, suatu ketetapan dan suatu keputusan hukum…
Maka janganlah bimbang…
Janganlah ragu…
Allooh sudah mempersiapkannya…
Maka putuskanlah segala perkara itu dengan Al-Qur’an !!!
Sedemikian meyakinkannya jaminan Allooh…
Bahkan Allooh melarang untuk mengikuti kecenderungan dan kemauan hawa nafsu…
Yang muncul dan ada dalam diri manusia…
Sehingga…
Dalam ayat ini pun…
Adalah merupakan implementasi dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Muslim…
Bahwa “Laa Ilaaha Illallooh”, yang artinya adalah: “Tidak ada Tuhan yang benar dan berhak untuk diibadahi, kecuali hanyalah Allooh”…
Dimana dalam ayat ini…
Ditafsirkan bahwa…
Tidak ada hukum yang benar dan patut untuk dijadikan pedoman, kecuali adalah Kitab Allooh !!!
Oleh karena itu…
Maka orang yang tidak memutuskan suatu perkara dalam perkara-perkara manusia dan kemanusiaan….
Atau tidak memutuskan suatu perkara dalam perkara-perkara kehidupan dan setelah kehidupan…
Dengan menggunakan pedoman dan tuntunan dari Al-Qur’an….
Bahkan ia memilih menggunakan pedoman dan tuntunan dari selain Al-Qur’an…
Maka…
Bisa dipastikan bahwa orang itu tidak mengerti dan tidak memahami tentang MAKNA HAKIKI dari pernyataan (Laa Ilaaha Illallooh) yang dilontarkan oleh mulutnya sendiri…
Karena terbukti…
Bahwa ia cenderung memutuskan perkara yang dihadapinya itu…
Semata-mata menggunakan hawa nafsu dan kecenderungan manusia belaka…
لِكُلࣲّ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةࣰ وَمِنۡهَاجࣰاۚ
Maka…
Berikutnya, Allooh memberikan perbandingan…
Bahwa jika masa lalu dan masa kini itu berbeda, Allooh pun sudah menetapkan adanya perbedaan antara ketetapan dan pedoman bagi umat terdahulu dengan ketetapan dan pedoman bagi umat akhir zaman….
Sehingga tidak perlu lagi ragu, apakah Al-Qur’an ini masih relevan atau tidak untuk masa kini…
Bahkan untuk masa yang akan datang…
Karena sudah menjadi ketetapan Allooh…
Bahwa di setiap umat, pasti Allooh sudah tetapkan pedoman dan aturannya tersendiri…
Yang akan cocok untuk masanya…
Sebagaimana Al-Qur’an pastilah akan cocok dan relevan untuk akhir zaman !!!
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن لِّیَبۡلُوَكُمۡ فِی مَاۤ ءَاتَىٰكُمۡۖ
Perbedaan…
Perselisihan…
Bahkan perpecahan…
Adalah juga sudah merupakan _sunnatullooh_…
Ketentuan dan kepastian yang mesti berlaku di alam semesta ini…
Akan tetapi…
Kecenderungan peluang terjadinya perselisihan, bahkan perpecahan itu…
Bukanlah untuk dibenarkan…
Karena sesungguhnya…
Justru hal itu merupakan UJIAN…
Apakah kita termasuk orang yang mengerti, memahami dan konsekuen dalam mengimplementasikan keyakinan dan keimanan kita dalam realitas kehidupan nyata…
Ataukah termasuk orang yang tidak memahaminya….
Karena sesungguhnya…
Berbagai perbedaan, bahkan penyimpangan itu adalah semata-ma merupakan UJIAN…
Yang dengan ujian itu, manusia pasti akan tersaring….
Ada yang gagal…
Dan ada yang sukses…
Dan sudah barang tentu, kesuksesan itu adalah jika manusia mematuhi tuntunan yang dikehendaki Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa dan yang Allooh perintahkan manusia untuk menepatinya.
فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِۚ
Janganlah menjadi manusia yang tertinggal…
Akan tetapi…
Berlombalah dan bersainglah dalam kebaikan…
Jika anda ingin jadi pemenang…
Maka melajulah dengan kencang…
Akan tetapi…
Jika anda ingin menjadi manusia yang tertinggal…
Maka bukan suatu hal yang merugikan bagi Allooh, jika kalian pun tidak ikut masuk dalam arena…
إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِیعࣰا فَیُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِیهِ تَخۡتَلِفُونَ
Kemudian…
Allooh menutup ayat ini dengan isyarat dan aba-aba…
Bagi orang yang berakal…
Bagi orang yang menela’ah dan merenungkan kejadian yang tidak pernah luput di semesta alam ini…
Bahwa bila ada permulaan, pastilah akan ada akhir…
Bila ada hidup, maka pastilah akan ada mati…
Bila ada pergi, maka pastilah akan ada kembali…
Hal ini pun Allooh tidak luput menunjukkannya …
Allooh mengingatkan kepada manusia : _Wahai manusia, pastilah kalian akan dikembalikan…
Bukan hanya orang per orang…
Bukan hanya komunitas per komunitas…
Melainkan segenap manusia…
Kalian semuanya pasti akan Allooh kembalikan…
Tidak selamanya hidup di dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk ini….
Bahkan ketika kalian pun menetapkan permasalahan kalian dengan kehendak kalian sendiri…
Dengan hawa-hawa nafsu kalian sendiri…
Dan enggan untuk menjadikan Kitab Allooh sebagai pedoman dan tuntunan bagi keselamatan dan kebahagiaan kalian…
Maka ingatlah…
Apabila kelak kalian telah kembali mati dan menjadi tidak ada lagi di dunia ini…
Pastilah Allooh akan hidupkan kaian kembali…
Allooh akan bangkitkan dan kumpulkan kalian kembali…
Dan DI SAAT ITU lah…
ALLOOH akan SIDANG KALIAN…
DI SAAT ITU lah…
KALIAN PASTI akan TERCENGANG…
Dikala berita tentang perkara kecil maupun besar, yang pernah kalian ucapkan dan kalian kerjakan di saat kalian hidup di dunia…
Atau perkara yang kalian perselisihkan…
Atau perkara yang kalian ingkari…
Akan disidang satu persatu dihadapan Allooh… !!!
Sehingga kalian pasti tahu apa yang akan kalian terima…
Sebagai BALASAN…
Apabila apa yang kalian temukan dalam berita tentang prestasi ketika kalian di dunia itu menggembirakan…
Maka kelak kalian berhak untuk menghuni surga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa…
Yang di dalamnya tidak pernah akan ditemukan keluh kesah, kelelahan, kepahitan, dan kesusahan; sebagaimana yang kalian pernah rasakan saat hidup di dunia…
Akan tetapi sebaliknya…
Jika kalian menemui berita dari catatan amal kalian itu sesuatu yang mengenaskan, memilukan, memprihatinkan, menyedihkan, bahkan menakutkan….
Maka kalian pasti tidak akan lagi ada kesempatan untuk melarikan diri, menolaknya, atau berpaling dari neraka jahanam yang merupakan siksa dan azab yang pedih yang siap untuk membakar…
Sehingga DI SAAT ITU kalian baru akan merasakan…
Betapa APA YANG ALLOOH telah FIRMANKAN semuanya adalah suatu KEBENARAN !!!
(Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd)
(275) Allooh Itu Dekat
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
(QS. Al-Baqoroh/2: 186)
(274) Bagaikan Satu Bangunan
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Seorang mukmin terhadap orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, sebagian mereka menguatkan sebagian yang lain, dan beliau menjalin antara jari-jarinya.”
(HR. Bukhoory no: 6026, dari Abu Musa Al-Asy’ari رضي الله عنه)
(273) Diri Sendiri Yang Menanggung
Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shoolih maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Robb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.”
(QS. Fushshilat/41: 46)
(272) Adil Dimulai Dari Diri Sendiri
Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allooh, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allooh, sesungguhnya Allooh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Maa’idah/5 : 8)
(271) Lebih Merusak Dari Serigala
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah sekawanan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya, karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan.”
(HR. At Turmudzy no: 2376, dari Ka’ab bin Maalik رضي الله عنه, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany)
(270) Bersatu Tegakkan Syari'at Islam
Allõh سبحانه وتعالى berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ …
“Dia (Allõh) telah mensyari’atkan kepadamu agama, yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada ‘Ibrohim, Musa dan ‘Isa; yaitu: TEGAKKANLAH AGAMA dan JANGAN lah kamu BERPECAH-BELAH di dalam (menegakkan)-nya…..”
(QS. Asy Syũrõ/42: 13)
(269) Balasan Orang Penyayang
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أهل الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ أهل السَّمَاء
“Orang-orang yang penyayang, niscaya akan disayangi pula oleh (Allooh) Yang Maha Penyayang. Maka sayangilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit pun akan menyayangi kalian.”
(HR. Ahmad no: 6494, dari ‘Abdullooh bin ‘Amr رضي الله عنه, menurut syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth Hadits ini Shohiih li ghoirihi)
(268) Bermodal Cinta
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Al Bukhõry no: 6171 dan Al Imãm Muslim no: 2639, dari Shohabat Anas bin Mãlik رضي الله عنه, beliau mengatakan bahwa :
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ ، وَلاَ صَوْمٍ ، وَلاَ صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ : أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Seseorang bertanya pada Nabi صلى الله عليه وسلم, “Kapan terjadi Hari Kiamat, wahai Rosũlullõh?”
Beliau صلى الله عليه وسلم berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak sholat, banyak shoum dan banyak shodaqoh. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allõh dan Rosũl-Nya.”
Beliau صلى الله عليه وسلم berkata: “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.”
(267) Penjara Mukmin
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ»
Abu Hurairoh berkata, “Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Dunia itu adalah penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim, 4/2272, no: 2956, dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu)
(266) Anak-Anak Akherat
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: «ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ اليَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ»
Ali bin Abi Thoolib rodhiyalloohu ‘anhu berkata:
“Dunia pergi membelakangi, sedangkan Akherat datang menyambut. Setiap dari dunia maupun akhirat, keduanya memiliki anak; maka jadilah kalian anak-anak dari Akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dari Dunia. Sungguh hari ini adalah kesempatan untuk beramal dan tidak ada perhitungan; sementara besok yang ada adalah perhitungan dan tidak ada kesempatan untuk beramal.”
(Shohiih al-Bukhory, 8/89)
(265) Salah Niat Dalam Menuntut Ilmu
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang belajar ilmu yang dengannya wajah Allooh dicari (– ‘ilmu syar’i — pent.), ia tidak mempelajarinya melainkan karena untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan aroma Surga nanti di Hari Kiamat.”
(HR. Abu Daawud no: 3664 dan HR. Ibnu Maajah no: 252, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, dishohiihkan Syaikh Nashiruddiin Al-Albaany)
(264) Menolak Masuk Surga
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.”
Lalu dikatakan: “Siapakah yang menolak, ya Rosuulullooh?”
Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia pasti masuk surga; sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dialah orang yang menolak.”
(HR. Al-Bukhoory no: 7280, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(263) 5 Yang Ditanya
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ »
“Tidak akan bergerak kedua kaki manusia pada Hari Kiamat disisi Allõh, sehingga ia ditanya tentang 5 perkara :
1. Tentang UMUR-nya, dirusak (dipakai) untuk apa;
2. Tentang KEPEMUDAAN-nya, dihabiskan untuk apa;
3. Tentang HARTA-nya, darimana didapat;
4. Tentang HARTA-nya, kemana dibelanjakan;
5. Tentang AMALAN, apa yang diamalkan dari ilmu yang diketahuinya.”
(HR. At-Turmudzy no: 2602, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albãny رحمه الله, dari ‘Abdullõh bin Mas’ũd رضي الله عنه)
(262) Doa Anak Shoolih
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم : وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول أنى هذا ؟ فيقال باستغفار ولدك لك )
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa beliau صلى الله عليه وسلم bersabda,
“Sungguh derajat seseorang diangkat di dalam surga, lalu dia bertanya, “Darimana aku mendapatkan seperti ini?”
Lalu dijawab,“Karena istighfar (permohonan ampun) dari anakmu terhadapmu.”
(Ibnu Maajah, Sunnan Ibnu Maajah, Beirut: Daar Ihya Al-Kutub Al-A’robiyyah, hal.1207, no: 3660, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albaany dalam Shohiih Sunnan Ibnu Maajah no: 3650)
(261) Yang Dilihat: Hati & Amal
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allooh tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian; akan tetapi Allooh memperhatikan hati dan amal-amal kalian.”
(HR. Muslim no: 2564, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(260) Tidak Akan Dibiarkan
Allooh Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam QS. Yunus/10: 81:
{ ... إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ}
"Sesungguhnya Allooh tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang membuat kerusakan."
(259) Harga Kepatuhan
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rohimahullooh berkata:
من كان لله كما يريد كان الله له فوق ما يريد
“Barangsiapa yang selalu melakukan apa yang Allooh kehendaki, maka dia berhak mendapatkan lebih dari apa yang dia kehendaki.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah [wafat 751 H], Thoriiqul Hijrotaini Baabus Sa'aadataini, hal. 25)
(258) 5 Perkara Penimbang Ilmu
Syaqiq rohimahullooh berkata:
لَا تَجْلِسُوا مَعَ كُلِّ عَالِمٍ، إِلا عَالِمٍ يَدْعُوكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ: مِنَ الشَّكِّ إِلَى الْيَقِينِ، وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى النَّصِيحَةِ، وَمِنَ الْكِبْرِ إِلَى التَّوَاضُعِ، وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الإِخْلاصِ، وَمِنَ الرَّغْبَةِ إِلَى الرَّهْبَةِ"
“Janganlah kamu duduk dengan setiap orang yang berilmu, kecuali orang yang berilmu itu menyuruh kalian dari 5 kepada yang 5, yaitu: 1) dari ragu kepada yakin; 2) dari permusuhan kepada nasehat; 3) dari sombong kepada tawadhu’; 4) dari riya’ kepada ikhlas; dan 5) dari cinta dunia kepada zuhud.”
(Ibnul Jauzi [wafat 597 H], Al-Maudhu'at, 1/257)
(257) Kewajiban Penuntut Ilmu
قال مالك: « إِنَّ حَقًّا عَلَى مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ وَخَشْيَةٌ وَأَنْ يَكُونَ مُتَّبِعًا لِآثَارِ مَنْ مَضَى قَبْلَهُ »
Imam Malik rohimahullooh berkata:
“Adalah merupakan suatu kewajiban bagi siapa yang mencari ilmu untuk memiliki sikap tawadhu’, tenang dan takut kepada Allooh, serta mengikuti peninggalan orang-orang (shoolih – pent.) sebelumnya.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/543, no: 899)
(256) Anti Sekulerisme
قَالَ الْقَاضِي: عِلْمُ الدُّنْيَا عِنْوَانُ الْآخِرَةِ وَسَبِيلُهَا
Al-Imam al-Qodhi ‘Iyaadh rohimahullooh berkata:
“Ilmu dunia itu SEMESTINYA adalah merupakan petunjuk dan jalan menuju akherat.”
(Ibnul ‘Aroby [wafat 453 H], Ahkaamul Qur’aan, 2/262)
(255) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #4
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ الْمِصْرِيُّ: مَعْنَاهُ أَنَّ الْخَشْيَةَ، لا تدرك بكثرة الرواية، وإنما الْعِلْمُ الَّذِي فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُتَّبَعَ، فَإِنَّمَا هُوَ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَمَا جَاءَ عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، فَهَذَا، لَا يُدْرَكُ إِلَّا بِالرِّوَايَةِ
Ahmad bin Shoolih al-Mishry berkata ketika mentafsirkan QS. Faathir/35: 28:
“Sikap takut itu tidak didapat dengan banyaknya riwayat; akan tetapi ilmu yang Allooh wajibkan untuk diikuti adalah Al-Kitab dan As-Sunnah, beserta apa saja yang berasal dari para Shahabat Nabi dan para Imam setelah mereka, yang semua ini tidaklah didapat kecuali dengan riwayat.”
(Ibnu Katsir [wafat tahun 774 H], Tafsir Ibnu Katsir, 6/482)
(254) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #3
قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: «لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا الْعِلْمُ خَشْيَةُ اللَّهِ»
‘Abdullooh bin Mas’uud berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu itu adalah takut kepada Allooh.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/758, no: 1401)
(253) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #2
قال مَالِك يَقُولُ: «إِنَّ الْعِلْمَ لَيْسَ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ وَلَكِنَّهُ نُورٌ يَجْعَلُهُ اللَّهُ فِي الْقُلُوبِ»
Al-Imam Maalik berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu itu merupakan cahaya yang Allooh jadikan di dalam hati.”
(Ibnu ‘Abdil Barr [wafat tahun 463 H], Jaami'u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/758, no: 1398)
(252) Ilmu Itu Bukan dengan Banyaknya Riwayat #1
قال الخطيب البغدادي : عن أَبي بَكْرٍ الرَّازِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ الْخَوَّاصَ، يَقُولُ: «لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، وَإِنَّمَا الْعَالِمُ مَنَ اتَّبَعَ الْعِلْمَ وَاسْتَعْمَلَهُ، وَاقْتَدَى بِالسُّنَنِ، وَإِنْ كَانَ قَلِيلَ الْعِلْمِ »
Al-Khowwaash berkata:
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya meriwayatkan; melainkan orang yang berilmu itu adalah orang yang setia menggunakan dan mengamalkan ilmu yang diketahuinya, serta mengikuti sunnah-sunnah Nabi, betapapun ilmunya sedikit.”
(Al-Khatib al-Baghdaady, [wafat tahun 463 H], Iqtidhoo’ al-‘Ilmi al-‘Amal al-Khatib al-Baghdaady, hal. 30, no: 24)
(251) 3 Macam Ulama
قال ابن كثير: الْعُلَمَاءُ ثَلَاثَةٌ: عَالِمٌ بِاللَّهِ، عَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَعَالِمٌ بِاللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ، لَيْسَ بِعَالِمٍ بِاللَّهِ، فَالْعَالِمُ بِاللَّهِ وَبِأَمْرِ اللَّهِ الذي يخشى الله تعالى وَيَعْلَمُ الْحُدُودَ وَالْفَرَائِضَ، وَالْعَالِمُ بِاللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ الَّذِي يَخْشَى اللَّهَ وَلَا يَعْلَمُ الْحُدُودَ وَلَا الْفَرَائِضَ، وَالْعَالِمُ بِأَمْرِ اللَّهِ لَيْسَ العالم بِاللَّهِ الَّذِي يَعْلَمُ الْحُدُودَ وَالْفَرَائِضَ وَلَا يَخْشَى الله عز وجل.
Ibnu Katsir rohimahullooh berkata:
“Ulama itu ada 3 macam: 1) Orang berilmu tentang Allooh dan berilmu tentang perintah Allooh; 2) Orang berilmu tentang Allooh, tetapi tidak berilmu tentang perintah Allooh; 3) Orang berilmu tentang perintah Allooh, tetapi tidak berilmu tentang Allooh.
1) Adapun "orang yang berilmu tentang Allooh dan tentang perintah Allooh" adalah: orang yang takut kepada Allooh, tetapi dia juga mengetahui tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh.
2) Sedangkan "orang yang berilmu tentang Allooh, tetapi dia tidak berilmu tentang perintah Allooh" adalah: orang yang takut kepada Allooh, tetapi dia tidak tahu tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh.
3) Kemudian, "orang yang berilmu tentang perintah Allooh, tetapi dia tidak berilmu tentang Allooh" adalah: orang yang mengetahui tentang hukum-hukum dan syari'at Allooh, tetapi sayangnya dia tidak takut kepada Allooh.”
(Ibnu Katsir [wafat tahun 774 H], Tafsir Ibnu Katsir, 6/483)
(250) 3 Tahapan Nahi Munkar
Abu Sa’id Al Khudri رضي الله عنه berkata: _"Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ.
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka ubahlah kemunkaran itu dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka ingkarilah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga dengan lisannya, maka ingkarilah dengan hatinya. Dan mengingkari dengan hati itu adalah iman yang sangat lemah (selemah-lemahnya iman)."
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 186)
(249) Agar Terhindar Neraka
Dalam Hadits dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم melalui Abu Hurairoh رضي الله عنه, dimana beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Demi yang jiwaku ditangan-Nya, tidak ingin kudengar seorangpun dari ummat ini, Yahudi atau Nashroni, yang mati lalu tidak beriman kepada ajaran yang kubawa, kecuali dia akan menjadi penghuni neraka.”
(Hadits Riwayat Imam Muslim no: 403)
(248) Kepala, Tiang & Puncaknya
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm At Turmudzy no: 2616 dan Hadits ini di-Shohĩh-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ.
“Kepala segala perkara adalah Islam. Tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah Al Jihãd.”
(247) 3 Amalan Tak Terputus
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 1631, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): 1) Shodaqoh jãriyah, 2) Ilmu yang bermanfaat, 3) Do’a anak yang shõlih.”
(246) Syafa'at Itu Milik Allooh
Sebagaimana firman Allõh سبحانه وتعالى dalam QS. Az-Zumar/39 : 44 :
قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً لَّهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.
“Katakanlah: "HANYA KEPUNYAAN ALLOOH syafã’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(245) Syafa'at Bersyarat Tauhid
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 199, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.
“Setiap Nabi mempunyai do’a yang mustajab. Maka, masing-masing Nabi segera menggunakan do’a tersebut. Namun, aku menyimpan do’a itu untuk memberi Syafã’at kepada ummatku pada Hari Kiamat, yang Syafã’at tersebut in syã Allõh akan sampai pada ummatku yang MATI TANPA MENYEKUTUKAN ALLOOH dengan sesuatu apa pun.”
(244) Bagai Tak Berdosa
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Ibnu Mãjah no: 4250 di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya رضي الله عنهما, beliau berkata bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah bersabda :
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ ، كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ.
“Orang yang bertaubat dari suatu dosa, maka orang itu bagaikan orang yang tidak berdosa."
(243) Sebaik-Baik Orang Bersalah
Dalam Hadits Shohĩh Riwayat Al Imãm At Turmudzy no: 2499 di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albãny, dari Shohabat Anas bin Mãlik رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون.
“Setiap anak Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat."
(242) Kemudahan Dunia Akherat
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2699, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة.
“Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allõh akan memberi kemudahan kepada orang itu di dunia dan di akhirat."
(241) Pertolongan Allooh
Dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 2699, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ.
“Dan Allõh akan menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya."
(240) Jangan Campurkan Haq & Bathil
Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil; dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah/2: 42)
(239) Harta & Anak sebagai Cobaan
Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ.
"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."
(QS. Al-Anfal/8: 28)
(238) Lebih Busuk Baunya
إحياء علوم الدين (1/ 63): وقال الأوزاعي رحمه الله شكت النواويس ما تجد من نتن جيف الكفار فأوحى الله إليها بطون علماء السوء أنتن مما أنتم فيه.
Imam al-Auza'i berkata:
"Peti mati mengadu tentang busuknya bau bangkai orang-orang kafir; maka Allooh memberitahu padanya, bahwa isi perut-perut 'Ulama yang jahat lebih busuk dari apa yang kalian temui.”
(Ihya’u ‘Ulumuddin, 1/63)
(237) Makna Kecukupan
قَالَ جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ: مَنْ نَقَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ذُلِّ الْمَعَاصِي إلَى عِزِّ الطَّاعَةِ أَغْنَاهُ بِلَا مَالٍ، وَآنَسَهُ بِلَا أُنْسٍ، وَأَعَزَّهُ بِلَا عَشِيرَةٍ.
Ja’far bin Muhammad berkata:
“Barangsiapa yang Allooh rubah nasibnya dari kehinaan dan ma’shiyat menjadi ketaatan; maka itu berarti Allooh telah memberinya kecukupan, walaupun bukan dengan harta dan keluarga.”
(Muhammad Ibnu Muflih Ash-Shoolihy [wafat 763 H], Al-Aadaabusy Syar’iyyah wal Minahul Mar’iyyah, 1/153)
(236) Bukan Sekedar Menangis
قال القشيري (المتوفى: 465هـ) : لَيْسَ الخائف الَّذِي يبكي ويمسح عينيه إِنَّمَا الخائف من يترك مَا يخاف أَن يعذب عَلَيْهِ.
Imam Al-Qusyairy berkata:
“Takut (-- kepada Allooh –pent.) itu bukanlah sekedar menangis atau menyeka kedua mata; tetapi takut itu adalah meninggalkan sesuatu yang dia takut diadzab (-- oleh Allooh -- pent.) karenanya.”
(Al-Qusyairy [wafat 465 H], Ar-Risaalah Al-Qusyairiyyah, 1/253)
(235) Diantara 9 Tanda Orang Ikhlas
قال الحارث بن أسد المحاسبي، (المتوفى: 243هـ) :علامة المخلصين: إِذا نظر اعْتبر وَإِذا صمت تفكر وَإِذا تكلم ذكر وَإِذا منع صَبر وَإِذا أعطي شكر وَإِذا ابْتُلِيَ اسْترْجع وَإِذا جهل عَلَيْهِ حلم وَإِذا علم تواضع وَإِذا علم رفق وَإِذا سُئِلَ بذل
Al Haarits bin Assad Al-Muhaasiby berkata:
“Tanda orang ikhlas itu antara lain: 1) Jika dia melihat (sesuatu), maka dia akan mengambil pelajaran; 2) Jika dia diam, maka dia berpikir; 3) Jika dia berbicara, maka dia berdzikir; 4) Jika dia terhalang dari apa yang dia cari, maka dia sabar; 5) Jika diberi, maka dia bersyukur; 6) Jika diuji, maka dia bertaubat; 7) Jika dia tidak tahu, maka dia akan bersikap lembut; 8) Jika dia berilmu, maka dia tawadhu' (rendah hati), dan 9) Jika dia diminta, maka dia memberi.”
(Al Haarits bin Assad Al-Muhaasiby [wafat 763 H], Risaalah Al-Mustarsyidiin, hal.102)
(234) Akibat Murka Allooh
قال الغزالي الطوسي (المتوفى: 505هـ) : قال بعضهم إذا أبغض الله عبداً أعطاه ثلاثاً ومنعه ثلاثاً أعطاه صحبة الصالحين ومنعه القبول منهم وأعطاه الأعمال الصالحة ومنعه الإخلاص فيها وأعطاه الحكمة ومنعه الصدق فيها
Al Imam Al-Ghozali berkata:
“Sebagian Ulama berkata: Jika Allooh murka pada seorang hamba, niscaya Allooh beri padanya 3 hal, dan Allooh halangi darinya 3 hal, yaitu: 1) Allooh beri padanya kesempatan berteman dengan orang shoolih, tetapi dia tidak menerima dari mereka; 2) Kesempatan beramal shoolih, tetapi dia tidak ikhlas; 3) Diberi hikmah, tetapi dia tidak berupaya untuk menerapkannya dalam kehidupan.”
(Abu Hamid Al-Ghozali [wafat 505 H], Ihya’u ‘Ulumuddiin, 4/378-379)
(233) Mencari Manisnya Iman
قال الحسن البصري رحمه الله تعالى : تفقدوا الحلاوة فِي ثلاثة أشياء فِي الصلاة والذكر وقراءة الْقُرْآن فَإِن وجدتم وإلا فاعلموا أَن الباب مغلق
Al-Hasan al-Bashry berkata:
“Carilah manisnya iman dalam 3 hal: 1) Sholat; 2) Dzikir; dan 3) Mengingat Allooh. Jika kalian menemukannya, berarti iman ada pada diri anda; tetapi jika tidak, maka ketahuilah bahwa pintu kebaikan telah tertutup.”
(Abdul Karim al-Qusyairy [wafat 465 H], Ar-Risaalah Al-Qusyairiyyah, 2/378)
(232) Beratnya Dosa terhadap Sesama Manusia
قال سفيان الثوري رحمه الله تعالى : إِنْ لَقِيتَ اللَّهَ تَعَالَى بِسَبْعِينَ ذَنْبًا فِيمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى أَهْوَنُ عَلَيْكَ مِنْ أَنْ تَلْقَاهُ بِذَنْبٍ وَاحِدٍ فِيمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْعِبَادِ
Sufyaan Ats-Tsaury berkata:
“Jika engkau bertemu Allooh, sedangkan engkau membawa 70 dosa antaramu dengan-Nya; maka yang demikian itu lebih mudah; dibandingkan dengan engkau membawa dosa antara dirimu dengan seseorang.”
(As-Samarqondy [wafat 373 H], Tanbihu al-Ghofiliin, hal. 380)
(231) 3 Tingkat Taqwa
قال ابن القيم : التَّقْوَى ثَلَاث مَرَاتِب إِحْدَاهَا حمية الْقلب والجوارح عَن الآثام والمحرّمات الثَّانِيَة حميتها عَن المكروهات الثَّالِثَة الحمية عَن الفضول وَمَا لَا يَعْنِي
Ibnul Qoyyim berkata:
“Taqwa itu ada 3 tingkatan, yakni sikap hati dan anggota badan untuk: 1) Menghindar dari dosa dan perkara-perkara harom; 2) Menghindar dari perkara-perkara yang makruh (dibenci); 3) Menghindar dari perkara-perkara yang sia-sia/ tak berguna.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah [wafat 751 H], Al-Fawaa’id, hal. 31-32)
(230) Perhatikan Apa yang Diutamakan
قال الفُضَيْلَ بن عياض : أَكذَبُ النَّاسِ العَائِدُ فِي ذَنْبِهِ، وَأَجهَلُ النَّاسِ المُدِلُّ بِحَسَنَاتِه، وَأَعْلَمُ النَّاسِ بِاللهِ أَخْوَفُهُم مِنْهُ، لَنْ يَكْمُلَ عَبْدٌ حَتَّى يُؤثِرَ دِيْنَهُ عَلَى شَهْوَتِهِ، وَلَنْ يَهْلِكَ عَبدٌ حَتَّى يُؤثِرَ شَهْوَتَه عَلَى دِيْنِهِ.
Al-Fudhoil bin ‘Iyaadh berkata:
“Manusia yang paling dusta adalah orang yang selalu kembali kepada perbuatan dosa; manusia yang paling bodoh adalah orang yang melenyapkan kebajikannya; manusia yang paling tahu tentang Allooh adalah mereka yang paling takut kepada-Nya. Tidaklah sempurna seorang hamba sehingga ia mengutamakan agamanya daripada syahwatnya; dan tidak akan celaka seorang hamba sehingga ia lebih mengedepankan syahwatnya daripada agamanya.”
(Syamsudin Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyaru A’laamin Nubala, 8/427)
(229) Akibat Takut pada Allooh & Zuhud
قال الفُضَيْلَ بن عياض :رَهْبَةُ العَبْدِ مِنَ اللهِ عَلَى قَدْرِ عِلْمِهِ بِاللهِ، وَزَهَادَتُهُ فِي الدُّنْيَا عَلَى قَدْرِ رَغْبَتِهِ فِي الآخِرَةِ، مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ، اسْتَغنَى عَمَّا لاَ يَعْلَمُ، وَمَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ، وَفَّقَهُ اللهُ لِمَا لاَ يَعْلَمُ، وَمَنْ سَاءَ خُلُقَهُ شَانَ دِيْنَهُ، وَحَسَبَهُ، وَمُرُوءتَهُ.
Al-Fudhoil bin ‘Iyaadh berkata:
“Takutnya seorang hamba terhadap Allooh adalah sesuai dengan kadar ilmunya tentang Allooh, zuhudnya seseorang terhadap dunia adalah sesuai dengan cintanya pada akherat. Barangsiapa yang beramal sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, dia akan merasa cukup dari apa yang tidak diketahuinya. Dan barangsiapa yang beramal sesuai dengan apa yang diketahuinya, maka Allooh akan mudahkan baginya terhadap sesuatu yang belum ia ketahui. Dan barangsiapa yang buruk perangainya, berarti dia telah mencoreng agamanya, harga dirinya dan kepatutannya.”
(Syamsudin Adz-Dzahaby [wafat 748 H], Siyaru A’laamin Nubala, 8/427)
(228) Pemberi Manfaat & Penyelamat
Al-Fudhoil bin ‘Iyadh berkata :
مَنْ خَافَ اللهَ، لَمْ يَضُرَّهُ أَحَدٌ، وَمَنْ خَافَ غَيْرَ اللهِ، لَمْ يَنْفَعْهُ أَحَدٌ
“Barangsiapa yang takut kepada Allooh, maka tidak akan sesuatu apapun dapat memberinya bahaya: dan barangsiapa yang takut kepada selain Allooh, maka tidak akan ditemui apapun yang dapat memberinya manfaat.”
(Syamsuddiin Adz-Dzahaby [wafat 758 H], Siyaru A’lamin Nubala, 8/426-427)
(227) Akibat Kebaikan & Keburukan
‘Abdullooh bin ‘Abbas rodhiyalloohu ‘anhu berkata :
إنّ للحسنة ضياءً في الوجه، ونورًا في القلب، وسعة في الرزق، وقوةً في البدن، ومحبةً في قلوب الخلق. وإنّ للسيئة سوادًا في الوجه، وظلمةً في القلب، ووهنًا في البدن، ونقصًا في الرزق، وبغِضةً في قلوب الخلق
“Sesungguhnya kebajikan itu menyebabkan wajah bersinar, hati bercahaya, lapang rizqi, badan kuat, dan dicintai oleh manusia; sedangkan keburukan itu menyebabkan wajah suram, hati gelap, badan lemah, rizqi berkurang, dan kebencian dari manusia.”
(Ibnul Qoyyim al-Jauziyah [wafat 751 H], Ad-Da’u wad Dawa’u, 1/135)
(226) Jangan Manfaatkan Agama untuk Maksiat
Al-Hasan al-Bashri memberi nasehat kepada Abu Hubairoh :
لا تركبن دين الله وعباده بسلطان الله، فإنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Janganlah engkau menjadikan agamamu dan manusia sebagai tungganganmu dengan mengatasnamakan Allooh, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allooh.”
(Ibnu Khalikan [wafat 681 H], Wafayat al-A’yaan, 2/71)
(225) Klaim yang Bathil
Abu Ya’qub Annahr Jaury berkata :
كل من ادعى محبة الله ولم يوافق الله في أمره فدعواه باطلة
“Setiap orang yang mengklaim bahwa dirinya mencintai Allooh, tetapi dia tidak menepati syari’at-Nya, maka klaimnya itu adalah bathil.”
(Ibnu Rojab al-Hambali, Majmu Rosa’il Ibnu Rojab, 3/60)
(224) Tanda Kedunguan
Al-Ahnaf berkata :
علامة الأحمق ثلاَث: سرعةُ الجواب، وكثرة الاَلتفاف، والثقة بكل أحد
“Tanda seorang itu dungu ada tiga : 1) Cepat menjawab, 2) Banyak tolah-toleh, dan 3) Percaya pada setiap orang.”
(Ahmad An-Naisabury [wafat 518 H], Majma’ul Amtsal, 2/458)
(223) Tidak Mengumbar Sumpah
Al-Imaam Asy-Syafi’iy rohimahullooh berkata :
ما حلفت بالله تعالى لا صادقاً ولا كاذباً قط
“Aku tidak pernah bersumpah, baik pada saat benar, maupun pada saat dusta.”
(Al-Ghozali, Ihya’u ‘Ulumuddiin, 1/24)
(222) Penyebab Hina
Abu Hanifah rohimahullooh berkata :
مَنْ طَلَبَ الرِّيَاسَةَ بِالْعِلْمِ قَبْلَ أَوَانِهِ لَمْ يَزَلْ فِي ذُلٍّ مَا بَقِيَ
“Barangsiapa yang mencari jabatan dengan ilmu sebelum saatnya tiba (– menjilat — pent.), niscaya dia akan selalu berada dalam kehinaan selama hidupnya.”
(Imam Al-Khothooby [wafat 388 H], Al-‘Uzlah, hal. 83)
(221) Cinta itu Taat
Al-Hasan Al-Bashri berkata :
اعلَم أَنَّكَ لَن تُحِبَّ اللَّهَ حَتَّى تُحِبَّ طَاعَتَهُ
“Ketahuilah olehmu, bahwa engkau tidak akan disebut benar dalam mencintai Allooh, sehingga engkau mencintai ketaatan kepada-Nya.”
(Ibnu Rojab al-Hambali [wafat 795 H], Syarah Kalimat al-Ikhlash, hal. 85)
(220) Sedikitnya yang Menjadikan sebagai Pelajaran
Bahaa’uddiin al-Baghdaady berkata :
ما أكثر العبر وأقلّ الاعتبار
“Berapa banyak pelajaran, namun betapa sedikit orang yang menjadikannya sebagai pelajaran.”
(Bahaa’uddin al-Baghdaady [wafat 562 H], At-Tadzkiroh Al-Hamduniyyah, 1/77)
(219) Seimbang dalam Cinta, Harap (Roja') & Takut (Khouf)
Sebagian Ulama Salaf berkata :
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيقٌ وَمَنْ عَبَدَهُ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِئٌ وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْخَوْفِ وَحْدَهُ فَهُوَ حروري وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْحُبِّ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ مُوَحِّدٌ
“Barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena Cinta, maka dia seorang Zindiq (Munafiq); barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena ber-Harap (Roja’), maka dia seorang Murji’ah; dan barangsiapa beribadah kepada Allooh semata-mata karena Takut (Khouf), maka dia seorang Khowarij. Tetapi, barangsiapa beribadah kepada Allooh dengan rasa Cinta, Harap, dan Takut; maka dia seorang Mu’min yang ber-Tauhid.”
(Ibnu Abil Izz al-Hanafi [wafat 792 H], Syarah al-‘Aqidah ath-Thohawiyyah, hal. 331)
(218) Saat Patah Harapan
Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata :
لَوْ يَئِسْتَ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى لَا تُرِيدَ مِنْهُمْ شَيْئًا، لَأَعْطَاكَ مَوْلَاكَ كُلَّ مَا تُرِيدُ
"Jika engkau patahkan harapanmu dari manusia, sehingga tidak berharap apapun dari mereka, maka Allooh akan beri apa yang engkau mau."
(Ibnu 'Abdil Barr [wafat 795 H], Jami'ul Ulum wal Hikam, 1/494)
(217) Berlindung dari Tirani
'Abdullooh bin Mas'uud rodhiyalloohu 'anhu berkata :
إِذَا كَانَ عَلَى أَحَدِكُمْ إِمَامٌ يَخَافُ تَغَطْرُسَهُ، أَوْ ظُلْمَهُ، فَلْيَقُلِ: "اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، كُنْ لِي جَارًا مِنْ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلَائِقِكَ؛ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ، أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلَا إِلَهَ إلا أنت"
"Jika seorang dari kalian takut terhadap kedzoliman dan ketiranian penguasa, maka hendaknya ia berdo'a dengan do'a ini : "Ya Allooh, Penguasa tujuh langit dan Penguasa 'arsy yang agung, jadilah Engkau Pelindungku dari si Fulan (-- sebut nama sang penguasa -- pent.) dan kelompoknya. Sungguh perlindungan-Mu Maha Perkasa dan Engkau Maha Terpuji, dan tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanyalah Engkau."
(Al-'Adabul Mufrod, no: 707, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albaany)
(216) Akibat Perbuatan
Al-Hasan al-Bashri berkata :
الْعَمَلُ بِالْحَسَنَةِ نُورٌ فِي الْقَلْبِ وَقُوَّةٌ فِي الْبَدَنِ، وَالْعَمَلُ بِالسَّيِّئَةِ ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ، وَوَهَنٌ فِي الْبَدَنِ
"Perbuatan baik menyebabkan hati menjadi bercahaya, dan badan menjadi sehat; sedangkan perbuatan buruk menyebabkan hati menjadi gelap, dan badan menjadi sakit."
(Ibnu Abid Dunya, At-Taubah, hal. 141, no: 193)
(215) Akibat Maksiat
Al-Hasan al Bashri berkata :
ما عصى الله عبد إلا أذله الله
"Tidaklah seorang hamba bermaksiat kepada Allooh, maka Allooh akan hinakan dia."
(Ibnul Qoyyim, Roudhotul Muhibbin, hal. 441)
(214) Paling Kikir dan Paling Lemah
Abu Hurairoh rodhiyalloohu 'anhu berkata :
أَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلَامِ، وَأَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ
"Manusia yang paling kikir adalah manusia yang kikir dalam bersalam; dan manusia yang paling lemah adalah manusia yang tidak berdo'a."
(Adh-Dhobiy ad-Du'a, hal. 220)
(213) 3 Perkara bagi Guru & Murid
Al Ghozali berkata :
إذا جمع المعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المتعلم الصبر والتواضع وحسن الخلق وإذا جمع المتعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المعلم العقل والأدب وحسن الفهم
"Jika pada seorang Mu'allim (guru) terdapat tiga perkara, maka telah sempurnalah nikmat bagi seorang Murid (pelajar), yakni: Sabar, Tawadhu' dan Akhlaq yang Mulia. Dan jika tiga perkara terdapat pada seorang Murid (pelajar), maka demikian pula nikmat telah sempurna bagi seorang Mu'allim (guru), yakni : Akal yang cerdas, Akhlaq yang mulia dan Kemampuan paham yang tajam."
(Ihya''Ulumuddin, 1/76)
(212) Kuatirnya Shohabat Rosul
'Umar bin Al-Khothob rodhiyallohu 'anhu berkata :
كنا ندع تسعة أعشار الحلال مخافة أن نقع في الحرام
"Kami tinggalkan 9 dari 10 perkara yang halal, karena kami takut terjebak dalam perkara yang harom."
(Ihya 'Ulumuddin, 2/95)
(211) 5 Jenis Hari
Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu 'anhu berkata :
أَشَدُّ الْأَعْمَالِ ثَلَاثَةٌ: إِعْطَاءُ الْحَقِّ مِنْ نَفْسِكَ، وَذِكْرُ اللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَمُوَاسَاةُ الْأَخِ فِي الْمَالِ
"Amalan yang paling berat adalah 3 perkara, yaitu : 1) Menunaikan hak orang lain, 2) Mengingat Alloh di setiap keadaan, dan 3) Solider dengan harta terhadap saudara."
(Hilyatul Auliya', 1/85)
(210) 3 Jenis Hakim
Rosuulullooh sholalloohu 'alaihi wassallam bersabda :
الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ، اثْنَانِ فِي النَّارِ، وَوَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ، رَجُلٌ عَلِمَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ، وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ جَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ
"Hakim itu ada tiga golongan; satu akan masuk surga dan dua golongan lainnya akan masuk ke dalam neraka. Adapun Hakim yang akan masuk ke dalam surga adalah Hakim yang mengetahui kebenaran lalu dia memutuskan perkara dengannya. Sedangkan Hakim yang akan masuk neraka adalah Hakim yang mengetahui kebenaran, akan tetapi dia berbuat dzolim dalam memutuskan perkaranya; dan juga Hakim yang memutuskan perkara diatas kebodohan."
(HR. Abu Daud no: 3573, HR At-Turmudzi no: 1322, dan HR. Ibnu Majah no: 2315, dari Buraidah bin al-Hushoib al-Aslamy radhiyalloohu 'anhu, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albaany)
(209) Siapa yang Dimaksiati
بِلَالَ بْنَ سَعْدٍ يَقُولُ:
لَا تَنْظُرْ إِلَى صُغْرِ الْخَطِيئَةِ وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى مَنْ عَصَيْتَ
Bilal bin Sa'ad berkata :
"Janganlah engkau melihat pada kecilnya dosa (kesalahan); akan tetapi lihatlah olehmu SIAPA yang engkau maksiati."
(Hilyatul Auliya, 5/223, no: 1)
(208) Syarat Ulama Mujtahid
قال ابن القيم :
وَالْمُجْتَهِدُ مَنْ جَمَعَ خَمْسَةَ عُلُومٍ عِلْمُ كِتَابِ اللَّهِ وَعِلْمُ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَقَاوِيلُ عُلَمَاءِ السَّلَفِ مِنْ إِجْمَاعِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ وَعِلْمُ اللُّغَةِ وَعِلْمُ الْقِيَاسِ
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata :
"Ulama yang bertingkat Mujtahid adalah mereka yang terhimpun padanya 5 ilmu, yakni : 1) Ilmu tentang Kitabulloh; 2) Ilmu tentang Sunnah Rosululloh; 3) Ilmu tentang Pernyataan dan Pendapat para Ulama Salaf, baik dalam hal Ijma'(perkara yang disepakati), maupun perkara yang diperselisihkan; 4) Ilmu Bahasa Arab; dan 5) Ilmu tentang Qiyas."
('Aunul Ma'bud, 9/354)
(207) Efek Ambisi Kedudukan
Fudhail Bin Iyadh rohimahullooh berkata,
"Barangsiapa yang mencintai kedudukan, maka dia akan memiliki sifat hasad, melampaui batas, dan gigih untuk mencari-cari kesalahan orang lain; dan dia tidak suka sebutan kebaikan ada pada orang lain."
(Ibnu 'Abdil Barr, wafat 463 Hijriyah, Jami'u Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 569).
Tidak sedikit penduduk bumi masa kini....
Yang mengkritik teriakan kesuksesan seseorang, jika orang tersebut mencapai kedudukan yang tinggi dan terhormat di mata manusia....
Kehormatan dan tingginya status di hadapan manusia ini memang menggiurkan...
Betapa tidak....
Dengan kedudukannya yang terhormat itu, dia disanjung, dihormati, dimanja...
Sehingga yang demikian itu dikiranya dapat menyebabkan kepuasan yang sangat...
Namun...
Jika tidak dibarengi, dan tidak didampingi, serta tidak dituntun oleh kebenaran dan petunjuk Allooh Subhaanahu wa Ta'aalaa....
Maka kecintaan itu akan melahirkan karakter-karakter yang sangat tercela...
Sampai-sampai 4 karakter buruk akan muncul dari orang tersebut....
Sifat-sifat buruk itu antara lain adalah...
1) Iri terhadap orang lain...
2) Cenderung mendorong untuk berlaku aniaya dan melampaui batas....
3) Gigih dalam mencari celah dan kesalahan orang lain...
4) Bahkan ada rasa tidak suka dan rasa tidak senang, ataupun ada rasa dongkol; jika orang lain kebaikannya disebut-sebut...
Dapat dibayangkan kalau karakter ini terdapat pada sebagian orang yang berkuasa...
Maka....
Itu adalah merupakan indikasi...
Bahwa cinta dan ambisi jabatan terdapat pada mereka yang memang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan hidupnya.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(206) Islam dan Keadilan Sosial
Pada masa Kholifah al Walid bin 'Abdul Malik, telah diupayakan : TUNJANGAN khusus bagi para penyandang KUSTA sebagai kompensasi dari isolasi, PEMBANTU bagi para JOMPO dan GUIDE/PENUNTUN bagi para TUNANETRA.
(al-Islam wal Hadhoroh wa Daurusy Syababil Muslim, 1/146)
Bukti ISLAM RAHMATAN LIL 'ALAMIN dalam sejarah perjalanan ummat Islam tak mungkin dinafikan.
Sedemikian rupa negara berbagi bahagia dan kesejahteraan secara merata ke seluruh rakyat, sehingga kemakmuran dirasakan secara merata diantara mereka, tanpa kepentingan dan atau pencitraan; melainkan merupakan bentuk nyata motivasi spiritual yang mereka miliki.
(Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd.)
(205) Ketegaran diatas Kepentingan
Ketika Ibnu Abi Hatim menafsirkan QS. An-Nisa’/4: 143, beliau mengemukakan sebagai berikut:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ وَالْمُنَافِقِ وَالْكَافِرِ مَثَلُ ثَلاثَةِ نَفَرٍ انْتَهَوْا إِلَى وَادٍي فَوَقَعَ أَحَدُهُمْ فَعَبَرَ، ثُمَّ وَقَعَ الآخَرُ حَتَّى أَتَى عَلَى نِصْفِ الْوَادِي نَادَاهُ الَّذِي عَلَى شَفِيرِ الْوَادِي: وَيْلَكَ أَيْنَ تَذْهَبُ؟ إِلَى الْهَلَكَةِ، إرْجِعْ عَوْدَكَ عَلَى بَدْئِكَ، وَنَادَاهُ الَّذِي عَبَرَ: هَلُمَّ النَّجَاةَ فَجَعَلَ يَنْظُرُ إِلَى هَذَا مَرَّةً وَإِلَى هَذَا مَرَّةً، قَالَ: فَجَاءَ سَيْلٌ فَأَغْرَقَهُ وَالَّذِي عَبَرَ الْمُؤْمِنُ وَالَّذِي غَرِقَ الْمُنَافِقُ، مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هؤلاء والذي مكث الكافر.
Dari ‘Abdullooh Rodhiyalloohu ‘Anhu, beliau berkata: “Perumpamaan seorang Mukmin dengan seorang Munafik dan Kafir, adalah seperti 3 orang yang sampai pada suatu lembah; seorang dari mereka berhasil menyeberanginya, sedangkan yang lain sampai di pertengahan; maka mereka yang berada di tepi menyeru kepada yang lainnya: “Celaka, kamu akan pergi kemana? Nanti kamu celaka, kembalilah kamu ke tempat semula”; sedangkan mereka yang telah berhasil menyeberangi lalu menyeru: “Mari kesini agar selamat”; maka orang (yang di pertengahan) ini pun melihat ke sana sesekali dan ke sini sesekali, sehingga datanglah banjir yang akhirnya menenggelamkannya. Adapun orang yang berhasil menyeberangi adalah Mukmin; sedangkan orang yang tenggelam adalah orang Munafik, dimana mereka tidak mampu bersikap tegas sehingga terkadang ke sana dan terkadang ke sini; sedangkan orang yang tetap di tempat (tidak bergerak) adalah orang Kafir.”
Hidup ini memang pilihan….
Oleh karenanya….
Setiap orang harus siap menanggung resiko atas apa yang menjadi pilihannya…..
Salah memilih pilihan, maka dia akan menyesalinya….
Sebagaimana jika dia tepat memilih pilihannya, maka dia akan berbahagia dan puas untuk menikmatinya…
Bagi orang yang beriman….
Maka ajaran keimanan dan keislaman, dengan berbagai resikonya….
Adalah suatu pilihan yang harus diambil dan dijadikan sebagai pijakan dalam hidupnya….
Untuk mencapai suatu keselarasan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat….
Betapapun….
Dalam perjalanan keimanannya….
Akan ditemui dan dialaminya onak dan duri ujian….
Namun…
Cobaan itu, sudah sejak awal disadarinya….
Oleh karena itu…
Dia tidak akan bergeming, ketika diuji aneka cobaan….
Tetapi…
Justru ia akan berusaha dan berjuang untuk Istiqomah diatas keyakinan yang mendasarinya….
Berbeda dengan orang yang tidak beriman…
Dimana mereka hanya menjadikan akal dan hawa nafsu, serta kepentingan sesaat / kepentingan duniawi / kepentingan materi…
Sebagai spirit keyakinan dan penuntun hidupnya….
Mereka dengan penuh keyakinannya tegar pula diatas ukuran itu…
Bahkan…
Tidak segan untuk menyalahkan, membangkang serta menolak terhadap ajaran keimanan dan kebenaran yang menurut kasat mata mereka, semata-mata adalah merupakan “Belenggu”….
Yang dirasanya mengganggu dan menghalangi hawa nafsunya….
Akan tetapi….
Ada pula pihak yang ketiga…
Dimana pihak ini adalah tidak hidup kecuali diatas kebimbangan dan keraguan serta prasangka….
Bagi orang seperti ini….
Keimanan hanyalah sebagai “bemper” dan kepura-puraan…
Karena sesungguhnya….
Dia meyakini kebenaran, keimanan, dan keislaman itu ada….
Namun pada hakekatnya ia adalah mengikuti prasangka dan hawa nafsunya belaka…
Permasalahannya…
Yang menjadi pedoman bagi orang-orang seperti ini…
Adalah bahwa orang ini tidak mau disebut sebagai orang tidak beriman….
Padahal…
Berbagai ucapan dan tindakannya adalah cenderung kepada orang-orang yang tidak beriman…
Bahkan dia “napak tilas” kepada orang-orang yang tidak beriman itu…
Adalah sudah merupakan suatu ketentuan…
Baik ketentuan Sang Penguasa semesta alam…
Bahkan ketentuan yang diakui secara rasio yang sehat…
Bahwa…
Benar berarti selamat….
Taqwa berarti cinta dan ridho Allooh…
Dan Iman berarti surga…
Demikian pula dengan…
Salah berarti celaka….
Maksiat berarti murka Allooh…
Dan kufur berarti neraka….
Adalah tidak mungkin…
Bila selamat diraih dengan kesalahan…
Cinta Allooh diraih dengan kemaksiatan…
Dan surga diraih dengan kekufuran….
Siapapun yang tidak berpihak kepada kebenaran…
Berarti dia berpihak kepada kebathilan….
Sebaliknya…
Bagi siapapun yang berpihak kepada kebathilan…
Berarti dia tidak berpihak kepada kebenaran…
Sedangkan…
Berpura-pura berpihak kepada kebenaran, tetapi tidak melepas keberpihakan kepada kebathilan adalah sikap nifak….
Dimana menurut penjelasan diatas…
Sikap ini akan membawanya kepada petaka….
Jika ada orang berpindah, dan atau tidak berpindah, dari atau ke suatu komunitas atau kelompok…
Sesungguhnya..
Itu adalah sikapnya yang tegar sesuai dengan kepentingannya….
Disaat kepentingannya berfatwa bahwa A yang benar…
Maka dia pasti akan ghoib dari B…
Dan sebaliknya….
Jika kepentingannya yang berfatwa bahwa B yang benar…
Maka dipastikan bahwa dia tidak akan hadir di A….
Maka pertanyakannlah pada setiap diri kita…
Diatas mana kita berdiri…
Diatas KEPENTINGAN HAWA NAFSUKAH atau diatas AQIDAHKAH?
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(204) Peluang yang Terabaikan
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
عن أبي هريرة: رَغِمَ أنْفُهُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُهُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُهُ قيلَ: مَنْ؟ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: مَن أدْرَكَ والِدَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أحَدَهُما، أوْ كِلَيْهِما، ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الجَنَّةَ.
“Terhinalah, terhinalah, terhinalah orang yang sempat mengetahui kedua orangtuanya, atau salah satu dari keduanya dalam keadaan sepuh; tetapi dia tidak memperoleh kesempatan untuk masuk surga.”
(HR. Muslim no. 2551, dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu)
Walaupun tidak semua orang memiliki kesempatan ini….
Tetapi tidak mustahil banyak dari kita kaum muslimin yang mengalami hal ini….
Dimana orangtua kita, baik keduanya atau salah seorang dari keduanya, masih Allooh beri usia panjang sampai dengan kita menjadi dewasa…
Bahkan mungkin menjadi orang yang sukses….
Namun..
Tidak sedikit orang yang dalam keadaan susahnya, dia justru lupa kepada orangtuanya….
Atau sebaliknya….
Justru karena keadaan suksesnya, maka dia pun tidak luput dari lupa terhadap orangtuanya…
Padahal orangtuanya lah yang menghantarkan dia sampai dengan hidup sukses seperti itu…
Bagi perempuan yang telah berstatus istri, mungkin beralasan akan tersibukkan oleh suaminya atau pekerjaannya….
Demikian pula bagi laki-laki yang sekarang menjadi suami, atau orang yang sukses/ sibuk…
Sehingga terkadang orangtuanya yang sesungguhnya bisa menjadi kunci bagi susah dan sukses dirinya, menjadi sesuatu yang terabaikan….
Melalui hadits Abu Hurairoh diatas…
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam memberikan tuntunan dan peringatan…
Bahwa siapapun kita yang ingin memperoleh cinta dan ridho Allooh melalui surga yang Allooh janjikan….
Maka sesungguhnya orangtua adalah peluang yang tidak boleh disepelekan…
Berlaku baik…
Berbakti…
Dan menyenangkan orangtua sampai meraih ridhonya adalah diantara kiat bagi orang yang beriman untuk meraih surga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa…
Berbahagialah bagi orang yang Allooh beri kesempatan untuk berbuat baik, berbakti dan menyenangkan kedua orangtuanya…
Sebaliknya….
Merugilah bagi siapa yang melupakan, atau enggan, atau beralasan apapun; sehingga orangtuanya menjadi terlantar, tidak terurus, apalagi murka dan menderita karena perlakuan anaknya yang durhaka….
Renungkanlah….
Sadarilah…
Ingatlah….
Bahwa hidup seseorang yang dinikmatinya selama ini dengan berbagai kesuksesan dan kenikmatannya…
Adalah tidak luput dari keberadaan orangtuanya…
Jerih payah orangtuanya…
Bahkan doa orangtuanya…
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(203) Do'a untuk Muslimin dan Bangsa Indonesia
‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu telah berkata:
“Apabila kalian dipimpin oleh seseorang, kemudian kalian takut akan kehadiran dan kedzolimannya; maka hendaknya kalian berdoa dengan doa ini:
إذا كانَ على أحدِكم إمامٌ يخافُ تَغطرُسَهُ أو ظلمَهُ فليقلِ (اللَّهمَّ ربَّ السَّمواتِ السَّبعِ وربَّ العرشِ العظيمِ كن لي جارًا من فلانِ بنِ فلانٍ وأحزابِهِ من خلائقِكَ أن يفرطَ عليَّ أحدٌ منْهم أو يَطغى عزَّ جارُكَ وجلَّ ثناؤُكَ ولا إلَهَ إلّا أنتَ)
“Ya Allooh, Penguasa langit yang tujuh, dan Penguasa ‘Arsy yang agung; jadilah Engkau penolong bagiku dari kejahatan Si Fulan dan Si Fulan beserta para pembelanya dari segenap makhlukmu, dari berbuat aniaya terhadapku; atau seorangpun dari mereka dari berbuat melampaui batas terhadapku. Pertolongan-Mu amat perkasa dan Maha Terpuji. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi, kecuali Engkau.”
(Atsar ini berasal dari ‘Abdullooh bin Mas’uud rodhiyalloohu ‘anhu; dan diriwayatkan oleh Al-Imam al-Bukhory dalam kitabnya “Al-‘Adabul Mufrod”, hal. 247, no: 707, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albany)
Ya Allooh….
Pilihkanlah untuk kemaslahatan umat Islam dan bangsa Indonesia: pemimpin yang beriman, yang bertaqwa, dan yang berkeadilan….
Ya Allooh….
Anugerahkanlah kepada kami bangsa Indonesia pemimpin yang berpihak kepada muslimin dan bangsa Indonesia, dan bukan orang yang berpihak kepada kemaksiatan dan atau bangsa yang ingin merusak negara dan bangsa Indonesia…
Ya Allooh…
Selamatkanlah negara dan bangsa Indonesia dari petaka dan kejahatan orang-orang yang ambisius dalam memperjuangkan kepentingan pribadinya, dan atau golongannya, dan atau hanya untuk kepentingan sesaat; serta tidak memikirkan kebaikan dan kemaslahatan bangsa dan generasi yang akan menyusul dan lahir setelah kami…
Ya Allooh….
Limpahkanlah kepada kaum muslimin dan bangsa Indonesia keberkahan…
Ya Allooh….
Wujudkanlah di tengah-tengah kaum muslimin dan bangsa Indonesia keadilan, keamanan, ketentraman dan kesejahteraan….
Âmîn Âmîn Âmîn ya Robbal ‘âlamin…
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(202) Antara Surga dan Neraka
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
القضاةُ ثلاثةٌ: واحدٌ في الجنَّةِ، واثنان في النّارِ؛ فأما الذي في الجنَّةِ، فرجلٌ عرف الحقَّ فقضى به. ورجل عرَف الحقَّ، فجارَ في الحُكمِ، فهو في النّارِ، ورجلٌ قضى للناسِ على جهلٍ فهو في النّارِ
“Hakim (pemutus perkara) itu ada 3: Satu dari mereka akan masuk surga, sedangkan dua yang lainnya akan masuk ke dalam neraka. Adapun Hakim yang akan masuk ke dalam surga, adalah Hakim yang mengetahui kebenaran dan dia memutuskan perkara dengannya. Adapun Hakim yang akan masuk ke dalam neraka adalah Hakim yang memutuskan perkara tidak sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya, dan hakim yang memutuskan perkara di atas kebodohan.”
(HR. Abu Dawud no: 3573, HR. At-Turmudzi no: 1322 dan HR. Ibnu Majah no: 2315, dari Buraidah bin al-Hushoib al-Aslamy rodhiyalloohu ‘anhu; dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albany dalam Shohiih tiga Sunnan ini)
Kita doakan semoga para Hakim kita membaca Hadits ini, memahami isinya, lalu tumbuh ketakutannya kepada Allooh Subhanahu Wa Ta’ala; sehingga memutuskan dan menetapkan permasalahan dengan seadil-adilnya. Sehingga bukan saja dia akan selamat dan beruntung dunia dan akherat, tetapi juga keluarga dan bangsa serta negara akan terselamatkan.
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(201) Benci Penasehat
Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:
(فَتَوَلَّىٰ عَنۡهُمۡ وَقَالَ یَـٰقَوۡمِ لَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُمۡ رِسَالَةَ رَبِّی وَنَصَحۡتُ لَكُمۡ وَلَـٰكِن لَّا تُحِبُّونَ ٱلنَّـٰصِحِینَ)
“Kemudian dia (Shaleh) pergi meninggalkan mereka, sambil berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat.”
[QS. Al-A’raf/7 : 79]
Para Nabi dan Rosuul itu adalah penyeru manusia kepada kebaikan…
Para Nabi dan Rosuul itu adalah pembimbing manusia menuju jalan yang dicintai dan diridhoi oleh Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa….
Para Nabi dan Rosuul itu adalah sesungguhnya memberi bimbingan, agar manusia memperoleh kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat….
Para Nabi dan Rosuul itu mengarahkan manusia, agar mereka hidup di dunia aman, damai, sejahtera dan tentram; lahir maupun batin….
Para Nabi dan Rosuul itu adalah mengajari, membimbing, dan memberi contoh bagi manusia; agar mereka menunaikan kewajiban mereka terhadap Allooh Subhaanahu wa Ta’aalaa…
Melalui melaksanakan ibadah dengan benar, sesuai dengan kehendak Allooh dan contoh Rosuul-Nya….
Para Nabi dan Rosuul itu membimbing, memberi petunjuk dan memberi pedoman dan tuntunan; agar manusia mampu membangun alam dan membina kerukunan hidup bersama dengan sesama manusia, dan bahkan makhluk lainnya…
Para Nabi dan Rosuul itu tidak bermaksud untuk mengeruk keuntungan dan kemaslahatan untuk diri mereka sendiri….
Ketika kaum Nabi Shaleh ‘Alaihissalam ini telah diberikan pengajaran, bimbingan dan nasehat….
Akan tetapi….
Tetap saja mereka membangkang dan menolak, bahkan memusuhi….
Maka pada saat itulah Allooh murka dan menurunkan azab-Nya….
Sebagai ibroh agar mereka belajar dan bertobat, sehingga kembali kepada jalan yang benar….
Ketika mereka mulai merasakan dan menemui akibat dari penentangan mereka terhadap bimbingan dan nasehat Nabi….
Maka mereka pun menyesal atas perbuatan dan sikapnya selama ini, yang sebenarnya seluruh penyesalan mereka itu tidaklah berguna lagi….
Maka Nabi Shaleh ‘Alaihissalam sambil berpaling, ia mengatakan, “Kalian sih tidak suka kepada orang yang memberi kalian nasehat…”
Akibatnya….
Nabi Shaleh ‘Alaihissalam, Allooh selamatkan….
Sedangkan….
Kaumnya yang membangkang dan menentang itu, pada akhirnya mereka menerima kenyataan berupa penyesalan atas petaka yang dideritanya.
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(200) Berhias dengan Bukan Miliknya
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
… ومن تحلّىَ بما لم يُعطهُ كان كلابسِ ثوبَي زورٍ
“Barangsiapa yang berhias dengan perhiasan yang bukan apa yang diberikan padanya, maka dia seperti orang yang mengenakan 2 pakaian yang palsu.”
(HR At-Turmudzi, 4/379, no: 2034, dari Jabir bin ‘Abdillah rodhiyalloohu ‘anhu, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albany)
Hadits ini memberi pelajaran kepada kita…
Agar kita bersikap jujur….
bersikap qona’ah…
Dan bersikap tidak tamak dengan sesuatu yang bukan milik kita….
Kita diajari oleh Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam agar tidak merasa senang, atau merasa puas…
Apalagi merasa bangga….
Dengan sesuatu yang kita pakai, padahal itu bukan milik kita….
Kita diajarkan untuk menerima apa adanya dengan apa yang kita miliki….
Dan itu adalah sikap qona’ah yang dipuji oleh Rosuulullooh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam.
Orang mengira bahwa kita adalah berkepunyaan, padahal kita tidak….
Kita merasa keren dan merasa bangga dengan penampilan, yang sesungguhnya kerennya kita bukan karena milik kita; tetapi milik orang….
Sikap itu juga adalah bisa menumbuhkan sifat munafik…
Karena akan menumbuhkan sikap berpura-pura….
Hati-hatilah…
Asal kebanggaan kita itu bisa jadi karena rumah…
Karena pakaian…
Karena kendaraan, mobil atau motor atau apa saja yang sesungguhnya itu kita banggakan, kita merasa senang, kita merasa puas….
Padahal semua itu adalah bukan milik kita tetapi milik orang lain…
Milik saudara kita…
Milik tetangga kita…
Atau hasil meminjam.
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(199) Raja 10 Tahun
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam telah bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Siapapun diantara manusia yang Allooh jadikan sebagai Pemimpin, lalu pada saat dia mati dia berada dalam keadaan dzolim dan aniaya terhadap rakyatnya, maka Allooh akan haramkan baginya untuk masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim no: 142, dari ‘Abdullooh bin Ziyad bin Ma’qil bin Yasar al-Muzani rodhiyalloohu ‘anhu)
Adz Dzahabi dalam kitabnya _”Al-Kabair”_ berkata:
“Perbuatan dzolim itu bisa berupa memakan atau mengambil harta orang lain dengan cara yang dzolim, atau berbuat aniaya, atau dalam bentuk lainnya seperti: memukul, memaki dan atau berbuat melampaui batas lainnya, termasuk congkak dan semena-mena terhadap orang-orang yang lemah.” (Al-Kabair, hal. 104)
Tidak ada yang meragukan betapa nikmatnya menjadi seorang raja….
(Ini bagi mereka yang mengkategorikan bahwa jabatan itu sebagai “puncak kenikmatan” dirinya)….
Hal ini karena bagi seorang raja….
Segala perkataannya akan selalu harus didengar….
Segala titahnya harus selalu dipatuhi….
Segala permintaannya harus selalu dipenuhi….
Belum lagi…..
Berbagai kenikmatan dan kelezatan hidup akan senantiasa mengelilinginya…..
Namun di Indonesia….
Untuk menjadi Presiden, maka tidak bisa semaunya sendiri….
Karena sesuai dengan Pasal 7 UUD 1945 (Perubahan Pertama) disebutkan bahwa:
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”
Ini artinya….
Masa jabatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia dibatasi hanya sepuluh tahun saja…..
Bersamaan dengan itu….
Sepertinya sulit dipungkiri oleh seseorang….
Bahwa jika dia sudah terbiasa mudah dan senang….
Maka amat sangat berat untuk kembali menjadi susah, sedih dan duka…..
Oleh karena itu…
Tidak mustahil dengan segala upaya….
Ia akan berusaha untuk tetap bertahan dalam kekuasaannya…
Bila perlu dengan cara apapun…..
Apalagi jika imannya sangat lemah…..
Pada saat seseorang tahu bahwa masa jabatannya dibatasi dengan waktu…..
Atau dibatasi dengan “job description”….
Maka dia sesungguhnya sudah merasa kurang puas….
Terlebih jika orang itu dalam dirinya tertanam sikap ambisius dengan jabatan dan kehormatan…..
Maka apabila orang itu tidak menyadari…
Bahwa jabatan itu adalah AMANAH yang kelak akan dipertanggungjawabkannya di hadapan Allooh….
Maka….
Apapun akan diperbuatnya…
Yang penting kepuasannya tercapai…..
Akibatnya….
Ia akan menjadi orang yang egois….
Jauh dari sikap peduli…..
Bahkan semua upayanya hanya diperuntukkan untuk memperoleh kepuasannya semata….
Jangankan berpikir tentang negara….
Yang notabene itu adalah benda….
Bahkan bangsanya….
Yang berupa nyawa manusia sekalipun…
Dia enggan untuk memikirkannya….
Oleh karena itu….
Inilah rahasianya….
Mengapa orang yang memiliki sikap seperti ini…
Maka baginya, Allooh haramkan untuk masuk ke dalam surga-Nya.
(UAR)
(198) Perbuatanmu adalah Nasibmu
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
ارحموا من في الأرضِ يرحمُكم من في السما
“Sayangilah oleh kalian yang di bumi, niscaya Yang di langit akan membalas kalian dengan kasih sayang.”
(HR. At-Turmudzi, dari ‘Abdullooh bin ‘Amr bin al ‘Ash, nomor: 1924, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albany)
Inilah bukti fundamental bahwa Islam adalah ajaran Rahmatan lil ‘Alamin….
Oleh karena itu…
Diantara misi Islam dan Rosuulullooh Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam adalah….
Menebar kasih sayang di seantero bumi ini….
Namun….
Kesan yang dimiliki dan disebar saat ini….
Adalah bahwa Islam itu ajaran yang radikal, bengis dan kejam….
Pandangan itu adalah hanya dimiliki oleh orang yang tidak tahu tentang Islam…
Atau…
Memang berstatus sebagai musuh Islam…
Namun harus dipahami pula….
Hadits di atas memberi isyarat….
Bahwa…
Siapa saja yang berbuat onar…
Berbuat kekejian….
Berbuat kelaliman…..
Berbuat aniaya….
Maka dia pastilah akan menerima nasib yang sama….
Atau bahkan lebih dahsyat….
Kalau tidak hari ini maka kelak di Hari Kiamat….
كما تدين تدان
“Sebagaimana kamu berbuat pada orang lain, maka kamu akan diperbuat oleh orang lain.”
Itu adalah salah satu peribahasa orang Arab…
Artinya adalah….
Kalau kamu berbuat dzolim dan aniaya terhadap orang lain….
Maka….
Itu berarti kamu harus bersiap….
Bahwa pada suatu saat dan suatu hari….
Dirimu pun kelak akan menerima perbuatan yang sama dari orang lain….
Oleh karena itu…
Wahai mereka orang-orang yang sedang berkuasa….
Yang mungkin saja tangannya sedang memegang besi….
Maka….
Janganlah kalian semena-mena….
Janganlah mentang-mentang….
Karena hukum alam pun akan berlaku….
Terlebih bagi kalian yang memiliki iman….
Maka bersiaplah….
Bahwa cepat atau lambat….
Hari ini atau esok….
Kalau tidak di dunia, maka di akhirat….
Akan ada pembalasan dari YANG MAHA ADIL.
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(197) Perbedaan Miskinnya Mereka dan Miskinnya Kita
Terdapat dalam riwayat yang shohihah bahwa :
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
كَانَ يَقُولُ أَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنْ كُنْتُ لَأَعْتَمِدُ بِكَبِدِي عَلَى الْأَرْضِ مِنْ الْجُوعِ وَإِنْ كُنْتُ لَأَشُدُّ الْحَجَرَ عَلَى بَطْنِي مِنْ الْجُوعِ وَلَقَدْ قَعَدْتُ يَوْمًا عَلَى طَرِيقِهِمْ الَّذِي يَخْرُجُونَ مِنْهُ فَمَرَّ أَبُو بَكْرٍ فَسَأَلْتُهُ عَنْ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَا سَأَلْتُهُ إِلَّا لِيُشْبِعَنِي فَمَرَّ وَلَمْ يَفْعَلْ ثُمَّ مَرَّ بِي عُمَرُ فَسَأَلْتُهُ عَنْ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَا سَأَلْتُهُ إِلَّا لِيُشْبِعَنِي فَمَرَّ فَلَمْ يَفْعَلْ ثُمَّ مَرَّ بِي أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَبَسَّمَ حِينَ رَآنِي وَعَرَفَ مَا فِي نَفْسِي وَمَا فِي وَجْهِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا هِرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْحَقْ وَمَضَى فَتَبِعْتُهُ فَدَخَلَ فَاسْتَأْذَنَ فَأَذِنَ لِي فَدَخَلَ فَوَجَدَ لَبَنًا فِي قَدَحٍ فَقَالَ مِنْ أَيْنَ هَذَا اللَّبَنُ قَالُوا أَهْدَاهُ لَكَ فُلَانٌ أَوْ فُلَانَةُ قَالَ أَبَا هِرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْحَقْ إِلَى أَهْلِ الصُّفَّةِ فَادْعُهُمْ لِي قَالَ وَأَهْلُ الصُّفَّةِ أَضْيَافُ الْإِسْلَامِ لَا يَأْوُونَ إِلَى أَهْلٍ وَلَا مَالٍ وَلَا عَلَى أَحَدٍ إِذَا أَتَتْهُ صَدَقَةٌ بَعَثَ بِهَا إِلَيْهِمْ وَلَمْ يَتَنَاوَلْ مِنْهَا شَيْئًا وَإِذَا أَتَتْهُ هَدِيَّةٌ أَرْسَلَ إِلَيْهِمْ وَأَصَابَ مِنْهَا وَأَشْرَكَهُمْ فِيهَا فَسَاءَنِي ذَلِكَ فَقُلْتُ وَمَا هَذَا اللَّبَنُ فِي أَهْلِ الصُّفَّةِ كُنْتُ أَحَقُّ أَنَا أَنْ أُصِيبَ مِنْ هَذَا اللَّبَنِ شَرْبَةً أَتَقَوَّى بِهَا فَإِذَا جَاءَ أَمَرَنِي فَكُنْتُ أَنَا أُعْطِيهِمْ وَمَا عَسَى أَنْ يَبْلُغَنِي مِنْ هَذَا اللَّبَنِ وَلَمْ يَكُنْ مِنْ طَاعَةِ اللَّهِ وَطَاعَةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُدٌّ فَأَتَيْتُهُمْ فَدَعَوْتُهُمْ فَأَقْبَلُوا فَاسْتَأْذَنُوا فَأَذِنَ لَهُمْ وَأَخَذُوا مَجَالِسَهُمْ مِنْ الْبَيْتِ قَالَ يَا أَبَا هِرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خُذْ فَأَعْطِهِمْ قَالَ فَأَخَذْتُ الْقَدَحَ فَجَعَلْتُ أُعْطِيهِ الرَّجُلَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ فَأُعْطِيهِ الرَّجُلَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ رَوِيَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ فَأَخَذَ الْقَدَحَ فَوَضَعَهُ عَلَى يَدِهِ فَنَظَرَ إِلَيَّ فَتَبَسَّمَ فَقَالَ أَبَا هِرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بَقِيتُ أَنَا وَأَنْتَ قُلْتُ صَدَقْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ اقْعُدْ فَاشْرَبْ فَقَعَدْتُ فَشَرِبْتُ فَقَالَ اشْرَبْ فَشَرِبْتُ فَمَا زَالَ يَقُولُ اشْرَبْ حَتَّى قُلْتُ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَجِدُ لَهُ مَسْلَكًا قَالَ فَأَرِنِي فَأَعْطَيْتُهُ الْقَدَحَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَسَمَّى وَشَرِبَ الْفَضْلَةَ
Abu Hurairah pernah mengatakan: “Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, aku pernah menempelkan lambungku di atas tanah karena rasa lapar, aku juga pernah mengikatkan beberapa batu diperutku karena rasa lapar. Pada suatu hari aku pernah duduk di jalan yang biasa para sahabat lewati, kemudian lewatlah Abu Bakar, lalu aku bertanya kepadanya tentang ayat dari Kitabullah, dan aku tidaklah menanyakannya kecuali hanya agar ia menjamuku namun ia tidak melakukannya. Setelah itu lewatlah Umar, kemudian aku bertanya kepadanya tentang suatu ayat di Kitabullah, tidaklah aku bertanya kepadanya kecuali hanya agar ia menjamuku, namun ia tidak melakukannya. Setelah itu lewatlah Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika melihatku beliau tersenyum dan mengetahui apa yang tergambar dari wajah dan hatiku, beliau lalu bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Ikutlah.’
Lalu aku mengikuti beliau, aku lalu minta izin untuk masuk dan beliau mengizinkanku, Ternyata aku mendapatkan susu di dalam mangkok, beliau bersabda: ‘Dari mana kalian mendapatkan susu ini?’
Orang-orang rumah menjawab, ‘Fulan atau Fulanah menghadiahkannya kepada anda.’
Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah!’
Aku menjawab, ‘Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Temuilah ahli suffah (para sahabat yang tinggal di pelataran masjid) dan ajaklah mereka kemari.’
Abu Hurairah berkata; ‘Ahli Suffah adalah para tamu kaum muslimin, mereka tidak tinggal bersama keluarga dan tidak memiliki harta, jika Nabi mendapatkan hasil dari sedekah, maka beliau tidak akan memakannya dan akan mengirimnya kepada Ahli Suffah, dan apabila beliau diberi hadiah, maka mereka akan mendapatkan bagian dan kadang beliau mengirim sebagiannya untuk mereka.’
Lalu aku berkata, ‘Hal itu membuatku sedih’. Lalu aku berkata (dalam hati), ‘Apa perlunya Ahli Suffah dengan susu tersebut, karena akulah yang berhak daripada mereka, aku berharap dapat minum seteguk susu sekedar bisa bertahan dari sisa waktuku, apabila ada kaum yang datang maka akulah yang menyuguhi mereka,’ (kataku selanjutnya). ‘Apalah artinya susu yang tersisa jika bukan untuk suatu ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya’, lalu aku pergi dan mengundang mereka.
Mereka akhirnya datang dan meminta izin, beliau kemudian mengizinkan, sehingga mereka pun mengambil posisi tempat duduk mereka masing-masing, beliau bersabda: ‘Hai Abu Hurairah.’
Aku menjawab; ‘Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Ambil dan berikanlah kepada mereka.’
Akupun mengambil mengkok tersebut dan memberikannya kepada seorang laki-laki, maka laki-laki itu meminumnya hingga kenyang, setelah itu ia mengembalikannya kepadaku, kemudian aku berikan kepada yang lain, dan ia pun minum hingga kenyang kemudian ia mengembalikan mangkok tersebut kepadaku hingga aku kembalikan mangkok itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka semua sudah merasa kenyang. Beliau kemudian mengambil mangkok itu dan menaruhnya di tangan, lalu beliau melihatku sembari tersenyum, beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah!’
Aku menjawab, ‘Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Sekarang tinggal aku dan kamu.’
Aku menjawab; ‘Benar wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Duduk dan minumlah.’
Lalu aku duduk dan meminumnya, beliau bersabda kepadaku; ‘Minumlah.’
Lalu aku minum lagi dan beliau terus menyuruhku untuk minum, hingga aku berkata; ‘Tidak, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku sudah tidak sanggup lagi.’
Beliau bersabda: ‘Berikan bejana itu.’
Aku lalu memberikannya kepada beliau, setelah memuji Allah dan menyebut nama-Nya beliau akhirnya meminum sisanya.”
(HR al-Bukhory no: 6452)
Dalam hadits lainnya :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ
Dari ‘A’isyah rodhiyallohu ‘anha dia berkata; “Semenjak tiba di Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang dari makanan gandum hingga tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal.”
(HR. al-Bukhory no: 6454)
Kemudian juga :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
مَا أَكَلَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْلَتَيْنِ فِي يَوْمٍ إِلَّا إِحْدَاهُمَا تَمْرٌ
Dari ‘A’isyah rodhiyallahu ‘anha dia berkata, “Keluarga Muhammad tidak pernah makan hingga dua kali dalam sehari melainkan salah satunya dengan makan kurma.”
(HR. al-Bukhory no: 6455)
RENUNGAN:
Kesederhanaan perikehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dimana sejak beliau hijrah ke Madinah, kehidupan ekonomi sehari-hari beliau sangat-sangat lah sederhana sekali….
Betapapun….
Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menghendaki…
Maka Rasul bisa saja berkondisi seperti para penguasa dan para raja pada umumnya….
Karena…
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pada masa di Madinah ini sudah berstatus sebagai pemimpin atau “seperti raja”, yang tinggal bertitah, maka para sahabat yang sangat setia tentulah hanya akan berkhidmat untuk memenuhi apa saja yang menjadi kebutuhan dan permintaannya…
Namun…
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam tidak demikian…
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallan terbukti sangat berbeda dengan para penguasa hari ini, yang mereka sedemikian tamak dan rakus untuk sibuk memiliki dan menikmati materi dan kenikmatan dunianya sendiri…
Bisa dibayangkan…
Bagaimana keadaan keluarga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai penguasa…
Yang dapurnya bahkan tidak “ngebul” 3 hari berturut-turut…
Kalau setiap hari makan pun, tidak sampai dua kali makan….
Sementara….
Orang-orang kaya masa kini….
Terlebih para penguasanya….
Bila perlu makan di satu tempat, minum di satu tempat, dan membuangnya di tempat yang lain….
Mereka sibuk antara cara mencari dan meraih serta menumpuk hartanya….
Sebagaimana mereka juga sibuk untuk menghabiskan dan membelanjakannya….
Di dalam kisah diatas….
Secara Shahih diriwayatkan…
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam begitu peduli kepada nasib orang lain…
Sampai-sampai rela untuk lebih lapar dibandingkan saudaranya….
Karena mendahulukan mereka daripada dirinya sendiri….
Betapa jauhnya hal itu….
Dibanding dengan kehidupan hari ini….
Bahkan tak bisa dipungkiri…
Bahwa diantara realitas kehidupan di masa kini….
Kejahatan yang ada…..
Jangankan dilakukan oleh orang diakibatkan karena miskinnya….
Orang kayanya pun melakukannya….
Jangankan orang yang tidak berpendidikan…
Bahkan orang yang telah berhasil mencicipi pendidikan tinggi sekalipun mengerjakannya….
Mencuri…
Menggarong…..
Atau kriminal lainnya….
Tak hanya beralasan karena kemiskinan….
Bahkan bisa dilakukan oleh yang sudah kaya…..
Orang kaya di masa kini pun tidak kalah mencuri…
Menggarong….
Dan mengkorupsi…
Bahkan dalam jumlah yang jauh lebih banyak….
Dimana itu dilakukan…
Karena statusnya yang tinggi….
Bahkan karena pendidikannya yang tinggi pula….
Perlu disadari bahwa….
Solidaritas pada masa lalu…
Tidak mesti diawali oleh kecukupan dan kekayaan….
Adapun kenyataan di masa kini….
Jangankan berbicara cara meratakan kebahagiaan dan berbagi dengan sesama….
Yang ada justrulah….
Bagaimana agar kenikmatan itu hanya menjadi milik dirinya sendiri….
Dan menjadi milik keturunannya sendiri….
Hingga tujuh turunan sekalipun….
Romadhon….
Harusnya menjadi pelajaran bagi kita tentang semua nilai-nilai yang terkandung dalam hadits diatas…
Dan bagaimana merealisasikan serta mengimplemetasikannya di dalam kehidupan nyata…..
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(196) Kronologis Kejatuhan
Allôh berfirman :
(ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ * فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰۤ أَن تَزَكَّىٰ * وَأَهۡدِیَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ * فَأَرَىٰهُ ٱلۡـَٔایَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰ * فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ * ثُمَّ أَدۡبَرَ یَسۡعَىٰ * فَحَشَرَ فَنَادَىٰ * فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ * فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡـَٔاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰۤ * إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَعِبۡرَةࣰ لِّمَن یَخۡشَىٰۤ)
“Pergilah engkau kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas,
Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan), dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?”
Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi dia (Fir‘aun) mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
Maka Allooh menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allooh).”
[QS. An-Nazi’at/79 : 17 – 26]
RENUNGAN:
Sebagai utusan Allooh…
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aala menyuruh Musa ‘alaihissalam untuk mendatangi Fir’aun; karena dia telah melampaui batas….
Serulah dan tawarkanlah kepada Fir’aun jalan yang benar….
Dan agar dia mensucikan dirinya, jiwanya akhlaknya dan sikap-sikapnya…
Kemudian tunjukkan dia kepada jalan yang menghantarkannya kepada Allooh…
Lalu diharapkan dia akan menjadi orang yang takut kepada-Nya….
Sebagai bukti bahwa Musa ‘alaihissalam adalah utusan Allooh….
Sebagai bukti bahwa ajaran, tuntunan dan pedoman yang ditawarkan kepada Fir’aun adalah suatu kebenaran…
Maka diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran Allooh….
Akan tetapi…
Kecongkakan, kesombongan dan kekufuran Fir’aun mulai tampak melalui mendustakan dan tidak membenarkan apa yang disampaikan oleh Musa ‘alaihissalam….
Dan justru semakin mengingkari, menyalahi, menentang….
Kemudian bahkan berpaling….
Untuk kemudian merencanakan penolakan, perlawanan dan makarnya kepada orang yang telah berusaha menunjukkan padanya jalan yang baik….
Tidak cukup sampai disitu….
Tetapi Fir’aun juga membentuk team untuk mempublikasikan serta mengumumkan kepada khalayak ramai yang menjadi bawahannya, yang menjadi rakyatnya…
Bahwa dia adalah “Tuhan yang Maha Tinggi”….
Fir’aun itu tidak lagi meyakini bahwa dia adalah makhluk yang hina….
Dia menjadi sombong….
Dia menjadi congkak….
Dia tidak ingin direndahkan….
Dia tidak ingin ditinggalkan kaumnya….
Bahkan lebih dari itu….
Dia ingin memusnahkan orang yang memberinya nasehat dan petunjuk….
Pada saat kondisi pendustaan, penolakan, pembangkangan terhadap kebenaran sudah semakin memuncak….
Sudah semakin mengkerucut pada titik puncaknya….
Bahkan pelakunya tidak lagi menyadari keangkuhannya…
Maka pada saat itulah….
Allooh hinakan Fir’aun….
Ke titik yang paling rendah….
Terbenam di dasar lautan….
Kabar ini….
Berita ini….
Sejarah ini….
Hanya akan dijadikan sebagai nasehat…
Dijadikan sebagai penuntun….
Dijadikan sebagai pelajaran….
Oleh orang-orang yang beriman…
Yang meyakini bahwa hanya Allooh lah yang berhak untuk ditakuti….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(195) Kebathilan Pasti Terhina
Allôh berfirman :
(فَلَمَّاۤ أَلۡقَوۡا۟ قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئۡتُم بِهِ ٱلسِّحۡرُۖ إِنَّ ٱللَّهَ سَیُبۡطِلُهُۥۤ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُصۡلِحُ عَمَلَ ٱلۡمُفۡسِدِینَ)
“Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allooh akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allooh tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.”
[QS. Yunus/10 : 81]
RENUNGAN:
Ketika Musa ‘alaihissalam menampakkan mu’jizatnya sebagai bukti kebenaran dakwah yang dibawanya,
Fir’aun justru menantangnya dengan sihir…
Maka Musa ‘alaihissalam dengan penuh keyakinan dan tidak gentar menyatakan bahwa…
Apapun bentuk kehebatan yang kalian perjuangkan dan kalian tampakkan, semua tidak lain adalah merupakan sihir…..
Sedangkan…
Allooh tidak akan memenangkan kebathilan…
Termasuk pula sihir yang ditampakkan oleh team Fir’aun…
Allooh tidak akan mewujudkan perbaikan dan kemajuan atas upaya dan perjuangan dari mereka orang-orang yang merusak….
Maka sudah menjadi keharusan bagi orang yang menjadi pelanjut risalah Musa ‘alaihissalam dan pengikut setia Muhammad sholalloohu ‘alaihi wassallam untuk meyakini bahwa : “Sehebat apapun upaya Fir’aun untuk memadamkan cahaya Allooh dengan merusak tatanan di permukaan bumi ini agar tidak sesuai dengan Kehendak Allooh, Pencipta semesta alam, maka akhir dari upaya mereka itu hanyalah kekalahan dan kehinaan.”
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(194) Allooh Membenci Pengkhianat
Allôh berfirman :
(وَلَا تُجَـٰدِلۡ عَنِ ٱلَّذِینَ یَخۡتَانُونَ أَنفُسَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِیمࣰا)
“Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allooh tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa.”
[QS. An-Nisa’/4: 107]
RENUNGAN:
Kecurangan, adalah bentuk dan wujud dari hilangnya kejujuran….
Sedangkan…
Kecurangan dan ketidakjujuran, adalah merupakan bentuk penghianatan seseorang terhadap dirinya sendiri….
Jika seseorang telah menghianati dirinya sendiri, bagaimana bisa kita berharap kejujuran darinya terhadap orang lain?
Jika orang yang telah menghianati dirinya sendiri itu tidak bisa menerima nasehat orang lain, maka ayat ini mengisyaratkan bahwa tidak ada gunanya untuk membela orang seperti itu….
Dengan jelas dan tegas bahwa…
Allooh tidak menyukai, tidak mencintai; bahkan membenci penghianat dan pelaku dosa.
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(193) Binasa adalah Akhir dari Kedzoliman
Allôh berfirman :
(وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَا ٱلۡقُرُونَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَمَّا ظَلَمُوا۟ وَجَاۤءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَیِّنَـٰتِ وَمَا كَانُوا۟ لِیُؤۡمِنُوا۟ۚ كَذَ ٰلِكَ نَجۡزِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡمُجۡرِمِینَ)
“Dan sungguh, Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat zhalim, padahal para rosuul mereka telah datang membawa keterangan-keterangan (yang nyata), tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.”
[QS. Yunus/10: 13]
Renungkanlah:
Perbuatan DOSA itu, tidak lain kecuali hanya akan MENGAKIBATKAN PETAKA….
Sedemikian sayang Allooh pada makhlukNya….
Bagaimana tidak….
Allooh telah turunkan ke tengah-tengah mereka….
Para Rosuul…
Para Ulama….
Para Dai….
Para Ustadz….
Dan…
Para Mubaligh…
Yang sudah barang tentu menjelaskan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dihindari….
Janganlah coba-coba melanggar….
Janganlah coba-coba melawan….
Janganlah coba-coba menentang….
Karena sejarah telah membuktikan….
Berabad-abad manusia hidup di dunia ini, sejak Adam ‘alaihissalam sampai Nabi Isa ‘alaihissalam…
Bahkan sampai saat ini…
Semua telah menggoreskan sejarah…
Bahwa KEDZOLIMAN pasti akan BERAKHIR dengan NESTAPA…
Kasih sayang Allooh itu sesungguhnya menggiring manusia….
Agar mereka memperoleh rahmat di Hari Akhirat kelak lebih banyak dan lebih berlipat daripada rahmat yang mereka nikmati selama hidup di dunia….
Petaka itu banyak bentuknya…
Bisa kepada dirinya berupa sakit badannya, pikirannya, jiwanya…
Atau bahkan terhalang dari petunjuk Allooh…
Bahkan lebih besar daripada itu akan menimpa orang lain….
Mereka menjadi sengsara…
Mereka menjadi kelaparan….
Mereka menjadi bodoh….
Mereka menjadi terbelakang….
Mereka menjadi budak….
Mereka menjadi sakit….
Mereka menjadi gila….
Mereka menjadi bunuh diri…
Bahkan menyebabkan mereka saling tumpah darah….
Saling bermusuhan….
Dan saling berpecah….
Bahkan juga bisa memungkinkan negara menjadi terbelah….
Persatuan menjadi perpecahan….
Persaudaraan menjadi permusuhan….
Semua itu antara lain KARENA KEDZOLIMAN yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang…..
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(192) Membangkang adalah Bentuk dari Kedzoliman dan Kesombongan
Allôh berfirman :
(فَلَمَّا جَاۤءَتۡهُمۡ ءَایَـٰتُنَا مُبۡصِرَةࣰ قَالُوا۟ هَـٰذَا سِحۡرࣱ مُّبِینࣱ * وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسۡتَیۡقَنَتۡهَاۤ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمࣰا وَعُلُوࣰّاۚ فَٱنظُرۡ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِینَ)
“Maka ketika mukjizat-mukjizat Kami yang terang itu sampai kepada mereka, mereka berkata, “Ini sihir yang nyata.” Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.”
[QS. An-Naml/27: 13 – 14]
RENUNGAN:
Bisa jadi kedzoliman dan kesombongan itu tidak disadari oleh pelakunya…
Atau tidak diketahui oleh orang yang ada di sekelilingnya….
Karena sudah menjadi kebiasaan dan karakter hidupnya….
Kedzoliman adalah perilaku aniaya dan merugikan…
Baik merugikan dirinya sendiri…
Apalagi merugikan orang dan pihak lain….
Sedangkan….
Kesombongan adalah sikap menolak kebenaran….
Dan menganggap sepele orang lain atau pihak lain….
Apa jadinya jika dua karakter buruk dan tercela ini ada dan dimiliki oleh mereka yang berwenang dan berkuasa??…
Pastilah yang akan menjadi korban adalah rakyatnya, bangsanya dan negaranya…..
Melalui ayat ini…
Allôh menampakkan dan memberi identifikasi serta indikator kepada orang yang berakal…
Tentang…
SIKAP dan KARAKTER daripada FIR’AUN….
FIR’AUN itu memang SENANTIASA MENOLAK KEBENARAN….
MENOLAK BUKTI….
MENOLAK DATA…
Dan….
MENOLAK FAKTA….
Betapapun sudah di depan mata….
Kalaupun ada kebenaran…
Maka sesungguhnya kebenaran itu dia nyatakan kepada orang yang berada di sekelilingnya sebagai sihir, yang sudah barang tentu sihir adalah bathil…..
Data, fakta dan bukti telah menjelma di depan mata….
Tetapi….
Yang dipublikasikan adalah Kepalsuan….
Pengingkaran….
Penolakan….
Dan pembangkangan….
Jika pemimpin telah memiliki karakter seperti ini….
Maka…
Kehancuran, kerusakan dan kebinasaan yang akan mengakhirinya…
Sejarah Fira’un telah menjadi bukti sejarah…
Yang tidak mungkin dipungkiri….
Pada saat Fira’un itu congkak, sombong, angkuh dan menolak kebenaran….
Bahkan….
Dia mengaku bahwa dialah yang tertinggi, termulia dan teragung….
Maka saat itu pulalah tiba nasib buruk yang menghinakannya….
Berupa Allôh tenggelamkan dia ke dasar laut merah…
Lalu beberapa saat kemudian menjadi bangkai….
Yang kemudian Allôh abadikan sampai akhir zaman…
Agar setiap orang yang berakal sehat dapat mengambil pelajaran….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(191) Kecurangan adalah Kekalahan dan Kehinaan
Allôh berfirman:
(وَإِلَىٰ مَدۡیَنَ أَخَاهُمۡ شُعَیۡبࣰاۚ قَالَ یَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرُهُۥۖ قَدۡ جَاۤءَتۡكُم بَیِّنَةࣱ مِّن رَّبِّكُمۡۖ فَأَوۡفُوا۟ ٱلۡكَیۡلَ وَٱلۡمِیزَانَ وَلَا تَبۡخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشۡیَاۤءَهُمۡ وَلَا تُفۡسِدُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَـٰحِهَاۚ ذَ ٰلِكُمۡ خَیۡرࣱ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ)
“Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allooh. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.”
[QS. Al-A’raf/7: 85]
RENUNGAN:
Curang itu adalah penyakit moral yang sudah menjangkiti umat manusia berabad-abad yang lalu sejak kaum Nabi Syu’aib ‘alaihissalam….
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam menyeru kaumnya yaitu kaum Madyan agar mereka menepati dan menyempurnakan takaran dan timbangan dan tidak berbuat curang….
Oleh Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, CURANG DISETARAKAN dengan BERBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI, bahkan BERBUAT CURANG adalah CIRI ORANG-ORANG YANG TIDAK BERIMAN….
Orang yang beriman kepada Allooh, orang beriman kepada Rosuulullooh, orang beriman dengan adanya Hari Kematian, orang beriman dengan adanya Hari Perhitungan dan Pembalasan; mereka akan memiliki rasa takut untuk berbuat curang….
CURANG adalah simbol dari KARAKTER RAKUS….
CURANG adalah penampakan dari GEJALA EGOIS, INGIN MENANG SENDIRI, INGIN UNTUNG SENDIRI…..
Curang menimbulkan sikap yang tidak peduli dengan orang lain, dan dengan kepentingan orang lain; apalagi dengan kepentingan bangsa dan negara….
Siapapun yang memiliki sifat dan karakter curang maka tidak berhak untuk mendapatkan amanah atau kepercayaan….
Karena kalau dia mendapatkan kepercayaan, pastilah dia akan merugikan orang lain; bahkan merugikan orang banyak, dan menyusahkan masyarakat….
Kecurangan bisa terjadi dalam menakar, dalam menimbang, dalam mengukur, dalam bekerja…
Bahkan dalam pemungutan suara dalam Pemilu…
Kecurangan dalam Pemilu, misalnya dengan cara kertas suara digotong ke tempat yang tidak jelas arahnya kemana, adanya petugas KPPS yang menyoblos sendiri, kertas suaranya kemudian tiba-tiba muncul menjadi angka yang fantastis….
dan seterusnya….
dan seterusnya….
Tapi ingat…
Jangan dikira bahwa kecurangan adalah kebenaran….
Yang pasti KECURANGAN adalah KEBATHILAN….
Dan kebathilan tidak akan berakhir, kecuali dalam keadaan kalah, malu, hina, nestapa dan petaka !!!
Perhatikanlah bagaimana Allooh menghukum dan mengadzab kaum Nabi Syu’aib ‘alaihissalam yang tidak beriman, yang tidak mengindahkan larangan curang, dan yang tetap berbuat curang…
Mereka disapu-bersih….
Dibinasakan….
Dibuat-Nya tidak berkutik….
Dibuat-Nya menderita….
Dibuat-Nya celaka….
Dibuat-Nya terhina….
Dibuat-Nya musnah…
Melalui GEMPA, yang menjemput mereka hingga tempat-tempat persembunyian mereka….
Bagi orang yang berakal sehat…
Pastilah akan mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah yang kelam itu….
Ingatlah….
Allooh yang Maha Perkasa pasti berada di pihak yang benar….
Pasti membela yang benar….
Pasti akan mengalahkan yang curang….
Pasti akan menghinakan orang-orang yang curang….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(190) Hukum Shaum Setelah Melewati Pertengahan Sya'ban
Terdapat dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda: “Apabila sudah pertengahan Sya’ban maka janganlah kalian shaum.” (HR. Abu Dawud No. 2337 dishahihkan oleh al Albany).
Syaikh Muhammad Asyraf al ‘Adzim Abady mengatakan: “Hikmah tidak disunnahkannya Shaum setelah pertengahan Sya’ban adalah agar seorang muslim mempersiapkan kekuatan untuk menyambut bulan Ramadhan.” (‘Aunul Ma’bud 6/330).
Sedangkan al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan: “Larangan ini ditujukan bagi mereka yang tidak terbiasa shaum sebelumnya.” (Fathul Baary 4/215)
Jadi bagi mereka yang terbiasa shaum Senin Kamis atau Shaum Dawud, maka tidak termasuk dalam apa yang dilarang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dalam hadist ini.
والله أعلم بالصواب
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(189) Saat Pertolongan Allooh Tiba
Allôh berfirman :
(حَتَّىٰۤ إِذَا ٱسۡتَیۡـَٔسَ ٱلرُّسُلُ وَظَنُّوۤا۟ أَنَّهُمۡ قَدۡ كُذِبُوا۟ جَاۤءَهُمۡ نَصۡرُنَا فَنُجِّیَ مَن نَّشَاۤءُۖ وَلَا یُرَدُّ بَأۡسُنَا عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُجۡرِمِینَ)
“Sehingga apabila para rosul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rosul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.”
[QS. Yusuf/12: 110]
RENUNGAN:
Kecamuk PERJUANGAN untuk MENEGAKKAN dan MEMBELA KEBENARAN….
Tentu merupakan UPAYA GIGIH yang TIDAK MENGENAL LELAH….
Bahkan PENGORBANAN…..
Apabila seluruh upaya telah diperjuangkan sedemikian rupa….
Akan tetapi….
Justru terasa SEMPIT…..
Justru terasa SULIT…
Dan keadaan yang MENJEPIT itu…
Dirasakan menyesakkan sampai MENDEKATI TITIK NADIR (titik terendah harapan/tipis harapan)….
Bahkan mungkin….
Hampir membuat putus asa….
Dikarenakan tipu daya dan penolakan yang begitu besar yang menggelinding…
Maka….
Dalam keadaan seperti ini….
Justru ALLÔH TURUNKAN PERTOLONGAN-Nya…
Lalu…
KEBENARAN pun menjadi MENANG….
Dan KEBATHILAN pun menjadi TERHINA….
Maka RUMUS INI TIDAK BOLEH LENYAP DARI MEMORI ORANG YANG BERIMAN……
Karena….
Sesungguhnya SELURUH PERJUANGAN itu adalah UJIAN….
Sungguh-sungguh kah kita ???….
Tuluskah kita ???….
Dan berada di atas jalan yang benar kah kita ???…
Allooh Maha Bijaksana…..
Allooh Maha Perkasa….
Tidak akan ada siapapun yang akan mampu memperdaya Allooh…..
Tidak akan ada siapapun yang akan mampu menipu Allooh….
Tidak akan ada siapapun yang akan mampu mengalahkan Allooh…
KEBENARAN pasti DITOLONG dan DIMENANGKAN oleh ALLÔH….
Betapapun sebelumnya harus berpeluh keringat….
Berurat tegang….
Dan berlumuran darah terlebih dahulu….
ALLÔH MENYUKAI HAMBA-Nya untuk BERJUANG DI JALAN-Nya….
Ingatlah….
Sesungguhnya dosa kefasikan…
Dosa kedzoliman…
Dan dosa kekufuran…
Tidak akan berakhir kecuali akan berada dalam keadaan hina…
Dan sebaliknya….
Kebenaran…
Ketaqwaan…
Dan cahaya Allooh….
Tidak akan berakhir, kecuali dalam keadaan tersanjung…
Mulia..
Dan tak tersaingi !!!
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(188) Do'a Berlindung dari Pemimpin yang Kejam
عن عبدالله بن عمر: قَلَّما كان رسولُ اللهِ ﷺ يقومُ من مَجْلِسٍ حتى يدعوَ بهؤلاءِ الكَلِماتِ لأصحابِه اللهم اقْسِمْ لنا من خشيتِكَ ما يَحُولُ بيننا وبين مَعاصِيكَ ومن طاعتِكَ ما تُبَلِّغُنا به جنتَكَ ومن اليقينِ ما تُهَوِّنُ به علينا مُصِيباتِ الدنيا ومَتِّعْنا بأسماعِنا وأبصارِنا وقوتِنا ما أَحْيَيْتَنا واجعلْه الوارثَ منا واجعلْ ثأرَنا على من ظلمنا وانصُرْنا على من عادانا ولا تجعلْ مُصِيبَتَنا في دينِنا ولا تجعلِ الدنيا أكبرَ همِّنا ولا مَبْلَغَ علمِنا ولا تُسَلِّطْ علينا من لا يَرْحَمُنا
Ibnu Umar berkata; jarang Rosuulullooh sholalloohu ‘Alaihi Wasallam berdiri dari majelis, kecuali beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya: “ALLAAHUMMAQSIM LANAA MIN KHASYYATIKA MAA YAHUULU BAINANAA WA BAINA MA’AASHIIKA, WA MIN THAA’ATIKA MAA TUBALLIGHUNAA BIHI JANNATAKA, WA MINAL YAQIINI MAA TUHAWWINU BIHI ‘ALAINAA MUSHIIBAATID DUNYAA WA MATTI’NAA BIASMAAINAA WA ABSHAARINAA WA QUWWATINAA MAA AHYAITANAA, WAJ’ALHUL WAARITSA MINNAA WAJ’Al TSA`RANAA ‘ALAA MAN ZHALAMANAA WANSHURNAA ‘ALAA MAN ‘AADAANAA, WALAA TAJ’Al MUSHIIBATANAA FII DIININAA WA LAA TAJ’ALID DUNYAA AKBARA HAMMINAA WA LAA MABLAGHA ‘ILMINAA, WA LAA TUSALLITH ‘ALAINAA MAN LAA YARHAMUNAA”
(Ya Allooh, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu, yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada Surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, *serta JANGAN ENGKAU KUASAKAN ATAS KAMI ORANG-ORANG YANG TIDAK MENYAYANGI KAMI*).”
(HR. At-Turmudzi no. 3502, dari Abdullôh bin Umar At-Turmudzi berkata: “Abu Isa berkata: Hadits ini adalah hadits Hasan Ghorib” dan Syaikh Nashiruddin Al-Albani menghasankannya)
(187) Do'a adalah Senjata bagi Mu'min
Bagi orang yang beriman….
ALLOOH adalah AWAL dan AKHIR…
Baik disaat lapang…
Maupun disaat sempit…
Terlebih disaat menghadapi berbagai kesulitan…
Maka dari itu…
JANGAN LUPA BERDOA KEPADA ALLOOH…
Karena….
Doa bagi Muslim/Mukmin adalah SENJATA yang TIDAK AKAN TERKALAHKAN….
وَالدُّعَاءُ مِنْ أَنْفَعِ الْأَدْوِيَةِ، وَهُوَ عَدُوُّ الْبَلَاءِ، يَدْفَعُهُ، وَيُعَالِجُهُ، وَيَمْنَعُ نُزُولَهُ، وَيَرْفَعُهُ، أَوْ يُخَفِّفُهُ إِذَا نَزَلَ، وَهُوَ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ.
“Doa adalah obat yang paling bermanfaat….
Ia merupakan musuh bagi bala/bencana…
Ia adalah solusi bagi bala….
Ia adalah penghalang turunnya bala…
Ia adalah pengangkat bala…
Ia adalah peringan bala….
Dan….
Ia adalah SENJATA bagi MUKMIN…..”
(Ibnul Qoyyim, Al Jawabul Kaafi, hal.10)
(186) Pengharam Telaga Rosuulullooh
Rosûlullôh Sholalloohu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
عن جابر بن عبد الله: أنَّ رسولَ اللهِ ﷺ قال لكعبِ بنِ عُجْرةَ:يا كعبُ بنَ عُجْرةَ أعاذنا اللهُ مِن إمارةِ السُّفهاءِ ) قالوا: يا رسولَ اللهِ وما إمارةُ السُّفهاءِ؟ قال: ( أمراءُ يكونون بعدي لا يهتدون بهَدْيي ولا يستنُّون بسنَّتي فمَن صدَّقهم بكذبِهم وأعانهم على ظُلمِهم فأولئك ليسوا منِّي ولَسْتُ منهم ولا يرِدوا عليَّ حوضي ومَن لم يُصدِّقْهم بكذبِهم ولم يُعِنْهم على ظلمِهم فهم منِّي وأنا منهم وسيرِدون عليَّ حوضي يا كعبُ بنَ عُجْرةَ الصَّومُ جُنَّةٌ والصَّدقةُ تُطفئُ الخطيئةَ والصَّلاةُ برهانٌ ـ أو قال: قربانٌ ـ يا كعبُ بنَ عُجْرةَ النّاسُ غاديانِ: فمبتاعٌ نفسَه فمُعتِقُها وبائعٌ نفسَه فموبِقُها
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata : “Sesungguhnya Rosûlullôh Sholalloohu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepada Ka’ab bin Ujroh, “Semoga Allooh melindungi kita dari para pemimpin yang dungu”.
Mereka bertanya, “Siapakah para pemimpin yang dungu itu, ya Rosûlullôh?”
Rosûl Sholalloohu ‘Alaihi Wassalam menjawab: “Para pemimpin setelah aku, yang mereka tidak menjadikan pedomanku sebagai petunjuknya, dan tidak menjadikan sunnahku sebagai jalannya; maka BARANGSIAPA MEMBENARKAN MEREKA (pemimpin dungu itu) DALAM KEBOHONGANNYA, dan MENOLONG dalam KEDZOLIMANNYA, maka MEREKA itu BUKAN dari GOLONGANKU, dan AKU juga BUKAN BAGIAN dari MEREKA, dan MEREKA TIDAK AKAN MELEWATI TELAGAKU.”
“Dan BARANGSIAPA TIDAK MEMBENARKAN dalam DUSTANYA, dan TIDAK MENOLONG dalam KEDZOLIMANNYA, maka mereka ITULAH GOLONGANKU dan aku bagian dari mereka, dan merekalah yang akan melewati telagaku.”
“Wahai Ka’ab bin Ujroh, shoum itu perisai, shodaqoh penghapus dosa, sholat itu hujjah (bukti keimanan).”
“Wahai Ka’ab bin Ujroh, ada dua orang yang pergi di waktu pagi, seorang yang menebus diri dan membebaskannya supaya tidak celaka, dan ada yang menjual dirinya kemudian menjerumuskannya ke dalam api neraka.”
(HR. Ibnu Hibban No. 4514, Hadits ini menurut Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam “Shohiih At Targhib wat Tarhib” no: 2242 adalah Hadits Shohiih Lighoirihi, dari Jabir Bin ‘Abdillâh rodhiyalloohu ‘anhu)
Melalui hadits diatas dapat disarikan antara lain beberapa poin :
✅ KETEGASAN BERSIKAP ternyata juga merupakan IDENTITAS seorang MUSLIM…..
KETEGASAN BERPIHAK pada KEBENARAN, dan BERLEPAS DIRI dari KEBATHILAN ternyata juga merupakan IDENTITAS seorang MUSLIM…..
Mengapa harus meng-iya-kan sesuatu yang tidak patut di-iya-kan ???….
Apalagi mendukung dan menolong kedzoliman ???…
Sebaliknya….
Mengapa harus ragu….
Atau tidak berani mengingkari….
Kalau sesuatu itu memang tidak patut, dan tidak berhak untuk diikuti ???…
Mengapa RAGU BERPIHAK pada KEBENARAN ???…
Telaga Rosúlullôh adalah satu-satunya….
Telaga itu tersedia bagi ummat Rosûl, yang jika dia meminumnya, maka sungguh dia tidak akan pernah haus selama-lamanya….
✅ Jangan sepelekan atau bertindak konyol….
Dengan sikap yang tidak mencerminkan ke-Islaman ataupun keteguhan Iman….
Hanya demi mengejar keuntungan dunia yang sesaat belaka….
Berapa banyak ummat ini yang terancam DILARANG menikmati TELAGA ROSÛL….
Akibat mereka itu KRISIS KETEGASAN SIKAP…..
Yang dapat menjadikannya menyesal terutama di Hari Akhirat yang tak berujung kelak….
(Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.)
(185) Perbedaan MUNAFIQ dan MU'MIN
Diantara KARAKTER MUNAFIQ :
1. Orang-orang Munafiq itu satu golongan
2. Memerintahkan yang Mungkar
3. Mencegah yang Ma’ruf
4. Bakhil/kikir
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَا لْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۘ يَأْمُرُوْنَ بِا لْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْ ۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Alloh, maka Alloh melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. At-Taubah/9: 67)
Diantara KARAKTER MU’MIN :
1. Saling tolong menolong
2. Memerintahkan yang Ma’ruf
3. Mencegah yang Mungkar
4. Mendirikan Sholat
5. Menunaikan Zakat
6. Ta’at pada Allôh dan Rosul-Nya.
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
وَا لْمُؤْمِنُوْنَ وَا لْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۘ يَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗ اُولٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Alloh swt. Sungguh, Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. At-Taubah/9: 71)
PERBEDAAN yang JELAS adalah :
Apabila….
Orang Mu’min memerintahkan yang Ma’ruf dan mencegah yang Munkar….
Maka….
Sebaliknya….
Orang-orang Munafiq itu justru memerintahkan yang Munkar dan mencegah yang Ma’ruf….
[Kuliah Shubuh Ust. Dr. Achmad Rofi’i, Lc. M.M.Pd]
(184) Orang yang Beruntung
Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
عن عبدالله بن عمرو: قَدْ أَفْلَحَ مَن أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بما آتاهُ.
“Sungguh telah beruntung orang yang tangannya tidak dipakai untuk meminta-minta, dan orang yang qona’ah (puas) dengan apa yang Allooh berikan padanya.”
(HR. Muslim no: 1054, dari ‘Abdullooh bin ‘Umar rodhiyalloohu ‘anhu)
RENUNGAN :
MERASA CUKUP dengan apa yang merupakan PEMBERIAN dan karunia dari ALLOOH….
Ternyata menjadi IDENTITAS bagi ORANG YANG akan BERUNTUNG…
Pemberian Allooh kepada manusia….
Sesungguhnya teramat sangat banyak…
Bahkan kalau mau disadari….
Pastilah dia tidak akan mampu untuk merincinya satu persatu…
Pada umumnya….
Manusia hanya menghitung sesuatu yang merupakan hasil dari apa yang diupayakannya….
Sehingga…
Jika yang diraihnya itu adalah tidak sesuai dengan harapannya….
Maka…
Dia beranggapan bahwa yang demikian itu menurutnya sedikit…
Karena baginya…
Barulah disebutnya banyak…
Apabila sesuai dengan target yang direncanakan atau bahkan melebihi apa yang direncanakannya…
Dia memutuskan…
Bahwa sesuatu yang sedikit dan tidak sesuai dengan target yang diharapkannya itu….
Menyebabkannya punya alasan bahwa dia tidak mensyukuri Allooh…
Sebagian manusia…
Jangankan tidak dipenuhi apa yang menjadi target dan harapannya…
Bahkan jika harapan dan targetnya tercapai sekalipun…
Dia belum tentu bersyukur….
Bahkan lebih sesat lagi…
Jika orang itu semakin lupa diri dan semakin kufur kepada (Allooh) yang memberinya….
Diantara CIRI ORANG yang berpaham MATERIALISTIS adalah…
Jika seseorang itu menghitung suatu prospek atau keberuntungan apabila apa yang diinginkannya, ditargetkannya dan menjadi harapan dunianya itu dia berhasil meraihnya….
Akan tetapi….
APA yang DIJANJIKAN DISISI ALLOOH dan ROSUUL-Nya….
Baginya BUKANLAH merupakan PROSPEK atau keberuntungan….
Orang seperti ini…
Sesungguhnya telah CACAT dalam KEIMANAN TERHADAP HARI AKHIR…
Maka pantaslah….
Kalau kehidupannya menjadi selalu berada dalam kekurangan dan jauh dari keberkahan….
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(183) Hindarilah Musibah
Allôh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman :
(لَّا تَجۡعَلُوا۟ دُعَاۤءَ ٱلرَّسُولِ بَیۡنَكُمۡ كَدُعَاۤءِ بَعۡضِكُم بَعۡضࣰاۚ قَدۡ یَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ یَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذࣰاۚ فَلۡیَحۡذَرِ ٱلَّذِینَ یُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦۤ أَن تُصِیبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ یُصِیبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمٌ)
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rosuul (Muhammad) diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allooh mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rosuul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
[QS. An-Nuur/24 : 63]
Seorang muslim dilarang untuk mempersamakan seruan diantara mereka, dengan saat menyikapi seruan Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam….
Seorang muslim dilarang untuk mempersamakan ajakan diantara sesama mereka, dengan saat menyikapi ajakan Rosuulullooh…
Atau perintah diantara mereka dengan perintah Rosuulullooh…
Atau aturan-aturan yang mereka buat sesama mereka, dengan aturan Rosuulullooh…
Mereka dilarang mempersamakan itu….
Karena….
Perbedaannya jelas….
Bahwa manusia selain Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam adalah tidak ada yang patut untuk ditaati dan dipatuhi sepenuhnya…..
Tidak ada yang patut untuk ditaati dan dipatuhi secara mutlak…..
Sementara…
Ketaatan dan kepatuhan kepada Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam adalah merupakan KONSEKUENSI IMAN…
Bagi seorang mukmin….
Mentaati Rosuulullooh adalah EKSISTENSI….
Bahkan KUALITAS IMAN…
Yang terhunjam di dalam lubuk hatinya….
Sementara…..
Siapapun tidak ada yang wajib ditaati dan dipatuhi….
Terlebih jika menyimpang dan menyeleweng dari kepatuhan terhadap Rosuulullooh….
Tidak mungkin seseorang mampu bersembunyi dan menyembunyikan diri dari pengawasan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa…
Jika dia taat kepada Allooh…
Dan taat kepada Rosuulullooh…
Pastilah sekecil apapun, Allooh akan memperlihatkannya….
Dan demikian pula…
Jika dia berbuat kejahatan dan perlawanan terhadap Allooh dan Rosuulullooh…
Maka….
Jangankan yang nyata dan tampak…
Yang tidak terlihat…
Bahkan yang tersembunyi pun…
Pastilah Allooh akan melihatnya…
Dan karenanya…
Dia tidak akan bisa bersembunyi dan lari dari kemurkaan-Nya…
Orang-orang yang menyelisihi aturan Allooh dan aturan Rosuulullooh…
Haruslah diwaspadai….
Haruslah dihindari…
Haruslah dijauhi…
Jika ingin selamat dan terhindar dari musibah, bencana maupun petaka…
Bila berada disekelilingnya….
Menghindari dengan menjauh dari mereka…
Tidak berada bersama mereka…
Mewaspadai mereka….
Serta memberitahu saudara-saudara kita lainnya, agar mereka juga menghindar….
Itu adalah karena…
Bukanlah selamat…
Bukanlah keberkahan….
Akan tetapi…
Justru membiarkan…
Terlebih memberikan dukungan kepada orang yang menyelisihi tuntunan Muhammad Rosuulullooh…
Menyelisihi Al-Islam yang dianutnya….
Adalah dapat menjadi penyebab turunnya musibah dan petaka….
Maka HINDARILAH PENYEBAB TURUNNYA PETAKA dan MUSIBAH itu !!
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(182) Lagi-Lagi Temannya Syaithon
Allôh berfirman :
(۞ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَ ٰتِ ٱلشَّیۡطَـٰنِۚ وَمَن یَتَّبِعۡ خُطُوَ ٰتِ ٱلشَّیۡطَـٰنِ فَإِنَّهُۥ یَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَیۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدࣰا وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یُزَكِّی مَن یَشَاۤءُۗ وَٱللَّهُ سَمِیعٌ عَلِیمࣱ)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Alloh dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Alloh membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh Maha Mendengar, Maha Mengetahui”
[QS. An-Nur/24 :21]
Wahai orang-orang yang beriman….
Berapa banyak kita saksikan pada masa dimana kita hidup saat ini…
Petunjuk…
Ajakan kepada Allooh….
Melalui upaya menjalankan TUNTUNAN dan HUKUM yang DISYARIATKAN oleh ALLOOH dan oleh Rosuulullooh…
Sebagai bukti pengamalan dari Ketuhanan Yang Maha Esa….
JUSTRU DICURIGAI dan DIPENUHI dengan BURUK SANGKA…
Upaya mengajak…
Menggiring….
Dan mendidik khalayak…
Agar kembali berpegang teguh kepada keyakinan atas benarnya Islam sebagai pedoman hidup yang harus eksis dalam berbagai sikap dan tindakan hidup seorang muslim….
JUSTRU DIJADIKAN sebagai ALASAN untuk KRIMINALISASI dan PERSEKUSI….
Para penyeru Zina dan Pergaulan Bebas…
Masih menuntut ruang untuk lebih berwarna-warni…
Dan lebih bebas lagi….
Riba yang sudah menyelimuti berbagai sisi dan lini kehidupan…
Masih menuntut ruang untuk menjadi rentenir yang lebih dahsyat lagi….
Dekadensi moral…
Yang melanda, bukan saja orang yang tidak terpelajar…
Akan tetapi….
Bahkan dari kalangan orang yang seharusnya menjadi tauladan bagi para pelajar….
Semakin marak….
Kedzoliman….
Tidak puas mendzolimi diri sendiri…
Akan tetapi…
Bahkan menimpa setiap orang yang memungkinkan untuk menjadikan dirinya puas untuk menjadi budak akibat ketidak berdayaannya….
Kerakusan untuk meraup segala kepuasan/kesenangan dunia….
Walaupun tanpa memperhatikan perasaan, harga diri bahkan masa depan generasi….
Semakin membelit….
Gerbang kebobrokan dan keterpurukan melalui narkoba dan pornografi…..
Menjadi sesuatu yang sudah darurat dan sulit dibendung….
Mengapa semua muncul….
Bahkan semakin berjaya ????
Tentu ayat diatas menjawab dan memberi informasi kepada kita…
Bahwa…
Betapa banyak orang yang rela menjadikan dirinya berkawan dengan Syaithon….
Baik Syaithon dari kalangan Jin yang ghoib…
Maupun Syaithon yang berwujud manusia….
Syaithon memang telah berpengalaman…
Bahkan sangat berpengalaman….
Bagaimana menipu…
Memperdaya….
Dan menjerumuskan manusia….
Kebodohan…
Atau kelalaian lah…
Yang telah menutupi pengetahuan mereka bahwa Syaithon itu lah yang senantiasa menyuruh manusia untuk berbuat berbagai kemungkaran…
Dan Syaithon itu lah yang melarang serta menghalangi mereka dari segala bentuk perkara yang Ma’ruf (perkara yang Baik)….
Serta menghalangi mereka dari kemuliaan, maupun keluhuran….
Kalau lah bukan karena Allooh Maha Mengetahui dan Maha Rohman serta Rohim…
Maka setiap orang yang berdosa tidak akan terhapus dari kesalahannya, yang dengannya akan berdampak pada penyesalan dan kepetakaan….
Sebelum penyesalan tiada arti…
Maka…
Marilah kita bergegas untuk kembali kepada-Nya.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(181) Hoax Anda Mengancam Anda
Rosuulullooh sholalloohu ‘alaihi wassallam bersabda :
“… ومن قال في مؤمن ما ليس فيه أسكنه الله ردغة الخبًال حتى يخرج مما قال”
“Barangsiapa yang mengatakan tentang seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak ada padanya; maka Allooh akan tenggelamkan dia di dalam nanah penghuni jahanam, sehingga dia keluarkan apa yang dia telah katakan…”
(HR. Abu Daud no. 3597, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar rodhiyalloohu ‘anhu, menurut Syaikh Syu’aib Al-Arnauth sanadnya shohiih)
RENUNGAN :
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang yang beriman kepada Allooh adalah….
Bahwa Islam yang diyakininya itu….
Merupakan tuntunan yang mengajarkan segala keluhuran….
Tidak ada apapun yang bernilai baik, mulia dan luhur; kecuali Islam pastilah mengajarkan dan menganjurkannya….
Dan sebaliknya….
Tidaklah ada sesuatu yang bernilai buruk, merugikan dan tercela; melainkan Islam pastilah akan membenci dan melarangnya….
Seorang yang telah menjadi muslim; maka dia haram bagi Muslim lainnya…
Baik hartanya, harga dirinya, apalagi jiwanya….
Oleh karena itu…
Maka hadits diatas adalah merupakan salah satu contoh…
Betapa harga diri seorang yang beriman kepada Allooh sangatlah mahal harganya…
Sehingga siapapun yang melukai, mengganggu dan menghalalkannya; berarti dia telah rela untuk dijerumuskan oleh Allooh pada Hari Kiamat ke dalam jahanam yang penuh dengan siksa yang pedih….
Islam mengajarkan bahwa seseorang hendaknya berbicara sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya….
Sedangkan membicarakan aib orang lain, apalagi jika aib itu tidak terdapat pada saudaranya; maka sungguh yang demikian adalah merupakan bentuk dosa…
Bukan sekedar perkara yang sia-sia; akan tetapi merupakan dosa…
Yang dapat menyeretnya ke dalam petaka…
Bahkan sejak di dunia….
Kalaulah di dunia pelaku keburukan itu adalah akan dihujat…
Bahkan bisa saja menjadi penghuni penjara yang dibenci orang, yang sudah barang tentu menjadikan hidupnya menjadi tidak nyaman dan stress…
Maka bagaimana lagi dengan kehidupannya di akhirat nanti yang lebih dahsyat adzabnya….
Na’uudzu billahi min dzaalik…
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(180) "Tuhan" kok Celaka?
Ayat berikut ini mungkin sering kita temui, baik melalui membaca sendiri atau melalui mendengarnya dibacakan orang lain :
(فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ)
"(Seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." [QS. An-Nazi'at/79 : 24]
Semakin sombong dan congkak....
Maka semakin dahsyat pula kehinaan dan kesengsaraannya...
Di dunia maupun di akhirat....
Bagaimana tidak...
Perhatikanlah antara lain ayat berikut ini :
(۞ ٱحۡشُرُوا۟ ٱلَّذِینَ ظَلَمُوا۟ وَأَزۡوَ ٰجَهُمۡ وَمَا كَانُوا۟ یَعۡبُدُونَ * مِن دُونِ ٱللَّهِ فَٱهۡدُوهُمۡ إِلَىٰ صِرَ ٰطِ ٱلۡجَحِیمِ)
(22) "(Diperintahkan kepada malaikat), Kumpulkanlah orang-orang yang dzolim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah,"
(23) "selain Allooh, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka."
[QS. Ash-Shaffat/37 : 22 - 23]
Di dunia, Allooh bahkan tenggelamkan ratusan meter di bawah dasar laut...
Di alam barzah, setiap pagi dan petang disiksa, bahkan diperlihatkan jalannya menuju neraka...
Dan setelah kiamat nanti, dia pun diusung tidak lain melainkan ke neraka yang adzabnya penuh dengan kepedihan....
Perhatikan firman Allooh :
(فَوَقَاهُ ٱللَّهُ سَیِّـَٔاتِ مَا مَكَرُوا۟ۖ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوۤءُ ٱلۡعَذَابِ * ٱلنَّارُ یُعۡرَضُونَ عَلَیۡهَا غُدُوࣰّا وَعَشِیࣰّاۚ وَیَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدۡخِلُوۤا۟ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ أَشَدَّ ٱلۡعَذَابِ)
(45) "Maka Allooh memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, sedangkan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang sangat buruk."
(46) "Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!"
[QS. Ghafir/40 : 45 - 46]
Maka...
Semakin sombong...
Semakin congkak....
Semakin kejam...
Semakin dzolim...
Akan semakin dahsyat pula hinaan dan siksaan adzab dari Allooh untuknya....
Na'uudzu billahi min dzaalik.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(179) Yang Hak dan Yang Bathil
Allooh Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :
(ذَ ٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا یَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلۡبَـٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡعَلِیُّ ٱلۡكَبِیرُ)
"Demikianlah (kebesaran Allooh) karena Allooh, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang bathil, dan sungguh Allooh, Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar."
[QS. Al-Hajj/22 : 62]
Di dalam Tafsir _At-Tanwir_ dijelaskan bahwa Allooh adalah Tuhan yang Benar dan bahwa tuhan-tuhan yang mereka orang-orang musyrikin seru dan mereka berdoa memohon kepadanya yang sudah barang tentu selain Allooh, semua itu adalah kebathilan.
Karena itu apabila Allooh berkehendak, maka Allooh pasti mengerjakannya; bahkan menolong para wali-Nya.
Sedangkan tuhannya orang-orang musyrikin disebut bathil, karena mereka tidak bisa menolong para walinya, para pengikutnya...
Bahkan mereka sendiri tidak bisa memberi pertolongan pada diri mereka sendiri...
Allooh lah satu-satunya Tuhan yang Benar yang berhak diibadahi oleh segenap manusia...
Hal itu dibuktikan karena langit milik Allooh...
Bumi juga milik Allooh...
Dan Allooh menyatakan bahwa Allooh adalah Maha Kaya...
Allooh telah menyediakan apa saja yang ada di bumi ini, termasuk lautan, termasuk pengaturan hujan....
Sampai dengan Allooh lah yang menghidupkan dan mematikan....
Demikianlah Allooh terangkan mengapa manusia harus mengetahui dan membenarkan bahwa Allooh adalah Tuhan satu-satunya bagi mereka yang beriman....
Sebagaimana hal itu diurai dalam 3 ayat setelah ayat ini.
Sedangkan alasan mengapa tuhan-tuhan selain Allooh disebut bathil, adalah karena mereka sesungguhnya tidak memiliki kepatutan apapun bentuknya untuk berstatus sebagai tuhan.
Allooh setelah memastikan yang demikian itu di dalam akhir-akhir surat Al Hajj, yaitu pada ayat ke-73 bahwa yang dianggap sebagai tuhan-tuhan selain Allooh itu kenapa disebut bathil, adalah karena jangankan satu dari mereka, bahkan seluruh mereka jika mereka itu berkongsi semuanya, mereka itu tetaplah tidak akan bisa menciptakan sesuatu, bahkan sekecil lalat sekalipun :
(يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَا بًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗ وَاِ نْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَا بُ شَيْـئًـا لَّا يَسْتَـنْـقِذُوْهُ مِنْهُ ۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَا لْمَطْلُوْبُ)
"Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allooh tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah."
(QS. Al-Hajj/22: Ayat 73)
Maka berbanggalah wahai saudara-saudaraku se-Iman se-Islam yang ber-Tuhan pada Tuhan yang Benar....
Karena Allooh Maha Kaya...
Allooh Maha Terpuji...
Allooh Maha Besar...
Dan Allooh adalah Maha Penyayang...
Kebenaran dan kebatilan itu benar adanya sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur'an....
Dan tidaklah patut meragukan hal yang demikian itu...
Dan oleh karena itu, KEYAKINAN ini harus BERKONSEKWENSI bahwa seorang mukmin hanya BERTUMPU dan BERGANTUNG dalam segenap pengaduannya HANYA kepada ALLOOH saja...
Dan TIDAK kepada yang BATHIL.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(178) Pertanggung-Jawaban
Allooh Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :
(ٱلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰۤ أَفۡوَ ٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ أَیۡدِیهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ)
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." [QS. Ya-Sin/36 : 65]
Bagi seorang muslim yang sudah barang tentu beriman kepada adanya Hari Kiamat, beserta apa yang akan terjadi di dalamnya; termasuk hari dimana dia akan dimintai tanggung jawab...
dihisab...
dihitung...
dan ditimbang...
Maka semestinya dia menyadari...
Bahwa semua yang dikatakan dan semua yang diperbuat di dunia ini pastilah akan meminta pertanggungjawaban....
Jika kita berkata sesuatu, maka mulut kita akan dimintai tanggung jawab....
Jika kita berbuat sesuatu, maka anggota tubuh kita akan dimintai tanggung jawab...
Jika kita mendengar sesuatu, maka pendengaran kita pun akan dimintai tanggung jawab...
Jika kita melihat sesuatu, maka mata kita pun akan diminta tanggung jawab...
Begitu pula dengan tangan.....
Begitu pula dengan kaki........
Semua pasti tidak akan luput dari pertanggungjawaban.
Bahkan kita akan ditanya tentang umur kita...
Kita akan ditanya tentang keperkasaan dan kepemudaan kita....
Kita akan ditanya tentang harta yang kita dapat, berasal dari halal kah, atau berasal dari haram kah....
Jika kita berbelanja atau mengeluarkan rizki yang kita miliki, kita pun akan dimintai tanggung jawab...
Apakah terhadap sesuatu yang ma'ruf ataukah terhadap sesuatu yang mungkar....
Termasuk ilmu yang kita pelajari, yang kita ketahui, yang kita pahami, yang kita yakini; Allah pun akan meminta tanggung jawab...
Apakah kita telah mengamalkannya....
Ataukah hanya menjadi debu di dalam rak atau menjadi beku di dalam kalbu....
Dan yang perlu kita sadari di era teknologi seperti kita sekarang ini....
dimana gadget telah mengganti berbagai peradaban masa lalu (kertas, bolpen, meja kelas, bahkan komputer, termasuk jam tangan)....
Bahkan masih banyak lagi.....
Sekarang sudah tergantikan dengan ujung jari yang menyentuh smartphone yang dimiliki oleh banyak orang...
Bukan saja yang terpelajar, bahkan yang tidak terpelajar pun kebiasaan mereka adalah bermain ujung jari....
Ayat di atas harusnya menjadi pengingat bagi kita, bahwa kalau lah biasanya pertanggungan jawab itu melalui mulut, hari esok justru mulut kita akan dibungkam dan yang berbicara adalah justru jari jemari, baik tangan maupun kaki....
Semua mereka akan angkat bicara dan bersaksi.
Pada hari itu, siapa pun tidak akan ada yang bisa berdusta, menipu dan mengelabui, berkilah atau membayar agar perkaranya menjadi menang...
Tetapi jika benar, maka berbahagialah....
Dan jika salah, maka jangan mencela kecuali dirinya sendiri....
Bersiaplah wahai siapa yang beriman kepada Alloh....
Bahwa tangannya akan membawa dia selamat dan bahagia, menuju keberuntungan di Hari Kiamat...
Ataukah sebaliknya...
Akan membawa dia menuju murka Alloh di Hari Kiamat....
Menyebar dusta...
Menyebar hoax...
Menyebar fitnah...
Menyebar aurat....
Memprovokasi....
Mengadu domba....
Menebar musik....
Menebar video yang kontennya adalah bisa jadi berupa maksiat kepada Alloh...
Atau bahkan menyebarkan Hadits yang Dhoif apalagi Palsu, tanpa penjelasan dan maksud agar orang menghindari dan menjauhinya....
Memberi penjelasan atau mengajak orang lain kepada hal yang tidak benar....
dan seterusnya...
dan seterusnya....
Siapa yang melakukan hal seperti ini, maka bersiaplah dia untuk mempertanggungjawabkan semua itu di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala...
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd ~)
(177) Hidup adalah Pilihan
Allooh Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam QS. Thoha/20 : 74-76 :
{إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (74) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلا (75) جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (76) }
(74) "Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat)."
(75) "Tetapi barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),"
(76) "(yaitu) Surga-Surga 'Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri."
(QS. Ta-Ha/20: 74-76)
Ayat ini jelas memberikan perbandingan kepada setiap orang yang berakal untuk memilih.
Memilih apa yang menjadi VISI dari HIDUP nya....
Jahanam kah...
Dimana didalam Jahanam ini dia akan mendapat gambaran akan keadaan bagaimana kemurkaan dan kemarahan Allooh Subhanahu Wa Ta'ala yang akan dialaminya, akibat dari perbuatan dosa yang selalu diperbuatnya....
Ataukah dia akan memilih Surga, dimana didalam Surga ini dia akan ditempatkan oleh Allooh sebagai manusia yang mendapatkan derajat yang tinggi, dan karena itu mereka kekal di dalamnya dengan menikmati segala keridhoan dan kecintaan Allooh pada mereka....
Sekaligus balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka perbuat di dunia....
PILIHAN ini tentu adalah HASIL....
Konsekwensi itu adalah USAHA dan PERJUANGAN....
Tidak mungkin seseorang tiba-tiba dijerumuskan oleh Allooh kedalam Jahanam tanpa sebab....
Sebagaimana tidak mungkin Allooh angkat manusia ke dalam Surga-Nya tanpa sebab....
Ada isyarat tentang SEBAB disini, sebagai AKIBAT dari KONSEKWENSI daripada PILIHAN itu....
PROSES itu SANGAT PENTING....
Tidak mungkin seseorang meraih cita-citanya, menjangkau visi hidupnya dengan gratis....
Semua harus SIAP dengan RESIKO dan KERJA KERAS....
Mereka yang akan masuk Jahanam adalah karena mereka memilih dosa, ma'shiyat, bahkan kufur kepada Allooh Subhanahu wa Ta'ala sebagai pilihan hidupnya.
Sebaliknya, kenapa ada sebagian orang yang Allooh janjikan surga dengan segala kenikmatan di dalamnya....
Itu adalah karena mereka selama di dunia adalah memproses dirinya untuk berusaha selalu diatas iman kepada Allooh Subhanahu Wa Ta'ala, dan berusaha pula dalam seluruh hidupnya untuk BERAMAL yang SHOOLIH....
Beramal yang shoolih dalam artian melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan juga melakukan sesuatu yang bermakna perbaikan dengan berkhidmat kepada Islam, berkhidmat kepada kaum Muslimin, serta berkhidmat kepada kebaikan-kebaikan manusia....
Sehingga keberadaannya bukan sekedar hanya untuk dirinya sendiri yang merasakan manfaat itu....
Akan tetapi....
Juga manusia yang ada di sekitarnya bisa merasakan manfaat atas keberadaannya di dunia ini....
Oleh karena itu, tinggal kita memilih....
Kita memilih Jahanam kah...
Atau Surga kah.... ?
Tetapi...
Tidak cukup hanya pada Pilihan...
Karena PILIHAN itu menuntut adanya RESIKO PERJUANGAN, KONSEKWENSI, USAHA KERAS dan dengan penuh KESUNGGUHAN serta PENGORBANAN.
Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia yang berpikir.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(176) Garis Vertikal dan Horisontal Manusia Hidup
Allooh Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱرۡكَعُوا۟ وَٱسۡجُدُوا۟ وَٱعۡبُدُوا۟ رَبَّكُمۡ وَٱفۡعَلُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ).
"Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung."
(QS. Al-Hajj/22: 77)
Manusia adalah makhluk ciptaan Allooh...
Kesadaran akan hal ini menjadikan manusia berbuat hal yang patut terhadap Penciptanya, yaitu : ber-Ibadah.
Dan ibadah yang paling utama adalah seorang melakukan ruku' dan sujud...
Yang kemudian kita kenal dengan : Sholat.
Sholat adalah merupakan bagian dari ibadah.
Allooh sebut "sholat" yang merupakan bagian dari ibadah, sebelum kata "ibadah" yang mengandung ibadah sholat...
Menunjukkan bahwa sholat adalah berkedudukan luar biasa dibandingkan dengan ibadah lainnya....
Karena dia adalah HAK ALLOOH yang harus diutamakan.
Selain itu,
perlu disadari bahwa manusia hidup bersama manusia lainnya...
Karenanya dia harus memposisikan dalam posisi yang benar dan tepat...
Dan itu adalah dengan berbuat baik terhadap sesamanya....
Oleh karena itu...
Allooh perintahkan manusia,"Wahai manusia, berbuat baiklah kalian"...
Jika manusia pandai melakukan apa yang harus dilakukan terhadap Allooh...
Yang dikenal dengan "hablum minallooh".
Dan pandai melakukan apa yang harus dilakukan terhadap sesama manusia...
Yaitu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia...
Yang dikenal sebagai "hablum minannaas".
Maka...
Allooh akan jamin orang ini menjadi orang yang beruntung.
(~ Ust. Dr. Achmad Rofi'i, Lc., M.M.Pd. ~)
(175) Memperbaiki Negeri
Memperbaiki dan membangun negeri itu dengan keadilan, bukan dengan kedzoliman....; karena jika suatu negeri dipenuhi oleh kedzoliman maka bukanlah membangun, akan tetapi justru merusak.
Seperti dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad bin Manshur Al-Absyîhy (wafat tahun 852 Hijriyah), beliau berkata:
قد فهمت كتابك، فإذا قرأت كتابي، فحصن مدينتك بالعدل، ونق طرقها من الظلم، فإنه مرمتها والسلام.
Salah seorang pegawai 'Umar bin 'Abdul 'Aziz rohimahullooh mengeluh tentang kotanya yang porak poranda; oleh karenanya ia mengajukan permohonan untuk merenovasinya. Maka pengajuan itu pun dibalas oleh 'Umar sebagai berikut:
"Aku telah mengerti surat ajuanmu dan jika engkau baca surat balasanku ini maka: BENTENGILAH KOTAMU dengan KEADILAN, dan BERSIHLANLAH jalan-jalannya dari KEDZOLIMAN. Sesungguhnya yang demikian ITU adalah RENOVASINYA. Wassalam."
(oleh ARMAS, dari Al Mustathrof fî Kulli Fannin Mustathrof, 1/112)
(174) Keadilan dan Kemakmuran
زمن أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضي الله عنه كان مائة ألف ألف وسبعة وثلاثين ألف ألف، فلم يزل يتناقص حتى صار في زمن الحجاج ثمانية عشر ألف ألف. فلما ولي عمر بن عبد العزيز رضي الله عنه ارتفع في السنة الأولى إلى ثلاثين ألف ألف، وفي الثانية إلى ستين ألف ألف، وقيل أكثر. وقال: إن عشت لأبلغنه إلى ما كان في أيام أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضي الله عنه، فمات في تلك السنة
Seandainya negeri ini dipenuhi oleh Keadilan, maka bukan hutang yang melilit negara dan bangsa ini; akan tetapi justru Rizki melimpah lah yang akan mereka rasakan; seperti dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad bin Manshur Al-Absyîhy (wafat tahun 852 Hijriyah), beliau berkata:
"Kekayaan negeri pada masa Umar bin Al-Khothob mencapai 137 juta, kemudian berangsur-angsur berkurang hingga masa Al-Hajjaj; menjadi tinggal hanya 18 juta....
Ketika 'Umar bin Abdul 'Aziz kembali memimpin, maka kekayaan negeri itu kembali pulih dan meningkat menjadi: pada tahun pertama mencapai 30 juta, sedangkan pada tahun kedua mencapai 60 juta bahkan lebih.... dan beliau (-- 'Umar bin 'Abdul 'Aziz rohimahulloh -- pent.) berkata:
"Kalau aku diberi hidup panjang, in syaa Allooh aku akan berusaha untuk mencapai seperti pada masa 'Umar bin Al-Khothob.".... Sayangnya beliau mati pada tahun itu.
(oleh ARMAS, dari Al Mustathrof fî Kulli Fannin Mustathrof, 1/112)
(173) Pemimpin yang Dicintai Rakyatnya
اعلم أن عدل الملك يوجب محبته، وجوره يوجب الافتراق عنه، وأفضل الأزمنة ثوابا أيام العدل
Tanpa keadilan, bahkan siapapun penguasanya akan lenyap; seperti dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad bin Manshur Al-Absyîhy (wafat tahun 852 Hijriyah), beliau berkata:
"Ketahuilah olehmu, bahwa adilnya seorang raja atau penguasa adalah penyebab orang mencintainya....
Sedangkan, jika dia berbuat kedzoliman; maka kedzoliman itu akan menyebabkan mereka menjauh darinya."
(oleh ARMAS, dari Al Mustathrof fî Kulli Fannin Mustathrof, 1/112)
(172) Adil Tidak Pandang Bulu
ووقف يهودي لعبد الملك بن مروان فقال: يا أمير المؤمنين إن بعض خاصتك ظلمني فأنصفني منه وأذقني حلاوة العدل، فأعرض عنه، فوقف له ثانيا، فلم يلتفت إليه، فوقف له مرة ثالثة، وقال يا أمير المؤمنين إنا نجد في التوراة المنزّلة على كليم الله موسى صلوات الله وسلامه عليه: إن الإمام لا يكون شريكا في ظلم أحد حتى يرفع إليه فإذا رفع إليه ذلك ولم يزله، فقد شاركه في الظلم والجور. فلما سمع عبد الملك كلامه فزع وبعث في الحال إلى من ظلمه، فعزله وأخذ لليهودي حقه منه
Keadilan dalam Islam itu tidak pandang bulu...
Jangankan adil terhadap umat Islam...
Bahkan Islam memerintahkan seorang Penguasa untuk berlaku adil terhadap bukan Muslim, termasuk Yahudi sekalipun...
Seperti dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad bin Manshur Al-Absyîhy (wafat tahun 852 Hijriyah), beliau berkata:
"Seorang Yahudi berdiri dan berkata pada Abdul Malik bin Marwan: "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya staf khususmu telah berbuat dzolim padaku; maka berlakulah adil padaku, sehingga aku dapat merasakan keadilan itu."
Maka Abdul Malik bin Marwan berpaling. Tetapi orang Yahudi itu kembali mengemukakannya untuk kedua kalinya, akan tetapi Abdul Malik bin Marwan kembali bersikap seperti pertama kali. Karena itu pada kali yang ketiga, orang Yahudi itu pun berkata: "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kami mendapati di dalam Taurat yang diturunkan kepada Musa 'alaihissalam bahwa sesungguhnya seorang Imam atau Pemimpin itu tidak menjadi sekutu dalam keimanan seseorang; karena justru dia akan mengangkat kedzoliman. Akan tetapi jika dia tidak menghapuskan kedzoliman itu, maka berarti dia telah berikut serta dalam kalimat itu (~ ikut serta didalam kedzoliman ~ pen.)."
Pada saat Abdul Malik bin Marwan mendengar perkataan orang Yahudi itu, langsung ia tersentak ketakutan; dan seketika bersegera mengirim utusannya kepada orang yang berbuat dzolim itu, serta memecatnya, dan mengembalikan hak sang Yahudi.
(Oleh ARMAS, dari Al Mustathrof fî Kulli Fannin Mustathrof, 1/113)
(171) Lenyapnya Kursi Kekuasaan
ومن كلام كسرى: لا ملك إلا بالجند، ولا جند إلا بالمال، ولا مال إلا بالبلاد ولا بلاد إلا بالرعايا، ولا رعايا إلا بالعدل
Tanpa keadilan, bahkan siapapun penguasanya akan lenyap....
Seperti dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad bin Manshur Al-Absyîhy (wafat tahun 852 Hijriyah), beliau berkata:
"Diantara perkataan Kaisar:
Tidak ada raja tanpa tentara....
Tidak ada tentara tanpa harta...
Tidak ada harta tanpa Negeri....
Tidak ada Negeri tanpa rakyat...
Dan tidak ada rakyat tanpa keadilan."
(Oleh ARMAS, dari Al-Mustathrof fî Kulli Fannin Mustathrof, 1/112)
(170) Deklarasi Iblis
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
(قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ)
"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus."
[QS. Al-A'rof/7: 16]
Juga berfirman dalam ayat yang lain :
(قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ)
"Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya."
[QS. Al-Hijr/15: 39]
Ketika iblis dikutuk oleh Alloh karena pembangkangannya terhadap perintah Alloh agar sujud kepada Adam....
Iblis justru mengajukan permintaan kepada Alloh agar ditangguhkan hingga Hari Kiamat.....
Bukan tersentak karena merasa bersalah....
Atau bahkan bertaubat memohon ampunan kepada Alloh....
Justru kesombongannya malah menjadi pencetus ide untuk bermakar kepada manusia....
Tapi itulah iblis....
Terpenting, nilai positif yang harus pandai kita serap, walau dari iblis sekalipun, adalah:
- Tekad yang bulat
- Kemauan yang kuat
- Cita-cita yang jelas
- Perjuangan yang gigih
- Bekerja tak kenal henti
- Berstrategi
- Kenali kelemahan musuh
Dan hasilnya adalah:
(ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ)
"Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
[QS. Al-A'rof/7: 17]
Juga sebagaimana dalam ayat berikut :
(إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ)
"kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka." [QS. Al-Hijr/15: 40]
Kebanyakan manusia tertipu.....
Kebanyakan manusia tersesatkan......
Kebanyakan manusia terjerat.....
Kebanyakan manusia tidak sadar bahwa mereka berada diatas bahaya.....
Bahkan.....
Kebanyakan manusia merasa bahwa jika mereka berada dalam posisi yang banyak, mereka seolah terbebas dari salah, keliru dan khilaf.....
La hawla wala quwwata illa billah.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(169) Memang Mereka Adalah Orang-Orang Dzolim
Allõh berfirman:
(وَإِذْ نَادَىٰ رَبُّكَ مُوسَىٰ أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ * قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۚ أَلَا يَتَّقُونَ)
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), _“Datangilah kaum yang dzolim itu,(yaitu) kaum Fir‘aun. Mengapa mereka tidak bertaqwa?”
[QS. Asy-Syu'aro (10) : 11]
Juga berfirman:
(كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ ۙ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ ۚ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ)
"(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan oleh dosa-dosanya, dan Kami tenggelamkan Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya; karena mereka adalah orang-orang yang dzolim."
[QS. Al-Anfal (8) : 54]
RENUNGAN:
Sebelum kita lahir....
Sebelum Bapak kita lahir...
Sebelum Kakek kita lahir....
Bahkan lebih dari 14 abad lalu....
Kata "dzolim" itu sudah ada....
Suka atau tidak suka...
Pas atau tidak pas...
Cocok atau tidak cocok...
Senang atau tidak senang....
Sesuai atau tidak sesuai...
ISLAM adalah WAHYU...
Dan Wahyu bersumber dari Allõh Subhānahu wa Ta'ãlã...
ALLÕH TIDAK PUNYA KEPENTINGAN meraih untung dari Wahyu-Nya...
BEDA dengan MANUSIA....
Manusia selalu diselimuti oleh keinginan untuk memenuhi hawa nafsunya....
Hawa nafsunya untuk kenyang...
Hawa nafsunya untuk menang...
Hawa nafsunya untuk selalu untung dan tidak buntung...
Bila perlu, dia tidak perlu menoleh pada luar dirinya....
Bila perlu, dia harus egois....
Bila perlu, yang lain harus jadi korban ambisinya...
Bila perlu, orang lain harus berada di bawah kakinya...
Ya...
Karena yang memfatwakan "perlu" itu adalah HAWA NAFSU-nya...
Tak peduli Wahyu...
Tak peduli norma dan nilai...
Tak peduli tuntunan dan pedoman...
Tak peduli agama....
Semua tidak perlu baginya...
Karena dia sudah dibuat BUTA oleh HAWA NAFSU-nya
Memang Fir'aun itu orang yang dzolim...
Tidak aneh kalau orang-orang yang berada di sekelilingnya juga dzolim...
Bahkan bisa jadi...
Orang yang berada di sekeliling Fir'aun itu menjadikan Fir'aun lebih dzolim....
Yang pasti...
Fir'aun dan kaumnya adalah orang-orang dzolim...
Karena itu, setiap mereka...
Bahkan seluruh mereka, bisa jadi adalah orang-orang yang dzolim...
Setiap kita harus mengetahui...
Bahwa di dunia ini ada....
Bahkan banyak...
"Orang-orang yang dzolim" itu...
Betapapun mereka tidak suka dan sangat membenci kata-kata "dzolim"....
Apalagi jika mereka ditunjuk hidung sebagai orang yang dzolim...
Amarah mereka pun akan menjadi membara...
Karena kata "dzolim"...
Memang mereka adalah orang-orang yang dzolim...
Berlindunglah setiap kita kepada Allõh dari segala bentuk kedzoliman yang mungkin bisa muncul dari diri kita sendiri....
Dan berlindunglah kepada Allõh dari Fir'aun dan kaumnya...
Dimana setiap mereka adalah orang-orang yang dzolim....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd.~)
(168) Hina Akibat Ambisi Dunia
'Abdullõh bin Mas'ūd rodhiyallõhu 'anhu berkata :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ ، قَالَ :
لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ صَانُوا الْعِلْمَ، وَوَضَعُوهُ عِنْدَ أَهْلِهِ لَسَادُوا بِهِ أَهْلَ زَمَانِهِمْ،وَلَكِنَّهُمْ بَذَلُوهُ لِأَهْلِ الدُّنْيَا لِيَنَالُوا بِهِ مِنْ دُنْيَاهُمْ فَهَانُوا عَلَيْهِمْ
"Seandainya Ahlul 'Ilmi (para 'Ulama) menjaga ilmu mereka...
Dan hanya meletakkan ilmunya pada orang yang berhak....
Niscaya mereka akan menjadi orang-orang yang unggul dan terhormat pada masanya.....
Akan tetapi....
Ketika mereka telah menempatkan ilmunya pada ahlud dunya (para pengejar dunia) untuk mendapatkan harta.....
Maka yang demikian itu akan menyebabkan mereka menjadi orang yang hina."
(Sunan Ibnu Mājah, I/95, no: 257)
Renungan:
Perkataan 'Abdullõh bin Mas'ūd rodhiyallõhu 'anhu ini, jika kita amati dan kita cermati dengan apa yang terjadi pada masa kini....
Adalah bahwa....
Pada saat ilmu disampaikan untuk mengejar dan memperoleh duniawi melalui "order" dan atau pesanan yang harus disesuaikan dengan selera dan kondisi...
Maka inilah yang menyebabkan tidak adanya suatu perubahan pada ummat ini....
Atau bahkan menyebabkan kemunduran dan kelemahan....
Bukan saja pada harga diri 'Ulama itu sendiri...
Akan tetapi....
Bahkan bagi Islam dan kaum muslimin, yang harus menanggung "resiko yang mahal" dari sikapnya itu.....
Seolah ilmu merupakan alat bagi hiburan dan atau pemuas selera...
Karena kalau yang demikian itu tidak dipenuhinya,
maka bisa jadi dunia yang dicarinya akan terlepas dan terpeleset dari tangannya.....
Maka pada saat ilmu sudah dijadikan sebagai "alat jual beli" untuk meraih perkara dunia yang hina, dan tega untuk tidak peduli dengan masa depan kejayaan Islam dan kaum Muslimin....
Maka pada hakekatnya yang mulia dan terhormat adalah dunia....
Sementara ilmu adalah tidak lebih menjadi budak dan pemuas bagi para tuannya.....
Dahulu Islam adalah kunci peradaban dan kunci kejayaan....
Karena yang mereka cari adalah akhirat, dan bukan dunia.....
Namun ketika yang dicari adalah kemuliaan, kehormatan dan kepuasan dunia....
Sedangkan akhirat menjadi sesuatu hal yang kerapkali dilalaikan dan dilupakan....
Maka umat ini bukan semakin jaya, akan tetapi semakin hina dan tak berdaya....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd.~)
(167) Meluruskan Makna "'Iedul Fithri"
Kata 'Ied ( عيد)
Berasal dari kata :
عاد يعود عودة
Artinya adalah: "pulang atau kembali".
Jadi kata "'Ied" digunakan untuk sesuatu yang selalu kembali; artinya adalah karena selalu kembali menemui kita setiap tahun.
Sementara kata "Fithri" berasal dari kata "futhur" atau "fathur" yang bermakna "berbuka dari shoum", artinya jika shoum bermakna "menahan diri dari makan dan minum, juga jima'"; maka "futhur" artinya "boleh makan, boleh minum, boleh berjima'".
Sehingga kata 'Iedul Fitri dimaknakan "kembali pada keadaan dimana setiap muslim tidak lagi shaum di siang hari, yakni sejak tanggal 1 Syawwal muslim kembali boleh makan dan minum, serta berjima' di siang hari, apalagi di malam hari."
Hal itu juga sejalan dengan makna dari Hadist Rosul :
... وللصائم فرحتانِ : فرحةٌ حين يفطِرُ ، وفرحةٌ حين يَلْقَى ربَّه...
Artinya:
"Ada 2 kebahagiaan yang berhak dirasakan oleh orang yang melaksanakan shoum: pertama, berbahagia pada saat berbuka dan yang kedua kebahagiaan pada saat dia bertemu Tuhannya yaitu Allõh."
(HR al-Bukhōri No. 7492 dari Abu Hurairoh rodhiyallõhu 'anhu)
Bagi orang shoum, ketika berbuka saat terbenam matahari, dia merasakan senang dan bahagia karena seharian lapar dan haus; demikian pula pada saat 'Iedul Fitri dia berbahagia karena sejak hari itu dan selanjutnya dia tidak lagi berdosa jika dia makan, minum atau berjima' di siang hari.
Adapun jika "'Iedul Fithri" diartikan "kembali kepada kesucian", selain ini tidak tepat dari sisi bahasa, juga tidak ada jaminan bahwa setiap orang yang keluar melalui Romadhõn memasuki 1 Syawwal dan seterusnya, kalau dia itu benar-benar bebas dari dosa.
Jangankan orang yang masih berdosa pada bulan Romadhõn, orang yang shaum saja pada hakekatnya dia tidak dapat memastikan bahwa dosanya diampuni, walaupun berupa harapan tentu saja dibolehkan.
Bagi orang yang senang karena boleh makan dan minum atau berpakaian baru pada tanggal 1 Syawwal karena hari itu hari 'Iedul Fitri; sesungguhnya hal itu menunjukkan kekurangannya terhadap makna Islam yang diyakininya; karena dalam peribahasa bahasa Arab terdapat perkataan:
ليس العيد لمن لبس الجديد
ولكن العيد لمن كان إيمانه يزيد
"Hari raya 'Iedul Fithri itu bukan bagi mereka yang berpakaian baru,tetapi hari raya itu bagi mereka yang IMANnya BERTAMBAH."
Jadi kalau sekedar senang karena boleh makan, boleh minum, boleh berjima' yang hal itu dilarang di siang hari Romadhon, lalu bersenang hati dengan pakaian baru dan banyaknya makanan; maka hal ini sesungguhnya baru ibarat "perasaan anak kecil".
Justru bagi mereka yang beriman dan taqwanya tinggi, berpisah dengan Romadhõn adalah merupakan kesedihan yang mendalam dan kekhawatiran yang membayangi hidup mereka, sehingga sejak Romadhõn sampai dengan 6 bulan berikutnya mereka selalu bermohon kepada Allõh Subhãnahu wa Ta'ãlã agar seluruh amalan shõlih yang pernah dilakukannya pada bulan Romadhõn diterima oleh Allõh, dan kekurangannya disempurnakan.
Bahkan dari sisi Hikmah, sesungguhnya dengan berlalunya bulan Romadhõn, justru merupakan tantangan tersendiri sejauh mana hasil yang dapat melahirkan "bekas dari Romadhon" ini di bulan Syawwal dan bulan-bulan berikutnya.
Apakah ibadahnya itu hanya hidup pada bulan Romadhon saja? Lalu mengapa pada bulan Syawwal dan bulan-bulan berikutnya, ibadah-ibadah itu menjadi nyaris tak lagi nampak?
Belum lagi...
Kemanakah makna hakiki dari bentuk-bentuk ibadah yang hidup selama ini pada bulan Romadhon? Apakah telah dapat mewujudkan akhlak dan karakter yang dimaksudkan dari ibadah-ibadah pada bulan Romadhon itu, yaitu misalnya ketaat-patuhan pada Allõh, kejujuran, keteraturan, kedisiplinan, persaudaraan sesama muslim, peduli dan solidaritas dan masih banyak lagi; masihkah akan terus berbekas?
Ketika Romadhõn berlalu kemudian tidak ada karakter dan akhlak yang berubah menuju lebih baik jika dibanding dengan sebelum Romadhõn, maka sesungguhnya seolah Romadhõn tak meninggalkan bekas.... dan itu artinya adalah KERUGIAN yang NYATA....
(Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd.)
(166) Dialog Ibrohim 'Alaihissalam
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ (٦٩) إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (٧٠)قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (٧١) قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ (٧٢) أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ (٧٣) قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (٧٤) قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ (٧٥)أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ (٧٦) فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ (٧٧)الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (٧٨) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (٧٩)وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (٨٠) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (٨١)وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (٨٢) رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (٨٣)
Artinya :
69. Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrohim.
70. Ketika dia (Ibrohim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah?”
71. Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”
72. Dia (Ibrohim) berkata, “Apakah mereka (berhala-berhala itu) mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)?,
73. Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?”
74. Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu.”
75. Dia (Ibrohim) berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah,
76. kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu?
77. Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam,
78. (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,
79. dan Yang memberi makan dan minum kepadaku;
80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
81. dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82. Dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”
83. (Ibrohim berdoa), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” ~ (QS. Asy Syu’aro (26) : 69-83)
RENUNGAN :
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlā memerintahkan kita untuk membaca, bahkan membacakan sebagian dari kisah perjalanan dakwah Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam…
“Bacakanlah olehmu kepada mereka berita tentang Ibrohim…”
Sebagai seorang dai…
Sebagai seorang pembaharu…
Sebagai seorang yang berilmu…
Sebagai seorang yang mengetahui kebenaran…
>Sebagai seorang yang TERPANGGIL UNTUK MEMPERBAIKI UMMAT yang dinilai berada diatas kesesatan…
Sebagai seorang yang merasa PUNYA TANGGUNG JAWAB MENGATASI KERUSAKAN yang bisa saja mengundang murka Allõh Subhãnahu Wa Ta’ãlã…
Maka ….
Sebelum kemurkaan itu Allòh timpakan pada mereka…
Ibrohim ‘Alaihissalam adalah manusia yang Allõh pilih untuk berada di tengah-tengah mereka dan MELAKUKAN PERBAIKAN….
Dengan hikmah dan bijaksana…
Ibrohim ‘Alaihissalam lalu memulai upaya dakwah dan ishlah…
Dengan ber-DIALOG TENTANG KONSEP KEAGAMAAN DAN KEYAKINAN mereka di dalam hidup…
Tentang peribadatan yang mereka persembahkan kepada Tuhan mereka selama ini….
Juga tentang hakekat yang menjadikan mereka berharap kebaikan dan terhindar dari segala keburukan…
Wahai kaum…
Berikanlah penjelasan kepadaku…
Definisikan dengan benar tentang “Siapa sesungguhnya Tuhan kalian yang kalian selalu berhamba kepadanya“…
Berhala-berhala yang kalian sembah itu apakah mereka mendengar jika kalian mengadu kepada mereka, pada saat kalian meminta dan mengajukan kebutuhan kalian ?…
Apakah benda-benda yang kalian anggap Tuhan itu mampu mendatangkan kebaikan dan manfaat yang kalian cari dan kalian harapkan ?…
Atau sebaliknya…
Apakah benda-benda yang kalian anggap Tuhan itu mampu untuk menyingkap, menjauhkan, mengangkat dan menghindarkan kalian dari bahaya ?…
Ternyata kebodohan kaum Ibrohim ‘Alaihissalam terungkap dari jawaban mereka…
Mereka tidaklah paham tentang itu…
Tidaklah mengkritisi sebelum itu…
Tidaklah pernah meneliti sebelum itu…
Bahkan tidak pula mengkaji…
Karena apa yang mereka lakukan selama ini…Bagi setiap orang yang meyakini keberadaan dan kedahsyatannya…
Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam mengajarkan…
Bahwa siapa pun orangnya…
Jangankan orang biasa…
Bahkan setingkat Nabi pun, sebagaimana dirinya (Ibrohim ‘Alaihissalam) masih butuh dan bermohon agar Allõh senantiasa memberinya ILMU…
Ilmu yang dengannya seseorang tahu…
Mana yang benar, mana yang salah…
Mana yang haq, mana yang bathil…
Mana yang boleh, mana yang dilarang…
Mana yang patut, mana yang tidak patut…
Mana yang hina, mana yang mulia…
ILMU lah yang memberitahukan kepada kita…
Tentang siapa kita…
Tentang apa yang harus kita lakukan…
Tentang apa akibat jika kita melakukan sesuatu…
Bahkan ilmu lah yang menjelaskan kepada kita…
Tentang bagaimana menjalani hidup menuju selamat dan bahagia dengan sangat terang dan jelas…
Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam adalah Nabi utusan Allõh…
Pilihan Allõh…
Tentu adalah manusia yang bermartabat…
Manusia yang tinggi…
Manusia yang mulia…
Manusia yang luhur…
Jika dibandingkan dengan umatnya…
Maka pastilah Allõh akan tempatkan ia pada kedudukan yang patut, layak bahkan mulia sesuai dengan statusnya sebagai nabi dan rosūl di Hari Akherat kelak….
Tetapi betapa pun demikian…
Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam mengajarkan bahwa…
Nabi Ibrohim tetap berdoa memohon…
Meminta kepada Allòh…
Agar beliau digolongkan bersama orang-orang yang shõlih…
Jika Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam saja demikian….
Maka bukankah kita lebih butuh ?
Bukankah kita lebih patut berdoa daripada beliau ?
Sungguh tidak tahu diri…
Dan tidak sadar tentang diri lah orang-orang yang tidak memohon, meminta serta menyadari butuhnya setiap diri mereka terhadap Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã…
Jangankan di Hari Akhir…
Bahkan manusia sejak dicipta menjadi calon manusia…
Sejak saat itu, dia tidak pernah lepas dari membutuhkan Allõh…
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd. ~)
(165) Kerosuulan Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alaihi Wassallam
Di dalam suatu Hadits yang berasal dari salah seorang Shohabat bernama Jãbir bin ‘Abdillah rodhiyallõhu ‘anhu, sebagaimana dikeluarkan oleh al-Imām As Suyūthi di dalam “Al Jami’ ash-Shoghīr” dan di-Hasan-kan oleh syaikh Nashiruddin al-Albãni dalam “Shohīh Al-Jami’ ash-Shoghīr” nomor: 2409, bahwa Rosūlullõh Sholallõhu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
إِنَّهُ ليس شيءٌ بينَ السماءِ والأرضِ ، إلَّا يعلَمُ أنِّي رسولُ اللهِ ، إلَّا عاصي الجنِّ و الإِنَّسِ .
Artinya :
“Sesungguhnya tidak ada apapun di langit dan di bumi, kecuali dia tahu bahwa aku adalah utusan Allõh, kecuali yang berma’shiyat dari kalangan jin dan manusia.”
Hadits ini dengan terang mengabarkan kepada kita bahwa Muhammad bin ‘Abdillah Sholallõhu ‘Alaihi Wassallam adalah utusan Allõh…
Yang Allõh utus…
Bukan sekedar untuk orang yang berada di Jazirah Arab….
Akan tetapi untuk semesta alam…
Bagaimana tidak….
Langit dan bumi itu bukan sekedar dihuni oleh manusia….
Akan tetapi dengan kekuasaan Allõh, maka mereka itu semua mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allõh…
Dengan hadits ini pula…
Kita mengetahui bahwa Islam adalah untuk segenap penghuni bumi…
Karena Allõh mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi wujud rahmat dan kasih sayang Allõh bagi semesta alam…
Hanya satu dari dua pilihan…
Beriman dan membenarkan kerosūlan Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wassallam…
Berikutnya, konsekwen dengan hakikat makna keimanan itu…
Ataukah tidak beriman dan tidak membenarkan kerosūlan Nabi Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wassallam lalu konsekwensinya adalah….
Siap dengan ancaman Allõh dan murka-Nya, kalau tidak di dunia…
Maka setelah manusia itu mati…
Pastilah akan terbukti akibat dari sikapnya itu….
Bagi yang beriman dan membenarkan kerosūlan Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wassallam…
Maka yang harus dia sadari adalah…
Bahwa dia harus membenarkan bahwa Muhammad adalah manusia pilihan…
Yang Allõh pilih atas kehendak dan putusan-Nya….
Yang mana Muhammad Rosūlullõh adalah keturunan Arab…
Bahkan dari Quraisy….
Bahkan dari turunan ‘Ismail ‘alaihissalām…
Dan berarti menjadi cucu dari ‘Ibrohim ‘alaihissalām…
Beriman kepada kerosūlan Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam berarti membenarkan dengan seyakin-yakinnya bahwa yang diterima oleh Rosūlullõh adalah wahyu yang disampaikan oleh Jibril ‘alaihissalãm dari Allõh….
Dan itu adalah benar….
Tidak ada keraguan sedikitpun….
Begitupun dengan penjelasan, baik berupa perkataan — perbuatan ataupun sesuatu yang menjadi sikap Rosūlullõh…
Pada hakekatnya adalah wahyu yang menjelaskan al-Qur’an…
Bagi yang beriman kepada kerosūlan Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam akan menjadi berarti dan bermanfaat bagi dirinya…
Jika keimanan itu dibuktikan dengan ittiba’….
Dan mengikuti apa saja yang shohīh dari Nabi Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam…
Apakah masuk diakal/rasional…
Ataukah tidak masuk diakal/ irrasional…
Apakah sesuai dengan kemauan dan kehendaknya….
Ataukah tidak sesuai dengan kemauan dan kehendaknya….
Atau apakah disepakati, disetujui dan diridhoi oleh manusia….
Ataukah tidak disepakati, tidak disetujui dan tidak diridhoi oleh manusia….
Maka….
Beriman kepada kerosūlan Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam…
Adalah semata-mata menjadi konsekwensi dari sikap membenarkan terhadap kerosūlan itu…
Bahkan…
Bukanlah merupakan sesuatu yang aneh…
Jika pengorbanan melalui jiwa, raga dan harta menjadi taruhannya…
Untuk membuktikan keimanannya terhadap kerosūlan itu….
Karena yang demikian itu…
Telah tergores di dalam sejarah…
Bahwa pengikut-pengikut Nabi Muhammad…
Adalah mereka yang mengikuti seluruh gerak dan jejak, langkah Nabi Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam…
Baik dalam suka…
Maupun dalam duka…
Baik dalam keadaan sempit…
Maupun dalam keadaan lapang…
Bahkan tidaklah Islam sampai kepada hati kita…
Tanpa pengorbanan mereka para pengikut setia Nabi Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam…
Pertanyaannya adalah…
“Apakah kita menjadi orang yang BERIMAN DENGAN SEKEDAR MENCUKUPKAN ISLAM SEBAGAI PENGAKUAN, TANPA EKSISTENSI….
Ataukah…
BERIMAN DENGAN SEGENAP PENGAKUAN YANG DIBUKTIKAN DALAM SELURUH EKSISTENSI KEHIDUPANNYA…???”
Marilah…
Setiap kita mencari jawabannya…
Semoga bermanfaat !
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd. ~)
(164) Selektiflah
Pada zaman dahulu, ada seorang alim yang selalu menasehati sahabat-sahabatnya dengan perkataan,
“Janganlah kalian duduk bersama setiap orang alim….
Kecuali orang alim yang mengajak kalian dari lima perkara menuju kepada lima perkara :
1) Dari ragu kepada yakin,
2) Dari permusuhan kepada nasehat,
3) Dari sombong kepada tawadhu / rendah hati,
4) Dari riya’ kepada ikhlas,
5) Dari rasa cinta kepada rasa takut.”
(Abu Nu’aim Al Asfahani, Hilyatul Auliya, jilid 8 halaman 72. Kata beliau, “Pernyataan ini sering digunakan oleh Syaqiq bin Salamah dalam menasehati para sahabatnya, sehingga karena seringnya maka para perawi keliru menganggapnya sebagai Hadits.” Ibnul Jauzi, al Maudhu’at, jilid 1 halaman 275, dan kata beliau, “Ini adalah bukan sabda Rosūlullòh sholallõhu ‘alaihi wassallam“)
(163) Bau Busuk
قال الأوزاعي رحمه الله شكت النواويس ما تجد من نتن جيف الكفار فأوحى الله إليها بطون علماء السوء أنتن مما أنتم فيه
Artinya :
Al-Imam al-Auzã’i berkata:
“Peti mati mengadu tentang busuknya bau bangkai orang–orang kafir…
Maka Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã memberitahukan padanya…..
Bahwa….
Isi perut-perut ulama yang jahat adalah….
Lebih busuk dari apa yang kalian temui.”
(Ihya Ulumuddin 1 / 63)
(162) Tuhan Fiktif
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
وَاتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا
Artinya :
“Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka (tuhan-tuhan itu) tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat (mendatangkan) manfaat serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan, dan tidak (pula) membangkitkan.”
[QS. Al-Furqon (25) ayat 3]
Pada saat di dunia…
Mereka yang tidak beriman kepada Allõh…
Mereka yang menjadikan selain Allõh sebagai Tuhan bagi mereka, padahal itu semua tidak pantas diangkat menjadi Tuhan; karena itu semua merupakan sesuatu yang tercipta dan bukan Pencipta….
Tidaklah semua itu bisa memberikan kebaikan pada dirinya….
Bagaimana dapat memberi pada yang lain….
Tuhan-tuhan fiktif itu pun tidak bisa menolak bahaya yang tertuju pada dirinya sendiri….
Maka bagaimana pula akan sanggup melindungi selainnya???
Mereka hidup pun adalah karena Allòh yang menjadikan mereka hidup…
Sehingga wajar jika mereka tidak bisa memberi kehidupan pada selainnya, dan tidak pula bisa mematikan….
Bagi orang yang berakal…
Sungguh sia-sia mempertuhankan sesuatu yang tidak pantas untuk dijadikan “Tuhan”….
Betapa bahagianya menjadi seorang Muslim yang memiliki Allõh yang Mencipta….
Bahkan yang Mengatur semesta alam ini….
Mereka yang memilih tuhan-tuhan fiktif itu…
Bersikukuh untuk tetap menjadikan selain Allõh sebagai Tuhan…
Karena mereka belum merasakan gelapnya kuburan…
Pedihnya azab…
Dahsyatnya kiamat…
Dan penyesalan tiada arti….
Ketika mereka dimasukkan ke dalam jahanam….
Mereka tidak tahu atau bahkan mereka tidak mau tahu..
Bahwa kelak pada hari kiamat, Allõh akan bangkitkan tuhan-tuhan fiktif itu, yang pernah mereka jadikan sebagai Tuhan ketika di dunia….
Kalau saja mereka tahu….
Bahwa ternyata tuhan-tuhan fiktif yang pernah mereka jadikan Tuhan itu akan Allõh bangkitkan pula….
Bahkan bukan sekedar itu….
Allõh Yang Maha Kuasa akan menjadikan mereka bisa berbicara dan menjawab pertanyaan Allõh…
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَقُولُ أَأَنتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَٰؤُلَاءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ
Artinya :
“Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allõh menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allõh, lalu Allõh berkata (kepada yang disembah); “Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?”
[QS. Al-Furqon (25) ayat 17]
Mereka mengatakan, “Ya Allõh, bukan…
Bukan kami yang menyesatkan mereka…
Justru mereka sendiri yang memilih untuk menjadi orang-orang yang sesat.…”
Mereka selanjutnya justru bertasbih mensucikan Allõh
قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنبَغِي لَنَا أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ …..
Artinya :
“Mereka (yang disembah itu) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (sebagai) pelindung….”
[QS. Al-Furqon (25) ayat 18]
Wahai Manusia….
Pilihlah Allõh sebagai satu-satunya Tuhan untuk diibadahi…
Dan puaslah untuk menjadikan pedoman-Nya: Al-Qur’an dan penjelasannya yaitu sunnah-sunnah Muhammad Sholallõhu ‘Alaihi Wasallam….
Sebagai pembimbing…
Sebagai penyuluh….
Sebagai pengarah kita sekalian….
Menuju keselamatan dan kebahagiaan yang Hakiki…
Dan janganlah sekali-kali memilih “TUHAN yang BUKAN TUHAN“…
(~ Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd. ~)
(161) Segala Nikmat Adalah Anugrah Allõh
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ)
Artinya :
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allõh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [QS. An-Nahl (16) ayat 53]
BERIMAN kepada Allõh adalah PENYEBAB LURUSNYA CARA BERPIKIR seorang manusia….
Dia sadar….
Bahwa hidup ini ciptaan Allõh….
Dia sadar….
Bahwa dia berada dalam kehidupan ini, adalah atas kehendak Allõh…..
Dia sadar…
Bahwa seluruh apa yang dirasakan, baik umur maupun raga yang sehat, rizqi yang mudah dan lapang, serta kemampuan untuk beribadah, dan seterusnya….
Adalah berasal dari Allõh….
Sudah merupakan suatu kemestian….
Setelah pengakuan itu….
Seyogyanya….
Dia mensyukuri nikmat-nikmat tersebut….
NIKMAT-NIKMAT itu adalah AMANAH…
Adalah titipan yang esok akan Allõh tanyakan pada setiap yang pernah merasakannya….
Dikemanakankah amanah itu digunakan ???….
Bagi orang yang pandai untuk menunaikan amanah….
Maka pastilah dia akan berbahagia….
Tetapi bagaimanakah dengan orang yang dia luput menunaikannya ?
Diawali dengan dia adalah buta, tak berilmu….
Bahkan sampai dengan dia mengingkari….
Bahwa semua itu milik Allõh, dan berasal dari Allõh….
Maka merugilah atas mereka itu…
Bahkan ironisnya…
Disaat dia susah….
Disaat dia lemah….
Disaat dia butuh….
Dia datang kepada Allõh…
Merengek….
Meminta….
Mengemis…
Kepada ALLÕH….
Karena dia butuh….
Akan tetapi setelah semua cita dan angannya diraih dan dirasakannya, bahkan puaslah dia atasnya…
Lalu….
Seakan dia lupa….
Tidak ingat ada yang namanya Allõh….
Lalu….
Semua nikmat itu….
Dia atur sesuka hawa nafsunya..
Hingga ajal menjemput, menghampirinya….
Lalu…
Dia pun akan merasakan bukti atas apa yang Allõh janjikan….
Wahai saudaraku se-Iman dan se-Islam….
Semua nikmat….
Bukan milik siapa-siapa….
Melainkan milik Allõh semata….
Semua nikmat…
Pastilah akan ditanya….
Digunakan untuk apa oleh setiap diri kita….
Maka dari itu….
Sebelum kita menyesal dan menderita….
Marilah seluruh nikmat itu….
Kita gunakan untuk bermanfaat terhadap diri sendiri…
Bahkan kebaikan itu akan menjadi bertambah bagi kita….
Jika kita berbagi dengan sesama….
Karena Allõh tidak butuh kepada kita…
Justru kitalah yang membutuhkan segalanya dari Allõh…
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(160) Penyesalan Tiada Arti
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ)
Artinya:
(99) “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),”
(100) “agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
[QS. Al-Mu’minun (23) ayat 99 – 100]
Tidak sedikit dari manusia….
Bahkan muslim sekalipun….
Yang mengira bahwa hidup ini menjadi sempurna dengan ANGAN-ANGAN….
Demikian tinggi angan-angan itu, hingga mengakibatkan dirinya lalai dari mengerjakan apa yang menjadi misi di dalam hidupnya….
Yakni…
Beribadah kepada Allõh…
Mendekatkan diri kepada Allõh….
Mengejar apa yang ada di sisi Allõh….
Menghindar dari murka Allõh….
Menjauhkan diri dari apa-apa yang menjauhkan dirinya dari Allõh atau mengundang murka Allõh….
Tidak sedikit yang menganggap bahwa tingginya kedudukan….Atau bahwa lapangnya rizqi…
Atau bahwa kepandaian dan kemampuannya…
Akan bisa menghindarkan dirinya dari kematian…
Padahal tidak ada seorangpun yang bisa menaklukkan atau mempercepat kematian….
Bagaimanakah jika kematian menghampirinya dengan tiba-tiba???…
Lalu dia masih dalam keadaan jauh dari Allõh ???….
Tidak punya bekal menuju kehidupan abadi di Hari Akhir nanti ???…
Maka…
Penyesalan lah yang tiada berarti....
Harus menjadi pelajaran…
Jika datang kepada mereka kematian yang menjemput dengan tiba-tiba…
Lalu mengetahui sebenarnya apa yang Allõh beritakan sebelumnya…
Barulah dia tersadar dan menyesal akan kehidupannya selama ini…
Kemudian mengadu dan meminta kepada Allōh :
“Ya Allõh, kembalikanlah aku untuk hidup kembali di dunia…
Aku pasti akan beramal yang baik-baik yang mengundang ridho-Mu dan cinta-Mu….
Dulu aku lalai….
Aku tidak percaya dan lalai terhadap peringatan-Mu dan berbuat yang merugikan diriku sendiri….
Duhai ya Allõh….
Kembalikanlah aku ke dunia….
Agar aku sejenak dapat memperbaiki diri….”
Sungguh..
Penyesalan itu lalu menjadi tiada arti apa-apa baginya…
Maka…
Sebelum menyesal…
Bersegeralah untuk berbenah…
Karena semua itu pada hakekatnya….
Adalah untuk diri kita sendiri….
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(159) Boikot Produk Yahudi Zionis Israel
WALA dan BARO’ adalah…
Bagian dari KONSEKWENSI TAUHID…
Bagian dari konsekwensi AQĪDAH….
Karena LÃ ILÃHA ILALLÕH itu ISI nya adalah MENYATAKAN “TIDAK / BERLEPAS DIRI / BERBEBAS DIRI dari apa saja SELAIN ALLÕH” dan HANYA MENERIMA / MEYAKINI / MEMBENARKAN “SATU YANG TIDAK ADA DUANYA, “SATU YANG TIDAK ADA SEKUTU BAGI-Nya”, “SATU YANG TIDAK BOLEH KITA MENENTANG-Nya”…
DIA adalah ALLÕH Subhãnahu wa Ta’ãlā….
APLIKASINYA :
MENERIMA DARI ALLÕH saja….
MENERIMA DARI ROSŪLULLÕH sholalloohu ‘alaihi wassallam saja….
MENERIMA DARI MUKMININ saja…..
Dan TIDAK MENERIMA, TIDAK BERGABUNG, TIDAK MENOLONG, TIDAK MENSUKSESKAN, dan TIDAK BERSAMA ORANG-ORANG KAFIR….
Jadi LĀ ILÃHA ILALLÕH mutlak harus ADA KONSEKWENSI nya….
Sebagaimana orang yang membeli barang….
Maka dia memilikinya, kemudian otomatis menjaganya….
Adapun RESIKO adalah merupakan sesuatu hal yang rasional sebagai KONSEKWENSI PILIHAN-nya, yaitu membeli….
Perlu disadari bahwa…
Seandainya tidak bekerja pada perusahaan Yahudi tadi ia TIDAK BERADA DALAM KATEGORI DARURAT atau TIDAK MENYEBABKANNYA MATI, maka jawabannya adalah TIDAK BEKERJA disitu….
Ini sikap Muslim yang memiliki prinsip Al Wala wal Baro…..
Ini sikap Muslim yang MENGEDEPANKAN KONSEKWENSI TAUHID (LĀ ILÃHA ILALLÕH)…..
Tapi kalau yang ada adalah sebaliknya, maka yang terjadi juga sebaliknya….
Kalau baginya TIDAK TERMASUK DARURAT….
Maka HARUS ADA UPAYA NYATA….
DIMULAI DARI KEMARIN, atau kalau tidak berarti DIMULAI DARI HARI INI….
Oleh SETIAP PRIBADI MUSLIM / KELOMPOK-KELOMPOK/ KOMUNITAS MUSLIM….
Untuk MEMULAI SECARA BERTAHAP untuk BERLEPAS DIRI DARI MEREKA (Yahudi / orang-orang kafir)….
Untuk TIDAK BERGANTUNG PADA MEREKA….
Dengan menjadikan YAKIN, SABAR, QONA’AH, ULET dan KERJA KERAS demi MENUJU KEMANDIRIAN MUSLIM….
HARUS DIINGAT jika dahulu kala Rosūlullõh sholallòhu ‘alaihi wassallam bekerjasama dengan Yahudi, Maka itu BUKAN DALAM POSISI ROSŪL DIDIKTE OLEH YAHUDI (atau menjadi objek eksploitasi mereka)…..
Terbukti bahwa….
Ketika seorang musyrik meminta izin kepada Rosūlullòh sholallõhu ‘alaihi wassallam untuk diikutsertakan dalam Perang Badar dan setelah kemudian diketahui bahwa orang itu adalah musyrik maka Rosūl pun menyuruhnya untuk pulang, dan menyatakan bahwa beliau tidak akan meminta pertolongan pada orang musyrik :
فارجِعْ فلن أستعين َبمشركٍ
Artinya :
“Aku tidak akan meminta tolong pada orang musyrik”
(Hadits Riwayat Muslim no: 1817, dari ‘Aa’isyah rodhiyallõhu ‘anha)
Demikianlah sikap Rosūlullõh sholallõhu ‘alaihi wassallam….
SEJAK AWAL bersabda, “AKU TIDAK AKAN MEMINTA TOLONG PADA ORANG MUSYRIK“….
Sedangkan musyrik itu adalah bagian dari kekufuran dan orang kafir….
Itu adalah karena Rosūlullõh sholallõhu ‘alaihi wassallam MEMILIKI IZZAH (KEMULIAAN & HARGA DIRI MUSLIM)….
Ini BERBEDA dengan MUSLIM ZAMAN SEKARANG…..
Yang tidak sedikit dari mereka yang bekerjasama dengan Yahudi / orang kafir itu adalah karena SEMATA-MATA KEBUTUHAN HIDUPNYA….
Ingin senang…
Ingin punya mobil…
Ingin punya rumah….
Ingin punya status….
Dan lain sebagainya….
Yang menyebabkan dalam posisi demikian itu, MEREKA MENERIMA DI-DIKTE ORANG YAHUDI / orang kafir…
Padahal….
Lambat laun….
Yang demikian itu akan menyampaikan pada NASIB seperti yang dialami UMMAT SAAT INI…..
Mungkin sekarang “ENAK” BERSAMA DENGAN ORANG KAFIR….
Tapi…
Hendaknya DISADARI…
Bahwa ANDA, ANAK KETURUNAN ANDA, KELUARGA ANDA, BANGSA ANDA AKAN SEMAKIN TERGANTUNG PADA ORANG KAFIR…
SEMAKIN TIDAK MANDIRI…
DAN SEMAKIN HILANGLAH HARGA DIRI MUSLIM…
TERMASUK AGAMA ANDA DINISTAKAN PUN, ANDA TAK BISA BERBUAT APA-APA….
KUALITAS MUSLIM ZAMAN DAHULU….
Bukan mereka tidak bisa hidup bersenang-senang dan bermegah-megahan….
Akan tetapi….
MEREKA YAKIN…
Bahwa DUNIA INI BUKAN TEMPAT BERSENANG-SENANG….
Akan tetapi….
Tempat bersibuk diri dalam amal shōlih….
Tempat beribadah pada Allõh…
Dan tempat untuk MENYEBARKAN ISLAM KE SEANTERO DUNIA….
BERBEDA dengan MUSLIM ZAMAN SEKARANG….
Dimana yang dicari adalah KESENANGAN DAN KEMEGAHAN DUNIA….
Adapun URUSAN MENYEBARKAN ISLAM, ITU URUSAN ORANG LAIN….
Maka wajarlah….
Kalau ia TAKUT BERESIKO dan HANYA MENCARI AMAN BAGI DIRINYA SENDIRI…..
Allõhul musta’an.….
Padahal Allõh berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ)
Artinya:
“Wahai orang orang yang beriman, jika kalian menolong Allõh maka niscaya Allõh akan menolong kalian dan Allõh akan meneguhkan kaki kalian.” [QS. Muhammad : 7]
Allõh pun berfirman dalam ayat yang lain :
(إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ)
Artinya:
“Jika Allõh menolong kalian maka tidak akan ada yang menjadi pemenang atas kalian. Dan jika Allõh menghinakan kalian, maka siapa lagi yang akan bisa menolong kalian setelah Allõh. Dan hanya kepada Allõh lah hendaknya orang orang beriman bertawakkul.” [QS. Aali ‘Imron : 160]
Berarti…..
Jika ALLÕH MENOLONG….
Maka MESTINYA TIDAK PERLU KHAWATIR…..
Karena TIDAK AKAN ADA SIAPAPUN YANG AKAN MAMPU MENGALAHKAN KITA…..
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(158) Agar Selalu Beruntung #2 : Kebajikan & Keberuntungan
Allõh Subhãnahu Wa Ta’ãlã telah berfirman di dalam surat Al Hajj ayat 77 :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَ اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.” (QS. Al-Hajj (22): Ayat 77)
Wahai orang-orang yang beriman…
Rukuklah kalian…
Sujudlah kalian…
Beribadahlah kalian kepada Allõh…
Dan…
Kerjakanlah kebajikan…
Mudah-mudahan kalian beruntung…
BERUNTUNG seperti yang dipahami oleh para ahli tafsir adalah SURGA….
Ya….
Jika seseorang dimasukkan oleh Allõh ke dalam surga-Nya…
Maka…
Itulah KEBERUNTUNGAN yang HAKIKI….
Manusia berusaha berdagang….
Lalu dia terbebas dari rugi…
Modalnya kembali….
Bahkan beruntung mungkin berlipat ganda…
Lalu dengan itu,
dia menjadi senang, kaya dan terhormat di mata manusia….
Beruntung karena dia mendapatkan apa yang dicita-citakannya…
Lalu orang-orang pun memeluknya dan mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesannya itu, seraya mengatakan: “Beruntunglah anda“….
Dalam lika-liku kehidupan…
Orang pun terkadang menghadapi kesulitan…
Kebuntuan….
Bahkan ancaman marabahaya….
Lalu dia terbebas dari musibah yang menimpa bahkan teman dan atau tetangganya….
Dia sendiri segar bugar…
Dia sendiri sehat wal afiyat….
Bahkan terlepas dari marabahaya itu…
Maka….
Orang-orang pun mengatakan padanya: “Beruntunglah anda“…
Terkadang…
Bisa jadi orang mengatakan pada anda: “Beruntunglah Anda“…
Padahal jiwa anda menderita dan menjerit…
Karena sesuatu yang hanya anda yang bisa merasakannya….
Ada penderitaan yang mungkin sangat mendalam yang anda alami….
Tetapi…
Orang lain tak tahu…
Dan mereka tetap mengatakan pada anda: “Beruntunglah anda“…
“Beruntunglah anda” seperti ungkapan di atas…
Belumlah tentu menjadi keberuntungan yang sesungguhnya….
Adapun….
KEBERUNTUNGAN SESUNGGUHNYA adalah….
Jika saat manusia MATI….
Maka usianya ditutup dengan HUSNUL KHOTIMAH…..
KEBERUNTUNGAN SESUNGGUHNYA adalah….
Pada saat selama di kuburannya….
Yang dia nikmati adalah NIKMAT KUBUR….
KEBERUNTUNGAN SESUNGGUHNYA adalah…..
Keadaan yang dirasakan esok di Hari Kiamat…
Dimana kemudahan yang senantiasa dialaminya di Padang Mahsyar….
Dia tidak kepanasan saat Hisab….
Karena Hisab dan perhitungan amalan pun dipermudah baginya….
Disaat haus,
Telaga Rosul pun menjadi penghilang dahaganya….
KEBERUNTUNGAN SESUNGGUHNYA adalah….
Saat manusia saling balas dan saling qishos….
Dia justru terbebas dari tuntutan….
Dan KEBERUNTUNGAN SESUNGGUHNYA adalah….
Dia selamat saat menyeberangi Siroth yang mencekam….
KEBERUNTUNGAN HAKIKI adalah….
SURGA yang diraihnya karena keutamaan Allõh yang dihadiahkan untuknya….
Namun….
KEBAIKAN APA yang harus kita jadikan SEBAGAI TEBUSAN agar ALLÕH MERIDHOI dan menghadiahkan keutamaan-Nya kepada kita ?
Inilah rahasia yang seharusnya setiap manusia berlomba dengan segala kesadaran….
Ahli Tafsir Ibnu ‘Abbas rodhiyallõhu ‘anhu memberikan kejelasan kepada kita…
Bahwa ternyata KEBAIKAN itu adalah SILATURROHIM….
KEBAIKAN itu adalah AKHLAQ MULIA….
Bahkan ada pula ulama lain yang mengatakan bahwa….
KEBAIKAN itu adalah ZAKAT yang DITUNAIKAN….
Dan KEBAIKAN itu adalah melakukan AMAR MA’RUF dan NAHI MUNKAR…
Ternyata KEBAJIKAN itu adalah….
Upaya setiap kita untuk selalu baik terhadap sesama….
Akhlak yang baik….
Tidak melakukan sesuatu yang membuat cerai berai dan permusuhan….
Bahkan mempererat ukhuwah,
bukan saja dengan perilaku,
akan tetapi juga dengan finansial yang Allõh amanahkan kepadanya…..
Bahkan adanya sikap tidak rela jika saudaranya dimurkai oleh Allõh akibat kemungkaran yang diperbuatnya….
Dia pun tidak rela, jika ada pada saudaranya kesempatan untuk berbuat suatu kebaikan, akan tetapi saudaranya itu tidak mengerjakannya…..
Inilah kemuliaan dan keluhuran yang Islam usung sepanjang masa….
KEBAJIKAN dan KEBAIKAN yang harus ada, tumbuh pada setiap diri kita….
Bahkan TIDAK tinggal DIAM….
SENANTIASA BERUSAHA AGAR ORANG LAIN pun BERSAMANYA DALAM mengerjakan berbagai KEBAIKAN….
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(157) Agar Selalu Beruntung #1
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” [QS. Ali ‘Imran : 200]
Agar kalian selalu beruntung…..
Ya, agar kalian selalu beruntung…..
Setiap kita…
Jika ditanya apa yang anda cari…
Apa yang anda kejar…
Apa yang anda inginkan…
Apa yang anda cita-citakan…
Dan apa yang menjadi visi hidup anda…
Semua mereka pasti menjawab : INGIN BERUNTUNG…
Bahkan….
Ingin terbebas dari segala makna rugi….
Tetapi….
Tahukah kita apa yang harus dilakukan…..
Agar keberuntungan dan keuntungan dapat kita raih dengan hakiki dan penuh cinta dan ridho Allah ???
Sadarkah kita….
Bahwa BUKAN AKAL yang menjadi sumber utama untuk memastikan akan tercapainya keberuntungan yang kita kejar itu…..
Sadarkah kita…..
Bahwa BUKAN RASA, BUKAN KECENDERUNGAN yang menjadi petunjuk yang benar atas jalan yang harus ditempuh menuju tercapainya makna keberuntungan itu…..
Sadarkah kita…..
Bahwa PENGALAMAN dari orang ke orang BISA BERBEDA….
Bahwa PENGALAMAN BISA TIDAK BERLAKU dari zaman ke zaman lain….
Bahkan PENGALAMAN BISA BERUBAH, BISA BERBEDA dalam kondisi dan situasi pola yang berbeda….
Yakinkah kita…
Bahwa bagi orang yang beriman…
Petunjuknya dalam hidup ini….
Dan agar hidup ini menjadi berarti….
Menjadi kesempatan menuju teraihnya keberuntungan….
Menjadi terbebas dari rugi dan petaka….
Tidak ada yang lain, kecuali RUMUS dan RESEP ILAHI…..
Tahukah Anda….
Bahwa agar “kalian selalu beruntung” di dalam al-Qur’an…
Ternyata…
11 kali kalimat itu lah (QS. Ali ‘Imran : 200) yang selalu berulang di dalam al-Qur’an…
Menunjukkan sesuatu yang harus kita ketahui….
Kemudian…
Kita harus berusaha untuk menjalaninya….
Dan menitinya dengan penuh keyakinan dan kesabaran…..
Maka….
Marilah kita selalu merujuk…
Membaca….
Melihat….
Memperhatikan…..
Kemudian meyakini….
Dan istiqomah dalam menjalani petunjuk al-Qur’an…
Agar kalian selalu beruntung….
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(156) Karunia Paham
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ)
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang), merasa gembira dengan duduk-duduk diam sepeninggal Rosūlullõh. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allõh dan mereka berkata, Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah (Muhammad), Api neraka Jahanam lebih panas, jika mereka mengetahui.” [QS. At-Taubah : 81]
Diantara umat tidak sedikit yang tidak sadar bahwa bersenang-senang saat menyelisihi Rosūl dan syariatnya adalah sesuatu yang merugikan…..
Tidak sedikit dari umat ini yang tidak menyadari bahwa jihad adalah bagian dari syariat….
Suka atau tidak suka…..
Dan bahwa harta dan nyawa adalah modalnya…..
Mereka berkata :
“Janganlah berjihad, karena cuaca sedang dingin“….
Apalagi jika terkena teriknya matahari….
Mereka akan berkata: “Sayangi dirimu dari cuaca yang panas“….
Pernahkah kita merasakan panasnya api dunia ???
Jika jawabannya bahwa api dunia adalah panas,
maka jahanam adalah lebih panas,
bahkan jauh amat sangat panas dibanding api dunia….
Kembali kita diuji tentang kepahaman……
Merasa senang saat menyelisihi Rosūl adalah hasil dari gagal paham…..
Menghalangi orang lain dari menunaikan tuntunan Rosūl adalah hasil dari gagal paham…..
Mengira bahwa teriknya matahari dan buruknya cuaca lebih ringan dari panasnya jahanam itu adalah juga hasil dari gagal paham….
Berapa banyak orang gagal paham….
Berapa banyak orang yang tidak paham atau salah paham…..
Betapa besarnya nilai “paham“…..
Paham adalah diantara karunia Allõh yang terbesar…..
Maka jangan jemu dan bosan….
Apalagi terputus memohon agar Allōh karuniakan dan anugerahi kita dengan “paham yang benar“….
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(155) Mohonkan Ampun Untuk Kami
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚ يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۚ بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا)
“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan berkata kepadamu, Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami. Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Maha Mengetahui dengan apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Fath : 11]
Dalam suasana yang riuh….
Tidak lama akan muncullah sosok yang mengatakan:
“Berikanlah permakluman kepada kami…”
Beribadah kepada Allõh adalah suatu hal yang biasa….
Tapi itu memang di sela kesibukan kami….
Tapi jika kami harus meninggalkan kesibukan kami….
Maka kami akan katakan: “Maaf kami sibuk....”
Sadarkah bahwa saat sibuk, Allõh tahu….
Saat tidak sibuk, Allõh pun tahu….
Sebagaimana saat sibuk tidak patut untuk menjadi alasan sibuk, Allõh juga mengetahui….
Sadarkah bahwa yang memiliki bahaya adalah Allõh….
Yang memiliki manfaat adalah Allõh….
Adakah yang mampu menghalangi sampainya keduanya atau salah satu dari keduanya, jika Allõh menghendaki ??
Jangan kalian kira…..
Jika kalian beralasan dengan sesuatu yang tidak patut menjadi alasan, maka Allõh pasti tahu ucapan kalian….
Putih hati kalian ataukah hitamnya, Allõh tahu….
Siapa yang berhak dari kalian mendapat manfaat…..
Siapa diantara kalian yang berhak mendapatkan bahaya, Allõh lah yang mengetahui….
Orang munafik mengira bahwa Allõh bisa mereka jadikan objek tipudaya…..
Mereka kira bahwa Allõh tidak berdaya….
Mereka tidak tahu bahwa yang mereka miliki berupa tipudaya, pastilah dihadapan Allõh tak akan mungkin berdaya….
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(154) Takut Luka
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
(وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا)
“Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana yang kamu rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
[QS. An-Nisa’ : 104]
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rohimahullõh di dalam tafsirnya mengatakan:
“Jangan kalian melemah….
Jangan kalian malas dalam berjihad menghadapi orang-orang kafir…..”
Jika kalian merasakan kepedihan…..
Sungguh mereka orang kafir pun merasakan kepedihan itu….
Yang berbeda adalah…
Mereka mencari dunia…..
Mencari materi…..
Mencari status….
Mencari sesuatu yang akan mereka tinggalkan…..
Sedangkan…..
Kalian mengharapkan sesuatu yang abadi…..
Kalian mengharapkan rahmat Allõh…..
Hina itu adalah rendah…..
Kedudukan hina itu artinya adalah tercela, buruk dan tidak baik….
Allõh mengisyaratkan bahwa dalam jiwa umat Islam ada gejala ini….
Sadarkah kaum muslimin bahwa mereka menyandang predikat ini ???
Sadarkah apa yang menyebabkan mereka HINA ???
Adakah cita-cita untuk mengakhiri nasib bak hina ini ???
Maukah mereka BERKORBAN tuk sekedar TERHINDAR dari HINA ini ???
Bahkan sadarkah bahwa MISI ROSŪL dahulu adalah menjadikan KALIMAH ALLÕH itu yang TERTINGGI ???
Sadarkah bahwa “mereka yang berpredikat mendapatkan ridho Allõh” rodhiyallõhu ‘anhum adalah karena mereka itu telah merelakan harta dan jiwanya, agar mereka tidak menjadi kaum yang Hina ???
Agar Islam tidak hina ????
Bahkan agar “Lā Ilaha Ilallõh” menjadi yang paling mulia ????
Sakit yang membahayakan adalah sakit yang tidak dirasakan oleh penderitanya…..
Bahkan lebih parah…..
Menuding orang sakit dan dirinya bebas dari sakit, dan hanya orang lain yang perlu disembuhkan dari sakit…..
Kemenangan itu adalah karunia Allõh….
Kejayaan itu adalah anugerah Allõh……
Kalahnya orang kafir adalah karena keperkasaan Allõh….
Orang-orang kafir menjadi penghuni jahanam adalah karena keadilan Allõh….
Siapapun kita tak akan mampu membalas budi anugrah karunia dan kemuliaan Allõh….
Siapapun yang beramal sebiji atom kebajikan, dia pasti akan melihatnya…..
Dan Allõh akan menukarnya dengan keutamaan-Nya……
Sayang disayang kita sering memandang kelezatan, kenikmatan kebahagiaan itu hanya yang ada di depan mata……
Dan kerap kali melupakan apa yang Allõh janjikan lebih baik dan lebih abadi…..
Yang harus selalu diingat jika kalian merasa pedih….
Maka orang-orang kafir pun jangan dikira mereka tidak merasakan pedih….
Yang pasti, AKHIR dari TRANSAKSI kepedihan itu yang akan ALLÕH BEDAKAN….
Antara HAMBA-Nya dan MUSUH-Nya…..
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc. M. M.Pd. ~)
(153) Akhlak
Sekedar akhlak dan perilaku, siapapun mungkin merealisasikannya; tetapi KETERPUJIAN dan KEMULIAAN menurut Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã HANYA ADA DALAM ISLAM.
Semua orang benci DUSTA. Semua orang suka KEJUJURAN. Tetapi hanya MUSLIM yang MEYAKINI bahwa DUSTA ADALAH DOSA DAN PETAKA, sedangkan KEJUJURAN adalah IBADAH DAN SURGA.
Nabi Muhammad sholallõhu ‘alaihi wassallam didustakan oleh orang-orang kafir, tapi beliau TERPUJI MENURUT ALLÕH.
Perhatikan firman Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã:
(وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ)
“Dan sungguh engkau ya Muhammad berada di atas akhlak yang agung.” [Surat Al-Qalam : 4]
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(152) Cita-Cita
Cita-cita penyebab manusia bergegas dan berlomba. Apakah cita-cita kita? Tidakkah kita belajar dari cita-cita Nabi Yusuf ‘alaihissalaam “Ya Allõh MATIKANLAH AKU DALAM KEADAAN MUSLIM dan masukkanlah aku ke dalam kalangan orang-orang yang sholih.”
Perhatikan firman Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã:
(رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ)
“Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” [Surat Yusuf (12) : 101]
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(151) Iman dalam Hidup Manusia
Sekedar nyawa dikandung badan, makan, minum dan bersenang-senang itu bahkan binatang merasakannya. Akan tetapi ber-ISLAM lah JATI DIRI MANUSIA yang SEBENARNYA.
Renungkan QS. Muhammad/47: 12.
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ
“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia), dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.” (QS. Muhammad 47: Ayat 12)
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(150) Keberkahan atau Kebinasaan
Kunci KEBERKAHAN adalah IMAN dan TAQWA. Sebaliknya pengundang PETAKA dan ADZAB adalah KUFUR dan MENDUSTAKAN KEBENARAN ISLAM.
Renungkan QS. Al-A’rof/7: 96.
Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(149) Kualitas Hidup
KEHIDUPAN YANG BAIK adalah ketika rizki didapat dari yang HALAL, ketika jiwa penuh dengan QONA’AH (puas dengan apa yang diterima), ketika hidup dalam ketaatan pada Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã serta adanya kelezatan dalam beribadah pada-Nya, atau kehidupan dalam Syurga di esok hari. BUKAN sekedar dalam KELAPANGAN DUNIA.
Renungkan firman Allõh dalam QS. An-Nahl/16: 97. Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 97)
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(148) Misi Hidup Manusia
MASIH BANYAK manusia yang belum SADAR bahwa sesungguhnya hidupnya untuk menjadi HAMBA bagi ALLÕH Subhãnahu wa Ta’ãlã dan bukan menjadi hamba bagi KEMAUANNYA.
Renungkan QS. Adz-Dzariyat/51:56, Allõh Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(147) Tidak Sekedar "Inggih Sumuhun"
Dari ummu Salamah رضي الله عنها, salah seorang istri Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُوْنَ وَتُنْكِرُوْنَ، فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ، وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ أَسْلَمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ. قَالُوا: أَلاَ نُقَاتِلُوهُمْ؟ قَالَ: لاَ مَا صَلَّوْا
[HR. Muslim no: 1854 (63)]
Artinya:
“Akan menjadi para Amir bagi kalian orang-orang yang kalian kenal dan kalian ingkari, maka barangsiapa yang membenci (-- kedzoliman, kejahatan mereka – pent.) itu (dengan hatinya) maka dia telah berlepas diri, dan barangsiapa yang mengingkari dengan lisannya maka dia telah selamat. Akan tetapi barangsiapa yang ridho (puas) dan mengikuti (maka ia telah bersalah dan terancam tidak selamat).”
Para sahabat bertanya, “Ya Rosũlullõh, tidakkah kita memerangi mereka?”
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Tidak, selama mereka sholat”.
Renungan :
Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita agar menjadi RAKYAT YANG PRO-AKTIF….
Menjadi RAKYAT YANG PEKA….
Menjadi RAKYAT YANG SENSITIF…
Menjadi RAKYAT YANG TIDAK “INGGIH SUMUHUN”….
Menjadi RAKYAT YANG TIDAK HANYA SEKEDAR MENERIMA APA ADANYA….
Namun…
Menjadi RAKYAT YANG BERSPIRIT UNTUK TERWUJUDNYA PERBAIKAN….
Menjadi RAKYAT YANG MENGINGINKAN MA’RUF DAN MENGINGKARI KEMUNKARAN….
Dengan kata lain….
Hadits ini mendidik agar Muslim MENJADI ORANG YANG TIDAK SEKEDAR BERPANGKU TANGAN….
Tidak hanya sekedar memasrahkan nasibnya terhadap kebijakan para Amir dan para Penguasa….
Yang bahkan terhadap mereka (para Penguasa itu) justru berhak untuk dikenalkan apa itu ma’ruf, dan apa itu munkar…
Sehingga mereka (para Penguasa itu) dapat menjadikan ma’ruf tadi sebagai dasar untuk berpijak di dalam kekuasaannya;
Sebagaimana mereka mengetahui munkar sebagai hal yang harus dibasmi, dicegah dan ditindak ….
Menjadi rakyat tidaklah hanya sekedar ma’mum secara membabi buta….
Tetapi dia haruslah menjadi RAKYAT YANG KRITIS…
Rosũlullõh bahkan mengancam dengan isyarat, “Bahkan bagi mereka yang ridho dan mengikuti…”, maka Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم isyaratkan bahwa rakyat yang seperti ini justru terancam tidak selamat….
Sebelumnya sudah ada pernyataan dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bahwa siapa yang membenci (Amir yang dzolim itu) maka ia telah berlepas diri, dan siapa yang mengingkari Amir yang demikian berarti dia telah selamat…
Sebaliknya kalau dia tidak mengingkari (Amir yang dzolim itu) karena ridho dan mengikuti,
Berarti dia justru terancam sesat, dan celaka; karena tidak selamat….
Begitu juga kalau dia tidak membenci, dia ridho dan bahkan dia mengikuti (Amir yang dzolim itu), maka seolah Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menyatakan bahwa rakyat yang seperti ini seolah menyatu dengan kemunkaran, dia mendiamkan kemunkaran…
Dan itu berarti kekacauan dan celaka…
Perlu perenungan….
Perlu hati yang lurus…..
Perlu bersih jiwa dari Hawa Nafsu…
Untuk sampai pada pemahaman yang benar….
Sehingga berkata dengan benar…
Bersikap dengan benar….
Serta mengajak orang dengan benar…
Dan itu semua adalah TAUFIQ dari ALLÕH سبحانه وتعالى ….
Oleh karena itu,
Hadits ini janganlah sekedar dibaca terjemahannya secara sekilas…
Melainkan harus penuh perenungan dan penghayatan….
Penuh pemahaman dan do’a…
Sehingga Allõh سبحانه وتعالى memberi taufiq pada kita…
Yang berujung pada selamat di dunia dan di Hari Akhir nanti….
Bahkan….
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم memang menjawab pertanyaan Shohabatnya, “Apakah kita perangi mereka ya Rosũl?”
Jawaban Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, “Tidak, selama mereka sholat !”….
Ya, kita tidak memerangi mereka….
Kita harus patuhi tuntunan Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم untuk tidak memerangi Pemimpin yang tidak lagi mengenal mana yang ma’ruf (yang baik) dan mana yang munkar (yang buruk)….
Namun…
Apatah kita tetap menjadi orang yang cerdas….
Manakala merekalah yang memerangi rakyatnya….
MEREKA YANG MEMERANGI….
Lalu, apakah sebagai rakyat kita cuma pasrah, serahkan jiwa dan raga pada Amir yang seperti itu ???...
Toh pada akhirnya, Amir itu tidaklah diatas Syari’at….
Apalagi kalau Amir itu lah yang menghalalkan darah kaum Muslimin….
Mendukung orang-orang kãfir untuk memusnahkan kaum Muslimin….
Maka bukanlah disikapi lagi sebagai “Muslim yang Fãsiq”….
Akan tetapi harusnya disikapi sebagai “Muslim tadinya, lalu sekarang menjadi Munãfiq (Nifaq yang besar)”….
Atau bahkan….
Jangan-jangan...
Jangan-jangan bisa jadi telah keluar dari Islam (Murtad) ?...
Na’ũdzu billãhi min dzãlik….
والله أعلمُ بالـصـواب
Semoga Allõh سبحانه وتعالى senantiasa melindungi kaum Muslimin….
(~ ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M Pd ~)
(146) Jaahil yang Tidak Disadari
Telah berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullõh,
"Barangsiapa yang mempermasalahkan kaum mu'minin atas dosa yang mereka lakukan...
Sementara dia tidak mempermasalahkan orang-orang kãfir maupun orang-orang munãfiq atas kekufuran dan kemunãfiqan mereka...
Atau bahkan....
Justru menyanjung orang-orang kãfir dan munãfiq itu, serta memuji-muji mereka...
Maka sungguh yang demikian itu merupakan indikasi...
Bahwa dia adalah manusia yang paling JÃHIL (bodoh) dan paling ANIAYA....
Sekalipun kebodohan dan kedzolimannya itu belum membawa dia pada kekufuran dan kemunãfiqan."
Dinukil dari:
"Minhaj As Sunnah An Nabawiyyah" Jilid 4 halaman 373-374.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd ~)
(145) Kelompok Allooh lah yang Akan Menang
Allõh سبحانه وتعالى berfirman :
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
[QS. Al Mujãdalah (58) ayat 22]
Artinya:
“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allõh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allõh dan Rosũl-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Meraka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allõh keimanan dan Allõh telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allõh ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allõh (hizbullõh). Ingatlah, sesungguhnya golongan Allõh itulah yang beruntung.”
Renungan :
Sejak dahulu kala dan terutama akhir-akhir ini….
Mereka yang memusuhi Allõh سبحانه وتعالى ….
Mereka yang memusuhi Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم …
Mereka yang memusuhi Al Islam…
Mereka yang memusuhi Al Qur’an…..
Mereka yang memusuhi orang-orang yang membenarkan Allõh سبحانه وتعالى ….
Mereka yang memusuhi orang-orang yang membenarkan Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم ….
Mereka yang memusuhi orang-orang yang membenarkan Al Islam ….
Mereka yang memusuhi orang-orang yang membenarkan Al Qur’an ….
Dari berbagai penjuru….
telah terang dan jelas menampakkan permusuhan dan kebenciannya…
Wajar kalau seorang muslim tidak ber-simpatik…
Apalagi bersahabat…
Apalagi menggantungkan hidup dan nasibnya kepada mereka….
Bukankah dalam ayat diatas, Allõh سبحانه وتعالى telah menegaskan bahwa…
BUKAN….
Sungguh BUKAN ORANG YANG BERIMAN, orang yang menjalin kasih sayang dan cinta kasih terhadap orang-orang kafir….
BUKAN BAGIAN DARI BUKTI IMAN…
Bahkan bukan bagian dari bukti cinta kepada Allõh سبحانه وتعالى dan Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم …
menjadikan musuh-Nya dan penentang-Nya sebagai orang yang dicintai….
Akal sehat yang mana, yang mau mencintai orang / obyek yang dibenci dan dimusuhi oleh “Yang diaku dicintainya (Allõh سبحانه وتعالى & Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم)” ?
Akan tetapi sungguh aneh…
Ada orang yang mengaku beriman….
Akan tetapi….
Dalam kenyataannya….
Ia berkasih sayang dan bahkan mencintai orang yang menjadi MUSUH dari “yang diaku dicintainya (Allõh سبحانه وتعالى & Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم)”….
Itu hanyalah bentuk PENGAKUAN CINTA YANG PALSU…
(~ Ust. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd. ~)
(144) Nelangsa
Terdapat dalam suatu sabda Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
[At Turmudzy, Sunan At Turmudzy, Riyaadh: Al Ma’aarif, I, 1417 H, 534 no: 2376]
Artinya:
“Tidaklah dua ekor serigala yang sedang kelaparan dilepas pada seekor kambing akan lebih rusak jika dibandingkan dengan ambisiusnya seseorang terhadap harta dan kehormatan.”
Manusia berkejar-kejaran, dan berlomba….
Terkadang dia lalai, dia lupa, terkadang dia sadar…
Terkadang dia tega, bahkan untuk menginjak, menyikut, menyakiti, menganiaya saudaranya …
Yang penting dia yang harus menang…
Yang penting orang lain terkesampingkan…
Yang penting rekening dia gendut…
Yang penting dia meraih apa yang dia cita-citakan….
Yang penting dia kenyang….
Yang penting dia terhormat….
Tidak lagi berpikir bahwa dia akan mati…
Di dunia ini pasti tidak lama…
Dia harus menghadap Penciptanya…
Bahkan dia harus mempertanggungjawabkan apa yang pernah dia katakan dan apa yang pernah dia perbuat…
Kalau saja manusia menyadari…
Maka sungguh dia akan ngeri, takut dan membelalak…
Karena Allõh سبحانه وتعالى berfirman:
مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (٢٨) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (٢٩
[QS. Al Haqqoh ayat 28-29]
Artinya:
(28) “Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. “
(29) “Kekuasaanku telah hilang dariku.”
Tiadalah berguna baginya harta, kekuasaan, status maupun kehormatan…
Di Hari semua itu menjadi binasa….
Kalaulah akhir dari suatu perjalanan, ternyata itulah yang didapat…
Harta tidak dibawa…
Kekuasaan juga dia harus melepasnya….
Yang harus dihadapi adalah Allõh سبحانه وتعالى yang menciptakannya,
Yang membuatnya berawal dari lemah lalu perkasa, lalu dia menjadi lemah kembali…
Allõh سبحانه وتعالى yang akan mempertanyakan-nya…
Hanya orang yang tidak beriman lah yang tidak takut menghadapi Hari Ini (Akhirat)….
Sangat mudah bagi Allõh سبحانه وتعالى untuk menghinakan orang itu…
Betapapun kadang manusia menjadi lupa …
Karena asyiknya di dunia menjadi orang yang terhormat….
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(143) Sadarkah Kita?
Kata-kata apa yang sering terucap dari mulut kita, dalam keseharian kita, atau bahkan sepanjang hidup kita…
Jika kita menghitung berapa kali suatu kata terucap di dalam Al Qur’an, tentu kita akan mengetahui apa sebenarnya hikmah dan rahasia sedemikian rupa Allõh سبحانه وتعالى mengulang kata-kata ini dengan sebanyak ini….
Ternyata kita akan temukan bahwa terbanyak kata yang terulang di dalam Al Qur’an adalah lafadz: الله (“ALLÕH”)…
Berapa kali lafadz الله (“Allõh”) ini diulang di dalam Al Qur’an?
Ternyata tidak kurang dari 2.697 kali…
Subhãnallõh, maka ini adalah sekaligus menjadi pelajaran…
Kalau saja setiap muslim setiap hari membaca Al Qur’an, maka bisa dipastikan ia akan mengucapkan lafadz الله (“Allõh”) ini berkali-kali…
Dan apa maknanya?
Artinya adalah diantaranya bahwa seorang muslim hendaknya yang sering terucap dari mulutnya adalah lafadz ini: الله (“Allõh”).
Atau dengan kata lain itu adalah dzikrullõh (mengingat Allõh)….
Sering-seringlah mengingat Allõh سبحانه وتعالى…..
Bahkan lebih bermakna lagi dari itu adalah bahwa setelah kita sedemikian sering membaca dalam Al Qur’an, setelah kita berusaha membiasakan memperbanyak lafadz ini dalam keseharian kita, maka itu berarti bahwa Allõh سبحانه وتعالى itu ma’bud….
Allõh سبحانه وتعالى adalah yang kita ibadahi…..
Ibadah artinya adalah taat…
Berarti seharusnya keseringan hidup kita, kebanyakan hidup kita adalah tidak lain kecuali beribadah kepada Allõh سبحانه وتعالى.
Apa arti kita banyak mengulang lafadz ini?
Tentu diantara hikmah dan maknanya adalah kita disuruh bukan sekedar mengingat lafadznya, namun justru lebih penting dari itu hendaknya seluruh hidup kita atau mayoritas hidup kita adalah diisi dengan beribadah kepada Allõh سبحانه وتعالى….
Sesuai dengan firman Allõh سبحانه وتعالى :
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[QS. Al An’aam (6) ayat 162]
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad),“Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allõh, Tuhan seluruh alam.”
Dengan demikian itu artinya setiap muslim harus menyadari dan menjadikan tekad dalam hidupnya bahwa hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allõh سبحانه وتعالى….
Dan diantara yang harus dia biasakan adalah seringlah mengingat Allõh سبحانه وتعالى dalam setiap gerak dan diam kita….
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd.~)
(142) "Saudara" Orang Kafir
Kaum Munãfiq…
Mereka adalah saudara bagi orang-orang kãfir….
Orang munãfiq adalah bukan saudara bagi muslim…
Betapapun dia ‘casing’-nya, berpenampilan muslim….
Betapapun dia hidup di tengah muslimin….
Betapapun dia seolah lebih shõlih, atau sama shõlihnya jika dibanding dengan muslimin…..
Atau bahkan….
Betapapun orang munãfiq itu berbicara semanis madu….
Tetapi dia demikianlah keadaan sebenarnya…..
Orang munãfiq adalah senantiasa menampakkan keimanan dan keshõlihan…
Padahal di dalam hati mereka terkandung kekufuran dan kebusukan…
Maka kembalilah kepada setiap kita untuk berintrospeksi….
Siapakah yang sesungguhnya kita jadikan sebagai teman dan saudara di dalam kehidupan dan keseharian kita ???
Jika jawabannya, yang dianggap teman dan saudara adalah dari kalangan muslimun, mu’minun, dan shõlihun, maka kita adalah mu’min….
Dan sebaliknya, jika yang dianggap teman, saudara, penolong serta sahabat bagi kita adalah dari kalangan orang-orang kãfir; maka kita harus segera memohon ampunan kepada Allõh سبحانه وتعالى, dan memohon petunjuk Allõh سبحانه وتعالى; karena posisi yang demikian ini adalah justru rawan untuk berada di posisi sebagai orang munãfiq…..
Na’ũdzu billãhi min dzãlik.
Demikian jelas, bahwa orang munãfiq adalah saudara bagi orang kãfir….
Adalah menjadi suatu kaidah yang sangat mendasar….
Bahkan sebetulnya dia adalah akar daripada “Lã Ilãha Ilallõh”….
Kalau seseorang telah menyatakan syahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allõh سبحانه وتعالى, dan bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah utusan Allõh سبحانه وتعالى; maka merekat pada dirinya bahwa dia bersaudara dengan muslim….
Dan sebaliknya, berarti orang kãfir bagi dia bukanlah dianggap sebagai saudara….
Kita hendaknya mempelajari, menghayati dan merenungkan firman Allõh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Hasyr (59) : 11, maka dengan terang Allõh سبحانه وتعالى menjelaskan kepada kita tentang identitas orang-orang munãfiq.
Allõh سبحانه وتعالى berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لإخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
[QS. Al Hasyr (59) : 11]
Artinya:
“Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, ‘Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.’ Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta.”
Allõh سبحانه وتعالى pun berfirman,
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
[QS. Al Hajj (22) : 4]
Artinya:
“(Tentang setan), telah ditetapkan bahwa siapa yang berkawan dengan dia, maka dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.”
Ayat ini memberitakan kepada mereka yang senantiasa bergandeng-tangan dan menolong orang-orang dzolim, yang mengira bahwa jika mereka menolong orang dzolim, mensukseskan orang dzolim, berada disekitar orang dzolim; mereka akan memperoleh kejayaan….
Padahal Allõh سبحانه وتعالى berfirman, “Kutiba ‘alayhi annahu man tawalahu fa annahu yudhilluhu wa yahdĩhi ila ‘azhãbis-sa’ĩr”….
Allõh سبحانه وتعالى telah catat…
Allõh سبحانه وتعالى telah tetapkan kepada siapa yang menjadikan orang dzolim, apalagi orang kãfir sebagai teman dekat atau pemimpin…
Maka sungguh dia akan menjadi orang yang akan disesatkan….
Karena yang menjadi teman dekat, teman setia orang dzolim dan orang kãfir; maka sahabatnya itu akan membawa dia menuju kepada adzab yang pedih…..
Na’ũdzu billãhi min dzãlik.
Betapa kita butuh hidayah dan bimbingan Allõh سبحانه وتعالى …..
Agar mata kita benar-benar terang melihat mana yang benar dan mana yang menyesatkan ….
Tidak sedikit orang yang pandangannya hanya sekedar dunia dan materi….
Dia bahkan lupa, apalagi menolak, menentang dan tidak meyakini tentang apa yang ada di sisi Allõh سبحانه وتعالى adalah lebih baik…
Maka bagi mereka ini, terpeleset dan terperosok untuk menolong orang dzolim adalah alternatif di dalam hidup mereka….
Padahal kalau saja mereka beriman kepada Allõh سبحانه وتعالى, maka sungguh apa yang mereka upayakan itu justru akan menjerumuskan mereka sendiri ke dalam rugi yang nyata….
Jangankan di akherat, di dunia pun dia akan mulai merasakannya….
Karena Allõh سبحانه وتعالى menegaskan betapa PENOLONG ORANG DZOLIM itu sesungguhnya adalah TERTIPU….
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(141) INNÃ LILLÃHI WA INNÃ ILAIHI RŐJI'UŪN
Musibah berupa banjir bandang di Garut...
Kembali mengingatkan kita, bahkan mengingatkan manusia...
Bahwa air adalah merupakan bagian dari tentara Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã...
Dia bergerak karena perintah Allőh...
Allőh perintahkan tentara-Nya, karena Allőh mengingatkan hamba-Nya...
Berimankah hamba-Nya... ?!
Bersyukurkah.... ?!
Taatkah... ?!
Atau justru...
Lagi-lagi kufur...
Lagi-lagi ma'shiyat...
Lagi-lagi menentang Allőh Penguasa alam semesta..
Seluruh alam jagad raya ini tunduk pada aturan Allőh..
Tidak ada yang bergerak, kecuali atas instruksi dari Pencipta-Nya...
Hanya manusia yang karena hawa bisa jadi menguasai; dialah yang lalai.....
Seolah Allőh tidak Melihat...
Seolah Allőh buta
Seolah Allőh tidak berdaya...
1437 tahun yang lalu, melalui Rosūl-Nya Muhammad Sholallőhu 'alaihi wassallam
Telah diberitahukan....
Telah diceritakan....
Telah dikhobarkan...
Tentang berbagai peristiwa, agar akal manusia menjadi tunduk kepada Allőh...
Dan bukan justru menentang...
Bukan justru membangkang...
Bagi orang yang berakal, berbahaya menentang Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã...
Dan bagi orang jãhil (bodoh), beserta teman-temannya dari kalangan orang-orang kãfir,
atau dari kalangan orang-orang musyrikin...
Yang menganggap masih ada yang bisa menangkal bala'....
Menangkal rugi..
Menangkal bencana...
Menangkal marabahaya..
Selain daripada Allőh...
Ternyata...
Terbukti semua itu adalah PRASANGKA...
Saudara-saudaraku...
IMAN yang bisa menggerakkan nurani kita sebagai manusia...
IMAN yang bisa menggerakkan kita akan kemana jalur perjalanan kita...
Dunia memang terkadang membuat kita lalai dan terbuai...
Sehingga lupa bahwa kenikmatan yang ada di dalamnya adalah ujian...
Kenikmatan yang ada di dunia ini adalah tidak pernah lepas dari keluh dan kesah, resiko dan gundah serta galau...
IMAN akan mampu menentramkan, membahagiakan,
bahkan menjamin rasa aman..
Tidak mungkin Allőh menganiaya hamba-Nya yang setiap saat mengakui kesalahan dan dosa...
lalu kembali kepada Allőh, bermunajat kepada Allőh...
Mengakui kesalahan dan dosanya...
Mengejar ketertinggalan di masa lalu karena dosa yang telah menyelimuti...
Berencana dan bergegas memperbaiki diri di sisa usianya...
Sungguh manakah yang bisa menggetarkan sikap yang mulia itu...
Banjir bandang belum seberapa bila dibanding dengan dahsyatnya Hari Kiamat...
Dahsyatnya manusia menghadapi tuntutan pertanggungan jawab Robbul 'Ãlamīn atas apa yang telah dia nikmati pada saat dia menghirup udara di dunia....
Semua akan ditanya...
Karena semua adalah Milik-Nya...
Dan semua adalah AMANAH di tangan kita....
Marilah kita SADAR...
Allőh menjanjikan keberuntungan bagi orang yang beriman....
Allőh menjanjikan rasa aman, tentram dan bahagia, bahkan hakiki...
Jangankan di dunia....
Di hari yang abadi,
Allőh hanya pilih yang berhak atas itu semua adalah hamba-Nya yang taat dan patuh pada-Nya....
Dan jikalau sebaliknya....
Maka....
Bukan sekedar bencana dan derita yang dia rasakan di dunia...
Bahkan di hari yang tak berujung akan penuh dengan duka dan siksa...
Karena seorang mengira bahwa dia akan memperdaya Allőh...
dengan cara lalai...
dengan cara ma'shiyat...
dengan cara meninggalkan apa yang diperintah-Nya...
dengan cara melanggar apa yang dilarang-Nya...
dengan cara menantang....
dengan cara memusuhi.....
atau dengan cara memerangi....
Sungguh sejarah membuktikan bahwa tidak pernah berhasil orang yang sombong terhadap Allőh....
Tidak ada...
dan tidak ada...
Hanya saja mengapa...
Mata kita tertutup,
dan hati kita lalai...
Minat kita tidak punya ketertarikan untuk membaca sejarah...
Sejarah yang memenuhi hari-hari di masa lampau...
Seharusnya menjadi pelajaran bagi hamba-Nya yang beriman....
yang ingin masih punya harapan di masa depan...
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ ...
[Surat Yusuf : 111]
Artinya:
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal..."
Banjir, badai, kebakaran, tanah longsor, tsunami, dan sejenisnya....
dan atau lebih dahsyat darinya....
adalah sudah Rosūlullőh Sholallőhu 'alaihi wassallam aba-abakan:
"Jangan ma'shiyat kepada Allőh....
Jangan kufur kepada Allőh....
Taatlah kepada Allőh..
Semua kebaikan, Rosūlullőh Sholallőhu 'alaihi wassallam telah tunjukkan....
Semua pelanggaran telah Allőh ancam setiap pelakunya dengan siksa...
Namun syaithőn dianggap pandai telah memperdaya...
Sehingga dia lupa...
Seolah dia (manusia) yang menentukan bahagia dan selamatnya...
Semoga kejadian demi kejadian menjadikan kita pandai mengambil pelajaran...
Wassalamu'alaikum Warohmatullőhi Wabarokãtuh,
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd ~)
(140) Kebenaran Penyebab Kepatuhan
لَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ ۚ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا أُولَٰئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ * وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ * وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ * أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
[Surat An-Nur : 46 - 50]
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus."
Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)".
Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.
Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.
Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim."
Renungan :
1) Ayat-ayat sudah Allőh turunkan.
2) Seseorang berada di jalan yang lurus adalah kehendak Allőh...
3) Diantara manusia ada yang MENYIKAPI SYARI'AT itu dengan KEIMANAN DAN KETAATAN...
Namun, diantara mereka juga bahkan ada yang murtad kembali pada TIDAK BERIMAN....
4) MURTAD karena saat mereka diseru untuk BERHUKUM dengan HUKUM ALLŐH,
justru sebagian mereka itu MENENTANG....
5) Karena mereka TIDAK MEMILIKI KEBENARAN, penyebab mereka semakin membangkang....
6) PENYAKIT HATI atau KERAGUAN atau BURUK SANGKA mereka bahwa Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã akan berbuat DZOLIM terhadap mereka, itu lah penyebab mereka semakin dzolim...
7) DZOLIM karena tidak memposisikan hati mereka dalam IMAN kepada Allőh...
DZOLIM karena tidak memposisikan hidup mereka dalam THŐ'AH kepada Allőh....
8) Sedemikian sistematis Allőh telah sajikan PEDOMAN ini....
TUNTUNAN terlebih dahulu...
Menyusul SERUAN agar dipatuhi....
Berikutnya adalah JANJI dan ANCAMAN...
Dan pada akhirnya adalah KEUTAMAAN atau KEADILAN....
9) HAWA NASFU yang terpedaya SYAITHŐN lah yang telah mencenderungkan seseorang untuk BERPALING...
Untuk MENYELEWENG....
Bahkan untuk KUFUR pada TUNTUNAN yang sebenarnya merupakan ROHMAT Allőh bagi mereka....
#SERINGLAH SETIAP KITA BERINTROSPEKSI
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(139) Makar yang Menggelepar
(قَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ)
[Surat An-Nahl : 26]
Artinya:
"Sesungguhnya ORANG-ORANG yang sebelum mereka telah MENGADAKAN MAKAR, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah AZAB itu kepada mereka DARI TEMPAT YANG TIDAK MEREKA SADARI."
Renungan :
1) JARANG DISADARI bahwa Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã memberitau ummat Muhammad sholallőhu 'alaihi wassallam, bahwa ORANG-ORANG KÃFIR itu karena bencinya pada Allőh dan pada Rosūl, termasuk pada Islam dan kaum Muslimin, maka mereka itu BERMAKAR.
2) MAKAR mereka itu bukan hanya sekarang....
Tapi sejak dahulu kala...
Bukan hanya yunior...
Bahkan sudah senior...
(~ dalam berbuat makar ~)...
Karena mereka itu juga mempelajari ADA APA DALAM ISLAM...
3) SEJARAH menjadi BUKTI bahwa MAKAR mereka itu justru KEHANCURAN bagi mereka sendiri....
Bukan mereka menjatuhkan Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã...
Namun malah MEREKA lah yang TERPENDAM oleh peradaban dan kebanggaan mereka sendiri...
4) KECANGGIHAN ORANG-ORANG KÃFIR itu sejak dahulu kala...
Dan akan seperti dahulu, mereka BERBANGGA dengan KECANGGIHAN mereka...
Akan tetapi....
Mereka TIDAK BERKUTIK untuk memprediksi ADZAB yang ALLŐH hadirkan ke hadapan mereka....
5) LALAI akan APA YANG telah ALLŐH nyata BUKTIKAN pada orang-orang yang memusuhi Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã...
Baik berupa bencana dan adzab...
Maka itu adalah bukti IMAN yang TAK BERDAYA....
Dan melalui MEDIA MEREKA....
TIDAK SEDIKIT MUSLIMIN dibuat TAK BERDAYA....
IBROH INI UNTUK MENJADI IBROH....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(138) Iblis Terkutuk
(قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ * قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ * وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ)
[Surat Al-Hijr : 33 - 35]
Artinya:
"Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari Kiamat."
Renungan :
1) ALLŐH Subhãnahu wa Ta'ãlã adalah PENCIPTA MANUSIA.
2) Asal manusia adalah dari tanah liat.
3) Iblis MEMBANGKANG ALLŐH.
4) ALASAN IBLIS membangkang, tidak lain kecuali dari PRASANGKA bahwa asal muasal dirinya adalah LEBIH MULIA dari asal muasal manusia.
5) Pembangkangan iblis menjadikannya berhak akan KUTUKAN (Rojīm dan laknat) Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã hingga hari Kiamat.
6) Sujud (simbol dan atau makna ibadah) itu bukanlah hanya sekedar gerak fisik dan ritual belaka, tetapi hakekatnya adalah KETUNDUKAN dan KEPATUHAN pada PERINTAH SANG PENCIPTA, yakni ALLŐH Subhãnahu wa Ta'ãlã....
Bukan Ka'bah-nya...
Bukan Hajar Aswad-nya...
Bukan MANUSIA ADAM-nya...
7) SOMBONG itu adalah sikap AKU lah YANG LEBIH BERHAQ, BUKAN KAMU....
Ada EGO...
Ada vonis berlandaskan PRASANGKA...
Dan ada PEMBANGKANGAN....
8) Sekedar berpikir bahwa itu DOSA dan atau HUKUM FIQIH, adalah awal bersikap yang DANGKAL.
Harus tumbuh dari kita adalah DARI MANA dan DARI SIAPAKAH SUMBER PERINTAH itu... ?
Semakin terasa Mulia dan Agung, maka semakin terasa BESAR GEMA dan KHARISMA perintah itu...
9) Jika Allőh yang menutup pintu Hidayah, maka TIDAK akan ditemukan pintu itu terbuka....
Dan jika Allőh MURKA, maka tidak akan ada kemampuan yang menyebabkannya PADAM....
SEMOGA HIDAYAH ALLŐH ADALAH CAHAYA PENERANG HIDUP KITA
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd ~)
(137) Biarkanlah
(ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ)
[Surat Al-Hijr : 3]
Artinya:
"BIARKANLAH mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka."
Renungan :
1) Allőh perintahkan Nabi dan orang beriman agar MEMBIARKAN orang Kafir tenggelam dalam kenikmatan dunia dan berbagai angannya.
Walaupun yang demikian itu, kita TELAH BERUPAYA MENDA'WAHI MEREKA.
2) Sifat LALAI tenggelam dalam dunia dengan berbagai kesenangan dan kelezatannya; yang melalaikan akan IBADAH sebagai tugas utamanya, termasuk lalai untuk MELANJUTKAN PERJUANGAN ROSŪLULLŐH sholallőhu 'alaihi wassallam adalah merupakan TASYABBUH terhadap ORANG-ORANG KÃFIR.
3) PANJANG ANGAN- ANGAN adalah selain sifat orang kãfir juga adalah sikap yang menyebabkan pelakunya berhaq akan MURKA ALLŐH pada hari Kiamat.
4) Jika ALLŐH Subhãnahu wa Ta'ãlã MEMBERI PEMBIARAN pada kita, itu artinya Allőh sudah mulai murka pada kita.
Hanya karena iman kita yang sudah kurang SENSITIF saja yang menyebabkan kita tidak menyadarinya.
5) BERIMAN pada ALLŐH dan HARI AKHIR adalah cerminan orang yang selalu GIGIH mengabdi pada Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã. Demikian pula perlu disadari akan hal yang sebaliknya.
SEMOGA MENJADI PELAJARAN
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd ~)
(136) Bulan yang Penuh Keutamaan
Bulan yang penuh keutamaan mulai kita masuki...
Rosūlullőh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إذا كانَت أوَّلُ ليلةٍ من رمَضانَ صُفِّدتِ الشَّياطينُ ومَردةُ الجِنِّ وغلِّقت أبَوابُ النَّارِ فلم يُفتَحْ منها بابٌ وفُتِحت أبوابُ الجنَّةِ فلم يُغلَقْ منها بابٌ ونادى منادٍ يا باغيَ الخيرِ أقبِلْ ويا باغيَ الشَّرِّ أقصِر وللَّهِ عتقاءُ منَ النَّارِ وذلِك في كلِّ ليلةٍ
Artinya:
"Jika malam pertama bulan Romadhőn tiba, maka :
(1) Syaithon dan para pembangkang dari kalangan jin dibelenggu,
(2) Pintu syurga dibuka dan tidak ada satu pun yang ditutup,
(3) Pintu neraka ditutup dan tidak ada satupun yang dibuka,
(4) Dan ada penyeru yang menyeru: 'Wahai pencari kebajikan, SAMBUTLAH....
Dan wahai pencari keburukan BERHENTILAH,
(5) Allőh memberi kesempatan bagi hamba-Nya untuk BEBAS DARI ANCAMAN ADZAB NERAKA dan itu SETIAP MALAM.
( HR. Ibnu Majah nomor: 1339 dari Abu Hurairoh رضي الله عنه dan Syaikh Al Albãny menshohīhkannya)
Hikmah :
Mari kita berlomba dalam BERBAGAI KETAATAN...
Semoga Allőh memberi kemudahan pada kita mnerima segala ibadah kita...
Menyempurnakan kekurangan kita...
Dan membebaskan kita dari ancaman adzab neraka...
Aamiiin...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(135) Contohlah Mereka
Allőh berfirman:
(أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ ....)
[QS. Al-An'ãm:90]
Artinya:
"Mereka adalah orang-orang yang Allőh telah beri petunjuk, maka berqudwah lah dengan hidayah mereka."
Renungan :
Dalam ayat sebelum ini, Allőh mengisyaratkan siapakah "mereka" yang dimaksud...
"Mereka" adalah orang-orang yang telah dikaruniai oleh Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã berupa Kitab, Hukum dan kenabian....
"Mereka" adalah para Nabi dan para Rosūl...
"Mereka" adalah orang-orang yang Allőh nyatakan diatas petunjuk Allőh yang benar...
Pada giliran berikutnya, Rosūl Sholallőhu 'alaihi wassallam diperintahkan Allőh agar mengikuti "mereka"...
Dan sebagai ummatnya, kita diperintahkan oleh Allőh untuk mengikuti Nabi Muhammad Sholallőhu 'alaihi wassallam...
Artinya, bahwa JALAN yang LURUS itu sama dengan MENGIKUTI AJARAN dan SYARI'AT Rosūlullőh Sholallőhu 'alaihi wassallam...
Dan...
MENYELISIHI AJARAN dan SYARI'AT-nya adalah sama dengan KESESATAN...
Petunjuk yang lurus, yang merupakan petunjuk para Nabi, termasuk didalamnya Nabi Muhammad Sholallőhu 'alaihi wassallam adalah:
1) Berpegang teguh dengan dīn (agama) yang benar yang berasal dari Allőh
2) Memelihara dan menjaga ayat-ayat yang terkandung dalam Kitab Allőh (Al-Qur'an)
3) Tegak menjalankan hukum/ syari'at-Nya
4) Mengikuti yang dihalalkan-Nya, serta menjauhi apa yang diharomkan-Nya
5) Mengamalkan apa yang diperintahkan Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã dan menghindarkan diri dari apa yang dilarang-Nya
6) Meniti pola hidup yang telah "mereka" jalani
7) Berakhlaq dan berperilaku yang terpuji
Inilah KUNCI KEUNGGULAN Rosūlullőh, sehingga beliau Sholallőhu 'alaihi wassallam mencapai derajat tertinggi dan terkemuka di segenap Nabi dan Rosūl, serta menjadi penghulu bagi segenap orang-orang yang bertaqwa...
Oleh karena itu....
Jika kita berangan-angan untuk meraih apa yang "mereka" raih....
maka...
MENITI JALAN "MEREKA" adalah HARGA MATI...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd ~)
(134) Ujian, Sadarkah?
Allőh berfirman:
(إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا)
[Surat Al-Kahfi : 7]
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya."
Renungan :
1) segala sesuatu di DUNIA ini adalah PERHIASAN....
2) Bumi dan isinya adalah UJIAN dan BALÃ' untuk kita; akankah kita menjadi lebih mulia ataukah justru semakin terhina?
3) Hidup ini untuk BERLOMBA dalam menggapai LULUS UJIAN...
4) Amalan-amalan kita itu bertingkat-tingkat....
Ada amalan yang terbaik...
Ada amalan yang sekedar baik....
Ada amalan yang buruk...
Bahkan...
Ada amalan yang mengundang murka Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã....
Sadarkah kita?....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(133) Wahyu Syaithőn
Allőh berfirman:
(...وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ)
[Surat Al-An'am : 121]
Artinya:
"...Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik."
Renungan :
1) Syaithőn itu mempunyai wali-wali (yatu mereka yang loyal kepada syaithőn)
2) Wali Syaithőn adalah mereka yang selalu setia menyuarakan bisikan dan inspirasi syaithőn;
3) Wali Syaithőn adalah mereka yang selalu mengajak kepada jalan yang menyelisihi tuntunan Allőh Subhãnahu Wa Ta'ãlã dan Rosūl-Nya sholallőhu 'alaihi wasallam;
4) Wali Syaithőn adalah mereka yang selalu men-jidal, mendebat dan ataupun menebar syubhat terhadap kebenaran yang berasal dari Allőh dan Rosūl-Nya;
5) Mereka yang hanyut dalam bisikan ajakan ataupun syubhat syaithőn, adalah TERANCAM menjadi orang yang MUSYRIK.
6) SYIRIK THŐ'AH adalah seseorang yang MENYEKUTUKAN KETAATAN-nya, dari ketaatan dan kepatuhan terhadap Allőh, menjadi ketaatan dan kepatuhan terhadap syaithőn.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd. ~)
(132) Pengundang Petaka
(قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ)
[Surat Al-An'am : 47]
Artinya:
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zalim?"
Renungan :
Bisa jadi ADZAB Allőh itu datangnya dengan TIBA-TIBA...
Atau...
Bahkan dengan NYATA DAN TERANG akan DITIMPAKAN....
Tetapi Allőh tidak akan membinasakan kecuali ORANG-ORANG yang DZOLIM....
Maka barangsiapa yang beriman, TAKUTLAH...
Lalu...
PATUHILAH Allőh...
Jika TAKUT dan PATUH itu LENYAP....
Maka itu merupakan sebuah tantangan terhadap YANG MAHA TAK TERKALAHKAN...
Jadi...
IMAN lah yang MENGAKIBATKAN KESELAMATAN dan KETENTRAMAN....
Sedangkan....
KESYIRIKAN dan KEDZOLIMAN lah pengundang PETAKA dan KESENGSARAAN....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M.Pd ~)
(131) Manusia dan Wahyu
(قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ)
[Surat Al-An'am : 50]
Artinya:
"Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Renungan :
Jangankan selain Rosūl....
Rosūl sholallőhu 'alaihi wassallam saja...
Beliau tidak mengatakan : "AKU MEMILIKI SIMPANAN ALLŐH"
Jangankan selain Rosūl....
Rosūlullőh sholallőhu 'alaihi wassalam saja...
Beliau TIDAK MEMILIKI PENGETAHUAN TERHADAP YANG GHOIB...
Jangankan selain Rosūl...
Rosūlullőh sholallőhu 'alaihi wassallam saja...
Beliau mengatakan: "AKU BUKAN MALAIKAT"....
Rosūlullőh sholallőhu 'alaihi wassallam yang MA'SHUM (terjaga dari dosa)...
Beliau HANYA lah MENGIKUTI WAHYU....
Maka....
Mengapakah kita yang berpeluang banyak dosa...
Masih TIDAK MAU MENGIKUTI WAHYU?...
Masih MENAMBAHI dari apa yang terdapat dalam WAHYU?...
Masih MENGURANGI apa yang terdapat dalam WAHYU?....
Masih MENCURIGAI WAHYU?....
Masih MENCURIGAI ORANG-ORANG YANG BERUSAHA MENGIKUTI WAHYU?....
Masih MENCURIGAI ORANG-ORANG yang MENGAJARKAN WAHYU?...
Mengapakah...
Dan ada apakah kalian dengan dan TERHADAP WAHYU?...
Padahal WAHYU itu...
Dari ALLŐH Subhãnahu wa Ta'ãlå....
Apa yang kalian akan tuduhkan kepada YANG BERFIRMAN?....
SAMAKAH ORANG YANG "BUTA" DENGAN ORANG YANG "MELIHAT" ?...
Orang yang BERPEGANG TEGUH PADA WAHYU ADALAH ORANG YANG "MELIHAT"...
Dan sebaliknya....
ORANG YANG MENYELISIHI DAN ATAU MENOLAK WAHYU ADALAH ORANG YANG "BUTA"....
Yang BUTA adalah HATINYA...
Dan bukan buta MATA PENGLIHATAN-nya....
Duhai...
DIKEMANAKAN kah AKAL PIKIRAN ?
لا حول ولا قوة إلا بالله
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd ~)
(130) Pewaris Bumi
(وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ)
[Surat Al-Anbiya' : 105]
Artinya:
"Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shőlih."
Renungan :
Tidak sedikit kalangan mengira...
Bahwa bumi ini...
Dan atau langit dan jagat raya ini...
Terjadi dengan sendirinya...
Dan tidak ada yang memiliki dan menguasainya....
Karenanya...
Mereka SALING BEREBUT untuk menjadi pemilik dan penguasanya dengan cara apapun...
Tidak sedikit kalangan yang berambisi...
Untuk memusnahkan penghuni bumi lainnya...
Agar HANYA DIA yang boleh menikmatinya....
Tidak sedikit pula kalangan yang NGOYO MERAIH BENDA di dunia ini....
Sembari dia LALAI....
Yang penting meraihnya...
Yang penting menguasainya...
Bila perlu, hingga tujuh generasi dari turunannya...
Padahal segenap benda itu...
Ada yang mengawasi dan mengaturnya...
KETAHUI dan SADARI...
Bahwa BUMI dengan apa yang terkandung di dalamnya....
Dan apa yang terdapat di permukaannya...
Serta apa yang ada di atasnya...
HANYA akan ALLŐH wariskan pada HAMBA-HAMBA-NYA YANG SHŐLIH...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd. ~)
(129) Perbuatan Keji ini adalah Isrof, Ijrom dan 'Ady
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ * إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ * وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ * فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ * وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِين
[Surat Al-A'rőf ayat 80 - 84]
Artinya:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji (fãhisyah) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu syahwatmu (kepada mereka), bukan kepada wanita. Kamu ini benar-benar adalah kaum yang melampaui batas.
Jawab kaumnya tidak lain hanyalah mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri".
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya, kecuali isterinya; (karena) dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Juga:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ * وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ * قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ
[Surat Asy-Syu'arő ayat 165 - 167]
Artinya:
"Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia,
dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas".
Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir."
Renungan :
PERBUATAN KEJI ini telah DIHAPUS sejak KEROSŪLAN MUHAMMAD Sholallőhu 'Alaihi Wassallam...
Kekejian ini BARU MUNCUL sejak masa KAUM NABI LUTH...
Kekejian ini belum pernah ada sebelum itu...
PELAKU KEKEJIAN ini oleh TUHAN SEMESTA ALAM disebutnya sebagai MUSRIF (berlebih-lebihan), MUJRIM (orang yang berdosa) dan 'ÃDY (melampaui batas)....
PELAKU PERBUATAN KEJI INI justru MENUDING sok suci pada orang yang menasehatinya,
Bahkan MENGANCAM dengan MENGUSIR mereka dari tanah tumpah darahnya....
PERBUATAN KEJI ini MENGUNDANG ADZAB DAHSYAT PENUH MURKA dari Allőh Subhãnahu Wa Ta'ãlã....
Yaitu....
ALLŐH AKAN BALIK BUMI INI LALU MEREKA AKAN TERPENDAM DI DALAMNYA...
Bahkan akan DILEMPARI BATU DARI NERAKA....
KEKEJIAN ini adalah SEX YANG MENYIMPANG....
Dimana perjodohan bukan lah antara Laki-Laki dan Perempuan...
Akan tetapi MEREKA MEROBAHNYA menjadi PEREMPUAN DENGAN PEREMPUAN, dan LAKI-LAKI DENGAN LAKI-LAKI...
Marilah kita cegah dengan iman, ilmu, dan nahi mungkar....
SAYANGILAH DIRI DAN UMMAT MANUSIA...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. PD. ~)
(128) Penyesalan Orang yang Tidak Mentaati Rosũl
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا * وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا * رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
[Surat Al-Ahzab ayat 66 - 68]
Artinya:
"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".
Renungan :
MAU ???...
Kalau sudah Allőh adzab terlebih dahulu di dalam adzab neraka, BARU MENYESAL ???...
TIDAK SEDIKIT orang yang mengatakan, "Susah-susah amat.... KITA TA'ATI saja PEMBESAR DAN PEMIMIPIN kita.... Kan mereka yang akan mempertanggung-jawabkan perkara kita dihadapan Allőh pada HARI PEMBALASAN?....
TAQLID itu memang PRAKTIS dan MUDAH...
TAQLID itu memang TIDAK RUWET...
TAQLID itu TINGGAL IKUT, lalu AMAN...
TAQLID itu TIDAK PERLU BELAJAR....
TAPI, renungkan AKIBATNYA...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd ~)
(127) Konsisten
(إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ)
[Surat Fussilat ayat 30]
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allőh" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allőh kepadamu".
Juga:
(إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
[Surat Al-Ahqaf ayat 13 - 14]
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allőh", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan."
Renungan :
Di Dunia anda akan BEBAS dari TAKUT MENGHADAPI MASA DEPAN....
Bahkan bebas dari SEDIH SAAT ANDA INGAT MASA LALU...
Bahkan KEDUANYA akan anda raih di akherat lebih sempurna...
Semuanya anda dapat raih dengan KONSISTEN...
Nyatakan dengan HATIMU, dengan LISANMU dan dengan BUKTI NYATA AMALMU....
Bahwa hanya ALLŐH adalah TUHAN-mu...
Jangan PLINTAT-PLINTUT....
Jangan MENCLA-MENCLE...
Jangan PLIN-PLAN...
Dan jangan TENGOK KIRI DAN KANAN....
Karena...
JALAN LURUS itu BUKAN LEBIH DARI SATU....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd ~)
(126) Prasangka Penyebab Rugi
Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã berfirman dalam QS. Fushshilat (41) ayat 20-23 :
حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ * وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ * وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya :
(20) "Sehingga apabila mereka sampai ke neraka; pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan.
(21) Dan mereka berkata kepada kulit mereka, " Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?"
(Kulit) mereka menjawab, "Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allőh, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dia lah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
(22) Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu; bahkan KAMU MENGIRA ALLŐH TIDAK MENGETAHUI banyak tentang APA YANG KAMU LAKUKAN.
(23) Dan ITU ADALAH DUGAANMU yang telah KAMU SANGKAKAN TERHADAP TUHAN-MU, (DUGAAN itu) telah MEMBINASAKAN KAMU, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang merugi."
Renungan :
Orang kãfir mengira bahwa prasangka mereka adalah benar.
Mereka mengira bahwa di dunia ini boleh semau sendiri....
Mereka mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan setelah mereka mati....
Mereka mengira bahwa tubuh mereka, pendengaran mereka, penglihatan mereka; bahkan kulit mereka akan menjadi hancur, punah; lalu tidak bisa berbicara...
Mereka mengira bahwa kehidupan di dunia ini tidak akan pernah dimintai pertanggungjawaban....
Mereka mengira bahwa surga itu mereka yang menentukan....
Mereka mengira bahwa apa yang mereka sembunyikan di dalam dada mereka adalah suatu kebenaran...
Mereka mengira bahwa perbuatan mereka, ulah mereka, makar mereka, rencana jahat mereka, kedzoliman mereka tidaklah diketahui oleh Allőh Subhãnahu wa Ta'ãla...
Akhir dari prasangka yang buruk dan salah ini akan justru menjerumuskan mereka ke dalam api neraka...
Na'ūdzu billãhi min dzãlik...
Maka ambillah ibroh,
Wahai kaum Muslimin...
Dan jangan mengambil ibroh dari orang kãfir...
Jadikanlah Al Qur'an dan Sunnah Muhammad Rosūlullőh sholallőhu 'alaihi wassallam sebagai sumber panduan dan pembimbing hidup yang lurus dan yang pasti akan membuat kita selamat...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd ~)
(125) Akibat Kebodohan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
"Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ãsh, beliau berkata:
"Aku mendengar Rosūlullőh shollallőhu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allőh tidak akan mencabut 'ilmu begitu saja dari manusia, akan tetapi Allőh mencabut 'ilmu dengan cara mewafatkan para 'ulama, sehingga bila tidak lagi tersisa seorang 'ãlim pun maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, kemudian ketika mereka (pemimpin itu) ditanya maka mereka berfatwa tanpa 'ilmu, sehingga menyebabkan mereka sendiri sesat dan menyesatkan orang lain."
(~ HR Al Bukhőry no: 86 dan Muslim nomor: 2673 ~)
Renungan :
KEBODOHAN adalah SUMBER PETAKA.
Kebodohan telah menjadikan tuannya sebagai korban...
Karena bukannya menyelamatkan...
Malah menyesatkan...
Kebodohan telah menyebabkan korban terhadap orang lain,
karena orang lain juga menjadi disesatkan...
Orang yang bodoh,
betapapun niat baiknya tidak dapat diharapkan terjadi perbaikan...
Bahkan yang pasti adalah bukan memperbaiki,
akan tetapi justru merusak...
Bukan saja sekedar merusak bumi seisinya,
akan tetapi bahkan merusak akheratnya...
Jika manusia sesat...
Berarti dia celaka...
Jika dia celaka...
Dunia sengsara,
Akherat pun neraka...
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M. Pd ~)
(124) Krisis Akhlaq
"زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي . فَزَمَّلوهُ حتَّى ذهَبَ عنهُ الروعُ . قالَ لخَدِيجَةَ : ( أيْ خَدِيجَةُ ، مَا لِي ، لقدْ خَشِيتُ على نفسِي ) . فأخبرَهَا الخَبَرَ ، قالتْ خَدِيجَةُ : كلَّا ، أَبْشِرْ ، فواللهِ لا يُخْزِيكَ اللهُ أبدًا ، فواللهِ إنَّكَ لَتَصِلُ الرحِمَ ، وتصدُقُ الحديثَ، وتَحْمِلُ الكَلَّ ، وتَكْسِبُ المَعْدُومَ ، وتَقْرِي الضَّيْفَ ، وتُعِينُ على نَوَائِبِ الحقِّ
Artinya & Renungan
Sepulangnya Rosūlullőh Sholallőhu 'alaihi wassallam dari Gua Hira menerima Wahyu, beliau pulang ke rumahnya dan mengatakan kepada Khodījah rhodiyallőhu 'anha -- istrinya, "Selimuti aku, selimuti aku..."
Dan pada saat diselimuti oleh Khodijah, beliau Sholallőhu 'alaihi wassallam mengatakan, "Wahai Khodijah, apa yang terjadi pada diriku?... Aku takut terjadi sesuatu pada diriku..."
Lalu Khodijah rhodiyallőhu 'anha seraya menyahut, "Tidak... Justru, demi Allőh, Allőh sama sekali tidak akan menghinakanmu. Demi Allőh, engkau adalah orang yang MENYAMBUNG SILATURROHIM, BENAR DALAM BERBICARA, TAHAN UJI, MEMBANTU ORANG yang LEMAH, MENGHORMATI TAMU & MENOLONG KEBENARAN."
Hadits yang diriwayatkan dari 'Ã'isyah rhodhiyallőhu 'anha, dan diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhőry no: 4953 ini, menampakkan kepada kita bahwa inilah KARAKTER MANUSIA PILIHAN, bahkan sebelum menjadi Nabi & Rosūl.
Kita telah menjadi Muslim sekian lama...
Apakah karakter dan sifat ini telah ada, menjadi bakat setiap kita ?
Setelah menjadi Muslim, pastinya sifat dan karakter itu semestinya lebih dan menonjol...
Akan tetapi...
Jika ada seorang Muslim yang justru tidak ada dari sikap-sikap diatas, berarti....
Kemanusiaannya telah tercemar,
sebelum ke-Islaman-nya.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc.M.M.Pd. ~)
(123) Mengolok-Olok?
(وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ)
[Surat At-Tawbah : 65]
Artinya:
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Renungan :
BESAR RESIKO MENGOLOK-OLOK ALLŐH dan ROSŪLULLŐH dan atau ISLAM itu, sedemikian rupa bisa MENGELUARKAN seseorang DARI ISLAM-nya....
Tapi di negara seperti Indonesia ini, paling tergantung NIAT si pelakunya....
ALLŐH MAHA MENGETAHUI APA YANG DIRAHASIAKAN....
MENGOLOK-OLOK ATAU BUKAN, yang pasti ALLŐH yang akan membalasnya...
Tidak di dunia ini ya paling di Akhirat....
"Urusan demikian paling YANG BERWENANG lah yang MENGUSUTNYA...."
"Kalau kita jangan MEMBIKIN KUSUT diantara kita; kan SUDAH ADA JALUR masing-masing...."
"UKHUWWAH di atas jalan ALLŐH tetap harus DIJAGA. Walau tetap harus SALING BERPESANAN diantara kita...."
Yang pasti, setiap kita akan dimintai pertanggung-jawaban pada saat MULUT DIBUNGKAM...
dan SELURUH TUBUH yang dimintai PERSAKSIAN...
Dan hati-hatilah MULUT kita, perbuatan dan sikap kita; termasuk JEMARI kita yang kita suka mejet-mejet HP...
Semua itu akan dimintai PERTANGGUNGAN-JAWAB.
والله أعلم بالصواب
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(122) Lalai
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ)
(QS Al Munafiqūn ayat 9)
Artinya:
"Hai orang-orang beriman, janganlah HARTAMU dan ANAK-ANAKMU MELALAIKAN KAMU dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi."
Renungan :
Bisa dibayangkan kah? ...
Allőh mengajak agar kita BERUNTUNG.....
Tapi....
Tidak sedikit manusia yang justru lebih memilih RUGI....
SEKEDAR MENGINGAT ALLŐH....
Berapa banyak dari kita justru LALAI....
Kita harus SADAR....
Di dunia ini banyak hal yang menyebabkan kita menjadi lalai dan jauh dari Allőh...
Dia yang kita CINTAI dan menyebabkan kita "bahagia"....
Tapi dibalik itu semua...
Jika kita tidak pandai,
maka kita akan terbuai lalu kita lupa akan Allőh
HARTA dan ANAK ...
Keduanya bisa membuat kita lupa bahkan jauh dari Allőh....
Maka SADARILAH SELALU akan langkah kita,
menjauhkan ataukah mendekatkan kita pada Allőh ?
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(121) Larangan Putus Asa dari Rohmat Allőh
(قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ)
[Surat Az-Zumar : 53]
Artinya:
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Renungan :
Seandainya kita adalah orang yang merasa dan mengaku "orang yang BERLEBIHAN TERHADAP DIRINYA", dengan mengabaikan perintah Allőh, dan atau justru terjerumus ke dalam larangan Allőh....
dalam bentuk kekufuran atau kefasikan atau ma'shiyat apa saja....
Maka jangan panik...
Jangan putus asa....
Jangan putus harapan....
SEGERALAH MENGHADAP ALLŐH yang MAHA PENGAMPUN...
Atas SEGALA DOSA APAPUN....
Kita butuh untuk menyadari kesalahan dan dosa kita...
Kita dilarang putus asa dari kasih sayang Allőh...
Yakinlah bahwa dengan Maha kasih dan Maha sayang-Nya,
Allőh akan mengampuni SEGALA DOSA KITA....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M.Pd. ~)
(120) Kita Tinggal Mengikuti
(وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ)
[Surat Az-Zumar : 55]
Artinya:
"Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya."
Renungan :
Sadarlah...
ADZAB ALLŐH itu bisa saja menjemput anda TIBA TIBA...
Tanpa ANDA MENYADARINYA dan MEMPERHITUNGKAN SEBELUMNYA....
Anda ingin terbebas dari ancaman itu?
Anda ingin tenang dari ancaman itu?
Anda ingin selamat?
Anda ingin berakhir dari hidup ini dengan tenang dan penuh kebaikan?
Anda ingin hidup tenang dan tentram?
IKUTI ISLAM...
IKUTI AJARAN YANG BERASAL DARI ALLŐH...
IKUTI WAHYU...
IKUTI AL QUR'AN...
IKUTI MUHAMMAD ROSŪLULLŐH DENGAN SUNNAH-SUNNAHNYA...
ALLŐH YANG MEMBERI GARANSINYA PADA ANDA....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(119) Karakter Perusak
(إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ)
[Surat Al-Qasas : 4]
Artinya:
"Sesungguhnya FIR'AUN telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan MENJADIKAN PENDUDUKNYA BERPECAH-BELAH, dengan MENINDAS SEGOLONGAN DARI MEREKA, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."
Renungan :
Banyak yang TIDAK SADAR...
Bahwa FIR'AUN itu bukan sekedar PENGUASA,
tetapi PERUSAK BUMI...
Perilakunya SEWENANG-WENANG...
MEMECAH BELAH RAKYATNYA BERKEPING-KEPING....
Yang satu seolah dimuliakan, yang lain di hinakan....
Yang satu diangkat, yang lain dijatuhkan....
Yang satu diakui, yang lain diusir...
Yang laki-laki dibunuh, yang perempuan diberi kehidupan...
Yang laki-laki dijadikan seperti perempuan, yang perempuan dijadikan seperti laki-laki....
Yang laki-laki tidak dikembangkan menjadi pemimpin dan ksatria, sementara yang perempuan diusung agar memimpin dan berkuasa...
maka...
FIR'AUN adalah PERUSAK
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(118) Masing-Masing
(قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ)
[Surat Al-Baqarah : 139]
Artinya:
"Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati".
Renungan :
Jika manusia menolak diseru untuk meyakini ISLAM sebagai PEDOMAN HIDUP, dan tetap pada KESYIRIKAN DAN KEKUFURANnya, maka PILIHANNYA adalah: BAGI KALIAN AMALAN KALIAN DAN BAGI KAMI JUGA AMALAN KAMI.
Jika kalian tetap di jalan itu maka kami akan tetap di jalan TAUHID.
Sudahkan kita berani berbeda karena memang keyakinan dan pedoman kita berbeda ?
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M. M.Pd. ~)
(117) Adzab Allőh Mana yang Anda Suka
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
[Surat Al-Ankabut : 40]
Artinya:
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya HUJAN BATU KERIKIL dan diantara mereka ada yang ditimpa SUARA KERAS YANG MENGGUNTUR, dan diantara mereka ada yang Kami BENAMKAN KE DALAM BUMI, dan diantara mereka ada yang Kami TENGGELAMKAN, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi MEREKA LAH YANG MENGANIAYA DIRI MEREKA SENDIRI."
Renungan :
Telah berlalu pada ummat manusia berbagai kaum dan bersama itu pula telah Allőh utus berbagai Nabi dan Rosūl....
Allőh Subhãnahu wa Ta'ãlã dengan Rohmat-Nya menghendaki agar manusia selamat dan bahagia di dunia dan di Akherat....
Tetapi...
Karena manusia menolak Rohmat Allőh...
menolak pedoman Utusan Allőh....
Dan MEMPERTUHANKAN KEHENDAKNYA,
maka MURKA DAN PETAKA yang Allőh RASAKAN pada mereka.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(116) Yang Manakah Kita ?
عن أبي كَبْشَةَ الأَنَّمَارِيُّ رضي الله عنه أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :
إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ المَنَازِلِ،
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ،
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ.
رواه الترمذي (2325) ، وأحمد (18031) وقال الترمذي : " هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ " ، وصححه الألباني في "صحيح سنن الترمذي
Artinya:
Dari Abu Kabsyah Al Anmari ia mendengar صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Tiga Hal, aku bersumpah atasnya dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
(1) "Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah,
(2) Tidaklah seseorang diperlakukan secara lalim lalu ia bersabar, melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan untuknya, dan
(3) Tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta, melainkan Allah akan membukakan pintu kemiskinan untuknya -- atau kalimat sepertinya.”
Dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya Dunia itu untuk empat orang :
Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik,
Kedua, selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: 'Andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan', maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan; pahala mereka berdua sama,
Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabb-nya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk,
Keempat,
selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: 'Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan mengelola hartanya', dan niatnya benar, dosa keduanya sama."
Al Imãm At Turnudzy berkata hadits ini hasan shohīh dan syaikh Nashiruddin Al Albany juga men-shohīh-kannya.
Renungan :
HARTA, ILMU dan NIAT adalah begitu urgennya, sehingga memungkinkan kita menjadi BERKEDUDUKAN MULIA dalam pandangan Allőh سبحانه وتعالى.
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(115) Kunci Hindari Petaka
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
رواه البخاري 6744 ومسلم : 2380 وأحمد :10127
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ismail: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Abu Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi sholallõhu ‘alaihi wassallam, beliau bersabda: “Biarkanlah apa yang akau tinggalkan untuk kalian, hanyasanya orang-orang sebelum kalian binasa, karena mereka gemar bertanya dan menyelisihi Nabi mereka; jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian.”
Renungan :
Tidak mudah TIDAK MENYELISIHI NABI Dan TIDAK NGEYEL itu....
Sebagaimana...
Tidak mudah MENDAPAT TAUFIQ untuk SENANTIASA menapaki HIDUP ini SESUAI dengan TUNTUNAN NABI....
Karenanya....
Kebanyakan manusia menjadi TERSESAT.....
الله المستعان
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(114) Bergandeng Tangan dalam Merusak
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌا
Artinya:
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” - [QS. Al-Anfal (8) : 73]
Renungan :
Ibnu Katsĩr رحمه الله
dalam tafsirnya berkata :
"ومعنى قوله "إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير" أي إن لم تجانبوا المشركين وتوالوا المؤمنين وإلا وقعت فتنة في الناس وهو التباس. الأمر واختلاط المؤمنين بالكافرين فيقع بين الناس فساد منتشر عريض طويل.
Jika kalian TIDAK MENJAUHI MUSYRIKIN, jika kalian TIDAK LOYAL PADA MU'MININ, maka FITNAH pastilah akan MENIMPA manusia, perkara menjadi bias dan mu'min akan bercampur baur dengan orang-orang kafir; sehingga mengakibatkan di tengah manusia terjadi kerusakan yang tersebar, merebak dan dalam waktu yang lama
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(113) Sesat Menyesatkan
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله تعالى عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : (إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالاً فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا)
Artinya:
Dari 'Abdullőh Bin Amr Bin Al 'Ãsh رضي الله عنه, beliau berkata : “Aku mendengar Rosūlullőh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya Allőh سبحانه وتعالى tidak akan mencabut 'ilmu sekaligus dari manusia. Akan tetapi, Allőh mencabut dan mengangkat 'ilmu itu dengan mewafatkan para Ulama. Ketika tidak tersisa dari para Ulama, maka manusia mengambil pemimpin-pemimpin yang jãhil. Maka mereka pun ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa 'ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” - (HR. Al Bukhőry no: 100 dan HR. Muslim no: 2673)
Renungan :
'Ulama Ahlus Sunnah yang faqīh 'ilmu-nya, mereka adalah PENJAGA....
'Ulama adalah PEMIMPIN,
'Ulama adalah MUFTI (yang mengeluarkan Fatwa)....
Ummat menjadi KACAU, TERSESAT, bahkan KEHANCURAN DUNIA semakin menjemput adalah pada saat GHOIB-nya 'ULAMA.....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(112) Semakin Kufur Semakin Merusak
(وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَىٰ وَلْيَدْعُ رَبَّهُ ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ)
Artinya:
"Dan berkatalah Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi" - [QS. Ghafir (40) : 26]
Perhatikan :
Namanya KUFUR itu, bukan melahirkan rasa aman, apalagi toleransi....
Justru mendatangkan rasa takut,
walaupun dia "TUHANNYA" sekalipun.....
Gejala takut itu hingga tampak dari membabi buta dari BURUK SANGKA, HINGGA MEMBUNUH Nabi sekalipun....
SEMAKIN KUFUR SEMAKIN MERUSAK.....
tetapi TIDAK TERASA....
(~ Ust. Achmad Rofi'i, Lc. M.M.Pd. ~)
(111) Ketaatan Yang Tidak Mutlak
Dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
سَيَلِيأُمُورَكُمْبَعْدِي،رِجَالٌيُطْفِئُونَالسُّنَّةَ،وَيَعْمَلُونَبِالْبِدْعَةِ،وَيُؤَخِّرُونَالصَّلاَةَعَنْمَوَاقِيتِهَافَقُلْتُ : يَارَسُولَاللهِ،إِنْأَدْرَكْتُهُمْ،كَيْفَأَفْعَلُ؟قَالَ : تَسْأَلُنِييَاابْنَأُمِّعَبْدٍكَيْفَتَفْعَلُ؟لاَطَاعَةَ،لِمَنْعَصَىاللَّهَ
Artinya:
“Akan mengurusi perkara kalian orang-orang setelah aku, dimana mereka memadamkan sunnah, mereka mengerjakan Bid’ah, mereka mengakhirkan sholat dari waktu-waktunya.”
Lalu aku (‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه) bertanya, “Wahai Rosuulullooh, jika aku mengalami zaman mereka, bagaimanakah aku harus berbuat?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Wahai Ibnu ummi ‘abdin, engkau bertanya apa yang harus engkau perbuat? Tidak ada ketaatan terhadap siapapun yang berma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى.”
(HR. Ibnu Maajah no: 2865, di-Shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله dalam Shohiih Sunnan Ibnu Maajah)
(110) Tidak Wajib Taat Dalam Ma'shiyat
قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم : السمع والطاعة على المرء المسلم، فيما أحب وكره، ما لم يؤمر بمعصية، فإذا أمر بمعصية؛ فلا سمع ولا طاعة
Artinya:
Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda, “Mendengar dan taat itu wajib atas seorang Muslim, baik dalam perkara yang dia suka, maupun yang dia benci; selama tidak diperintah dengan ma’shiyat. Jika diperintah ma’shiyat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat.”
(Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 7144, dari ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه)
(109) Wahyu Syirik
قال الله تعالى: وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Artinya:
Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Dan sesungguhnya syaithoon-syaithoon itu memberikan wahyunya kepada para walinya, agar mereka mendebat kalian; dan jika kalian taati mereka maka sesungguhnya kalian benar-benar menjadi orang-orang musyrik.”
(QS. Al An’aam (6) ayat 121)
(108) Cacian Terhadap Shohabat Rosuulullooh
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
Artinya:
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم telah bersabda, “Janganlah kalian mencaci shohabat-shohabatku! Janganlah kalian mencaci shohabat-shohabatku! Demi yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya seorang dari kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan menyamai satu raupan (-- tangan -- pent.) bahkan tidak setengahnya.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2540, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(107) Wujud Lain Dari Thooghuut
Pada suatu hari muncullah seorang pemuda yang gagah perkasa, sehingga Abu Hurairoh رضي الله عنه meriwayatkan bahwa para Shohabat berkata, “Seandainya pemuda ini menjadikan kepemudaan dan kegagah-perkasaannya di jalan Allooh سبحانه وتعالى.”
Didengarnya perkataan ini oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, lalu beliau صلى الله عليه وسلم bersabda,
وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلاَّ مَنْ قُتِلَ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى نَفْسِهِ لِيُعِفَّهَا فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى التَّكَاثُرِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ الشَّيْطَانِ
Artinya:
“Dan apakah di jalan Allooh سبحانه وتعالى itu hanya orang yang terbunuh (-- syahid -- pent.)?
Barangsiapa yang berupaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, maka dia di jalan Allooh سبحانه وتعالى.
Dan barangsiapa yang berusaha untuk menafkahi keluarganya, maka dia di jalan Allooh سبحانه وتعالى.
Dan barangsiapa berusaha untuk membersihkan hatinya (-- berusaha mencari rizqy untuk mencukupi kebutuhan dirinya agar dia tidak meminta-minta kepada orang -- pent.), maka dia di jalan Allooh سبحانه وتعالى.
Dan barangsiapa yang berusaha untuk berbanyak-banyak (-- tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, dan ingin selalu menambah dan memperbanyak -- pent.), maka dia di jalan syaithoon.” Dan dalam riwayat yang lain: “… di jalan Thooghuut.”
(Hadits Riwayat Imaam Al Baihaqy dalam “As Sunnan Al Kubro” no: 18280 dan Al Imaam Ath Thobroony dalam “Al Mu’jam Al Ausath” no: 4214 dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam “Silsilah Hadits Shohiih” no: 2232 dan 3248)
(106) Qodho Sholat Yang Benar
قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا
Artinya:
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Barangsiapa yang lupa suatu sholat atau ketiduran, maka kaffaarotnya (penghapusnya) adalah sholat ketika dia tersadar.”
(Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1600, dari Anas bin Maalik رضي الله عنه)
Dalam riwayat lain:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِى
Artinya:
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Jika seorang dari kalian ketiduran dari sholat, atau tidak sadar meninggalkannya, maka sholatlah ketika menyadarinya, sebab Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Tegakkanlah sholat agar mengingat Aku”.”
(Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1601, dari Anas bin Maalik رضي الله عنه)
(105) Ambillah Jalan Orang Shoolih Sebelum Kalian
قال حذيفة بن اليمان رضي الله عنه : كل عبادة لم يتعبد بها أصحاب رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم فلا تتعبدوا بها؛ فإن الأول لم يدع للآخر مقالاً؛ فاتقوا الله يا معشر القراء، خذوا طريق من كان قبلكم
Artinya:
Telah berkata Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, “Setiap Ibadah yang tidak pernah dikerjakan para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, maka jangan kalian beribadah dengannya,
sebab generasi awal tidak meninggalkan kesempatan kepada generasi berikutnya, maka bertaqwalah kepada Allooh سبحانه وتعالى wahai segenap para Pembaca. Ambillah oleh kalian jalan orang shoolih sebelum kalian.”
(Dari Kitab “Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’” karya Al Imaam As Suyuuthy رحمه الله)
(104) Keutamaan Syahiid
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطَى الشَّهِيدُ سِتَّ خِصَالٍ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهِ يُكَفَّرُ عَنْهُ كُلُّ خَطِيئَةٍ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُؤَمَّنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ
Artinya:
Telah bersabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, “Diberikan kepada seorang Syahiid 6 perkara pada saat darah pertamanya tercurah:
1. Dihapuskan seluruh kesalahannya
2. Diperlihatkan tempat duduknya didalam surga
3. Dijodohkan dengan bidadari
4. Diberi rasa aman dari ketakutan pada hari Kiamat
5. Diberi rasa aman dari adzab kubur
6. Diberi hiasan dengan hiasan iman
(Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 17783 dari Qois Al Judzaamy رضي الله عنه Menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth Hadits ini Hasan)
(103) Akibat Banyak Tertawa
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف به ومن أكثر من شيء عرف به ومن كثر كلامه كثر سقطه ومن كثر سقطه قل حياؤه ومن قل حياؤه قل روعه ومن قل روعه مات قلبه
Artinya:
Berkata 'Umar bin Khoththoob رضي الله عنه:
"Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya.
Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.
Barangsiapa yang memperbanyak sesuatu, maka dengannya dia dikenal.
Barangsiapa yang banyak berbicara, maka akan banyak salahnya.
Barangsiapa yang banyak salahnya, maka akan berkurang malunya.
Barangsiapa yang berkurang malunya, maka akan berkurang pula waro' (kehati-hatian dalam hidup)-nya.
Barangsiapa yang bekurang waro'-nya, maka akan mati hatinya."
(Diriwayatkan oleh Al Imaam Al Baihaqy dalam Kitab "Syu'abul 'Iimaan" no: 5019)
(102) Diantara Wasiat Luqmaanul Hakiim pada Putranya
قال لقمان لابنه : يا بني لا تكثر الضحك من غير عجب ولا تمشي من غير أرب ولا تسأل عما لا يعنيك ولا تضيع مالك وتصلح مال غيرك فإن مالك ما قدمت ومال غيرك ما أخرت
Artinya:
Telah berpesan Luqmaanul Hakiim pada putranya:
"Wahai anakku, jangan engkau memperbanyak tertawa tanpa kekaguman.
Jangan engkau berjalan pada jalannya.
Jangan engkau bertanya tentang perkara yang tidak berguna untukmu.
Jangan engkau sia-siakan hartamu, sedangkan engkau memperbaiki harta orang lain.
Sesungguhnya hartamu adalah apa yang engkau segerakan, dan harta selainmu adalah apa yang engkau akhirkan."
(Dinukil dari Kitab "Faidhul Qodiir" karya Imaam Al Manaawy I/124)
(101) Pesan Khidir untuk Musa عليه السلام
وقال موسى للخضر أوصني فقال : كن بساما ولا تكن غضابا وكن نفاعا ولا تكن ضرارا وانزع عن اللجاجة ولا تمش في غير حاجة ولا تضحك من غير عجب ولا تعير الخطائين بخطاياهم وابك على خطيئتك يا ابن عمران
Artinya:
Telah berkata Musa عليه السلام terhadap Khidir, "Berilah aku pesan."
Maka Khidir berkata,
"Jadilah engkau orang yang suka tersenyum, dan jangan menjadi orang yang pemarah.
Jadilah engkau orang yang banyak memberi manfaat, dan jangan menjadi orang yang menjadi sumber bahaya (madhorot).
Cabutlah sifat membangkang, dan jangan engkau berjalan tanpa keperluan.
Jangan engkau tertawa tanpa kekaguman.
Jangan engkau mempermalukan orang yang salah karena kesalahan mereka.
Menangislah terhadap kesalahanmu, wahai putra 'Imron."
(Dinukil dari Kitab "Faidhul Qodiir" karya Imaam Al Manaawy I/124)
(100) Aneh Pada 4 Perkara
وفي صحف موسى عجبا لمن أيقن بالنار كيف يضحك عجبا لمن أيقن بالموت كيف يفرح عجبا لمن أيقن بالقدر كيف ينصب عجبا لمن رأى الدنيا وتقلبها بأهلها كيف يطمئن إليها
Artinya:
Sungguh aneh orang yang meyakini adanya neraka, namun bagaimana dia masih tertawa?
Sungguh aneh orang yang meyakini adanya kematian, namun bagaimana dia masih bisa bersenang-senang?
Sungguh aneh orang yang meyakini takdir, namun bagaimana dia masih bersantai-santai?
Sungguh aneh orang yang melihat dunia dan gelimangnya, namun bagaimana dia masih merasa tentram?
(Dinukil dari Kitab "Faidhul Qodiir" karya Imaam Al Manaawy I/124)
(99) Menangis dari 4 Perkara
عن عقبة بن أبي الصَّهباء قال: لما ضرب ابن ملجم - لعنة الله - أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضوان الله عليه دخل عليه الحسن رضوان الله عليه - وهو باكٍ - فقال: ما يبكيك يا بني ؟ قال: وما لي لا أبكي، وأنت في أول يوم من الآخرة وآخر يوم من الدنيا ؟! قال يا بني، احفظ عني أربعاً وأربعاً، لا يضرك ما عملت معهن. قال: وما هن يا أبَه ؟ قال: " أغنى الغنى العقل، وأكبر الفقر الحمق، وأوحش الوحشة العُجب، وأكرم الحسب حسن الخُلق " . قال: يا أبَهْ هذه الأربع فأعطني الأربع. قال: " يا بني، إياك ومصادقة الكذاب؛ فإنه يقرّب عليك البعيد، ويبعد عليك القريب. وإياك ومصادقة الأحمق؛ فإنه يريد أن ينفعك فيضرك. وإياك ومصادقة البخيل؛ فإنه يقعد عنك أحْوج ما تكون إليه. وإياك ومصادقة الفاجر، فإنه يبيعك بالتافه
Artinya:
Dari ‘Uqban bin Abi Ash Shohbaa’ رضي الله عنه, berkata, “Ketika Ibnu Muljam (-- semoga Allooh SWT mengutuknya --) memukul ‘Aamiirul Mu’miniin Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه, masuklah Hasan رضي الله عنه pada beliau dalam keadaan menangis, maka berkatalah Ali رضي الله عنه, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”
Hasan رضي الله عنه menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis, sedangkan ayahku di hari pertama menuju akherat dan hari terakhir dari dunia (-- kematian --)?”
Ali رضي الله عنه berkata, “Wahai anakku, ingatlah dariku 4 perkara, niscaya 4 perkara tidak akan membahayakanmu jika kamu mengetahuinya.”
Hasan رضي الله عنه berkata, “Apakah itu wahai ayahku?”
Ali رضي الله عنه menjawab,
1. “Sekaya-kaya kekayaan adalah akal,
2. Seberat-seberat kemiskinan adalah dungu,
3. Sekejam-kejam kekerasan adalah ‘Ujub (Kagum diri),
4. Semulia-mulia keturunan adalah akhlaq yang baik.”
Hasan رضي الله عنه berkata, “Wahai ayahku, ini adalah 4 perkara, berikan padaku 4 perkara yang lainnya.”
Ali رضي الله عنه menjawab, “Wahai anakku,
1. Hindarilah olehmu berteman dengan pendusta, sebab dia mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,
2. Hindarilah olehmu berteman dengan orang dungu, sebab dia menginginkan manfaat padamu lalu membahayakanmu,
3. Hindarilah olehmu berkawan dengan orang kikir, sebab dia akan mendiamkan dari sesuatu yang kamu membutuhkannya
4. Hindarilah olehmu duduk dengan orang faasiq, sebab dia akan menjualmu dengan harga yang hina.”
(Dinukil dari Kitab “Lubaabul ‘Aadaab” karya ‘Usaamah bin Mungqidz I/4)
(98) Bagian dari Hidup
قال أبو الدرداء: ابنَ آدم طأ الأرض بقدمك فإنها عن قليل تكون قبرك؛ ابن آدم إنما أنت أيام، فكلما ذهب يوم ذهب بعضك؛ ابن آدم إنك لم تزل في هدم عمرك منذ يوم ولدتك أمك
Artinya:
Berkata Abud Darda رضي الله عنه,
“Wahai anak Adam, injaklah bumi dengan kakimu. Sesungguhnya kuburanmu hanya sedikit.
Wahai anak Adam, sesungguhnya hidupmu adalah hari-hari. Setiap pergi satu hari, berarti pergi pula bagian dari harimu.
Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau dalam keadaan menghancurkan umurmu, sejak dilahirkan oleh ibumu.”
(Dinukil dari Kitab “Al Jauhar An Naqi Al Multaqith Min Zuhdil Baihaqy” I/28)
(97) Hidup adalah Menit dan Detik
دقات قلب المرء قائلة له ... ... إن الحياة دقائق وثوان
فارفع لنفسك بعد موتك ذكرها ... ... فالذكر للإنسان عمر ثاني
تذكرة المتقين
Artinya:
Detak jantung seseorang mengatakan bahwa,
“Sesungguhnya hidup hanyalah menit dan detik.
Maka, tinggikanlah sebutan dirimu setelah matimu.
Sebab sebutan bagi seseorang adalah umur kedua.”
(Dinukil dari Kitab “Tadzkirotul Muttaqin” I/173)
(96) Jiwa Tokoh
قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ : فِي تَقَلُّبِ الْأَحْوَالِ تُعْرَفُ جَوَاهِرُ الرِّجَالِ
Artinya:
Seorang sastrawan berkata, “Melalui berbagai gejolak kehidupan, akan diketahui kesatriaan seseorang.”
(Dinukil dari Kitab “’Aadaabud Dunya Wad Diin” I/298)
(95) Menghidupkan Bid'ah dan Mematikan Sunnah
قال ابن عباس رضي الله عنهما: ابن عباس قال ما يأتى على الناس من عام إلا أحدثوا فيه بدعة وأماتوا فيه سنة حتى تحيى البدع وتموت السنن
Artinya:
‘Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنه berkata, “Tidaklah suatu tahun datang pada manusia, kecuali mereka pada tahun itu mengada-ada perkara Bid’ah, dan mematikan Sunnah, sehingga Bid’ah menjadi hidup dan Sunnah menjadi mati.”
(Dinukil dari Kitab “As Sunnan Al Waaridatu Fil Fitany” karya Abu ‘Amr Ad Daany III/612 no: 277)
(94) Tertawalah dan Menangislah
عن الحسن ومسلم ابن أبي عمران قالا قال سلمان أضحكني ثلاث وأبكاني ثلاث
قالوا وما هي يا سلمان قال أبكاني فراق الأحبة محمد وحزبه وهول المطلع عند سكرة الموت وموقفي بين يدي الرحمن لا أدري أساخط علي هو أم راض
قالوا وما أضحكك يا سلمان قال مؤمل الدنيا والموت يطلبه وغافل وليس بمغفول عنه وضاحك ملء فيه لا يدري ما يفعل الله به
Artinya:
Dari Al Hasan dan Muslim bin Abi ‘Imroon berkata, “Telah berkata Salman Al Faarisy رضي الله عنه :
3 perkara telah membuatku tertawa dan 3 perkara telah membuatku menangis.”
Mereka berkata, “Apa itu, wahai Salman?”
Salman رضي الله عنه berkata, “Membuatku menangis:
1. Berpisah dengan orang-orang yang kucintai, Muhammad صلى الله عليه وسلم dan pengikutnya
2. Dahsyatnya saat sakarotul maut.
3. Berdiriku di hadapan Allooh سبحانه وتعالى, sedangkan aku tidak tahu, marahkah Allooh سبحانه وتعالى padaku atau ridho’.
Mereka berkata, “Dan apa yang membuatmu tertawa, wahai Salman?”
Salman رضي الله عنه menjawab, “
1. Berangan-angan panjang dalam urusan dunia, padahal mati sedang menjemputnya
2. Lalai, padahal dia tidak dilalaikan
3. Tertawa memenuhi mulutnya, sedangkan dia tidak tahu apa yang akan Allooh سبحانه وتعالى perbuat padanya.”
(Dari Kitab “Thobaqootusy Syaafi’iyyatil Kubro” karya Imaam Taajuddiin As Subki رحمه الله)
(93) Tiga Jalan Selamat
عن عبد الله بن مسعود أتاه رجل فقال يا أبا عبد الرحمن علمني كلمات جوامع نوافع فقال له عبد الله لاتشرك به شيئا وزل مع القرآن حيث زال ومن جاءك بالحق فاقبل منه وإن كان بعيدا بغيضا ومن جاءك بالباطل فاردده عليه وإن كان حبيبا قريبا
Artinya:
Telah datang seseorang kepada ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه lalu berkata, “Wahai Abu ‘Abdurrohmaan, ajarilah aku kalimat yang padat tapi bermanfaat.”
Maka ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه menjawab:
1. Janganlah engkau menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى
2. Selalu lah engkau bersama Al Qur’an dimanapun dan kapan pun
3. Barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebenaran, maka terimalah darinya, betapa pun orang itu sangat jauh dan dibenci. Dan barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebaathilan, maka tolaklah darinya, betapa pun orang itu sangat dicinta dan dekat.”
(Dikutip dari “Shifatush Shofwah” no: I/419 karya Ibnul Jauzy رحمه الله)
(92) Iman dan Akhlaq Terpuji
قال عبد الله بن مسعود لا يبلغ عبد حقيقة الإيمان حتى يحل بذروته حتى يكون الفقر أحب إليه من الغنى والتواضع أحب إليه من الشرف وحتى يكون حامده وذامه عنده سواء قال ففسرها أصحاب عبد الله قالوا حتى يكون الفقر في الحلال أحب إليه من الغنى في الحرام والتواضع في طاعة الله أحب إليه من الشرف في معصية الله وحتى يكون حامده وذامه عنده في الحق سواء
Artinya:
Berkata ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, “Tidak akan seorang hamba sampai pada hakekat imaan sehingga menempati puncaknya (-- puncak imaan --), kecuali :
1. Dia lebih mencintai faqiir, daripada mencintai kaya
2. Dia mencintai tawaadhu’, daripada kehormatan
3. Dia menganggap sama orang yang memuji dan mencelanya.”
(Dikutip dari “Shifatush Shofwah” no: I/417 karya Ibnul Jauzy رحمه الله)
(91) Mencari Ridho Allooh atau Ridho Manusia
عن عبد الوهاب ابن الورد عن رجل من أهل المدينة قال : كتب معاوية إلى عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها أن اكتبي إلي كتابا توصيني فيه ولا تكثري علي فكتبت عائشة رضي الله عنها إلى معاوية سلام عليك أما بعد فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من التمس رضاء الله بسخط الناس كفاه الله مؤنة الناس ومن التمس رضاء الناس بسخط الله وكله الله إلى الناس والسلام عليك
Artinya:
Dari ‘Abdul Wahaab bin Al Wirdh, dari seseorang diantara penghuni Madinah berkata, “Mu’awiyyah رضي الله عنه telah menulis kepada ‘Aa’isyah رضي الله عنها (ummul mu’minin) :
“Tulislah padaku suatu tulisan yang didalamnya engkau menasehatiku dan jangan engkau perbanyak.”
Maka ‘Aa’isyah رضي الله عنها pun menulis kepada Mu’awiyyah رضي الله عنه
“Selamat atasmu:
Amma Ba’du,
Sungguh aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Barangsiapa mencari ridho Allooh سبحانه وتعالى dengan kemurkaan manusia, maka Allooh سبحانه وتعالى akan cukupkan dia dari beban manusia. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan murka Allooh سبحانه وتعالى, maka Allooh سبحانه وتعالى akan membiarkan dia tergantung pada manusia.
Wassalamu’alaika.”
(Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2414, di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله)
(90) Lebih Baik daripada Jihad
عن علي الأزدي قال سألت ابن عباس عن الجهاد فقال ألا أدلك على ماهو خير لك من الجهاد تبني مسجدا تعلم فيه القرآن وسنن النبي صلى الله عليه وسلم والفقه في الدين
Artinya:
Dari Al Azdy رحمه الله berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas رضي الله عنه tentang Jihad.”
Beliau رضي الله عنه menjawab, “Maukah kutunjukkan padamu sesuatu yang lebih utama daripada Jihad?”
Aku mengatakan, “Tentu.”
Beliau رضي الله عنه berkata, “Engkau bangun masjid, lalu engkau ajari ilmu waris (faro’idh) didalamnya, juga sunnah dan pemahaman tentang dienul Islam.”
(Dari Kitab “Jaami’ Bayaanil ‘Ilmy” oleh Ibnu ‘Abdil Barr رحمه الله)
(89) Keutamaan Infaq
قال أبي أمامة : أيها الناس لأنتم أضل من أهل الجاهلية إن الله تعالى قد جعل لأحدكم الدينار ينفقه في سبيل الله بسبعمائة دينار والدرهم بسبعمائة درهم ثم إنكم صارون
Artinya:
Abu Umamah رضي الله عنه berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian adalah lebih sesat dibandingkan dengan kaum Jahiliyyah. Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى telah menjanjikan salah seorang dari kalian 1 dinar yang diinfaqkan di jalan Allooh سبحانه وتعالىuntuk dilipatgandakan menjadi 700 dinar. Dan berinfaq 1 dirham dengan pahala 700 dirham.
Namun walau demikian, kalian tetap enggan.”
(Dari Kitab “Kanzul Ummal” oleh Al Muttaqii Al Hindy no: 44238)
(88) Ketaqwaan dan Keilmuan Seseorang
عن أبي الدرداء قال لا تكون تقيا حتى تكون عالما ولا تكون بالعلم جميلا حتى تكون به عاملا
Artinya:
Abu Darda رضي الله عنه berkata, “Engkau tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sehingga engkau menjadi orang yang ‘aalim. Dan engkau tidak akan tampak indah (mulia) dengan ilmu itu sehingga engkau mengamalkannya.”
(Dari Kitab “Jaami’ Bayaanil ‘Ilmy” karya Ibnu ‘Abdil Barr رحمه الله)
(87) Berlindung dari Tetangga yang Buruk
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : اللهم إني أعوذ بك من جار السوء في دار المقاومة فإن جار البادي يتحول
Artinya:
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم membaca, “Alloohumma inni ‘a’uudzu bika min jaarissuu’I fii daaril muqowwamati fa inna jaarobaadii yatahawwalu (Ya Allooh, sungguh aku berlindung kepadamu dari tetangga yang jelek, di negeri pemukimanku, sebab sesungguhnya tetangga musafir pendatang itu adalah berpindah-pindah).”
(Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hibban no: 1033, dan menurut Syu’aib Al Arnaa’uth sanadnya adalah Hasan)
(86) Imunisasi dari Al 'Aiin # 2
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
Artinya:
Dari ‘Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنهما, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memohon perlindungan kepada Allooh سبحانه وتعالى untuk Al Hasan dan Al Husein رضي الله عنهما, seraya bersabda, “Sesungguhnya bapak (-- Ibroohiim عليه السلام – pent.) kalian memohon perlindungan kepada Allooh سبحانه وتعالى untuk Isma’il عليه السلام dan Ishaq عليه السلام dengan membaca “ ‘A’uudzu bikalimaatillaahit taammat min kulli syaithoonin wa Haammaatin wa min kulli ‘aiinin laammatin (Aku berlindung pada firman-firman Allooh سبحانه وتعالى yang sempurna dari setiap syaithoon dan dari setiap yang berbisa serta dari setiap ‘aiin yang tercela).”
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3371)
(85) Imunisasi dari Al 'Aiin # 1
عن أبي سعيد قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يتعوذ من عين الجان وعين الإنس فلما نزلت المعوذتان أخذ بهما وترك ما سوى ذلك
Artinya:
Dari Abu Saa’id رضي الله عنه berkata, “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berlindung dari ‘aiin jin maupun ‘aiin manusia. Ketika Al Mu’awwidzataan (Al Qur’an surat Al Falaq dan An Naas) turun, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mencukupkan dengan keduanya dan meninggalkan dari selainnya.”
(Hadits Riwayat Imaam An Nasaa’I no: 5494, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله)
(84) Obat Al 'Aiin
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
Artinya:
Dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda, “Al ‘Aiin (-- penyakit yang disebabkan oleh sorot pandang mata yang dengki – pent.) adalah benar (kejadiannya). Seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir, maka ‘Aiin lah pendahulunya, dan jika kalian diminta untuk mandi (-- sebagai obat bagi orang yang terkena ‘aiin-nya – pent.) maka mandi lah.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 5831)
(83) Nasehat Ali bin Abi Thoolib kepada 'Umar bin Al Khoththoob # 2
عن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه أنه قال لعمر : يا أمير المؤمنين إن يسرك أن تلحق بصاحبيك فأقصر الأمل وكل دون الشبع وانكس الإزار وارفع القميص واخصف النعل تلحق بهم
Artinya:
Dari Ali bin Abi Thoolib رضي الله عنه, bahwa beliau berkata kepada ‘Umar رضي الله عنه:
“Wahai Amiirul Mu’miniin, jika engkau senang menyusul kedua Shohabatmu (-- maksudnya: Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه – pent.) maka:
1. pendekkan angan-anganmu
2. makanlah tidak kenyang
3. tinggikan sarung (celana) (-- maksudnya: tidak isbal – pent.)
4. tinggikan baju (-- maksudnya: tidak isbal – pent.)
5. pendekkan langkah sandalmu,
niscaya engkau bisa menyusul mereka.”
(Dari Kitab “Mukhtashor Tariikh Dimasyqo” karya Ibnu Mandzuur رحمه الله)
(82) Nasehat Ali bin Abi Thoolib kepada 'Umar bin Al Khoththoob # 1
عن ابن عباس قال : قال عمر لعلي : عظني يا أبا الحسن قال : لا تجعل يقينك شكا ولا علمك جهلا ولا ظنك حقا واعلم أنه ليس لك من الدنيا إلا ما أعطيت فأمضيت وقسمت فسويت ولبست فأبليت قال : صدقت يا أبا الحسن
Artinya:
Dari ‘Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنه, beliau berkata, “’Umar bin Al Khoththoob رضي الله عنه berkata kepada Ali رضي الله عنه: “Berilah aku nasehat, wahai Abul Hasan.”
Maka berkatalah Ali bin Abi Thoolib رضي الله عنه,
“Janganlah jadikan yakinmu ragu. Janganlah jadikan ilmumu bodoh. Janganlah jadikan prasangkamu benar. Dan ketahuilah, bahwa kamu tidak berhak dari dunia ini kecuali dari apa yang diberikan kepadamu, lalu engkau menerimanya, lalu engkau bagi, lalu engkau sama ratakan, lalu engkau pakai, lalu rusak.”
Berkata ‘Umar bin Al Khoththoob رضي الله عنه, “Benar engkau, wahai Abul Hasan.”
(Dari Kitab “Mukhtashor Tariikh Dimasyqo” karya Ibnu Mandzuur رحمه الله)
(81) Anti Pengangguran
قال عبد الله بن مسعود إني لأبغض الرجل أن أراه فارغا ليس في شيء من عمل الدنيا ولا في عمل الآخرة
Artinya:
‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه berkata, “Sungguh aku benci seorang yang aku lihat menganggur, tidak bekerja dalam urusan dunia dan tidak bekerja dalam urusan akhirat.”
(Dikutip dari “Shifatush Shofwah” no: I/414 karya Ibnul Jauzy رحمه الله)
(80) Diantara Penghapus Dosa
عن أبي مسعود الأنصاري عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya:
Dari Abu Saa'id Al Khudry dan Abu Hurairoh رضي الله عنهما, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tidaklah rasa capai, sakit, bingung, sedih, luka dan gundah menimpa seorang Muslim, hingga duri yang menusuknya, kecuali Allooh سبحانه وتعالى hapuskan dengannya kesalahan-kesalahannya."
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5642 dan 5643)
(79) Honor Pelacur dan Dukun
عن أبي مسعود الأنصاري رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن ثمن الكلب ومهر البغي وحلوان الكاهن
Artinya:
Dari Abu Mas'uud Al Anshoory رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم melarang:
1. Nilai jual beli anjing
2. Hasil honor pelacuran
3. Uang bayaran dukun
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 2122)
(78) Berlindung dari Tetangga yang Buruk
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : اللهم إني أعوذ بك من جار السوء في دار المقاومة فإن جار البادي يتحول
Artinya:
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم berdo'a,"Ya Allooh, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jelek di negeri pemukiman. Sesungguhnya tetangga yang tidak tetap itu berpindah-pindah."
(Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hibban no:1033, berkata Syaikh Syuaib Al Arnaa'uth sanad hadits ini Hasan)
(77) Cinta Al Qur'an
وقال عثمان بن عفان: لو طهرت قلوبنا ما شبعت من كلام ربنا
Artinya:
Berkata 'Utsman bin Affan رضي الله عنه, "Seandainya hati-hati kita bersih, maka dia tidak pernah akan merasa kenyang dengan firman Allooh سبحانه وتعالى."
(Dinukil dari "Al 'Aadaab Al Islaamiyyah Linnaasyi'ah" karya Muhammad Khoyr Faathimah)
(76) Mujaahirun
عن أَبَي هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Artinya:
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, ‘Setiap ummatku selamat kecuali Al Mujaahirin, dimana termasuk bagian dari Mujaahirin adalah seseorang mengamalkan suatu amalan di waktu malam, dimana pada waktu pagi Allooh سبحانه وتعالى telah tutupi aibnya, lalu orang itu mengatakan “Ya Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu”; semalam Allooh سبحانه وتعالى tutupi aibnya, dan di pagi hari dia singkap apa yang telah Allooh سبحانه وتعالى tutupi.”
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 6069)
(75) Menyikapi Kesalahan
قال ابن المبارك المؤمن يطلب المعاذير و المنافق يطلب العثرات
Artinya:
Berkata Imaam ‘Abdullooh bin Al Mubaarok رحمه الله, “Seorang mu’min mencari permakluman, sedangkan seorang munafiq mencari cacat.”
(Dinukil dari Kitab “Ihya ‘Ulumuddiin” karya Imaam Al Ghodzaly رحمه الله)
(74) Imunisasi Generasi Dari Syaithoon
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
Artinya:
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Seandainya seorang dari kalian ketika hendak mendatangi (berjima’) dengan istrinya, lalu berdoa sebelumnya “Bismillaah Alloohumma jannibnaasy syaithoona wa jannisbisy syaithoona maa rozaqtanaa (Dengan nama Allooh, ya Allooh, jauhkanlah kami dari syaithoon dan jauhkan syaithoon dari apa yang Engkau karuniakan pada kami)”. Maka sesungguhnya, jika ditakdirkan dari keduanya itu anak maka syaithoon tidak bisa membahayakannya selamanya.”
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 7396 dan Imaam Muslim no: 3606)
(73) Kiat Menghindar Dari Bala'
عن عُثْمَانَ ابْنَ عَفَّانَ - يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِىَ
Artinya:
Dari ‘Utsman bin Affaan رضي الله عنه berkata, “Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Barangsiapa yang membaca “Bismillaahil ladzii laa yadhurru ma’a ismihi syai’un fil ardhi wa laa fissamaa’i wa huwa as samii’u al ‘aliimu (Dengan nama Allooh yang tidak akan dapat memberi bahaya sesuatu apa pun bersama nama-Nya di bumi maupun di langit, dan Allooh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)” (3X), maka dia tidak akan terkena Bala’ mendadak hingga pagi hari, dan barangsiapa membacanya di pagi hari 3X, maka dia tidak akan dikenai bahaya mendadak hingga petang hari.”
(Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 5090 dan Imaam At Turmudzy no: 3388)
(72) Meruqyah Diri Sendiri
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِى الْعَاصِ الثَّقَفِىِّ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَجَعًا يَجِدُهُ فِى جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Artinya:
Dari ‘Utsman bin ‘Abil ‘Ash Tsaqoofy رضي الله عنه, bahwa beliau mengadu kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berkenaan dengan sakit yang dideritanya pada tubuhnya.
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab kepadanya, “Letakkan tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit, lalu bacalah “Bismillaah (Dengan nama Allooh)” (3X), dan bacalah 7X “A’uudzubillaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (Aku berlindung kepada Allooh dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang kualami dan aku menghindar darinya)”.
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 5867)
(71) Sedikit Bekerja, Banyak Bicara
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ وَأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ ». قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : « التَّحْلِيقُ
Artinya:
Dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Akan terjadi di tengah ummatku perselisihan dan perpecahan; kaum yang mereka itu indah dalam berbicara dan buruk dalam beramal. Mereka membaca Al Qur’an, tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari Islam seperti keluarnya panah dari busurnya, tidak lagi kembali ke tempat semula. Mereka adalah sejahat-jahat makhluk. Berbahagialah siapa yang memerangi mereka, atau yang diperangi. Kaum tersebut menyeru pada Kitab Allooh سبحانه وتعالى, padahal mereka bukan sama sekali bagian darinya. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka Allooh سبحانه وتعالى berhak menolongnya memerangi (kaum tsb).”
Para Shohabat bertanya, “Ya Rosuulullooh, apa tanda-tanda mereka?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Kepalanya botak.”
(Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 4767, dan Imaam Ahmad no: 13338, dan Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth berkata bahwa sanadnya shohiih)
(70) Harom Masuk Surga
قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم :
ما من عبد يسترعيه الله رعية، يموت يوم يموت وهو غاش لرعيته، إلا حرم الله عليه الجنة
Artinya:
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tidak seorang pun yang Allooh سبحانه وتعالى angkat dia sebagai pemimpin, kemudian ketika dia mati, dia dalam keadaan curang (dzolim) terhadap rakyatnya; maka Allooh سبحانه وتعالى haromkan baginya masuk surga.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 380, dari Shohabat Ma’qil bin Yasaar Al Muuzany رضي الله عنه)
(69) Menyikapi Risaalah
قال الإمام الزهري رحمه الله تعالى:
من الله الرسالة وعلى الرسول البلاغ وعلينا التسليم
Artinya:
Berkata Imaam Az Zuhry رحمه الله:
“Risaalah ini berasal dari Allooh سبحانه وتعالى. Kewajiban Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah menyampaikan. Kewajiban kita adalah pasrah.”
(Dinukil dari Kitab “Syarhus Sunnah” karya Imaam Al Baghowy رحمه الله)
(68) Pasrah
وقال بعض السلف:
قدم الإسلام لا تثبت إلا على قنطرة التسليم
Artinya:
Berkata sebagian Pendahulu Ummat (Salaf) :
“Islam itu tidak ajeg, kecuali diatas jembatan pasrah.”
(Dinukil dari Kitab “Syarhus Sunnah” karya Imaam Al Baghowy رحمه الله)
(67) Berhati-hatilah
قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم : سيكون في آخر أمتي أناس يحدثونكم ما لم تسمعوا أنتم ولا آباؤكم؛ فإياكم وإياهم
Artinya:
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Akan muncul di akhir ummat ini, manusia-manusia yang menyampaikan pada kalian sesuatu yang kalian serta bapak-bapak kalian belum pernah mendengarnya (sesuatu yang baru dalam perkara Islam). Karena itu, berhati-hati dan hindarilah mereka.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 15, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(66) Pokok-Pokok Ahlus Sunnah
قال الإمام أحمد بن حنبل؛ إمام أهل السنة رحمه الله:
أصول السنة عندنا: التمسك بما كان عليه أصحاب رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم والاقتداء بهم، وترك البدع، وكل بدعة فهي ضلالة
Artinya:
Berkata Imaam Ahmad bin Hambal رحمه الله, “Pokok-pokok Sunnah itu adalah:
1. Berpegang-teguh pada apa yang para Shohabat diatasnya, dan menjadikan mereka sebagai panutan.
2. Meninggalkan ke-Bid’ahan karena setiap ke-Bid’ahan itu adalah kesesatan.
(Dinukil dari “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah” karya Imaam Al Laalika’I رحمه الله)
(65) Salam untuk Ahlus Sunnah
قال سفيان الثوري رحمه الله تعالى:
إذا بلغك عن رجل بالمشرق؛ أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام؛ فقد قل أهل السنة
Artinya:
Berkata Imaam Sofyan Ats Tsauury رحمه الله: “Jika sampai padamu seseorang dari Timur, sedangkan dia adalah Ahlus Sunnah, maka sampaikanlah salam (dariku). Sebab sungguh Ahlus Sunnah telah menjadi orang-orang yang langka.”
(Dinukil dari “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah” karya Imaam Al Laalika’I رحمه الله)
(64) Sedihnya Seorang Imaam
عن عبد الله بن المبارك – رحمه الله – قال:
اعلم – أي أخي – أن الموت اليوم كرامة لكل مسلم لقي الله على السنة؛ فإنا لله وإنا إليه راجعون؛ فإلى الله نشكو وحشتنا، وذهاب الإخوان، وقلة الأعوان، وظهور البدع، وإلى الله نشكو عظيم ما حل بهذه الأمة من ذهاب العلماء، وأهل السنة، وظهور البدع
Artinya:
Imaam ‘Abdullooh bin Mubaarok رحمه الله berkata,
“Ketahuilah olehmu, bahwa mati pada hari ini adalah kemuliaan bagi setiap Muslim, karena dia menemui Allooh سبحانه وتعالى diatas Sunnah. Akan tetapi, innaa Lillaahi wa innaa illaihi rooji’uun, kepada Allooh سبحانه وتعالى kami mengadu atas kecemasan kami karena perginya para ikhwaan (saudara seperjuangan), sedikitnya penolong, dan munculnya ke-Bid’ahan. Kita mengadu kepada Allooh سبحانه وتعالى, betapa besar perkara yang menimpa ummat ini, karena perginya para ‘Ulama dan Ahlus Sunnah dan nampaknya ke-Bid’ahan.”
(Dinukil dari Kitab “Al Bidaa’ An Nahyu ‘Anhaa", karya Imaam Ibnu Wadhdhoh رحمه الله)
(63) Penghidup Negeri
قال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى:
إن لله عباداً يحيي بهم البلاد؛ وهم أصحاب السنة
Artinya:
Berkata Imaam Fudhoyl bin ‘Iyaadh رحمه الله, “Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى memiliki hamba, yang karena mereka maka negeri ini menjadi hidup. Mereka itu adalah Ahlus Sunnah.”
(Dinukil dari “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah” karya Imaam Al Laalika’I رحمه الله)
(62) Kekasih Iblis
قال سفيان الثوري رحمه الله تعالى:
البدعة أحب إلى إبليس من المعصية، المعصية يتاب منها، والبدعة لا يتاب منها
Artinya:
Berkata Sofyan Ats Tsaury رحمه الله, “Bid’ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada ma’shiyat; sebab ma’shiyat itu diampuni sedang Bid’ah itu tidak diampuni.”
(Dinukil dari “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah” karya Imaam Al Laalika’I رحمه الله)
(61) Pengikut Hadiits
قال الإمام الشافعي رحمه الله تعالى : إذا رأيت رجلاً من أصحاب الحديث فكأني رأيت رجلاً من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم
Artinya:
Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله berkata: "Jika aku melihat seorang pengikut Hadits maka seakan-akan aku melihat seorang shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.”
(Dinukil dari Kitab “Syarof Ashaabil Hadiits” karya Al Imaam Al Khothiib Al Baghdaady رحمه الله)
(60) Islam Palsu
قال الإمام مالك رحمه الله تعالى : لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها؛ فما لم يكن يومئذ ديناً لا يكون اليوم دينا
Artinya:
Imaam Maalik رحمه الله berkata, “Akhir ummat ini tidak akan baik kecuali dengan apa-apa yang membuat baik generasi pendahulunya. Maka apa-apa yang pada hari itu (-- di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan para shohabatnya --) bukan merupakan dien (ajaran Islam), maka pada suatu hari kapanpun tidak bisa menjadi dien (ajaran Islam).”
(Dinukil dari Kitab “Syarof Ashaabil Hadiits” karya Al Imaam Al Khothiib Al Baghdaady رحمه الله)
(59) Ruju'nya Imaam Asy Syaafi'iy
قال الإمام الشافعي رحمه الله تعالى:
كل مسألة تكلمت فيها بخلاف السنة؛ فأنا راجع عنها؛ في حياتي وبعد مماتي
Artinya:
Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله berkata, “Setiap masalah yang aku bahas tetapi menyelisihi Sunnah, maka aku ruju’ darinya di masa hidupku atau setelah matiku.”
(Dinukil dari Kitab “Al Faqiih Wal Muttafaqqih” karya Al Imaam Al Khothib Al Baghdady رحمه الله)
(58) Kriteria Mufti (Pemberi Fatwa)
قال الإمام أحمد: "لا ينبغى للرجل أن ينصب نفسه للفتيا حتى يكون فيه خمس خصال: أولها أن تكون له نية فإن لم تكن له نية لم يكن عليه نور ولا على كلامه نور، والثانية: أن يكون له علم وحلم ووقار وسكينة، الثالثة: أن يكون قويا على ماهو فيه وعلى معرفته ، الرابعة: الكفايه وإلا مضغه الناس ، الخامسة: معرفة الناس
Artinya:
Berkata Imaam Ahmad bin Hanbal رحمه الله, sebagaimana dinukil oleh Imaam Ibnu Qoyyim رحمه الله, “Seseorang dilarang berfatwa, kecuali jika memenuhi 5 perkara:
1. Memiliki niat dan sebab. Jika tidak memiliki itu, maka dia tidak akan memiliki cahaya, baik pada dirinya maupun pada perkataannya.
2. Memiliki ilmu, kelembutan, tawaadhu’ dan ketenangan
3. Kuat dalam pendirian dan pengetahuannya
4. Memiliki kompetensi
5. Mengetahui keadaan orang."
(Kitab “’Iiqoodz Ulil Himamil Al ‘Aaliyah”)
(57) Kriteria Seorang Hakim
عن يحيى بن سعيد ، قال : سأل عُمَر بن عَبد العزيز رضي الله عنه عن قاضي الكوفة ، وقال : القاضي لاَ ينبغي أن يكون قاضيا حتى يكون فيه خمس خصال : عفيف ، حليم ، عالم بما كان قبله ، يستشير ذوي الألباب ، لاَ يبالي بملامة الناس
Artinya:
Dari Yahya bin Sa’iid رحمه الله, beliau berkata, “’Umar bin ‘Abdul ‘Aziiz رضي الله عنه bertanya tentang hakim wilayah Kuufah dan berkata, “Seorang Qoodhi (Pemutus Perkara) tidak boleh menjadi Qoodhi sehingga dia memenuhi 5 perkara:
1. Bersih hati
2. Lembut
3. ‘Aalim terhadap pejabat sebelumnya (-- berupa keputusan-keputusan yang diputuskan oleh pejabat sebelumnya --)
4. Berkonsultasi pada ahli ‘ilmu
5. Tidak peduli terhadap celaan manusia.”
(Kitab “As Sunan Ash Shughro” no: 4504, karya Al Imaam Al Baihaqy رحمه الله)
(56) Sempitnya Dunia
ذهب رجل إلى إبراهيم أين أدهم وقال له : يا أبا اسحق أنى مسرف على نفسي في ارتكاب المعاصي فاعرض علي ما يكون لها زاجرا ومستنقذ قال : أن قبلت خمس خصال وقدرت عليها لم تضرك المعصية ولم توبقك لذة ، قال : هات يا أبا اسحق قال : أما الأولى فإذا أردت أن تعصى الله عز وجل فلا تأكل من رزقه قال فمن أين آكل وكل ما في الأرض من رزقه ؟ قال : يأخذا أفيحسن بك أن تأكل رزقه وتعصيه ؟ قال : لا هات الثانية : قال وإذا أردت أن تعصيه فلا تسكن شيئا من بلاده قال : هذه اعظم من الأولى يأخذا إذا كان المشرق والمغرب وما بينهما ملك له فأين أسكن ؟ قال يأخذا أفيحسن بك أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه ؟ قال : هات الثالثة : قال وإذا أردت أن تعصيه وأنت تحت رزقه وبلاده فانظر موضعا لا يراك فيه فاعصه فيه قال يا إبراهيم ما هذا وهو يعلم السر و أخفي قال : يا هذا أفيحسن بك أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه وهو يراك ويعلم ما تجاهر به ؟ قال : لا هات الرابعة قال : فإذا جاءك ملك الموت ليقبض روحك فقل له أخرني حتى أتوب توبة نصوحا وأعمل لله صالحا ، قال : لا يقبل مني قال : يأخذا أفأنت إذا لم تقدر أن تدفع عنك الموت لتتوب وتعلم أنه إذا جاءك لم يكن له تأخير فكيف ترجو وجه الخلاص ؟ قال : هات الخامسة قال : إذا جاءك الزبانية يوم القيامة ليأخذوك إلى النار فلا تذهب معهم قال : انهم لا يدعونني ولا يقبلون مني قال : فكيف ترجو النجاة أذن ؟ قال له يا إبراهيم حسبي حسبي ، أنا أستغفر الله وأتوب إليه ولزم العبادة والأدب مع الله حتى فارق الدنيا
Artinya:
Seseorang menemui Ibrohim bin Adham lalu berkata, “Wahai Abu Ishaq, sungguh aku orang yang berlebihan pada diriku dalam melakukan ma’shiyat. Maka sampaikanlah padaku sesuatu yang dapat membuatku jera dan menyelamatkanku.”
Ibrohim bin Adham menjawab, “Kalau kamu terima 5 perkara, dan kamu mampu melakukannya, maka tidak mengapa berbuat ma’shiyat dan kepuasanmu tak akan membinasakanmu.”
Lalu orang tadi berkata, “Coba sampaikanlah padaku.”
Ibrohim bin Adham menjawab, “Adapun yang pertama, jika kamu mau berma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى, maka janganlah kamu memakan rizqy yang berasal dari-Nya.”
Orang itu berkata, “Darimana saya makan? Bukankah segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah rizqy dari Allooh سبحانه وتعالى?”
Kata Ibrohim bin Adham, “Yaa Fulan, pantaskah kamu memakan rizqy dari-Nya, lalu kamu berma’shiyat pada-Nya?”
Orang itu berkata lagi, “Sampaikanlah yang kedua.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Jika kamu akan berma’shiyat, maka jangan tinggal di bumi-Nya.”
Orang itu berkata, “Ini lebih sulit dari yang pertama. Kalau seandainya Timur dan Barat dan antara keduanya merupakan milik Allooh سبحانه وتعالى, maka dimana aku akan tinggal?”
Ibrohim bin Adham berkata, “Yaa Fulan, pantaskah kamu makan rizqy dari-Nya, kamu tinggal di bumi-Nya, lalu kamu berma’shiyat pada-Nya?”
Orang itu berkata lagi, “Sampaikan yang ketiga.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Jika engkau akan berma’shiyat, sedangkan engkau menikmati rizqy-Nya, tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang Allooh سبحانه وتعالى tidak melihatmu, maka lakukanlah ma’shiyat disitu.”
Orang itu berkata, “Yaa Ibrohim, apa ini? Allooh سبحانه وتعالى itu Maha Mengetahui yang tersembunyi dan apa yang kusembunyikan.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Yaa Fulan, pantaskah, kamu makan dari rizqy-Nya, kamu tinggal di bumi-Nya, kamu berma’shiyat dan Allooh سبحانه وتعالى melihatmu dan mengetahui perbuatanmu?”
Orang itu berkata lagi, “Tidak. Berikan padaku yang keempat.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Jika datang padamu malakul maut untuk mencabut nyawamu, maka katakan padanya, 'Tangguhkan aku hingga aku bertaubat nasuuha dan beramal shoolih untuk Allooh سبحانه وتعالى'.”
Orang itu berkata, “Tidak mungkin ia menerima permintaan itu dariku.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Yaa Fulan, jika kamu tidak mampu menolak kematian untuk bertaubat dan kamu tahu jika dia datang padamu tidak mungkin menangguhkan ajalmu, maka bagaimana kamu berharap untuk menghindar?”
Orang itu berkata, “Berikan yang kelima.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Jika datang padamu malaikat Zabaaniyah pada hari Kiamat untuk menyeretmu ke neraka, maka jangan engkau ikuti dia.”
Orang itu berkata, “Malaikat itu tidak akan mungkin membiarkanku dan menerima permintaanku.”
Ibrohim bin Adham berkata, “Bagaimana kamu berharap selamat kalaulah demikian?”
Maka orang itu berkata, “Wahai Ibrohim, cukup… cukup.. Aku memohon ampunan Allooh سبحانه وتعالى. Aku bertaubat pada-Nya. Senantiasa beribadah dan berbuat baik pada Allooh سبحانه وتعالى, sehingga berpisah dari dunia ini.”
(Dinukil dari Kitab “Ma'a Allooh” karya Muhammad Al Ghozaly)
(55) Senantiasa Muda
لَا يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيرِ شَابًّا فِي اثْنَتَيْنِ فِي حُبِّ الدُّنْيَا وَطُولِ الْأَمَلِ
Artinya:
Hati orangtua senantiasa muda dalam dua perkara:
1. Cinta dunia,
2. Panjang angan-angan
(Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 6420 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه)
(54) Menikahi Wanita Kaya
من تزوج غنية كان له منها خمس خصال :
مغالاة الصداق
وتسويف الزفاف
وفوت الخدمة
وكثرة النفقة
وإذا أراد طلاقها لم يقدر خوفا على ذهاب مالها
Artinya:
Berkata Imaam Al Ghozaly رحمه الله dalam Kitabnya Ihyaa' 'Ulumuddiin, "Barangsiapa menikahi wanita kaya, maka dia akan dihadapkan pada lima perkara:
1. Berlebihan dalam mahar
2. Mengundurkan walimah
3. Kehilangan khidmat
4. Besar nafaqohnya
5. Dan jika hendak menceraikannya, maka dia khawatir terhadap kepergian hartanya."
(53) Generasi Berikutnya Tidak Sebaik Generasi Pendahulu
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا يأتي عليكم زمان إلا وهو شر من الذي كان قبلكم
Artinya:
“Tidaklah datang suatu zaman pada kalian, kecuali orang-orang pada zaman tersebut lebih jahat dari orang-orang yang ada pada zaman sebelum kalian.”
(Dinukil oleh Al Imaam Al Qudhoo’i dalam Musnad Asy Syihaab dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه)
(52) Obat Sakit
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
داووا مرضاكم بالصدقة
Artinya:
“Obatilah orang sakit dari kalian dengan shodaqoh.”
(Lihat Shohiih Al Jaami’ush Shoghiir no: 5669 dari Shohabat Abu Umaamah Al Baahily رضي الله عنه)
(51) Menjelang Kematian
قال يوسف بن أسباط رحمه الله إني لأشتهى من الله ثلاث خصال أن أموت حين أموت وليس في ملكي درهم ولا يكون على دين ولا على عظمي لحم فأعطى ذلك كله
Artinya:
Berkata Imaam Yuusuf bin Asbaath رحمه الله, “Sungguh aku sangat berkeinginan dari Allooh سبحانه وتعالى tiga perkara:
1. Mati, sedang aku tidak mempunyai satu dirham pun
2. Tidak memiliki hutang
3. Tidak ada daging yang menempel pada tulangku.”
(Dinukil dari ‘Ihyaa’u ‘Uluumiddiini karya Imaam Al Ghozaaly رحمه الله)
(50) Orang Lain Darimu
قال يحيى بن معاذ: ليكن حظ المؤمن منك ثلاث خصال: إن لم تنفعه فلا تضره، وإن لم تسره فلا تغمه، وإن لم تمدحه فلا تذمه
Artinya:
Berkata Imaam Yahya bin Mu’adz رحمه الله, “Hendaknya mu’min itu mendapatkan darimu tiga perkara:
1. Jika kamu tidak bisa memberinya manfaat, maka janganlah memberinya bahaya
2. Jika kamu tidak bisa memberinya bahagia, maka janganlah memberinya gundah
3. Dan jika kamu tida memujinya, maka janganlah mencelanya.”
(Dinukil dari Kitab Ar Risaalah Al Qusyairiyyah, karya Imaam Al Qusyairy رحمه الله)
(49) Riskannya Harta
قال عيسى -عليه السلام-: في المال ثلاث خصال: أن يأخذه من غير حله. فقيل: إن أخذه من حله؟ فقال: يضعه في غير حقه. فقيل: إن وضعه في حقه؟ فقال: يشغله إصلاحه عن ذكر الله -تعالى
Artinya:
‘Iisa عليه السلام berkata, “Pada harta itu terdapat tiga hal:
1. Mengambilnya bukan dari yang semestinya,
dan jika berasal dari yang semestinya maka,
2. Membelanjakannya bukan pada tempatnya,
dan jika membelanjakannya pada tempatnya, maka
3. Mengelolanya akan melalaikan dari mengingat Allooh سبحانه وتعالى.”
(Dinukil dari Al Aadaabusy Syar’iyyah, karya Imaam Ibnu Muflih Al Maqdisy )
(48) Kunci Selamat
قال بعضهم أجمع الفقهاء والعلماء على ثلاث خصال أنها إذا صحت ففيها النجاة ولا يتم بعضها إلا ببعض الإسلام الخالص عن البدعة والهوى والصدق لله تعالى في الأعمال وطيب المطعم
Artinya:
Para Fuqoha dan ‘Ulama bersepakat; ada tiga hal jika benar maka akan selamat, dimana satu sama lain saling terkait:
1. Ber-Islam yang terbebas dari Bid’ah dan Hawa’.
2. Benar terhadap Allooh سبحانه وتعالى dalam berbagai amalan
3. Memakan makanan yang baik-baik.
(Dinukil dari ‘Ihyaa’u ‘Uluumiddiini karya Imaam Al Ghozaaly رحمه الله)
(47) Pengeras Hati
عن عائشة رضي الله عنها: تُوْرِثُ القسوةَ في القلب ثلاثُ خصال: حبُّ الطعام، وحبُّ النوم، وحبُّ الراحة
Artinya:
Diriwayatkan dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, “Tiga perkara penyebab kerasnya hati:
1. Hobby makan,
2. Hobby tidur,
3. Hobby istirahat.”
(Dinukil dari Kitab Jam’ul Jawaa’mi’, karya Imaam Jalaaluddin As Suyuuthy رحمه الله)
(46) Sholat dan Kehidupan
قال أحد العلماء العارفين: إن في الصَّلاة ثلاث خصال: الإخلاص والخشية وذكر الله؛ فالإخلاص يقود العبد إلى المعروف، والخشية تنهاه عن المنكر، وذكر الله ـ القرآن ـ يأمره وينهاه، فكلُّ صلاة لا يكون فيها شيء من هذه الخلال فليست بصلاة
Artinya:
Berkata seorang ‘Ulama:
“Sesungguhnya didalam sholat itu terdapat tiga karakter: Ikhlas, Takut dan Ingat pada Allooh سبحانه وتعالى.
Ikhlas memandu seorang hamba pada suatu kebaikan dan takut melarangnya dari kemunkaran, sedang dengan dzikir (ingat Allooh سبحانه وتعالى) akan memerintah dan melarangnya. Maka setiap sholat yang tidak mengandung tiga perkara ini, maka dia bukanlah sholat.” (Al Qur’an, “Minhaaj Hayaatin”)
(45) Al Qur'an yang Disalahgunakan
عن معاذ بن جبل قال : سيبلى القرآن في صدور أقوام كما يبلى الثوب فيتهافت يقرؤونه لا يجدون له شهوة ولا لذة يلبسون جلود الضأن على قلوب الذئاب أعمالهم طمع لا يخالطه خوف إن قصروا قالوا سنبلغ وإن أساؤوا قالوا سيغفر لنا إنا لا نشرك بالله شيئا
Artinya:
Berkata Mu’adz bin Jabbal رضي الله عنه, “Al Qur’an akan rusak pada dada-dada banyak kaum, sebagaimana rusaknya baju.
Mereka membacanya, sedang mereka tidak merasakan keasyikan dan kelezatannya, mereka memakai kulit-kulit domba diatas hati serigala.
Pekerjaan mereka rakus, tidak tercampur rasa takut.
Jika mereka kurang dalam beramal, mereka mengatakan, “Kita akan sampai.”
Dan Jika mereka berbuat buruk, mereka mengatakan, “Kita akan diampuni, karena kita tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan apa pun.”
(Sunan Ad Daarimy no: 3346)
(44) Bahaya 'Ulama Suu'
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ وَضَّاحٍ :
إِنَّمَا هَلَكَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ عَلَى يَدَيْ قُرَّائِهِمْ وَفُقَهَائِهِمْ ، وَسَتَهْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى يَدَيْ قُرَّائِهِمْ وَفُقَهَائِهِمْ
Artinya:
Berkata Imaam Muhammad bin Wadhdhooh رحمه الله:
“Binasanya Bani Isroo’il itu tidak lain kecuali oleh para Pembaca dan para Fuqoha (‘Ulama) dari mereka.
Dan ummat ini akan binasa juga diatas para Pembaca dan para Fuqohanya (‘Ulamanya).”
(Dinukil dari Kitab “Al Bidaa’ no: 153)
(43) Sempurnanya Suatu 'Amalan
قال أبو عبد اللَّه الباجي الزاهد رحمه اللَّه : خمس خصال بها تمام العمل : الإيمان بمعرفة اللَّه عز وجل ، ومعرفة الحق ، وإخلاص العمل لله ، والعمل على السنة ، وأكل الحلال ، فإن فقدت واحدة لم يرتفع العمل
Artinya:
Berkata Imaam Abu ‘Abdillah Al Baaji رحمه الله, “Ada 5 perkara penyebab sempurnanya amalan:
1. Beriman dengan pengetahuan terhadap Allooh سبحانه وتعالى
2. Mengetahui Al Haq (kebenaran)
3. Ikhlas dalam beramal
4. Beramal diatas As Sunnah
5. Memakan makanan yang halal
Jika salah satu dari lima perkara itu hilang, maka amalan tidak akan diangkat.”
(42) Pentingnya Bertanya
ابن شهاب : العلم خزانة مفاتحها المسألة
Artinya:
Imaam Ibnu Syihaab رحمه الله berkata, “Ilmu itu adalah simpanan berharga. Kuncinya adalah bertanya.”
(41) Busuknya Seorang 'Ulama
مكحولا يقول لا يأتي على الناس ما يوعدون حتى يكون عالمهم فيهم أنتن من جيفة حمار
Artinya:
Imaam Makhuul رحمه الله berkata, “Tidak datang pada manusia apa yang dijanjikan pada kalian, sehingga seorang ‘aalim ditengah-tengah mereka lebih busuk daripada bangkai keledai.”
(Dinukil dari Kitab Hilyatul Auliyaa’)
(40) Tiga Sifat Agar Tidak Aneh
قيل: ثلاث خصال ليس معهن غُربة: مجانبةُ أهل الرِّيب، وحسن الأدب.وكف الأذى
Artinya:
Ada 3 sifat yang jika dimiliki seseorang, maka ia tidak akan terasing:
1. Menjauh dari orang yang meragukan (Jangankan orang yang jelas faasiq-nya, yang tidak jelas faasiq-nya pun tidak didekatinya. Ia lebih suka bergaul dengan orang yang shoolih)
2. Berakhlaq yang santun
3. Menghentikan perkara yang menimbulkan luka atau menyakiti orang lain
(39) Hakekat Malu
عن عبد الله بن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم استحيوا من الله حق الحياء قال قلنا يا رسول الله إنا نستحيي والحمد لله قال ليس ذاك ولكن الاستحياء من الله حق الحياء أن تحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى ولتذكر الموت والبلى ومن أراد الآخرة ترك زينة الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحيا من الله حق الحياء
Artinya:
Dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Malu lah kalian dengan sebenar-benar malu.“
Kami bertanya, “Ya Rosuulullooh, kami punya malu. Alhamdulillah.”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bukan itu, akan tetapi malu kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan sebenarnya itu adalah:
1) Kamu pelihara kepalamu dan apa yang menjadi isinya
2) Kamu pelihara perutmu dan apa yang ditampungnya
3) Ingatlah olehmu kematian dan kemusnahan
4) Dan barangsiapa yang menginginkan akherat, maka dia tinggalkan perhiasan dunia
Dan barangsiapa yang melakukan itu, maka dia sungguh telah malu kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan sesungguhnya.”
(Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2458, dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany)
(38) Jangan Taqliid
ألا لا يقلّدنّ أحدكم دينه رجلاً؛ إن آمن آمن، وإن كفر كفر؛ فإنه لا أسوة في الشرّ
Artinya:
Berkata 'Abdullooh bin Mas'uud رضي الله عنه:
“Janganlah seseorang ber-taqliid (mengekor) dalam perkara dien-nya (agamanya) pada orang lain.
Jika dia beriman maka dia (ikut) beriman dan jika dia kaafir maka dia pun (ikut) menjadi kaafir. Sesungguhnya, janganlah ikut-ikutan di dalam kejahatan.”
(37) Ciri-Ciri Orang 'Aalim
يُرَادُ لِلْعَالِمِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ :
الْخَشْيَةُ ،
وَالنَّصِيحَةُ ،
وَالشَّفَقَةُ ،
وَالاحْتِمَالُ ،
وَالصَّبْرُ ،
وَالْحِلْمُ ،
وَالتَّوَاضُعُ ،
وَالْعِفَّةُ عَنْ أَمْوَالِ النَّاسِ ،
وَالدَّوَامُ عَلَى النَّظَرِ فِي الْكُتُبِ ،
وَتَرْكُ الْحِجَابِ
Artinya:
Seorang 'aalim itu adalah :
1. Takut pada Allooh سبحانه وتعالى
2. Memberi nasihat
3. Sayang
4. Tahan uji
5. Shobar
6. Lembut
7. Tawaadhu'
8. Bersih hati terhadap harta orang
9. Selalu membaca Kitab
10. Meninggalkan pembatas dengan manusia
(Dinukil dari Kitab “Ghidzaa’ul Albaab”)
(36) Hakekat Zuhud
قال يحيى بن معاذ: لا يبلغ أحد حقيقة الزهد حتى يكون فيه ثلاثُ خصال: عمل بلا علاقة، وقول بلا طمع، وعز بلا رياسة
Artinya:
Berkata Yahya bin Mu’adz رحمه الله:
“Tidaklah seseorang sampai pada Zuhud yang sebenarnya hingga pada dirinya terdapat 3 sifat:
1. Bekerja tanpa keterkaitan (bekerja tanpa mengharap penilaian manusia)
2. Berkata tanpa rakus (berkata tanpa mengharapkan perkara duniawi yang lebih)
3. Mulia tanpa ambisi (mulia walau tanpa jabatan duniawi)
(35) Penghalang 'Ilmu
وَحِرْمَانُ الْعِلْمِ يَكُونُ بِسِتَّةِ أَوْجُهٍ :
أَحَدُهَا تَرْكُ السُّؤَالِ .
الثَّانِي سُوءُ الإِنْصَاتِ وَعَدَمُ إلْقَاءِ السَّمْعِ .
الثَّالِثُ سُوءُ الْفَهْمِ .
الرَّابِعُ عَدَمُ الْحِفْظِ .
الْخَامِسُ عَدَمُ نَشْرِهِ وَتَعْلِيمِهِ ،
السَّادِسُ عَدَمُ الْعَمَلِ بِهِ
Artinya:
Perkara yang menghalangi ilmu :
1. Tidak bertanya
2. Tidak mendengarkan dan memperhatikan dengan baik
3. Pemahaman yang buruk
4. Tidak menghafal
5. Tidak menyebarkan dan tidak mengajarkan ilmu
6. Tidak mengamalkan ilmu
(Dinukil dari Kitab “Ghidzaa’ul Albaab”)
(34) Dampak Buruk Menyanyi
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : الْغِنَاءُ يُنْبِتُ النِّفَاقَ فِى الْقَلْبِ كَمَا يُنْبِتُ الْمَاءُ الزَّرْعَ وَالذِّكْرُ يُنْبِتُ الإِيمَانَ فِى الْقَلْبِ كَمَا يُنْبِتُ الْمَاءُ الزَّرْعَ
Artinya:
Berkata 'Abdullooh bin Mas'uud رضي الله عنه:
“Menyanyi itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tanam-tanaman;
dan dzikir itu menumbuhkan iman dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tanam-tanaman.”
(Diriwayatkan oleh Imaam Al Baihaqy رحمه الله dalam Kitab “As Sunanul Kubro”)
(33) Tahapan 'Ilmu
وَاعْلَمْ أَنَّ لِلتَّعَلُّمِ سِتَّ مَرَاتِبَ :
أَوَّلُهَا حُسْنُ السُّؤَالِ :
ثَانِيهَا حُسْنُ الإِنْصَاتِ وَالاسْتِمَاعِ .
ثَالِثُهَا حُسْنُ الْفَهْمِ .
رَابِعُهَا الْحِفْظُ ،
خَامِسُهَا التَّعْلِيمُ
سَادِسُهَا وَهِيَ الثَّمَرَةُ الْعَمَلُ بِهِ وَمُرَاعَاةُ حُدُودِهِ
Artinya:
Mendapatkan 'ilmu itu dengan enam tahapan :
1. Bertanya yang baik
2. Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik
3. Memahami dengan baik
4. Menghafalkan
5. Mengajarkan
6. Mengamalkan
(Dinukil dari Kitab “Ghidzaa’ul Albaab”)
(32) Malu dan Kematangan Sosial
استحي أن ينظر إلي ذو عينين وأنا أكل فلا أعطيه شيئاً
Artinya:
Berkata orang shoolih zaman dahulu :
“Saya malu jika ada dua mata melihat saya sedang makan, lalu saya tidak memberinya sesuatu.”
(31) Sholaahhuddiin dan Palestine
قال صلاح الدين الأيوبي:
إني لأستحيي من الله أن أضحك وفي القدس صليبي واحد
Artinya:
Telah berkata Sholaahhuddiin Al Ayyuuby رحمه الله:
“Sungguh aku malu pada Allooh سبحانه وتعالى untuk tertawa padahal di Baitul Maqdiis masih ada seorang Nashroony.”
(30) Lima Tanda Orang Sengsara
يقول الفضيل بن عياض -رحمه الله-:
خمس من علامات الشقوة: القسوة في القلب وجمود العين، وقلة الحياء، والرغبة في الدنيا، وطول الأمل
Artinya:
Telah berkata Al Fudhoil Bin 'Iyaadh رحمه الله:
Ada lima tanda orang yang sengsara :
1) Hati yang keras membatu
2) Mata yang tidak pernah menangis
3) Sedikit malu
4) Cinta dunia
5) Panjang angan-angan
(29) Perkataan "Saya Tidak Tahu"
ويقول علي ابن أبي طالب –رضي الله عنه-:
لا يستحي من يعلم أن يتعلم، ولا يستحي من إذا سئل عما لا يعلم أن يقول: لا أعلم
Artinya:
Telah berkata 'Ali Bin Abii Thoolib رضي الله عنه :
“Orang yang mengetahui, tidak malu untuk belajar dan mencari tahu serta tidak malu jika dia ditanya tentang masalah yang tidak diketahui untuk mengatakan ‘Saya tidak tahu’.”
(28) Karakteristik Dunia
عن أبي عبد رب يقول : سمعت معاوية على هذا المنبر يقول : سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : لم يبق من الدنيا إلا بلاء وفتنة
Artinya:
Dari Abi ‘Abdi Robb رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
“Tidak tersisa dari dunia ini kecuali cobaan dan ujian”
(Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hibbaan رحمه الله no: 690 dan Syaikh Syu'aib Al Arna'uuth berkata sanadnya kuat)
(27) Perkara Yang Dibenci Manusia
عن محمود بن لبيد ان النبي صلى الله عليه و سلم قال : اثنتان يكرههما بن آدم الموت والموت خير للمؤمن من الفتنة ويكره قلة المال وقلة المال أقل للحساب
Artinya:
Dari Mahmuud bin Labiid رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda :
Dua perkara yang dibenci manusia :
1. Kematian, padahal dia lebih baik bagi mu'min dari pada ujian
2. Sedikit harta, padahal dia menyebabkan sedikit hisab
(Hadits Riwayat Imaam Ahmad رحمه الله, dan Syaikh Syu'aib Al Arna'uuth berkata sanadnya baik)
(26) Kunci Keberuntungan
عمرُ بنُ عبد العزيز : قد أفلحَ مَنْ عُصِمَ من الهوى ، والغضب ، والطمع
Artinya:
Berkata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziiz رضي الله عنه, “Sungguh beruntung orang yang terjaga dari hawa nafsu, marah, rakus.”
(Dinukil dari Kitab “Hilyatul Auliyaa”)
(25) 'Amalan Terbaik
وقال الشافعي رضي الله تعالى عنه ورحمه :
أفضل الأعمال ثلاثة :
ذكر الله تعالى
ومواساة الأخوان
وإنصاف الناس من نفسك
Artinya:
Telah berkata Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله, “Sebaik-baik ‘amalan adalah:
1. Dzikir / mengingat Allooh سبحانه وتعالى
2. Setia kawan
3. Adil terhadap diri sendiri
(Dinukil dari Kitab “Bustaanul Aarifiin”)
(24) Pelindung dari Syaithoon
وقال الحسن : أربعٌ من كُنَّ فيه عصمه الله من الشيطان ، وحرَّمه على النار : مَنْ ملك نفسَه عندَ الرغبة ، والرهبة ، والشهوةِ ، والغضبِ
Artinya:
Berkata Imaam Al Hasan Al Bashry رحمه الله, “Empat perkara jika ada pada seseorang maka Allooh سبحانه وتعالى jaga dia dari syaithoon dan Allooh سبحانه وتعالى haromkan api neraka untuknya:
1. Menjaga mulutnya, dalam keadaan suka
2. Menjaga mulutnya, dalam keadaan benci (tidak suka)
3. Mengendalikan hawa nafsunya
4. Mengendalikan amarahnya
(Dinukil dari Kitab “Hilyatul Auliyaa’”)
(23) Keterpujian
وقال الشافعي رضي الله تعالى عنه:
من أحب أن يفتح الله قلبه ويرزقه العلم فعليه بالخلوة وقلة الأكل وترك مخالطة السفهاء وبعض أهل العلم الذين ليس معهم إنصاف ولا أدب
Artinya:
Telah berkata Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله, “Barangsiapa yang ingin Allooh سبحانه وتعالى buka hatinya untuk ‘ilmu,
maka :
1. Ber-kholwat-lah / bermunajat disaat sepi terhadap Allooh سبحانه وتعالى
2. Menyedikitkan makan
3. Tidak bergaul dengan orang bodoh
4. Tidak bergaul dengan ahli ‘ilmu yang tidak memiliki ‘adab dan keadilan
(Dinukil dari Kitab "Bustaanul Aarifiin")
(22) Mencuci Hati
قال عبدالملك القاسم
عجبت لمن يغسل وجهه خمس مرات في اليوم مجيباً داعي اللّه، ولا يغسل قلبه مرة في السنة ليزيل ما علق به من أدران الدنيا، وسواد القلب، ومنكر الأخلاق
Artinya:
Berkata Syaikh ‘Abdul Maalik Al Qoosim, “Aku heran pada orang yang lima kali membasuh wajahnya setiap hari, memenuhi panggilan mu’adzdzin, tetapi tidak mencuci hatinya sekalipun dalam satu tahun agar menghilangkan kotoran ketergantungan terhadap dunia, kelamnya hati dan buruknya akhlaq.”
(Dinukil dari Kitab “Husnul Khuluq”)
(21) Qonaa'ah
وعن الشافعي رحمه الله تعالى قال :
من غلبت عليه شدة الشهوة لحب الدنيا لزمته العبودية لأهلها ومن رضي بالقنوع زال عنه الخضوع
Artinya:
Telah berkata Imaam Syaafi’iy رحمه الله, “Barangsiapa yang dikuasai oleh nafsu cinta dunia, niscaya dia akan berhamba kepadanya. Dan barangsiapa yang Qonaa’ah (puas apa adanya), maka akan hilang darinya sikap tunduk pada selain Allooh سبحانه وتعالى.”
(Dinukil dari Kitab "Bustaanul Aarifiin")
(20) Sendi Kekufuran
قال وهب بن منبه :
للكفر أربعة أركان الغضب والشهوة والخرق والطمع
Artinya:
Berkata Wahab bin Munabbih رحمه الله, “Sendi Kekufuran itu ada empat:
1. Marah
2. Syahwat (Hawa Nafsu)
3. Mencampuradukkan antara Haq dan Baathil
4. Rakus (Tamak)
(Dinukil dari Kitab “Ihyaa Ulumiddiin”)
(19) Sebaik-baik Simpanan / Tabungan
وقال الشافعي رضي الله تعالى :
أنفع الذخائر التقوى وأضرها العدوان
Artinya:
Telah berkata Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله, “Simpanan yang paling bermanfaat adalah taqwa. Dan simpanan yang mencelakakan adalah permusuhan.”
(Dinukil dari Kitab "Bustaanul Aarifiin")
(18) Karakteristik Hari Jum'at
قال سعد بن عبادة:
خمس خصال من خصائص يوم الجمعة :
فيه خلق الله آدم،
وفيه أهبط من الجنة إلى الأرض،
وفيه توفي
وفيه ساعة لا يسأل العبد فيها شيئاً إلا أعطاه إياه ما لم يسأل إثماً أو قطيعة رحم،
وفيه تقوم الساعة
Berkata Shohabat Sa’ad bin ‘Ubaadah رضي الله عنه, “Dalam Islam, semua hari adalah baik, hanya hari Jum’at memiliki keistimewaan tersendiri, antara lain:
1. Pada hari itu, Allooh سبحانه وتعالى ciptakan Adam عليه السلام
2. Pada hari itu, Allooh سبحانه وتعالى turunkan Adam عليه السلام dari surga ke bumi
3. Pada hari itu, Allooh سبحانه وتعالى wafatkan Adam عليه السلام
4. Pada hari itu, tidaklah ada seorang yang bermohon (berdo’a) kepada Allooh سبحانه وتعالى, kecuali Allooh سبحانه وتعالى akan kabulkan, selama dia tidak meminta perbuatan dosa dan memutus silaturrohim
5. Pada hari itu, akan terjadi hari Kiamat.
(Dinukil dari Kitab “Irsyaadul Ibaad ilaa Sabiilil Rosyaad”)
(17) Khuluuf
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
Dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tidak seorang Nabi pun yang Allooh utus pada suatu kaum sebelumku, kecuali dia mempunyai para penolong dan para shohabat dari ummatnya, dimana mereka mengambil sunnahnya dan berpanutan pada perintahnya. Kemudian, muncullah setelah mereka KHULUUF, dimana mereka berkata apa yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang mereka tidak diperintahkan.
Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya maka dia adalah mu’min. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan mulutnya, maka dia adalah mu’min. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya, maka dia adalah mu’min. Dan tidak ada setelah itu iimaan walaupun hanya sebesar biji sawit.”
(HR. Muslim no: 188)
(16) Ciri Orang Bodoh
“Ada lima perkara jika terdapat pada seseorang berarti dia adalah orang bodoh:
1. Marah dalam segala hal
2. Percaya pada setiap orang
3. Berkata tanpa manfa’at
4. Memberi nasehat tidak pada tempatnya
5. Tidak dapat mengetahui dan membedakan siapa musuh dan siapa kawan”.
(Dinukil dari Kitab “Iiqoodz Ulil Himaamil ‘Aaliyah”)
(15) Kebaikan Dunia dan Akhirat
Berkata Imaam Muhammad bin Idriis Abu ‘Abdillaah Asy Syaafi’iy رحمه الله:
“Kebaikan dunia dan akhirat itu terdapat pada lima perkara:
1. Adanya rasa cukup dalam jiwa (kaya hati)
2. Menahan diri dari melukai orang lain
3. Mencari rizqi dari yang halaal
4. Berpakaian taqwa
5. Yakin terhadap Allooh سبحانه وتعالى dalam segala hal”.
(14) Harusnya Ada Pada Seorang Sahabat / Kawan Baik
Berkata Imaam Al Ghodzaaly رحمه الله :
“Orang yang diutamakan boleh menjadi seorang sahabat (kawan baik) adalah yang memiliki lima karakter:
1. Berakal (pintar)
2. Berakhlaq baik
3. Tidak faasiq
4. Tidak melakukan kebid'ahan
5. Tidak ambisius terhadap dunia.”
(Dinukil dari Kitab “Ihyaa u ‘Uluumiddiin”)
(13) Akibat Ambisi Terhadap Harta
Telah berkata Imaam Sofyaan Ats Tsauury رحمه الله:
“Tidak berkumpul harta pada seseorang di zaman ini kecuali dia akan memiliki 5 sifat:
1. Panjang angan-angan
2. Sangat ambisius
3. Kikir yang sangat (bakhiil)
4. Kurang Waro’ (berhati-hati terhadap sesuatu yang tidak halal)
5. Lupa akhirat”.
(Dinukil dari Kitab “Iiqoodz Ulil Himaamil ‘Aaliyah”)
(12) Para Da'i Penyeru ke Pintu-Pintu Jahannam
عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Artinya:
Dari Hudzaifah bin Al Yamaan رضي الله عنه berkata, “ Orang-orang bertanya pada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejahatan, karena takut hal itu menimpaku."
Maka aku katakan, “Wahai Rosuulullooh, sesungguhnya dulu kita berada dalam kejahiliyahan (kebodohan) dan kejahatan, lalu Allooh datangkan pada kami kebaikan (--Islam –pent) ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan datang kejahatan?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya.”
Aku bertanya lagi, “Apakah setelah kejahatan itu akan muncul lagi kebaikan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Tetapi di dalamnya terdapat noda.”
Aku bertanya lagi, “Noda apakah itu?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yaitu suatu kaum yang berpedoman bukan dengan pedomanku. Kamu tahu dari mereka dan kamu ingkari.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apakah setelah kebaikan itu akan muncul lagi kejahatan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Yaitu para da’i (penyeru) kepada pintu-pintu jahannam. Maka barangsiapa yang memenuhi panggilan mereka, niscaya mereka akan mencampakkannya pada jahannam itu.”
Aku bertanya lagi, “Wahai Rosuulullooh, gambarkanlah kepada kami tentang mereka.”
Lalu beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Mereka adalah dari kalangan kita. Berkata dengan bahasa kita.”
Aku bertanya, “Apa yang kau perintahkan padaku, jika hal itu menimpaku?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Berpegang teguhlah dengan jama’ah muslimin, dan Imaam mereka (-- kelompok yang berpegang teguh dengan Al Haq – pent).”
Aku bertanya, “Jika mereka tidak punya jama’ah dan tidak punya Imaam?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Maka tinggalkan semua golongan itu, walaupun kamu harus menggigit akar pohon sampai kamu mati, sedangkan kamu berada dalam keadaan demikian.”
(Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3606)
(11) Cara Mengetahui Riya'
Berkata Imaam Muhammad bin Idriis Abu ‘Abdillaah Asy Syaafi’iy رحمه الله:
“Tidak mengetahui Riya’ kecuali orang mukhlis (-- orang yang ikhlas – pent)”
(Dinukil dari Kitab “Bustaanul ‘Aarifiin”, karya Imaam An Nawaawy رحمه الله)
(10) Enam Perkara Aneh dalam Enam Perkara
“Ada enam perkara dia aneh dalam enam perkara:
1. Masjid aneh di tengah-tengah orang yang tidak sholat didalamnya
2. Mushaaf aneh di rumah suatu kaum yang tidak membacanya
3. Al Qur’an aneh pada orang yang faasiq
4. Wanita muslimah aneh berada pada seorang laki-laki yang dzoolim lagi berakhlaq buruk
5. Seorang muslim yang shoolih aneh berada pada seorang wanita yang buruk dan buruk pula akhlaqnya
6. Seorang ‘aalim aneh di tengah suatu kaum yang tidak mendengarkan pada petuahnya.”
(Dinukil dari Kitab “Iiqoodz Ulil Himaamil ‘Aaliyah”)
(9) Ciri Kesempurnaan Amal
Berkata Imaam Sa’iid bin Yaziid Abu ‘Abdillah as Saajii r رحمه الله:
“Lima perkara jika lima ini ada, maka pertanda bahwa ‘ilmu telah sempurna dan amalan menjadi bermakna dan tidak sia-sia:
1. Mengenali Allooh سبحانه وتعالى
2. Mengenali kebenaran
3. Tulus beramal karena Allooh سبحانه وتعالى
4. Beramal sesuai Sunnah
5. Tidak makan, kecuali dari yang halaal”.
(8) Perkara Penyebab Masuk Surga atau Masuk Neraka
عن ابي هريرة : قال سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة ؟ فقال تقوى الله وحسن الخلق وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار فقال الفم والفرج
Artinya:
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم ditanya tentang perkara yang terbanyak menyebabkan manusia masuk kedalam surga, lalu beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Bertaqwa kepada Allooh dan ber-akhlaq yang baik.”
Dan ditanya tentang perkara terbanyak yang menyebabkan manusia masuk neraka, lalu beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Mulut dan kemaluan.”
(Hadits Shohiih Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2004)
(7) Agar tidak mengkufuri nikmat Allooh
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Artinya:
Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, telah bersabda Rosuululllooh صلى الله عليه وسلم:
“Lihatlah oleh kalian orang yang di bawah kalian dan jangan kalian lihat orang yang di atas kalian. Yang demikian itu lebih dekat dari mengkufuri nikmat Allooh.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7619)
(6) Orang ber-'ilmu dan ber-'imaan
قال ابن القيم رحمه الله تعالى :
أفضل ما اكتسبته النفوس, وحصلته القلوب, ونال به العبد الرفعة في الدنيا والآخرة, هو العلم والايمان, ولهذا قرن الله سبحانه بينهما في قوله: { وقال الذين أوتوا العلم والايمان لقد لبثتم في كتاب الله الى يوم البعث فهذا يوم البعث}الروم 56. وقوله:{ يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات}المجادلة11
Artinya:
Berkata Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah رحمه الله:
Sebaik-baik apa yang diraih oleh jiwa dan hati adalah apa yang diraih oleh seorang hamba berupa ketinggian derajat di dunia dan di akhirat, yaitu berupa ‘ilmu dan ‘imaan. Oleh karena itu, Allooh سبحانه وتعالى mendampingkan “Dan orang-orang yang diberi ‘ilmu dan ‘imaan berkata (kepada orang kaafir), ‘Sungguh kalian telah berdiam (dalam kubur) sesuai ketetapan Allooh سبحانه وتعالى sampai hari kebangkitan, maka inilah hari kebangkitan itu” [QS. Ar Ruum (30) ayat 56] dengan “Allooh akan mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang diberi ‘ilmu beberapa derajat” [QS Al Mujaadalah (58) ayat 11]
(“Al Fawaa’id”, karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
(5) Haq Allooh dalam ketaatan
حقُّ اللهِ تَعَالَى فِي الطَّاعةِ ستَّةُ أُمورٍ، وهي:
1 الإخلاصُ فِي العملِ.
2 والنَّصيحَةُ للهِ فيهِ.
3 ومُتابعَةُ الرَّسُولِ فيهِ.
4 وشُهُودُ مَشْهَدِ الإِحسانِ فيهِ.
5 وشُهُودُ مِنَّةِ اللهِ عَلَيهِ.
6 وشُهودُ تَقصيرِهِ فِيهِ بَعْدَ ذَلِكَ كلِّهِ.
Artinya:
“Haq Allooh سبحانه وتعالى dalam ketaatan itu ada 6, yaitu:
1. Ikhlash dalam beramal
2. Menasehati Allooh سبحانه وتعالى di dalamnya
3. Mengikuti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam ta'at
4. Mempersaksikan unsur kebajikan di dalamnya
5. Mempersaksikan karunia Allooh سبحانه وتعالى padanya
6. Mempersaksikan kekurangan dirinya dalam ta'at kepada Allooh سبحانه وتعالى.”
("Dzammun Nafsi wal Hawaa", karya Syaikh 'Abdul Haady Hasan Wahby)
(4) An Najaat (Selamat)
عن عقبة بن عامر قال : قلت يا رسول الله ما النجاة ؟ قال أمسك عليك لسانك وليسعك بيتك وآبك على خطيئتك
Artinya:
Dari 'Uqbah bin 'Aamir رضي الله عنه berkata, “Aku bertanya kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, apakah An Najaat itu (selamat)?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: “Hendaknya kamu kendalikan mulutmu, cukupkan rumahmu dan tangisilah kesalahanmu.”
(Hadits Riwayat Imaam At Turmudzi no: 2406 dan kata beliau رحمه الله hadits ini adalah Hasan)
(3) Syari'at Islaam
قال ابن قيم الجوزية في إعلام الموقعين عن رب العالمين : إن الشريعة مبناها وأساسها على الحكم ومصالح العباد في المعاش والمعاد وهي عدل كلها ورحمة كلها ومصالح كلها وحكمة كلها
Artinya:
Berkata ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yakni Ibnul Qoyyim رحمه الله :
“Sesungguhnya Syari'at Islaam itu dasar dan bangunannya adalah diatas hikmah dan untuk kebaikan manusia, baik dalam kehidupan didunia maupun di akherat. Syari’at itu seluruhnya berupa keadilan dan kasih sayang, kebaikan dan hikmah.”
(2) Du’a Hari ‘Arofah
خير الدعاء دعاء يوم عرفة وخير ما قلت أنا والنبيون من قبلي : لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
Artinya:
“Sebaik-baik du’a adalah du’a pada hari ‘Arofah, dan sebaik-baik apa yang aku (Muhammad صلى الله عليه وسلم) dan para Nabi sebelumku katakan adalah “Laa Ilaaha Illalloohu Wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘Alaa Kulli Syai’in Qodiir” (artinya: Tidak ada yang berhak diibadahi dengan sebenarnya, kecuali hanya Allooh dan tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala Kerajaan dan Pujian dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu)”
(Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 3585 dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya رضي الله عنهم)
(1) Keutamaan 10 Hari Awal Dzul Hijjah
Dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ . يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidaklah ada hari-hari beramal yang di dalamnya paling dicintai oleh Allooh kecuali hari-hari ini (sepuluh hari bulan Dzul Hijjah)”.
Para shohabat bertanya: “Ya Rosuulullooh, bagaimana dengan jihad fisabilillah?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab: “Bahkan dari jihad sekalipun. Kecuali seseorang keluar (berjihad) dengan jiwa, harta dan jiwanya dan tidak kembali sedikit pun dari itu”.
(Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 2440, Imaam At Turmudzy no: 757 dan Imaam Ibnu Maajah no: 1727)