Ad Dukhaan – Gerhana – Api Yang Menggiring Manusia
(Transkrip Ceramah AQI 260508)
TANDA QIYAMAH KUBRO (KIAMAT BESAR) :
AD DUKHAAN – GERHANA – API YANG MENGGIRING MANUSIA
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allõh سبحانه وتعالى,
Pada pembahasan penghujung tentang Tanda-Tanda Hari Kiamat Besar, kali ini kita akan selesaikan sekaligus tiga bahasan, yaitu tentang: “Ad Dukhãn (asap), Tiga Gerhana dan Api yang Menggiring Manusia“.
Ad Dukhãn dalam bahasa kita diartikan sebagai Asap, tetapi yang dimaksudkan adalah “Asap sebagai Tanda Hari Kiamat”. Bukan asap yang sekarang dikeluhkan oleh banyak kalangan akibat kebakaran hutan atau yang semisalnya.
Perhatikanlah firman Allõh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Ad Dukhãn (44) ayat 10 – 15, dimana Allõh سبحانه وتعالى menjelaskan kepada kita tentang Ad Dukhãn (Asap – yang merupakan Tanda Kiamat Besar ini –).
Ayat 10 :
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاء بِدُخَانٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa Kabut (Asap) yang nyata.”
Dalam ayat ini, Allõh سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa Ad Dukhãn (Asap) tersebut datangnya dari langit. Sementara asap yang sekarang ada itu datangnya adalah dari bumi; mungkin akibat kebakaran hutan, atau kepulan gunung berapi dan sebagainya.
Tetapi Ad Dukhãn (Asap) yang menjadi Tanda Hari Kiamat Besar kelak adalah Asap yang Allõh سبحانه وتعالى kirim dari langit.
Ayat 11 :
يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya:
“yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.”
Ayat 12 :
رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ
Artinya:
“(Mereka berdo`a): “Ya Robb kami, lenyapkanlah dari kami azdab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.”
Ayat 13 :
أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءهُمْ رَسُولٌ مُّبِينٌ
Artinya:
“Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rosũl yang memberi penjelasan.”
Maksudnya, bukankah sebelumnya Allõh سبحانه وتعالى sudah memberi peringatan, namun mereka menolak peringatan tersebut, dan setelah muncul Asap itu barulah mereka sadar. Padahal sebelumnya juga telah datang rosũl yang menjelaskan kepada manusia bahwa akan terjadi Tanda-Tanda Kiamat seperti demikian, sebagai peringatan keras agar manusia mengambil pelajaran. Tetapi manusia tetap enggan, bahkan mereka menolak peringatan tersebut.
Ayat 14 :
ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَّجْنُونٌ
Artinya:
“Kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: “Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila…”
Maksudnya, sungguh sangat disayangkan bahwa mereka sebenarnya sudah mendapat peringatan Allõh سبحانه وتعالى melalui Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم yang menjelaskan tentang tanda-tanda yang merupakan peringatan itu, tetapi mereka berpaling daripada peringatan tadi, dengan mengatakan bahwa Rosũl صلى الله عليه وسلم atau Nabi itu gila.
Bayangkan, orang-orang kãfir menuduh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang memberikan sinar (cahaya) ke arah mana seharusnya manusia menuju dalam hidup ini agar hidup mereka menjadi berada diatas jalan yang lurus, akan tetapi mereka bahkan kemudian mengatakan bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم itu orang gila.
Ayat 15 :
إِنَّا كَاشِفُو الْعَذَابِ قَلِيلاً إِنَّكُمْ عَائِدُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).”
Dari rangkaian ayat-ayat tersebut, kita lihat bahwa telah dijelaskan oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم tentang Ad Dukhãn kepada kaum kãfir dan musyrikin.
Dan ayat-ayat tersebut merupakan dalĩl dari akan terjadinya Ad Dukhãn (Asap) di akhir zaman.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian lalu, tentang Hadĩts yang diriwayatkan oleh Al Imãm Muslim no: 2901 dalam shohĩh-nya, di Kitab “Al Fitan” (Fitnah) dan di Kitab “Asyrõtussã’ah” (Tanda Hari Kiamat) Bab. “Tanda-Tanda Sebelum Datangnya Hari Kiamat”, dari salah seorang Shohabat bernama Hudzaifah Ibnu Usaid Al Ghifãri رضي الله عنه, beliau berkata:
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غُرْفَةٍ وَنَحْنُ أَسْفَلَ مِنْهُ فَاطَّلَعَ إِلَيْنَا فَقَالَ « مَا تَذْكُرُونَ ». قُلْنَا السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُونُ حَتَّى تَكُونَ عَشْرُ آيَاتٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ الأَرْضِ وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ ». قَالَ شُعْبَةُ وَحَدَّثَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رُفَيْعٍ عَنْ أَبِى الطُّفَيْلِ عَنْ أَبِى سَرِيحَةَ. مِثْلَ ذَلِكَ لاَ يَذْكُرُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالَ أَحَدُهُمَا فِى الْعَاشِرَةِ نُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم-. وَقَالَ الآخَرُ وَرِيحٌ تُلْقِى النَّاسَ فِى الْبَحْرِ
Artinya:
“Suatu saat Nabi صلى الله عليه وسلم di kamarnya sedangkan kami di bagian kamar sebelah bawah beliau صلى الله عليه وسلم, lalu Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menengok kami dan bertanya: “Apa yang kalian perbincangkan?”
Kami (para Shohabat) menjawab: “Kami sedang mengingat As Sã’ah (Hari Kiamat)”.
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Hari Kiamat tidak akan terjadi, sehingga kalian melihat sebelumnya muncul sepuluh tanda-tandanya:
1) Terjadi tiga gerhana, terjadi di belahan timur, belahan barat dan di Jazirah Arab,
2) Dukhãn (asap),
3) Dajjal,
4) Dabbah (hewan melata diatas muka bumi),
5) Ya’juj wa Ma’juj,
6) Terbit matahari dari barat,
7) Api keluar dari negeri Yaman, menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allõh سبحانه وتعالى
8) Turunnya ‘Isa putra Maryam عليه السلام.
Seorang perowi dalam Hadits ini menyebutkan: Turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام, sedangkan yang lain menyebutkan: Angin yang akan menghempaskan manusia ke dalam lautan.”
Maka kali ini, kita akan membahas tentang :
1) Ad Dukhãn (Asap),
2) Al Khusuf (Tiga Gerhana)
3) Api yang menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan.
Kalau kita merasa bahwa Tanda-Tanda Kiamat itu belum kita alami, maka janganlah kita meminta panjang umur agar kita bisa mengalaminya. Karena semua tanda-tanda itu berisi dengan fitnah (ujian) yang belum tentu kita sanggup menghadapinya.
Mengapa bahasan tentang Tiga Tanda-Tanda Kiamat Besar itu kita jadikan dalam satu bahasan? Karena ketiganya sangat sederhana dan semuanya berdasarkan nash.
Pertama, para ‘Ulama Ahlus Sunnah berbeda pendapat tentang Ad Dukhãn (Asap). Bisa kita lihat dalam Tafsĩr Ath Thobari, Tafsĩr Al Baghõwy, Tafsĩr Al Qurthuby dan Tafsĩr Ibnu Katsĩr, semuanya mereka mengatakan yang maknanya seperti yang terdapat dalam Kitab “Asyrõtussã’ah” yaitu: “Tidaklah menimpa Quraisy baik berupa kehidupan yang sulit maupun berupa kelaparan, kecuali itu terjadi ketika mereka diseru oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم kemudian mereka tidak memenuhi seruan tersebut, mereka tetap enggan dan tidak mau menerima, bahkan mereka mengangkat pandangan mereka ke langit dan tidak ada yang mereka lihat kecuali Ad Dukhãn (Asap).”
Itulah yang dimaksud Ad Dukhãn atau asap yang pernah terjadi pada awal mula Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم berdakwah. Berarti, menurut pendapat tersebut, Ad Dukhãn pernah terjadi dahulu. Maknanya, bahwa Ad Dukhãn merupakan tanda akhir zaman, tetapi sudah keluar lebih dahulu. Maka bila kita sudah menerima dan membahas selama ini bahwa yang dimaksud Kiamat itu ada dua yaitu “Kiamat Kecil (Qiyamah Sughro)” dan “Kiamat Besar (Qiyamah Kubro)”, maka dengan demikian Ad Dukhãn termasuk ke dalam ayat-ayat Tanda Kiamat Kecil (Qiyamah Sughro) karena sudah berlalu dan tidak akan terulang.
Pendapat tersebut dikatakan oleh Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’ũd رضي الله عنه dan diikuti oleh Salaful Ummah, dan dikuatkan oleh Al Imãm Ath Thobari رحمه الله, karena mengambil satu dalĩl yang berasal dari apa yang diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhõry رحمه الله no: 4824 dan dalĩl-nya kuat, yaitu bahwa kata beliau dari Masruq رضي الله عنه (salah seorang Tãbi’ĩn):
عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ : قَالَ عَبْدُ اللهِ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم وَقَالَ : {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ} فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمَّا رَأَى قُرَيْشًا اسْتَعْصَوْا عَلَيْهِ ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ فَأَخَذَتْهُمُ السَّنَةُ حَتَّى حَصَّتْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى أَكَلُوا الْعِظَامَ وَالْجُلُودَ – فَقَالَ أَحَدُهُمْ حَتَّى أَكَلُوا الْجُلُودَ وَالْمَيْتَةَ – وَجَعَلَ يَخْرُجُ مِنَ الأَرْضِ كَهَيْئَةِ الدُّخَانِ فَأَتَاهُ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ أَيْ مُحَمَّدُ إِنَّ قَوْمَكَ قَدْ هَلَكُوا فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَكْشِفَ عَنْهُمْ فَدَعَا ثُمَّ قَالَ تَعُودُوا بَعْدَ هَذَا فِي حَدِيثِ مَنْصُورٍ ثُمَّ قَرَأَ {فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ} إِلَى {عَائِدُونَ} أَيُكْشَفُ عَذَابُ الآخِرَةِ فَقَدْ مَضَى الدُّخَانُ وَالْبَطْشَةُ وَاللِّزَامُ وَقَالَ أَحَدُهُمُ الْقَمَرُ وَقَالَ الآخَرُ الرُّومُ.
Artinya:
Masruq berkata, “‘Abdullõh (– yang dimaksud adalah ‘Abdullõh bin Mas’ũd رضي الله عنه –) berkata, “Bahwa sesungguhnya Allõh سبحانه وتعالى mengutus Muhammad صلى الله عليه وسلم lalu berfirman (– Surat Ash Shõd (38) ayat 86 — ):
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ
“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas da`wahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan…”
Sesungguhnya Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم ketika melihat Quraisy, yang mana mereka itu menyelisihinya (– menyelisihi dakwah beliau صلى الله عليه وسلم – pent.), maka beliau صلى الله عليه وسلم pun berdo’a, “Ya Allõh, tolonglah aku dalam menghadapi mereka dengan 7 perkara sebagaimana 7 perkara pada masa Nabi Yusuf عليه السلام. Dimana berlalu satu tahun sedangkan bumi tidak mengeluarkan hasil buminya sehingga mereka memakan tulang dan kulit”.
Dalam satu riwayat, “Sehingga mereka memakan kulit dan bangkai”.
Sehingga kemudian keluarlah Ad Dukhãn kepada mereka seolah asap.
Maka datanglah Abu Sofyan menghadap Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengatakan, “Ya Muhammad sesungguhnya kaummu telah binasa maka mintalah pada Allõh agar mengangkat musibah ini.”
Maka Nabi صلى الله عليه وسلم berdo’a, kemudian berkata, “Kembalilah setelah ini, kemudian membacakan firman Allõh (surat Ad Dukhãn (44) ayat 10-15), kemudian apakah berakhir adzab akhirat, sedang telah berlalu “Asap (Ad Dukhãn) dan kekejaman”.
Yang lain berkata “bulan”, dan yang lain lagi berkata “Romawi”.
Jadi menurut pendapat pertama tersebut, berdasarkan dalĩl melalui riwayat Al Imãm Al Bukhõry رحمه الله maka Asap (Ad Dukhãn) adalah perrnah terjadi pada zaman Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم.
Pendapat Kedua, adalah pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksudkan Ad Dukhãn adalah merupakan tanda-tanda yang ditunggu dan tanda-tanda tersebut belum datang atau belum terjadi sampai sekarang namun akan terjadi bila Hari Kiamat sudah semakin mendekat.
Pendapat ini adalah pendapat dari Shohabat ‘Ali Bin Abi Thõlib, ‘Abdullõh bin ‘Abbas, Abu Sã’id Al Khudry رضي الله عنهم, dan yang lainnya; bahkan juga didukung kebanyakan dari kalangan Tãbi’ĩn dan berdalil kepada Hadits Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang diriwayatkan oleh Al Imãm Ibnu Jarĩr Ath Thobari رحمه الله dalam Kitabnya “Jãmi’ul Bayãn Fi Tafsĩr Al Qur’ãn” no: 31314 dan juga Al Imãm Ibnu Katsĩr رحمه الله. Dan kata Al Imãm Ibnu Katsĩr رحمه الله, sanad Hadits ini shohĩh sampai dengan ‘Abdullõh bin ‘Abbas dan berasal dari ‘Abdullõh bin Mulã’ikah رضي الله عنهما, ia berkata :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ : غَدَوْتُ عَلَى ابْنِ عَبَّاسٍ ذَاتَ يَوْمٍ ، فَقَالَ : مَا نِمْتُ اللَّيْلَةَ حَتَّى أَصْبَحْتُ ، قُلْتُ : لِمَ ؟ قَالَ : قَالُوا : طَلَعَ الْكَوْكَبُ ذُو الذَّنَبِ ، فَخَشِيتُ أَنْ يَكُونَ الدُّخَانُ قَدْ طَرَقَ ، فَمَا نِمْتُ حَتَّى أَصْبَحْتُ
Artinya:
Pagi-pagi saya datang kepada ‘Abdullõh bin ‘Abbas رضي الله عنه dan ia berkata : “Saya tidak tidur semalam sampai pagi. Karena malam itu telah terbit bintang yang bintang itu berekor, saya khawatir (takut) jangan-jangan Ad Dukhãn telah mulai muncul. Sampai saya tidak bisa tidur hingga pagi harinya”
Dengan perkataan ‘Abdullõh bin ‘Abbas رضي الله عنه tersebut, para ‘Ulama Ahlus Sunnah termasuk Al Imãm Ibnu Katsĩr رحمه الله mengatakan bahwa Ad Dukhãn belum terjadi. Karena ternyata bintang yang dikira sudah terbit dan berasal dari langit itu semula disangka sebagai Ad Dukhãn. Dengan demikian Ad Dukhãn sekarang belum terjadi. Ditambah pula dengan apa yang dikatakan oleh ‘Abdullõh bin ‘Abbas رضي الله عنه tersebut diatas, bahwa itu belum terjadi dan akan terjadinya di akhir zaman, maka kemudian oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah digabungkan menjadi pendapat yang kedua ini.
Kesimpulannya:
Pendapat Pertama, bahwa Ad Dukhãn (Asap) itu terjadi pada masa Quraisy.
Pendapat Kedua, mengatakan bahwa Ad Dukhãn (Asap) itu belum terjadi, dan akan terjadi menjelang Hari Kiamat.
Pendapat pertama didukung oleh Al Imãm Al Bukhõry dan merupakan pendapat yang kuat. Tetapi Pendapat kedua juga dikatakan oleh Al Imãm Ibnu Katsĩr dan sanadnya adalah shohĩh.
Sehingga dua-duanya shohĩh, kemudian para ‘Ulama Ahlus Sunnah menggabungkan dua pendapat tersebut, sehingga sebagaimana kata Penulis Kitab “Asyrõtussã’ah”, yakni Syaikh Yũsuf bin ‘Abdillãh bin Yũsuf Al Wãbil, beliau mengatakan bahwa: “Sesungguhnya Ad Dukhãn (Asap) itu terjadi dua kali. Pertama sudah pernah muncul dan sudah hilang, tetapi yang kedua tersisa asap yang lain yang akan terjadi pada akhir zaman. Adapun menyikapi tentang ayat pertama bahwa asap sudah terjadi, itu adalah yang disaksikan oleh orang Quraisy dimana mereka melihat bahwa asap itu sudah terjadi. Sedang Ad Dukhãn bukanlah asap yang sesungguhnya, melainkan ia merupakan tanda bagi Hari Kiamat”.
Pendapat Para ‘Ulama Ahlus Sunnah tentang Ad Dukhãn :
1) Diambil dari Kitab yang ditulis oleh Al Imãm Al Qurthubi رحمه الله yang berjudul “Tadzkiroh” 1/ 738, beliau menukil perkataan Al Imãm Mujãhid bahwa ‘Abdullõh bin Mas’ũd رضي الله عنه mengatakan : “Dua Asap itu merupakan dua asap yang berbeda. Sudah terjadi dan terlewati yang satu, sedangkan yang tersisa yaitu yang kedua bukan hanya terjadi di Quraisy, tetapi asap itu akan menyelimuti langit dan bumi, tidak akan menemui kecuali rentang yang amat sempit, sampai orang kãfir itu telinga-telinga mereka dipenuhi oleh asap”.
Maksudnya, bahwa seluruh muka bumi ini dipenuhi oleh Asap. Bila orang Mu’min (beriman) akan mempunyai jarak dengan asap itu, sedangkan orang kãfir maka Asap itu akan sampai masuk ke dalam telinga-telinga mereka.
2) Dalam pernyataan Al Imãm Ibnu Jarĩr At Thobari رحمه الله bahwa Ad Dukhãn (Asap) itu akan terjadinya di akhir zaman. Allõh سبحانه وتعالى mengancam orang-orang kãfir agar mereka itu dilanda oleh Asap dan Asap itu membuat mereka tidak mempunyai ruang, sehingga mereka mati tersiksa oleh Asap tersebut. Dan akan terjadi juga Ad Dukhãn (Asap) sebagaimana yang disabdakan oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم. Karena berita-berita dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah banyak sekali, bahwa Asap itu akan terjadi. Demikian pula Asap yang telah terjadi melalui riwayat ‘Abdullõh bin Mas’ũd رضي الله عنه, jadi kedua khabar itu adalah shohĩh.
3) Dalam “Syarah Shohĩh Muslim“, Al Imãm An Nawãwy رحمه الله mengatakan: “Dimungkinkan sekali bahwa Ad Dukhãn (Asap) yang dimaksud adalah dua asap (dua kali terjadi), untuk menggabungkan dua pendapat tersebut. Tidak mungkin dua atsar atau khobar digabung kecuali keduanya shohĩh. Sebab bila yang satu dho’ĩf, sedangkan satunya lagi shohĩh, maka pasti yang dho’ĩf akan terbuang. Tetapi ketika dikumpulkan, maka keduanya adalah shohĩh“.
Jadi semua pendapat diatas mengatakan kedua pendapat tersebut adalah shohĩh. Semuanya adalah dua atsar yang shohĩh.
Maka karena itu kita meyakini bahwa Ad Dukhãn itu dua kali terjadi. Hanya saja, Ad Dukhãn yang merupakan Tanda Hari Kiamat kelak adalah Asap yang menyelimuti langit dan bumi dan akan menyiksa orang kãfir sehingga mereka tidak bisa bernafas dengan adanya Asap tersebut.
Tentang Tiga Gerhana :
Haditsnya sama seperti disampaikan diatas, yakni yang diriwayatkan oleh Al Imãm Muslim no: 2901, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah mengkhobarkan bahwa : “Akan terjadi tiga gerhana dimana gerhana yang pertama akan terjadi di belahan Timur, gerhana kedua akan terjadi di belahan Barat dan gerhana yang ketiga adalah yang terjadi di negeri Arab (Timur Tengah).”
Hadits tersebut merupakan dalĩl yang tidak boleh diingkari, tiga-tiganya akan terjadi dan berdekatan rentang waktunya.
Yang lebih jelas adalah dalam riwayat Al Imãm Ath Thobroni رحمه الله dalam Kitab “Mu’jamul Kabĩr” no: 19081, dan kata Al Imãm Al Haetsamy رحمه الله bahwa Hadits tersebut diriwayatkan oleh Hakim bin Nãfi’, di-tsiqoh-kan oleh Al Imãm Ibnu Ma’ĩn رحمه الله, tetapi dilemahkan oleh yang lainnya.
Tetapi menurut para ‘Ulama Al Jarhu Wat Ta’dĩl, bila seorang perowi Hadits sudah dikatakan “Tsĩqoh” oleh Al Imãm Ibnu Ma’ĩn رحمه الله, berarti orang itu bisa dipercaya. Karena dalam Ilmu Hadits dikenal bahwa Ibnu Ma’ĩn رحمه الله adalah terkenal sebagai seorang yang sangat ketat didalam mem-filter (menyaring) apakah seseorang itu boleh diambil riwayatnya ataukah tidak boleh diambil. Sedemikian ketatnya sehingga rekomendasi dari Ibnu Ma’ĩn رحمه الله bisa mengangkat derajat Hadits tersebut menjadi derajat Hadits yang shohĩh. Apalagi menurut Al Imãm Al Haetsamy رحمه الله mengatakan bahwa sisa atau para perowi Hadits lainnya adalah terpercaya.
Hadits tersebut berasal dari Ummu Salãmah رضي الله عنها yang mengatakan : “Aku mendengar Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
سَيَكُونُ بَعْدِي خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، يُخْسَفُ بِالأَرْضِ وَفِيهِمِ الصَّالِحُونَ؟، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:إِذَا كَانَ أَكْثَرُ أَهْلِهَا الْخَبَثَ
Artinya:
“Akan terjadi setelah aku tiga gerhana, yaitu Gerhana di Timur, Gerhana di Barat dan Gerhana di Jazirah Arab”.
Aku mengatakan: “Ya Rosũlullõh, apakah mungkin manusia dibinasakan (ditimbun, dikurung, terkubur) sedangkan ditengah-tengah mereka ada orang-orang shõlih?”.
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda kepadaku: “Jika kebanyakan penghuni bumi ini berbuat kerusakan (kema’shiyatan).”
Jadi jika para warga (penghuni) bumi ini memperbanyak dosa dan kefãsikan maka akan menyebabkan mereka terjatuh (terkubur) oleh tanah.
Bahkan di dalam Hadits Riwayat Al Bazzãr no: 4743, Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menjawab ketika ditanya oleh Shohabat ‘Abdullõh bin ‘Abbas رضي الله عنه :
يا رَسولَ اللهِ أتهلك القرية وفيها الصالحون ؟ قال : نعم قيل : بم ؟ قال : بدهنتهم وسكوتهم عن معاصي الله
Artinya:
“Wahai Rosũlullõh, apakah suatu negeri akan dibinasakan, padahal didalamnya terdapat orang-orang shõlih?”
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya.”
‘Abdullõh bin ‘Abbas رضي الله عنه bertanya lagi, “Mengapa?”
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Karena ditengah mereka banyak penjilat dan diamnya mereka terhadap kema’shiyatan.”
Inilah isyarat yang sangat mengerikan. Maksud dari Hadits tersebut adalah bahwa jika penghuni bumi ini semakin hari semakin memperbanyak kefãsikan, ma’shiyat dan dosa, maka akan Allõh سبحانه وتعالى timbun mereka. Itulah berita dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang mengerikan.
Dengan demikian, bisa digaris bawahi bahwa “Perbuatan fãsiq, ma’shiyat serta perbuatan apa saja yang menyelisihi ajaran Allõh سبحانه وتعالى dan Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم adalah merupakan andil yang mempercepat turunnya ‘adzab Allõh سبحانه وتعالى.”
Maka bila kita ingin “terundurkan” atau dijauhkan dari ‘adzab Allõh سبحانه وتعالى, maka sudah semestinya kita gigih dan benar-benar peka terhadap kemungkaran yang ada di sekitar kita. Kita tidak boleh tinggal diam, karena itu adalah mempercepat turunnya ‘adzab Allõh سبحانه وتعالى.
Menurut Al Hãfidz Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله dalam Kitab “Fat-hul Bãri” 13/ 84 :
وقد وجد الخسف في مواضع ولكن يحتمل ان يكون المراد بالخسوف الثلاثة قدرا زائدا على ما وجد كأن يكون أعظم منه مكانا أو قدرا
Artinya:
“Telah terjadi gerhana di beberapa tempat, akan tetapi berkemungkinan yang dimaksud adalah gerhana yang tiga, yang lebih besar dari apa yang sudah terjadi, baik tempatnya maupun ukurannya.”
Dengan demikian Al Hãfidz Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله menjelaskan bahwa, “Telah diketemukan Al Khosfu (tanah longsor, dan manusia tertimbun oleh tanah) dalam berbagai riwayat. Tetapi yang dimaksudkan sebagai tiga Gerhana diatas, maka kadarnya lebih dahsyat dari apa yang sudah terjadi, mungkin bisa lubang tanah semakin besar atau kedahsyatannya lebih besar.”
Kemudian dalam penjelasannya Al Hãfidz Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله mengatakan: “Akibatnya bumi menjadi amblas, memakan dan mengubur manusia yang ada diatasnya, itu juga merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.”
Api Yang Menggiring (Menghimpun) Manusia :
Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imãm Al Bukhõry no: 6522 dan Al Imãm Muslim no: 2861, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda :
يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى ثَلاَثِ طَرَائِقَ رَاغِبِينَ رَاهِبِينَ وَاثْنَانِ عَلَى بَعِيرٍ وَثَلاَثَةٌ عَلَى بَعِيرٍ وَأَرْبَعَةٌ عَلَى بَعِيرٍ وَعَشَرَةٌ عَلَى بَعِيرٍ وَيَحْشُرُ بَقِيَّتَهُمُ النَّارُ تَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا وَتَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتُصْبِحُ مَعَهُمْ حَيْثُ أَصْبَحُوا وَتُمْسِي مَعَهُمْ حَيْثُ أَمْسَوْا
Artinya:
“Manusia itu akan digiring melalui tiga jalan. Mereka berharap dan mereka takut ketika digiring itu, lalu ada dua orang yang mengendarai unta, ada yang tiga orang, ada juga empat orang yang naik di atas unta, bahkan ada yang sepuluh orang; semuanya itu merupakan sisa manusia yang akan digiring oleh Allõh سبحانه وتعالى melalui api sehingga mereka menemui suatu tempat, sampai tidak ada lagi manusia yang tertinggal. Kalaupun ada manusia yang tertidur, si api akan menunggunya sampai ia bangun, kalau manusia bangun di pagi hari, maka api itu pun akan bersama mereka. Dan bila sore terjadi, maka si api akan menggiring mereka di sore hari itu juga”.
Semua itu berita dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bahwa api akan menggiring mereka, dimana pun mereka berada, semua akan digiring menuju ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allõh سبحانه وتعالى.
Dimanakah mereka akan dikumpulkan ?
Dalam apa yang dijelaskan oleh Al Hãfidz Ibnu Rojab Al Hambali رحمه الله dalam Kitab beliau bernama “Lathõ’iful Ma’ãrif” halaman 91 bahwa:
فأما شرار الناس فتخرج نار في آخر الزمان تسوقهم إلى الشام قهرا حتى تجتمع الناس كلها بالشام قبل قيام الساعة
Artinya:
“Adapun (terhadap) manusia-manusia yang jahat, maka akan keluar api di akhir zaman, yang menggiring mereka pada negeri Syam dengan paksa, sehingga semua manusia berkumpul di negeri Syam sebelum terjadinya Kiamat.”
Penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah berkenaan dengan masalah tiga gejala tersebut adalah sangat pendek dibandingkan dengan penjelasan tentang masalah lainnya. Itulah yang kita dapati dari penjelasan mereka.
Berarti Ad Dukhãn, Tiga Gerhana dan Api yang Menggiring Manusia adalah menjadi penutup dari Sepuluh Tanda-Tanda Hari Kiamat Besar (Qiyamah Kubro) dan sebagai penutup kajian Kedahsyatan Hari Kiamat. Setelah yang sepuluh itu terjadi, maka yang akan terjadi berikutnya adalah “Ahwãlul Qiyamah (Kejadian Kiamat yang sesungguhnya)”, yang in syã Allõh akan kita bahas dalam kajian mendatang.
Bagaimana Menghadapi Tanda-Tanda Kiamat seperti tersebut diatas, adalah sebagai berikut:
1) Bahwa kita harus mengimani dan membenarkannya betapa pun akal kita tidak bisa mencernanya, karena semua dalilnya dari Al Qur’an dan Sunnah Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم yang shohĩh.
Dan mengimani perkara yang Ghoib itu, maka tidak ada ikut-campur akal manusia didalamnya, karena yang dibutuhkan adalah Imãn. Kita sebagai Ahlus Sunnah wal Jamã’ah harus mengakui kelemahan akal manusia dan menerima wahyu secara sepenuhnya, apakah akal kita bisa mencernanya ataukah tidak.
2) Yang paling penting adalah : Hendaknya kita mempersiapkan diri dalam menghadapinya. Apa yang sudah kita persiapkan apabila kita menghadapi Kiamat tersebut? Apakah itu Qiyamah Kubro ataukah Qiyamah Sughro (Kiamat Kecil atau Kematian). Adapun Qiyamah Kubro, maka mudah-mudahan kita tidak menemuinya karena sangat lah dahsyat kejadiannya. Persiapan kita minimal adalah : Shodaqotul Jãriyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang shõlih yang mendo’akan kita.
3) Dari semua Tanda Kiamat itu hendaknya kita meyakini seyakin-yakinnya bahwa Allõh سبحانه وتعالى itu Maha Besar, Maha Berkuasa, dan Maha Perkasa, sehingga tidak ada yang bisa melawan Allõh سبحانه وتعالى atas semua kehendak-Nya.
Bila Allõh سبحانه وتعالى menghendaki sesuatu maka pastilah akan terjadi. Semuanya itu adalah tanda kebesaran Allõh سبحانه وتعالى dan hendaknya kita meyakini dan tidak boleh ada yang ragu. Karena keraguan dalam perkara ‘Aqĩdah adalah berbahaya, bisa mengakibatkan murtad-nya seseorang dari Islam.
TANYA JAWAB
Pertanyaan :
Mohon Sepuluh Tanda Hari Kiamat bisa disebutkan urutannya, agar kami lebih jelas.
Jawaban:
1) Munculnya Imãm Mahdi.
2) Munculnya Dajjal.
3) Munculnya Ya’juj wa Ma’juj.
4) Turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام.
5) Terbitnya Matahari dari sebelah Barat.
6) Munculnya Ad Dãbah (Binatang Melata).
7) Angin yang menghempas semua manusia yang dalam hatinya ada iman.
8) Ad Dukhãn (Asap).
9) Gerhana Matahari tiga kali.
10) Api Yang Menggiring Manusia.
Sepuluh kejadian itu tidak ada jeda waktu diantaranya, tetapi kejadiannya adalah berurutan.
Pertanyaan:
Bagaimana dengan turunnya (kemunculannya) Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام ketika itu ?
Jawaban :
‘Isa bin Maryam عليه السلام adalah Nabi. Beliau in syã Allõh akan muncul di akhir zaman nanti dengan Kehendak dan Kekuasaan Allõh سبحانه وتعالى, namun tidaklah untuk mendakwahkan dan menghidupkan ajaran ketika beliau عليه السلام masih menjadi Nabi, tetapi justru untuk mengamalkan apa yang menjadi Syari’at Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Jadi turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام di akhir zaman nanti bukanlah berfungsi sebagai Nabi Pembawa Syari’at. Dengan demikan beliau عليه السلام tidak membawa ajaran baru, tetapi turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام nanti adalah untuk mengamalkan ajaran Nabi terakhir yaitu ajaran yang Allõh سبحانه وتعالى turunkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, sampai dengan meninggalnya Nabi ‘Isa عليه السلام dan jenazahnya kemudian disholatkan oleh kaum Muslimin.
Pertanyaan:
Terjadinya Tanda-Tanda Hari Kiamat seperti akan terjadi di daerah Arab. Apakah ada kemungkinan negara-negara selain daerah Arab akan ditenggelamkan dulu, lalu terakhir terjadi Kiamat di daerah Arab?
Jawaban:
Jawaban atas pertanyaan tersebut tidak bisa dengan logika. Dari keterangan-keterangan diatas seolah-olah bahwa Tanda-Tanda Kiamat akan terjadi di Jazirah Arab, apakah negara-negara selain daerah Arab tersebut akan terkena gejalanya atau tidak, seperti halnya pembahasan tentang Imãm Mahdi, bahwa beliau akan muncul dan memimpin dunia dengan adil dan dunia seluruhnya akan menjadi makmur. Berarti bukan saja di Jazirah Arab.
Berkenaan dengan Dajjal, disebutkan bahwa Dajjal itu menimbulkan fitnah selama 40 hari, yang dikatakan bahwa hari pertama adalah seperti setahun, hari kedua seperti satu bulan, dan hari ketiga seperti sepekan, dan hari berikutnya adalah seperti hari-hari biasa, maka dikatakan bahwa selama 40 hari itu Dajjal akan mengelilingi seluruh penjuru dunia.
Oleh karena itu maka sepuluh gejala Hari Kiamat itu sebenarnya akan dialami oleh manusia di seluruh dunia. Termasuk Gerhana baik di Barat maupun di Timur, semua akan dialami oleh manusia.
Khosfun yang dimaknakan bumi amblas (runtuh) yang akan terjadi di sebelah Barat dan sebelah Timur, dan bumi amblas di Jazirah Arab, berarti seluruh muka bumi ini akan hancur. Sehingga dunia ini dalam satu genggaman Allõh سبحانه وتعالى, dan itu sangat kecil dibandingkan semua tata-surya yang lainnya.
Ketika bumi hancur, maka semua akan hancur, karena kita bisa buktikan dalam Al Qur’an terutama dalam surat-surat yang terdapat di Juz ‘Amma, yang menjelaskan tentang Hari Kiamat, bahwa Kiamat akan terjadi bukan saja di belahan tertentu melainkan di seluruh tatanan jagad-raya ini akan menjadi hancur.
Pertanyaan:
Bagaimanakah hukumnya orang memakai gigi-kawat ?
Jawaban:
Gigi-kawat termasuk dalam dua tinjauan.
Tinjauan pertama, adalah sebagai Zĩnah (Perhiasan), dan tinjauan kedua adalah sebagai Pengobatan.
Kalau itu sebagai pengobatan maka dibolehkan. Bila ada unsur perhiasan, bahkan bila ada gigi yang digergaji (dipotong), maka itu tidak boleh. Kalau hanya sekedar sebagai usaha mengatur dan merapihkan gigi dengan kawat, maka itu dibolehkan.
Pertanyaan:
Mohon penjelasan apa yang dimaksud “sebelah Timur” dan “sebelah Barat” dalam Tanda-Tanda Hari Kiamat.
Jawaban:
Menurut para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa “Dunia sebelah Timur” adalah “sebelum negeri Syam (Syiria)”. Maksudnya: Syiria ke arah timur.
Sedangkan yang dimaksud “sebelah Barat” adalah sebelah Barat dari Jazirah Arab.
Pertanyaan:
1. Ketika kelak turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام, apakah yang meyakinkan bahwa dia itu adalah Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام yang dimaksud?
2. Apakah itu juga diyakini oleh kaum Nasrani bahwa beliau adalah Nabi ‘Isa bin Maryam?
Jawaban:
1. Tentang diketahui identitasnya bahwa beliau itu adalah ‘Isa bin Maryam عليه السلام ketika turunnya nanti, diantaranya adalah seperti yang dikhobarkan oleh Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم sebagaimana penjelasannya ada di dalam Kitab “As Sunnan Al Wãridatu Fil Fitãni Wa Ghowã-iliha Was Sa’ãti Wa Asrõtiha” V/1105 sebagai berikut ini:
فإذا كان يوم الجمعة من صلاة الغداة وقد أقيمت الصلاة فالتفت المهدي فإذا هو بعيسى بن مريم قد نزل من السماء في ثوبين كأنما يقطر من رأسه الماء فقال أبوهريرة إذا أقوم إليه يا رسول الله فأعانقه فقال يا أبا هريرة إن خرجته هذه ليست كخرجته الأولى تلقى عليه مهابة كمهابة الموت يبشر أقواما بدرجات من الجنة فيقول له الإمام تقدم فصل بالناس فيقول له عيسى إنما اقيمت الصلاة لك فيصلى عيسى خلفه(السنن الواردة في الفتن وغوائلها والساعة وأشراطها 5/1105
Artinya:
“Maka pada hari Jum’at, ketika akan sholat Fajar dan Iqomat sudah dikumandangkan, maka Imãm Mahdi menengok, ternyata dilihatnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام telah turun dari langit, mengenakan dua baju, seolah dari kepalanya meneteskan air.”
Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Ya Rosũlullõh, jika aku menemuinya, aku akan merangkulnya.”
Lalu Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya keluarnya ini tidak seperti keluarnya (– Isa عليه السلام — pent.) yang pertama kali. Engkau akan menemui dia dalam keadaan berwibawa, dan disegani. Dia akan memberitahu kaum dengan tingkatan surga.”
Lalu Imãm Mahdi mengatakan padanya, “Majulah anda dan jadilah Imãm (– Imãm sholat – pent.).”
Maka ‘Isa عليه السلام berkata, “Sesungguhnya Iqomat telah dikumandangkan untukmu.”
Sehingga Nabi ‘Isa عليه السلام pun sholat dibelakang Imãm Mahdi.”
Jadi dari hadits diatas, maka di akhir zaman nanti, ketika Imãm Mahdi sedang berada dalam barisan-barisan yang siap berperang dengan Ahlul Kitab, diantara mereka adalah orang-orang Yahudi dan Dajjal. Kemudian setelah siap hendak sholat, dan Iqomat telah disuarakan, maka Nabi ‘Isa عليه السلام pun muncul.
Lalu Imãm Mahdi berkata: “Wahai ‘Isa عليه السلام, silahkan engkau menjadi Imãm”.
Kata Nabi ‘Isa عليه السلام: “Engkau yang menjadi Imãm, karena Iqomat telah ditegakkan.”
Maka Imãm Mahdi pun menjadi Imãm Sholat dan Nabi ‘Isa عليه السلام menjadi ma’mum-nya. Setelah sholat selesai, kemudian kepemimpinan barulah diambil alih oleh Nabi ‘Isa عليه السلام.
Hal ini juga adalah sebagaimana dalam Hadits Shohĩh Riwayat Al Imãm Al Bukhõry no: 3449 dan Al Imãm Muslim no: 409, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
Artinya:
“Bagaimana dengan kalian, apabila ‘Isa bin Maryam عليه السلام turun kepada kalian, sedangkan Imãm kalian dari kalangan kalian sendiri.”
Jadi munculnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام itu sebenarnya sangat definitif sekali. Hal ini sebenarnya sudah kita bahas dalam kajian lalu tentang “Tanda Qiyamah Kubro : Turunnya ‘Isa bin Maryam عليه السلام.”
2. Tentang kaum Nasrani, apakah mereka meyakini hal ini ataukah tidak, maka tidak ada keterangan dalam Hadits tentang masalah itu. Maka Wallõhu a’lam.
Pertanyaan:
Apakah Api yang menggiring manusia pada hari menjelang Kiamat itu adalah api neraka?
Jawaban:
Bahwa Api yang akan Menggiring Manusia ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allõh سبحانه وتعالى, maka menurut perkataam Al Imãm Al Hãfidz Ibnu Hajar Al Asqolãny رحمه الله, tempat berkumpulnya itu adalah di negeri Syam (Syiria). Itu terjadinya sebelum Hari Kiamat.
Tetapi Mahsyar yang kita sebut dalam “Yaumul Mahsyar” adalah adanya setelah Hari Kiamat. Jadi ada dua Mahsyar, yaitu “Mahsyar sebelum hari Kiamat” dan ada “Mahsyar sesudah hari Kiamat”.
Dan “Mahsyar sesudah hari Kiamat”, maka in syã Allõh akan kita bahas dalam pertemuan atau kajian yang akan datang.
Pertanyaan:
Ketika seseorang dalam perjalanan (safar) antara Madinah ke Makkah (misalnya perjalanan Umroh), dan ia bukan penduduk Makkah, maka setibanya di Makkah, manakah yang lebih dahulu dikerjakannya, apakah sholat jama’ (Maghrib dan ‘Isya ataukah Dhuhur dan ‘Ashar)? Ataukah mengerjakan Thowaf telebih dahulu?
Jawaban:
Harus dilihat terlebih dahulu bagaimana kondisinya. Kalau seseorang itu datang di Masjidil Harom di waktu masih awal dan masih memungkinkan, maka hendaknya ia Thowaf terlebih dahulu, kemudian sesudah itu barulah sholat Jama’.
Tetapi bila ia sampai di Masjidil Harom ketika iqomat sudah ditegakkan, maka sholat Berjama’ah sudah akan dimulai, sehingga hendaknya ikutlah sholat berjama’ah dengan kaum muslimin lainnya terlebih dahulu, dan jangan Thowaf dulu.
Lalu kalau orang di Masjidil Harom sudah selesai sholat (misalnya sholat Ashar), manakah yang lebih dahulu, sholat ataukah Thowaf. Maka yang benar adalah sholat lebih dahulu, karena sholat adalah wajib, dan waktunya sangat pendek. Dan yang diutamakan adalah sholat di awal waktu. Sedangkan Thowaf (Umroh) adalah sunnah. Kita boleh tidur sejenak dulu di hotel karena lelah, lalu baru Thowaf, maka yang demikian itu dapat dilakukan. Oleh karena itu dahulukan sholat, kemudian Thowaf.
Pertanyaan:
Lebih utama yang manakah dzikrullõh dengan menuntut ilmu?
Jawaban:
Dzikrullõh adalah bagian dari Tathowwu’, hukumnya sederajat dengan Nãfilah. Menurut Al Imãm Asy Syãfi’iy رحمه الله, kata beliau: “Menuntut ilmu (dien) itu lebih utama dibandingkan dengan ibadah sunnah.”
Maka menurut beliau رحمه الله, kalau kita ada ruang, ada waktu dan ada kesempatan untuk mengaji, ikutilah mengaji (menuntut ilmu dien) terlebih dahulu dan dzikir bisa ditunda di lain kesempatan.
Para ‘Ulama Ahlus Sunnah mengatakan: “Menuntut ilmu (dien) itu kemanfaatannya adalah tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain, sedangkan dzikir itu hanyalah untuk dirinya sendiri. Maka menuntut ilmu (dien) itu adalah lebih utama dibandingkan ibadah Nãfilah, seperti misalnya dzikir.”
Pertanyaan:
Ada yang menterjemahkan Ad Dukhãn adalah “Kabut”, sedangkan dalam bahasan diatas Ad Dukhãn diartikan sebagai “Asap”. Manakah yang benar?
Apakah adanya asap itu berbarengan dengan dicabutnya nyawa mansuia?
Jawban:
“Kabut” dengan “Asap” berbeda. Kalau kita sedang berada di Puncak, kita sering menemui kabut. “Kabut” adalah butiran-butiran air. Sedangkan Asap itu bukanlah kabut. Justru Asap membuat madhorot (merusak) bagi manusia. Manusia akan sangat menderita dengan Ad Dukhãn (Asap) itu.
Apakah datangnya Asap itu berbarengan dengan dicabutnya nyawa manusia? Tidak. Karena ada masa khusus dimana Allõh سبحانه وتعالى akan menghembuskan angin bagi orang yang beriman, yakni angin yang berbau misik (wangi), yang dalam sekejap di saat itulah mereka tercabut nyawanya, atas kekuasaan Allõh سبحانه وتعالى.
Demikianlah bahasan tentang tiga perkara diantara Tanda-Tanda Hari Kiamat. Kita tidak bisa mengarang sendiri tentang hal tersebut, tetapi kita mengkajinya sesuai dengan nash yang ada. Mudah-mudahan dengan semakin mengkajinya maka kita akan semakin takut kepada Allõh سبحانه وتعالى, bahwa Allõh سبحانه وتعالى itu Maha Berkuasa. Allõh سبحانه وتعالى lah yang Menciptakan dan Memiliki alam semesta ini. Dia berbuat kepada alam ini semau dan sekehendak-Nya. Siapa yang tidak takut kepada Allõh سبحانه وتعالى berarti hatinya telah mati.
Semuanya bisa terjadi, baik yang sudah, maupun yang akan terjadi itu adalah sangat mudah bagi Allõh سبحانه وتعالى karena alam semesta ini berada dalam genggaman Allõh سبحانه وتعالى. Maka hendaknya kita mempersiapkan diri menghadapi Kiamat, agar semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung.
Iman kepada yang Ghoib hendaknya hanya terpaku kepada Nash. Mudah-mudahan hal itu mendorong kita untuk melakukan perkara yang disyari’atkan kepada Allõh سبحانه وتعالى, untuk menjalankan apa yang menjadi kewajiban kita, guna menggapai kebahagiaan hidup tidak hanya di dunia tetapi juga di akherat nanti.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Senin malam, 20 Jumaddil Awwal 1429 H – 26 Mei 2008 M.
—– 0O0 —–
Silakan download PDF : AdDukhaan Gerhana Api AQI 260508 FNL
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Allahu Akbar!
Bismillahir rohmaanir rohiim …
Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh ..
Sukron pa ustad, atas ilmunya, sangat bermanfaat, buat ana dan keluarga.. juga ikhwan-ikhwan yang lain.. ana ijin copy
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika
Subhanallah..
Terima kasih atas penjelasannya..