TEXT: Iman, Hakekat & Peruntuhnya
(Resume Ceramah – Masjid Baytul Mukhlishin 12/11/2022)
IMAN, HAKEKAT & PERUNTUHNYA

Oleh: Ustadz Dr. Achmad Rofi’i, Lc.M.M.Pd.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Pada kajian beberapa pekan yang lalu, telah kita bahas tentang masalah “Rukun-Rukun Iman”, dan juga tentang “Hakekat Iman”; maka pada kajian hari ini — sebagai kelanjutan dari kajian-kajian yang lalu; kita akan membahas masalah “Iman, Hakekat Iman dan Peruntuhnya”.
Tentang Rukun Iman beserta dalil-dalilnya maka dapat dilihat pada Bagan-1. Rukun Iman dan Dalilnya di bawah ini, yang merupakan ringkasan dari apa yang telah kita kaji beberapa waktu yang lalu:

Bagan-1A. Rukun Iman dan Dalilnya
Dalil lainnya adalah pada QS. Al-Baqoroh/2:177, dimana Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
۞ لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allooh, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
Dalam QS. Al-Baqoroh/2:177 diatas, disebutkan perkara:
- Iman berupa Aqidah / Keyakinan (beriman antara lain kepada: a) Allooh, b) Hari Kemudian, c) Malaikat-Malaikat, d) Kitab-Kitab, e) Nabi-Nabi)
- Iman berupa Amal Nyata Perbuatan Anggota Tubuh (seperti: bershodaqoh kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; memerdekakan budak; mendirikan sholat; menunaikan zakat; menepati janji bila berjanji)
- Iman berupa Amalan Hati (seperti: bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan)

Bagan-1B. Rukun Iman dan Dalilnya (lanjutan)
Kemudian dalil berikutnya adalah QS. Al-Baqoroh/2:285, yaitu:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rosuul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada: 1) Allooh, 2) malaikat-malaikat-Nya, 3) Kitab-Kitab-Nya, dan 4) Rosuul-Rosuul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rosuul-rosuul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.”
Dalam QS. Al-Baqoroh/2:285 diatas, disebutkan perkara:
1) Iman berupa Aqidah / Keyakinan (beriman antara lain kepada: a) Allooh, b) Malaikat-Malaikat-Nya, c) Kitab-Kitab-Nya, d) Rosuul-Rosuul-Nya)
2) Iman berupa Amal Nyata Perbuatan Anggota Tubuh (seperti: berkata dengan Mulut/Lisannya bahwa “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dengan yang lain dari Rosuul-Rosuul-Nya”; berkata dengan Mulut/Lisannya, “Kami dengar dan kami taat”; berdoa memohon ampunan Allooh)
3) Iman berupa Amalan Hati (seperti: ketundukan, kepatuhan, kepasrahan terhadap Alloohسبحانه وتعالى dari kehendak untuk sami’na wa atho’na; dan berharap pada ampunan-Nya)

Bagan-1C. Rukun Iman dan Dalilnya (lanjutan)
Dengan demikian, sedikit kita ulang/muroja’ah bahwa:
Tentunya Iman itu harus bermakna, bukan sekedar mengatakan “Aku beriman kepada Allooh”, lalu titik; sementara perbuatannya menyelisihi perkataannya itu, misalkan: ia justru kerap pergi ke dukun, ia gemar berpihak kepada orang-orang yang memusuhi Islam, bahkan ia suka mengolok-olok syariat Islam, dan lain sebagainya. Maka yang seperti ini justru tidak menunjukkan adanya Iman pada orang tersebut
Karena sebagaimana yang dikatakan oleh Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه dalam Kitab “Al-Ibaanah An Syari’atil Firqotin Naajiyyah wa Mujaanabatu Al-Firoqil Madzmuumah” karya Al-Imaam Ibnu Baththoh رحمه الله Jilid I halaman 802-803 no: 1089 :
“Tidak ada manfaatnya suatu perkataan (pernyataan), kecuali disertai dengan amal. Tidak bermanfaat suatu amalan, apabila tidak disertai dengan perkataan. Tidak bermanfaat pula perkataan dan perbuatan, bila tidak disertai niat. Tidak bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat, kecuali bersesuaian dengan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.”
Maka ada 4 unsur yaitu: Perkataan, Perbuatan, Niat dan Sesuai dengan Sunnah.
Itulah bila kita ingin benar-benar beriman. Oleh karena itu, ketika kita beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, kita ungkapkan perkataan dengan: “Asyhadu an laa ilaaha illallooh wa asyhadu anna Muhammadur Rosuulullooh”, lalu berikutnya Niat kita adalah harus tulus hanya untuk Allooh سبحانه وتعالى dan sesuai dengan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Bila 4 unsur tersebut tidak kita miliki, maka iman kita tidak benar, tidak sesuai, tercela atau ada cacatnya.
Demikian pula Al–Imaam Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله dalam Kitab “Al-Ibaanah An Syari’atil Firqotin Naajiyyah wa Mujaanabatu Al-Firoqil Madzmuumah” karya Al Imaam Ibnu Baththoh رحمه الله Jilid I halaman 803 no: 1090 mengatakan yang serupa dengan Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه. Bahwa, bila kita ingin benar imannya, maka iman kita itu hendaknya mempunyai 4 unsur sebagaimana tersebut di atas.
Al-Imaam Muhammad bin Husain Al-Ajurri Asy-Syafi’i رحمه الله yang hidup pada awal abad ke-3 Hijriyah, bila dirunut madzhabnya, beliau adalah Madzab Syafi’i, beliau رحمه الله mengatakan dalam Kitab “Asy-Syari’ah” Juz I halaman 611sebagai berikut:
“Ketahuilah oleh kalian (kaum Muslimin), mudah-mudahan Allooh menyayangiku dan menyayangi kalian, yang diyakini oleh ulama kaum muslimin bahwa beriman adalah kewajiban dari seluruh makhluq. Semua manusia wajib beriman, yaitu: membenarkan dalam hati, menyatakan dengan lisan dan mengamalkan dengan amal / perbuatan”.
Dengan demikian, Iman itu adalah satu paket (bulat/utuh) yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu berupa:
1) Qoul / Ucapan, terdiri dari:
1.a) Ucapan “Bathin” melalui Keyakinan di Hati (dengan segenap Hatinya men-Tauhid-kan Allooh); dan
1.b) Ucapan “Dzohir” melalui Mulut / Lisannya (dengan meng-Ikrarkan dua kalimat syahadat)
2) Amalan, terdiri dari:
2.a) Amalan “Bathin” di Hati (contohnya antara lain: adanya rasa takut pada Allooh, cinta pada Allooh, berharap pada Allooh, benci pada thoghut/yang diibadahi selain Allooh, bertawakkul kepada Allooh, bersyukur pada Allooh, malu berma’shiyat pada Allooh, ridho pada ketentuan Allooh, dan lain sebagainya); dan
2.b) Amalan “Dzohir” melalui perbuatan Anggota Tubuhnya (seluruh anggota tubuhnya digunakan untuk taat kepada Allooh, beramal nyata di jalan Allooh, dan lain sebagainya)
INDIKATOR IMAN (Keyakinan / Niat di Hati, Perkataan / Ucapan Lisan dan Amal / Perbuatan seluruh Anggota Tubuh) ini HARUS LENGKAP, karena merupakan SATU PAKET yang bulat/utuh, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya !
BERBAGAI DALIL TENTANG IMAN :
1) I’tiqod / Keyakinan itu di Hati, maka perhatkanlah QS. Al-Hujurot/49: 14, Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allooh dan Rosuul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allooh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.”
2) Allooh سبحانه وتعالى juga berfirman dalam QS. Al-Ma’idah/5:41 :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ …
“Hai Rosuul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman…”
Maka hendaknya kita kaum Muslimin sering-seringlah melakukan introspeksi diri (muhasabah), mengecheck kadar keimanan di dalam hati kita; apakah Iman kita sedang dalam posisi yang kuat ataukah sedang dalam posisi lemah. Maka ketahuilah kadar diri kita sendiri !
3) Ada orang yang dipaksa untuk menjadi kafir, namun Hatinya tetap beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, hal ini sebagaimana dalam QS. An-Nahl/16:106 :
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allooh sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allooh), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allooh menimpanya dan baginya adzab yang besar.”
Siapa yang ridho dan melapangkan dadanya pada kekufuran, maka Allooh سبحانه وتعالى pun murka kepadanya; maka waspadalah di zaman kita hidup saat ini dimana aneka paham kekufuran (sekulerisme, pluralisme, liberalisme, materialisme, komunisme, atheisme, dan lain sebagainya) dipropagandakan secara meluas; janganlah terpedaya olehnya. Akherat yang abadi sungguh tidak layak digadaikan untuk kepentingan dunia yang fana dan sementara ini !
Namun tentunya berbeda kondisinya dengan saudara-saudara Muslim di wilayah-wilayah minoritas yang tertindas (contohnya di Uighur); yang dipaksa untuk meninggalkan identitas keislamannya; namun bila hati mereka tetap beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka yang demikian itu tentulah Allooh سبحانه وتعالى Maha Mengetahui keimanan di Hati hamba-Nya tersebut.
4) Iman yang Menghiasi Hati seorang Mukmin dapat dikenali dengan indikatornya adalah membenci kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan, sebagaimana firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al-Hujurot/49:7 :
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rosuulullooh. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allooh menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”
5) Iman itu juga ada di lisan-lisan Mukmin, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqoroh/2:136 :
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allooh dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.”
6) Ada suatu Amalan yang sangat berbahaya untuk ditinggalkan, yakni: Sholat (Fardhu). Barangsiapa meninggalkan sholat (fardhu) dengan sengaja, tanpa alasan, dari satu waktu ke waktu lainnya, maka ia dihukumi Kafir; hal ini sebagaimana Hadits berikut ini:
وَعَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Dari Buraidah rodhiyalloohu ‘anhu, bahwa Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perjanjian yang mengikat antara kita dan mereka adalah sholat, maka siapa saja yang meninggalkan sholat, sungguh ia telah kafir.”
(HR. At-Tirmidzi no: 2621 dan HR. An-Nasa’i no: 464; dan Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shohiih)
Dalam sholat itu terkandung: 1) Amalan Hati, 2) Ucapan Lisan, dan 3) Amal Perbuatan seluruh anggota tubuh. Ketiga-tiganya tercakup di dalam sholat.
Berikutnya, agar lebih mudah dipahami maka “Pembagian Iman” dapatlah digambarkan sebagaimana dalam Bagan-2. Pembagian Iman di bawah ini.
Bagan-2. Pembagian Iman
Dimana “Iman yang Kamaal/ Sempurna” adalah: Iman yang terbebas/bersih dari segala perkara yang dapat menyebabkan berkurang/hilangnya kadar Iman dalam diri seseorang.
Sedangkan “Iman yang Shihhah/Sah”, adalah: Iman yang masih ada pada diri seseorang, namun telah berkurang kadar Imannya akibat terkotori oleh berbagai perkara yang dapat mengurangi kadar Imannya (antara lain karena: syirik asghor/syirik kecil, kufur asghor/kufur kecil, nifaq asghor/nifaq kecil, bid’ah mufassiqoh, dan dosa/maksiat yang tidak sampai pada batasan mengharomkan apa yang dihalalkan Allooh serta menghalalkan apa yang diharomkan Allooh – lihat Bagan-3. Faktor Pengurang dan Pembatal Iman)
Berbagai faktor yang dapat menjadi “Pengurang Iman”, antara lain adalah:
- Syirik Asghor / Syirik Kecil, contohnya: Riya’
- Kufur Asghor / Kufur Kecil, contohnya: Mencela Nasab, Meratapi Kematian
- Nifaq Asghor / Nifaq Kecil , contohnya: Gemar melanggar janji, Suka berdusta ketika berbicara, dll.
- Bid’ah Mufassiqoh (Bid’ah yang tidak Membatalkan Iman), contohnya antara lain: Merayakan ulang tahun, Mengkhususkan untuk berziarah ke kuburan keluarga / orangtua di hari ‘Iedul Fithri, dll
- Tahawun / Tasahul Dosa dan Maksiat (Menyepelekan / Menggampangkan Dosa dan Maksiat, namun tidak sampai ke derajat “Menghalalkan apa yang diharomkan Allooh, dan tidak sampai ke derajat “Mengharomkan apa yang dihalalkan Allooh”), contohnya: berzina namun ia merasa berdosa dan tidak menghalalkan perbuatan zina itu, dll.
Bagan-3. Faktor Pengurang dan Pembatal Iman
Sedangkan berbagai faktor yang dapat menjadi “Pembatal Iman”, antara lain adalah:
- Syirik Akbar / Syirik Besar, contohnya: Meyakini bahwa “sedekah laut”/ pemberian sesajen pada Nyi Roro Kidul bisa menghindarkan dirinya dari musibah, Meyakini bahwa “sedekah gunung”/pemberian sesajen kepada dewa penjaga gunung berapi dapat menghindarkan dirinya dari musibah, Meyakini bahwa memakai susuk (dari dukun) dapat memberi manfaat enteng jodoh bagi dirinya, dan semisalnya.
- Kufur Akbar / Kufur Besar, contohnya: Meyakini bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya tanpa campurtangan Allooh, Meyakini bahwa ada tuhan selain Allooh, Meyakini bahwa Allooh memiliki anak/bapak, dan semisalnya.
- Nifaq Akbar / Nifaq Besar, contohnya: Loyal kepada orang-orang Kafir/ Musyrikin serta menolong mereka untuk membawa kemudhorotan bagi Islam dan kaum Muslimin; Mengolok-olok syariat Allooh untuk mengambil hati orang-orang kafir/musyrik, dan semisalnya.
- Bid’ah Mukaffiroh (Bid’ah yang Membatalkan Iman), contohnya: Mengkafirkan shohabat Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam (seperti keyakinan dan perilaku kaum Syiah Rofidhoh), Meyakini bahwa ada Nabi baru setelah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam (seperti keyakinan dan perilaku kaum Ahmadiyah), dll.
- Tahlil / Tahrim Dosa dan Maksiat (Dosa/Maksiat yang sampai ke derajat “Menghalalkan apa yang diharomkan Allooh, dan juga sampai ke derajat “Mengharomkan apa yang dihalalkan Allooh”), contohnya: Meyakini bahwa Hukum Allooh tidak perlu dipakai karena dianggapnya sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman lalu digantinya dengan Hukum Buatan Manusia (seperti keyakinan dan perilaku kaum Sekuler), Menghalalkan Riba dan Riba itu dianggapnya merupakan solusi ekonomi baginya, dll.
Seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang bernama Ibnu Hajar al-Asqolany rohimahullooh telah menjabarkan tentang Cabang-Cabang Iman di dalam kitab Fathul Baari, Jilid 1 halaman 52-53, yang mencakup 24 Amalan Hati (Keyakinan/Niat), 7 Amalan Lisan dan 38 Amal Perbuatan (dalam bentuk Amalan Nyata, Ittiba’ dan Amalan terkait urusan Umum) sebagai berikut:
Bagan-4. Cabang Iman versi Ibnu Hajar al-Asqolany
Iman dalam bentuk Keyakinan dan Niat di Hati, dimana di dalamnya terdapat 24 perkara antara lain:
(1) Iman kepada Allooh, selain Allooh adalah baru; (2) Iman kepada Malaikat; (3) Iman kepada kitab-kitab Allooh; (4) Iman kepada Rosuul-Rosuul Allooh; (5) Iman kepada Takdir yang baik, maupun Takdir yang buruk; (6) Iman kepada Hari Akhir; (7) Mencintai Allooh (konsekuensinya, ada cinta dan benci di dalamnya. Membenci beribadah pada selain Allooh); (8) Mencintai Nabi dan mengagungkannya, bersholawat atasnya, serta mengikuti sunnahnya; (9) Ikhlash karena Allooh; (10) Taubat pada Allooh; (11) Takut kepada Allooh; (12) Berharap pada Allooh; (13) Bersyukur pada Allooh; (14) Setia kepada-Nya; (15) Sabar pada ketentuan-Nya; (16) Ridho terhadap keputusan Allooh; (17) Tawakkul pada Allooh; (18) Rahmat; (19) Tawadhu; (20) Tidak Ujub; (21) Tidak sombong; (22) Tidak Hasad/Iri; (23) Tidak dengki; (24) Meninggalkan marah.
Iman dalam bentuk Amalan Lisan, dimana di dalamnya terdapat 7 perkara antara lain:
(1) Berikrar dengan Tauhid; (2) Membaca Al-Qur’an; (3) Mempelajari ilmu (diin); (4) Mengajarkan ilmu (diin); (5) Berdo’a; (6) Berdzikir dan beristighfar; (7) Menjauhi perkara yang sia-sia.
Iman dalam bentuk Amalan Badan, dimana di dalamnya terdapat 38 perkara antara lain:
I. 15 perkara didalamnya berkaitan dengan sesuatu yang NYATA yaitu:
(1) Bersuci; (2) Menutup aurot; (3) Sholat, baik fardhu maupun nafilah; (4) Zakat; (5) Membebaskan tawanan; (6) Berderma, termasuk didalamnya memberi makan dan menghormati tamu; (7) Puasa/shoum, baik fardhu maupun sunnah; (8) Haji dan umroh; (9) Tawaf; (10) I’tikaf; (11) Mencari keutamaan malam Lailatul Qodar; (12) Berhijrah dari negara syirik; (13) Menepati nazar, (14) Berhati-hati dengan sumpah; dan (15) Menunaikan kafaroh.
II. Sedangkan yang berkaitan dengan ITTIBA’, ada 6 perkara, yaitu:
(1) Bersih diri dengan menikah; (2) Menunaikan hak keluarga dan mendidik anak; (3) Berbuat baik kepada kedua orangtua dan tidak durhaka; (4) Silaturahim; (5) Taat kepada para tuan/sayyid/orang-orang mulia; (6) Bersikap lemah lembut terhadap budak.
III. Adapun berkaitan dengan UMUM terdapat 17 perkara, yaitu:
(1) Melaksanakan keamiran dengan adil; (2) Mengikuti jama’ah; (3) Taat kepada ‘Ulil Amri (Pemimpin Muslim diatas Syariat Islam); (4) Mendamaikan diantara manusia, termasuk didalamnya memerangi khowarij dan para pemberontak; (5) Menolong kebajikan, termasuk didalamnya adalah Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar; (6) Menegak-kan hukum Hudud; (7) Berjihad dan menjaga perbatasan; (8) Menunaikan amanah, termasuk didalamnya ghonimah 1/5 bagian; (9) Menunaikan hutang; (10) Memuliakan tetangga; (12) Baik dalam mu’amalah, termasuk di dalamnya ketika mengumpulkan harta dan menginfakkannya pada jalan yang benar; (12) Menjauhi Tabdzir dan Isrof; (13) Menjawab salam; (14) Mendo’akan orang yang bersin; (15) Menghentikan perbuatan yang menyakiti orang lain; (16) Menghindari perkara yang sia-sia; (17) Menyingkirkan sesuatu yang melukai orang dari jalan.
Oleh karena Hakekat Iman pada seseorang itu pastilah tercermin dalam Amalan Hati, Lisan dan Perbuatan Anggota Tubuhnya; maka berikut ini adalah diantara apa yang menjadi sasaran/tujuan dari Hakekat Iman yang ada pada diri seseorang dalam perilaku kehidupannya sehari-hari, yakni sebagaimana digambarkan pada Bagan-5. Sasaran Hakekat Iman dibawah ini.
Sebagai contoh pada poin no: 5 yakni berkenaan sikap perilaku seseorang yang memiliki Hakekat Iman di dalam dirinya lalu diterapkannya Iman tersebut dikala ia menyikapi alam semesta / lingkungan hidup adalah dengan cara melestarikan alam, sebagaimana dalam QS. An-Nahl/16: 14-15 yaitu:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (14) وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(15)
(14) “Dan Dialah, Allooh yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
(15) Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”
Allooh سبحانه وتعالى menjelaskan dalam ayat diatas bahwa alam semesta ini Allooh سبحانه وتعالى tundukkan bagi manusia, pada hakekatnya adalah agar manusia itu BERSYUKUR kepada Allooh. Dan agar manusia mendapat petunjuk.
Bagan-5. Sasaran Hakekat Iman
Kemudian dalam QS. Fathir/35: 12, juga Allooh سبحانه وتعالى jelaskan bahwa semua nikmat dari-Nya itu pada hakekatnya adalah agar manusia BERSYUKUR kepada Allooh yang menciptakan langit dan bumi ini:
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”
Bahkan di dalam Islam diajarkan bahwa menanam tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia ataupun binatang/hewan ternak, maka itu terhitung sebagai shodaqoh.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ» وَقَالَ لَنَا مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا أَبَانُ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، حَدَّثَنَا أَنَسٌ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dari Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu berkata, bahwa Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim bercocok tanam atau menanam satu tanaman lalu tanaman itu dimakan oleh burung atau manusia atau hewan melainkan itu menjadi shodaqoh baginya.”
(Al-Imam al-Bukhoory, Shohiih Al-Bukhoory, no: 2320)
Islam melarang penebangan pepohonan dan perusakan hutan secara sembarangan (illegal logging) karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan alam dalam jangka waktu yang panjang; serta membahayakan ekosistem dan binatang-binatang yang hidup di hutan tersebut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُبْشِيٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللَّهُ رَأْسَهُ فِي النَّار
“Dari ‘Abdullooh bin Hubsyi, beliau berkata, bahwa Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menebang pohon bidara, maka Allooh akan membenamkan kepalanya ke dalam api neraka.”
(HR. Abu Dawud, Sunnan Abu Dawud bab. Fi qoth’i as-Sidri no: 5239, sanad-nya bersambung dan perawinya tsiqoh)
Islam pun mengajarkan agar ummatnya selalu bersikap positif, tidak mudah putus asa, bahkan hingga sampai mendekati Hari Kiamat sekalipun bila masih ada bibit tanaman di tangan, maka hendaknya ditanam; demikian Islam mengajarkannya:
حَدَّثَنَا بَهْزٌ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ، فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Saya mendengar Anas bin Maalik rodhiyalloohu ‘anhu berkata, bahwa Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kiamat hendak terjadi dan di tangan kalian ada biji tumbuhan, maka jika kalian sanggup menanamnya sebelum benar-benar terjadi kiamat, lakukanlah.”
(Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, HR. Ahmad no: 12981, shohiih)
Artinya, reboisasi, pelestarian alam semesta dan lingkungan hidup itu sudah sejak zaman dahulu kala diserukan oleh Al-Islam.
Di dalam situasi perang sekalipun, Kholiifah Abu Bakar As-Siddiiq rodhiyalloohu ‘anhu ketika melepas pasukan muslim ke Syam, maka beliau berwasiat agar janganlah menebang pepohonan, membunuh ternak dan melarang pula membunuh anak-anak, orangtua, perempuan; bahkan diperintahkannya untuk membiarkan para rahib Nashroni yang sedang beribadah di biara mereka untuk tidak diganggu. Makah alangkah mulia dan luhurnya ajaran Islam. Islam itu tinggi, mulia, luhur dan tidak ada yang lebih tinggi dari Al-Islam; karena Al-Islam ini berasal dari Wahyu Allooh سبحانه وتعالى sebagai rahmat dari-Nya bagi semesta alam. Sangatlah jauh dari aneka fitnah pekikan Islamophobia yang hari ini kerap diserukan oleh orang-orang yang hendak memadamkan cahaya Allooh ini:
… وَلَا تُغْرِقُنَّ نَخْلًا وَلَا تَحْرِقُنَّهَا، وَلَا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلَا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلَا تَهْدِمُوا بَيْعَةً، وَلَا تَقْتُلُوا الْوِلْدَانَ وَلَا الشُّيُوخَ وَلَا النِّسَاءَ، وَسَتَجِدُونَ أَقْوَامًا حَبَسُوا أَنْفُسَهُمْ فِي الصَّوَامِعِ فَدَعُوهُمْ وَمَا حَبَسُوا أَنْفُسَهُمْ لَهُ، وَسَتَجِدُونَ آخَرِينَ اتَّخَذَ الشَّيْطَانُ فِي رُءُوسِهِمْ أَفْحَاصًا
“… Janganlah sekali-kali menebang pohon kurma dan membakarnya, jangan membunuh hewan ternak, jangan menebang pohon yang berbuah, jangan merobohkan bangunan, jangan membunuh anak-anak, orang tua dan perempuan, dan engkau akan menemukan suatu kelompok manusia yang memenjarakan diri mereka di biara-biara, maka biarkan dan tinggalkanlah mereka beribadah, dan engkau akan menemukan kelompok lain yang menjadikan syaithon sebagai pengawas-pembimbing dalam kepala mereka.”
(Al-Imam Al-Baihaqi, Sunnan al-Kubro no. 18125)
Sangatlah jauh berbeda dengan peperangan yang banyak dilakukan oleh oran-orang yang tidak beriman di abad ini yang semata-mata tujuan mereka adalah untuk melakukan “kolonialisasi”, penjarahan sumber daya alam terhadap berbagai wilayah di dunia ini, dimana slogan mereka adalah 3G (gold, glory dan gospel). Betapa kejamnya peperangan mereka dalam membumi hanguskan wilayah-wilayah kaum Muslimin (seperti yang bisa kita saksikan melalui media massa terjadi di Palestina, Suriah, Yaman, dan lain sebagainya). Bahkan persenjataan mutakhir berbahan kimia tak segan digunakan oleh para negeri adidaya; sehingga membakar pepohonan, membunuh hewan ternak, menyasar anak-anak, perempuan dan orang-orangtua sampai bergenerasi ke depan akan membawa dampak kerusakan genetika bagi wilayah yang diperangi. Alloohul musta’aan.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. At-Taubah/9: 36, dimana dijelaskan bahwa Islam itu membolehkan kaum Muslimin untuk berperang membela diri, jika ummat Islam diperangi terlebih dahulu serta diusir dari wilayah tempat-tempat tinggalnya. Berarti ummat Islam itu hanya berperang jika diperangi terlebih dahulu !! Maka ayat ini adalah bantahan terhadap tuduhan “Islam agama pedang”, “Islam ajaran radikal/intoleran” dan aneka tuduhan Islamophobia yang memang gencar disuarakan oleh orang-orang tak beriman di zaman sekarang dengan tujuan untuk mengguncang keyakinan muslim yang lemah imannya:
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“ …. dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya, sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allooh beserta orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. At-Taubah/9: 36)
KUALITAS MANUSIA
Dalam Bagan-6. Kualitas Manusia berikut ini, digambarkan jenjang tingkat Kualitas Manusia ditinjau dari katalisator Iman yang ada pada dirinya :
1) Nabi / Rosul = adalah merupakan golongan orang-orang pilihan Allooh سبحانه وتعالى untuk diutus sebagai Nabi ataupun Rosuul pembawa Risalah, merekalah yang memiliki kedudukan tinggi / utama disisi Allooh سبحانه وتعالى, sebagaimana dalam QS. An-Nisa’/4:69 :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allooh dan Rosuul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allooh, yaitu: Nabi-Nabi, para shiddiiqiin, para syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan orang-orang shoolih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Juga firman-Nya dalam QS. Al-Baqoroh/2:253 :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ …
“Rosuul-Rosuul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allooh berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allooh meninggikannya beberapa derajat…”

Bagan-6. Kualitas Manusia
2) Shiddiquun = Golongan orang-orang yang sangat jujur keimanannya; senantiasa membenarkan Allooh, Rosuul-Nya dan Syari’at-Nya.
Selain telah dijelaskan kedudukannya dalam QS. An-Nisa’/4:69, juga dijelaskan di ayat yang lain yakni di QS.Az-Zumar/39:33 :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
3) Syuhada = Golongan orang-orang yang mengorbankan jiwanya di jalan Allooh (untuk meninggikan kalimat Allooh), hingga mati syahid demi memperjuangkan dua kalimat syahadat yang telah diikrarkannya.
Selain telah dijelaskan kedudukannya dalam QS. An-Nisa’/4:69, juga dijelaskan di ayat yang lain yakni di QS. Ali ‘Imron/3:169-170 :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170)
(169) “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allooh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizqi.
(170) Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
4) Mushlihuun = Golongan orang-orang yang tidak hanya berusaha shoolih untuk dirinya sendiri, namun ia juga berusaha melakukan perbaikan dikalangan ummat manusia.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Luqman/31:17:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allooh).”
5) Shoolihuun = Golongan orang-orang yang shoolih, gemar beribadah dan beramal shoolih serta memperbaiki dirinya sendiri.
Selain telah dijelaskan kedudukannya dalam QS. An-Nisa’/4:69, juga dijelaskan di ayat yang lain yakni di QS. Al-Ankabut/28:9 :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shoolih benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang shoolih.”
6) Dzoolimun Linafsihi = Golongan orang-orang yang berbuat dosa/maksiat dan mendzolimi dirinya sendiri.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Fathir/35:32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allooh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
7) Dzoolimun Lighoirihi = Golongan orang-orang yang berbuat dosa/maksiat yang bahkan ia mendzolimi orang lain
Hal ini sebagaimana difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Asy-Syuro/42:42:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dzolim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
Juga firman-Nya dalam QS. An-Nisa’/4:10 :
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
8) Kaafir Ghoiru Harbi = Golongan orang-orang yang Kafir yang tidak memerangi kaum Muslimin
Hal ini sebagaimana difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al-Mumtahanah/60:8 :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allooh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allooh menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
9) Kaafir Harbi = Golongan orang-orang yang Kafir yang memerangi Islam dan kaum Muslimin, serta berusaha mengusir kaum Muslimin dari tanah tempat tinggalnya.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al-Mumtahanah/ 60:9 :
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allooh hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzolim.”
Juga firman-Nya dalam QS. Al-Baqoroh/2:217 :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Harom. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allooh, kafir kepada Allooh, (menghalangi masuk) Masjidil Harom dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allooh. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Setelah mengetahui adanya 9 tingkatan Kualitas Manusia ditinjau dari keimanannya; maka hendaklah kita mulai sering menghisab diri, merenungkan dimanakah kiranya posisi kita dalam pandangan Allooh سبحانه وتعالى. Berusahalah agar berada di posisi 2, 3, 4 atau 5; dan jika merasa sudah di posisi 6 maka sadarilah bahwa itu sudah merupakan “lampu kuning”/tanda bahaya, segera perbaiki Iman disisi Allooh سبحانه وتعالى. Dan jauhilah serta hindarkanlah diri agar jangan sampai masuk kedalam posisi no: 7, apalagi 8 maupun 9 (dengan menjadi orang murtad yang bergabung ke golongan Kafir). Semoga Allooh سبحانه وتعالى senantiasa menjaga diri-diri kita agar istiqomah dalam Iman Islam hingga akhir hayat.
MANUSIA DALAM TIMBANGAN IMAN
Kemudian dalam Bagan-7. Manusia dalam Timbangan Iman, maka kedudukannya dapat diperinci sebagai berikut:
Manusia dalam Timbangan Iman, maka terbagi dalam 3 kelompok besar:
1) Insan Kamil = Manusia Mukmin Sempurna, dan yang seperti ini hanyalah diemban oleh Nabi / Rosuul yang dijaga Allooh سبحانه وتعالى, serta memiliki sifat Ma’shum (Terbebas dari Dosa)
2) Naqish / Fusuq = Mukmin yang keimanannya bertingkat-tingkat, tergantung dosa yang ada padanya; berkurangnya Iman adalah disebabkan oleh dosa yang dilakukan; namun tidak melakukan pembatal keIslaman sehingga tetap berposisi sebagai Muslim. Pada hakekatnya, Fusuq adalah perberbuatan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil yang dilakukan terus menerus.
Yang masuk kedalam golongan Naqish/Fusuq, antara lain:
2.a) Wali = Hamba Allooh yang dekat dengan-Nya, beribadah dengan amalan yang fardhu maupun sunnah, serta berusaha menghindar dari yang harom ataupun makroh. Sedikit melakukan dosa / kesalahan akibat ketatnya menjaga diri di sisi Allooh سبحانه وتعالى.
2.b) Ma’shiyah = Setiap bentuk ketidak-taatan terhadap Alloohسبحانه وتعالى yang dilakukan oleh Muslim yang berbuat dosa (‘Aashi)
2.c) Fujur = Setiap bentuk keburukan yang dilakukan olehMuslim yang Faajir
2.d) Ijroom = Setiap dosa yang dilakukan oleh Muslim yang Mujrim
2.e) Dzulm = Setiap perbuatan Dzolim (baik Dzolim Linafsihi/perbuatan dzolim terhadap diri sendiri maupun Dzolim Lighoirihi/perbuatan dzolim terhadap orang lain)yang dilakukan oleh Muslim
2.f) Bid’ah Mufassiqoh = Bid’ah Mufassiqoh (Bid’ah yang tidak mengeluarkannya dari keIslaman, Bid’ah yang bukan pembatal Iman) yang dilakukan oleh Muslim
2.g) Syirik Asghor / Syirik Kecil = Syirik Asghor / Syirik Kecilyang dilakukan oleh Muslim
2.h) Nifaq Asghor / Nifaq Kecil = Nifaq Asghor / Nifaq Kecil yang dilakukan oleh Muslim
2.i) Kufur Asghor / Kufur Kecil = Kufur Asghor / Kufur Kecilyang dilakukan oleh Muslim

Bagan-7. Manusia dalam Timbangan Iman
3) Buthlan/Dholal = kelompok manusia yang terperosok kedalam Pembatal Keimanan, sehingga ia menjadi orang yang sesat (dholal). Kalau tadinya ia pernah Muslim, maka ia telah keluar dari keIslamannya.
Yang masuk kedalam golongan Buthlan/Dholal, antara lain:
3.a) Dzulm = Setiap perbuatan kedzoliman yang sangat besar yang sampai pada derajat menyekutukan Allooh
3.b) Bid’ah Mukaffiroh = Bid’ah Mukaffiroh (Bid’ah yang mengeluarkannya dari keIslaman, Bid’ah yang tergolong dalam pembatal Iman) yang dilakukan oleh seseorang
3.c) Ilhad = Setiap perbuatan menyeleweng dari jalan yang benar, seperti menyeleweng dalam perkara Nama & Shifat Allooh
3.d) Syirik Akbar / Syirik Besar = Syirik Akbar / Syirik Besar yang dilakukan seseorang, sehingga batal imannya
3.e) Ingkar = Setiap pengingkaran yang dilakukan terhadap Allooh, Rosuul-Nya dan Syari’at-Nya, sehingga ke tahap batal imannya
3.f) Nifaq Akbar / Nifaq Besar = Nifaq Akbar / Nifaq Besaryang dilakukan seseorang, sehingga batal imannya
3.g) Kufur Akbar / Kufur Besar = Kufur Akbar / Kufur Besar yang dilakukan seseorang, sehingga batal imannya
3.h) Riddah / Murtad = Keluar dari Al-Islam, berpindah ke agama lain / menjadi atheis / menjadi orang yang anti agama
Maka waspadalah terhadap berbagai dosa, karena dapat mempengaruhi kedudukan kita disisi Allooh سبحانه وتعالى. Berbagai terminologi yang disebutkan di Bagan-7 di atas dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah (Al-Hadits); dan untuk penjelasan secara rincinya, beserta dalilnya in syaa Allooh akan dikaji dalam kajian-kajian yang mendatang.
UPAYA MENJAGA IMAN
Berikut ini ada beberapa cara (7M) yang perlu dilakukan agar Iman kita tetap terjaga keberadaannya, maka perhatikanlah Bagan-8. Internalisasi Nilai-Nilai Islam berikut ini:
M1) Motivasi = Hendaknya di dalam setiap Mulim ada Motivasi untuk menjaga keImanan di dalam dirinya. “Muslim” itu tidak sekedar sebagai sebuah identitas yang tertulis di dalam KTP; namun kosong dari nilai-nilai yang dituntut Allooh سبحانه وتعالى untuk diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari. Islam itu haruslah nyata, tampak dalam kehidupan kaum Muslimin yang “katanya mayoritas” di negeri ini.

Bagan-8. Internalisasi Nilai-Nilai Islam
M2) Mempelajari = Setiap Muslim hendaknya serius Mempelajari pedoman Allooh سبحانه وتعالى yang telah diturunkan bagi hamba-hamba-Nya, berupa: Al-Qur’an dan As-Sunnah.
M3) Memahami = Setiap Muslim hendaknya Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah itu dengan Pemahaman yang Benar; yakni sebagaimana dipahami oleh As-Salafush Shoolih dari kalangan Shohabat Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam, Tabi’iin, Tabi’ut at-Tabi’iin, dan para ‘Ulama yang valid / kredibel / terpercaya dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang mengikuti jejak tersebut hingga Hari Kiamat (diantaranya adalah Imam Mazhab yang Empat : Imam Malik bin Anas, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Hanifah – semoga Allooh سبحانه وتعالى merahmati mereka seluruhnya).
M4) Meyakini = Setiap Muslim hendaknya benar-benar Meyakini Kebenaran dari Wahyu Allooh سبحانه وتعالى, yang telah disampaikan oleh Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
M5) Mewujudkan = Setiap Muslim hendaknya Mewujudkan nilai-nilai dari Al-Qur’an, As-Sunnah dengan Pemahaman As-Salafush Shoolih yang diyakininya itu dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga Islam akan terwujud nyata menjadi pedoman hidup sehari-hari Muslimin, bukan sekedar teori yang tidak dipraktekkan dalam kehidupan nyata.
M6) Menyebarkan = Setiap Muslim hendaknya berupaya Menyebarkan Kebenaran dari Wahyu Allooh سبحانه وتعالى kepada sesama manusia. Karena Islam ini adalah Al-Haq yang Allooh سبحانه وتعالى turunkan bagi SELURUH UMMAT MANUSIA. Bukan untuk bangsa Arab saja, tetapi untuk seluruh ummat manusia di bumi ini; agar manusia dapat selamat tidak hanya di dunia, namun juga di Hari Akhir kelak.
Perhatikanlah firman-Nya dalam QS. An-Nisa/4:1 :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً …
“Hai SEKALIAN MANUSIA, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allooh menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allooh memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak….”
M7) Menjaga = Setiap Muslim hendaknya berupaya Menjaga Al-Islam, Membelanya dari upaya-upaya orang-orang tidak beriman yang berupaya memadamkan Cahaya Allooh سبحانه وتعالى ini (baik melalui penyebaran aneka syubhat paham sekulerisme – pluralism – liberalisme, propaganda Islamophobia, dan lain sebagainya).
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Masjid Baytul Mukhlishin, Cinere, Sabtu ba’da shubuh, 17 Rabi’ul Akhir 1444 H – 12 November 2022
***oOo***
Silakan download PDF : IMAN, HAKEKAT & PERUNTUHNYA