Skip to content

TEXT: Orang Mujrimũn & Fãjirũn (menurut Al-Qur’an)

28 September 2024

(Resume Ceramah BM 10082024 & BM 14092024)

MUJRIMŪN & FĀJIRŪN (MENURUT AL-QUR’AN)

Oleh: Ustadz Dr. Achmad Rofi’i, Lc. MM.Pd

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allōh سبحانه وتعالى,

Hendaknya kita sadar bahwa sebagai makhluq ciptaan Allōh سبحانه وتعالى, sebagai hamba Allōh سبحانه وتعالى, maka kita diberi pilihan oleh Allōh سبحانه وتعالى ketika kita menjalani kehidupan di dunia yang fanaini, yang semua pilihan itu adalah ujian semata-mata dan akan berdampak kelak di Hari Akherat (yang merupakan hari pertanggungan jawab kepada Allōh سبحانه وتعالى atas segala pilihan hidup kita di dunia ini).

Maka “orang yang cerdas” adalah orang yang berjuang untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan abadi di Hari Akherat setelah kematiannya yang merupakan Hasil dari pilihan-pilihan hidupnya manakala ia dihadapkan pada ujian-ujian Allōh selama di dunia. Kalau pilihannya Benar (sesuai tuntunan Allōh سبحانه وتعالى dan Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم), maka selamatlah dirinya; namun manakala pilihan-pilihan hidupnya keliru (mengikuti Hawa Nafsu nya belaka, mengikuti para thoghut / apa saja yang diibadahi dan disembah selain Allōh) maka jadilah ia orang yang merugi dan terancam berhak atas adzab Allōh di Hari Akherat kelak. 

Dan juga merupakan “orang yang cerdas” adalah orang yang berjuang untuk kebahagiaan yang ABADI di Hari Akherat kelak; BUKAN semata-mata berjuang untuk yang FANA dengan berlelah diri, menguras keringat dari pagi sampai malam hanya demi mencari kenikmatan hidup yang sementara di dunia yang fana yang begitu kematian datang padanya akan hilanglah segala kenikmatan dunia itu; dan yang tersisa bagi dirinya hanyalah apa yang harus dipertanggung-jawabkan atas segala perbuatan dunianya di hadapan Allōh di Hari Akherat.

Berikut ini adalah gambaran “Orientasi Hidup (Manusia dan Akibat dari Pilihan Hidupnya)

Gambar #1 – “Orientasi Hidup (Pilihan Manusia dan Akibatnya)

Pada bagian tengah Gambar #1, maka kita (Manusia) adalah berstatus sebagai: ‘Abdun (Hamba) Allōh سبحانه وتعالى yang Tugas Hidup kita adalah Tunduk – Patuh – Taat – Pasrah dalam ber-hamba serta beribadah pada Allōh سبحانه وتعالى, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku (Allōh) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.

(QS. Adz-Dzãriyat/51: 56)

Apabila sang Manusia sadar (memperoleh Hidãyah) untuk apa dirinya diciptakan, lalu ia pun berjuang dan ber-Amal Shōlih sesuai tuntunan Pencipta dirinya; sehingga selama di dunia ia pun memilih pilihan-pilihan hidupnya untuk selalu berusaha menjadi golongan Hamba yang Taat (bagian kanan Gambar #1), maka dengan “mahar” berupa: 1) Imãn, 2) Ihsãn, 3) Sholãh (Sholat), 4) Ibãdah, 5) Thō’ah (Taat pada Allōh dan Rosũl-Nya), serta 6) Taqwa; maka sebagai balasannya ia di Akherat kelak berhak atas: 1) Falãh / Fauz (orang yang menikmati Surga), 2) Sa’ãdah (bahagia abadi), dan 3) Jannah (Surga).

Namun sebaliknya, apabila sang Manusia Tersesat (Ghiwãyah) akibat lalai dari tujuan untuk apa dirinya diciptakan, lalu ia pun berbuat sesuka Hawa Nafunya sendiri didalam memilih pilihan-pilihan hidupnya di dunia dengan menjadi Hamba yang Tidak Taat pada Penciptanya (bagian kiri Gambar #1), maka akibat “pilihan” berupa: 1) Ishyãn (Perbuatan Durhaka/Maksiat pada Allōh), 2) Fusũq (Kefasikan), 3) Dzulm (Kedzoliman), 4) Nifãq (Kemunafikan), 5) Fujũr (Tenggelam dalam Keburukan / Perbuatan Dosa), 6) Dholãl / Buthlan (Kesesatan), 7) Jarĩmah (Perbuatan Dosa), 8) Bid’ah (Perkara Agama yang Diada-adakan), 9) Riddah (Murtad), 10) Kufur (Kekufuran); maka sebagai balasannya ia di Akherat kelak terancam berhak atas: 1) Khosãroh / Khoibah (orang yang sengsara di Neraka), 2) Syaqōwah (sengsara), dan 3) Jahannam (Neraka).

Adapun ancaman “Kekal di Neraka” ataukah “Tidak Kekal di Neraka” maka itu tentunya tergantung Kehendak Allōh سبحانه وتعالى dan tergantung pada kadar besar kecilnya dosa yang dilakukan (dan hal ini telah kita bahas pada kajian terdahulu, silahkan dilihat kembali bagan “10 golongan diancam menjadi penghuni Neraka” pada link berikut ini:

https://ustadzachmadrofii.com/2022/12/29/text-iman-menurut-ahlus-sunnah-versus-iman-menurut-firqoh-firqoh-sekte-menyimpang/ ).

Gambar #2 – “10 golongan diancam menjadi penghuni Neraka

Pada Bab Pemadam Iman kali ini, akan kita bahas 2 istilah yang sering ditemui di Al-Qur’ãnul Karĩm, yaitu: “Jarĩmah” dan “Fujũr”.

Jarĩmah” (جريمة) artinya secara umum adalah “perbuatan dosa”, sedangkan pelakunya atau “orang yang berbuat dosa” disebut sebagai: “Mujrim” (مجرم) dan apabila orang-orang yang berbuat dosa berjumlah banyak (jamak), maka disebut sebagai: “Mujrimũn” (مجرمون).

Sedangkan “Fujũr” (فجور ) artinya adalah sudah dalam keadaan: “tenggelam / betah / menikmati perbuatan dosa”; dan pelakupenikmat dosa” disebut “Fãjir” (فاجر); dan apabila pelaku / “orang-orang yang tenggelam menikmati dosa” itu berjumlah banyak (jamak) maka disebut “Fãjirũn” (فاجرون).

Pada bagian pertama, kita akan membahas “Jarĩmah” (yang pelakunya disebut “Mujrimũn”) ini dalam 6 bagian: 1) Siapakah Mujrimũn; 2) Identitas Mujrimũn; 3) Apa sajakah ciri-ciri sikap dan perilaku kaum Mujrimũn (orang-orang yang berbuat dosa); 4) Kaum Mujrimũn akan berbeda Nasib dengan kaum Mu’minũn; 5) Hukuman dan Balasan bagi orang-orang yang Berdosa (Mujrimũn); dan 6) Sikap Muslim terhadap Mujrimũn.

Kemudian pada bagian kedua, kita akan membahas “Fujũr” (yang pelakunya disebut “Fãjirũn”) secara lebih singkat, yaitu: 1) Makna Fujũr dan Siapakah Fãjirũn; 2) “Taqqiyyũn (orang-orang Bertaqwa)” versus “Fãjirũn (orang-orang Fãjir penikmat dosa)”; 3) Identitas Fãjirũn; 4) Hukuman bagi Fãjirũn; 5) Hikmah Kematian Fãjirũn.

Dan pada bagian ketiga, kita tutup bahasan kita dengan beberapa Do’a berlindung kepada Allōh سبحانه وتعالى agar dijauhkan dari perbuatan dosa / keburukan.

I. JARIIMAH

Jarĩmah” adalah istilah pada Bab Pemadam Iman yang sering ditemui di Al-Qur’ãnul Karĩm. Menurut Imam Ibnu al-Atsir rohimahullōh (wafat 606 H) dalam Kitab berjudul “An-Nihãyah fĩ Ghorĩb al-Hadĩts wa al-Atsar” (1/262), beliau berkata:

‌الجُرْمُ: الذَّنب، وأصْلُه مِنَ ‌الجَرْمُ: القَطْع

Jarĩmah adalah Dosa; asalnya adalah al-Jarmu yang berarti memutus.

Jadi “Jarĩmah” adalah secara umum bermakna: “Perbuatan Dosa”; adapun “Perbuatan Dosa” itu sendiri terbagi menjadi “Dosa Kecil” dan “Dosa Besar”, bahkan lalu ada yang semakin besar kadar dosanya sehingga ada jenis-jenis “Dosa yang menyebabkan Kekufuran (Kecil/Besar), Kebid’ahan (Mufassiqoh/Mukaffiroh), Kemunafikan (Kecil/Besar), Kesyirikan (Kecil/Besar), bahkan Kemurtadan”; yang tentunya mempunyai konsekwensi masing-masing yang berbeda kadar hukumannya dari ancaman adzab yang telah diperingatkan Allōh سبحانه وتعالى.

Ketika seseorang berbuat dosa, manakala “hatinya masih hidup”, maka ia akan merasa gelisah; namun ketika seseorang berbuat dosa namun ia sudah tidak merasakan apa-apa barang sedikitpun di dalam hatinya / ia bersikap masa bodoh terhadap dosa itu, maka bisa jadi hatinya justru “sudah mati”; dan “hati yang mati” adalah kondisi yang paling berbahaya; karena pada posisi itulah ia telah dihukum Allōh سبحانه وتعالى dengan dibiarkan tersesat.

Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم bersabda, disaat beliau menasehati Wabishoh:

اسْتَفْتِ نَفْسَكَ ، اسْتَفْتِ قَلْبَكَ يَا وَابِصَةُ – ثَلاَثاً – الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

Mintalah fatwa pada jiwamu. Mintalah fatwa pada hatimu (beliau mengatakan demikian hingga tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang selalu menggelisahkan jiwa dan mengganjal di hati.

(HR. Ad-Dãrimi 2/320 dan HR. Ahmad 4/228. Syaikh Al-Albãny mengatakan bahwa Hadits ini Hasan lighoirihi, Al-Irwa’ no: 1734)

Dalam hadits lainnya, Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم bersabda,

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Kebaikan adalah dengan berakhlaq yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.

(HR. Muslim no: 2553, dari Nawas bin Sam’an رضي الله عنه)

Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم juga bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.

(HR. Al-Bukhōry no: 52, HR. Muslim no: 1599, dari An-Nu’man bin Basyir رضي الله عنه)

Keadaan “hati yang mati” dimana ketika seseorang berbuat dosa maka ia sudah tidak peduli / masa bodoh / tidak merasakan gelisah dalam jiwanya, maka itu adalah keadaan seperti yang diberitakan Allōh سبحانه وتعالى dalam ayat berikut ini:

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Allōh telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka (– orang kafir –), dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

(QS. Al-Bãqoroh/2: 7)

I-1. SIAPAKAH MUJRIMŪN?

Fir’aun, Qorun dan Haman adalah merupakan contoh tokoh-tokoh Mujrimũn (orang-orang yang berdosa) yang diberitakan dalam Al-Qur’anul Karĩm. Fir’aun adalah contoh orang yang berdosa karena kekuasaannya, dia adalah raja yang congkak yang menganggap dirinya sebagai Tuhan yang dengannya ia menyekutukan Allōh سبحانه وتعالى; Qorun adalah contoh orang yang tamak yang berdosa karena harta kekayaannya, dan Haman adalah contoh orang yang angkuh yang merasa dirinya berilmu / pintar sehingga ia berdosa akibat menuhankan ilmu pengetahuan teknologinya. Padahal seyogyanya, baik kekuasaan, harta maupun ilmu; maka itu semua adalah amanah dari Allōh سبحانه وتعالى bagi hamba-hamba-Nya di dunia ini dan sekaligus sebagai batu ujian bagi sang hamba adakah ia justru bersyukurkepada Allōh سبحانه وتعالى dalam memanfaatkan kekuasaan – harta – ilmu itu ataukah justru untuk kufur pada-Nya.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang Qorun, maupun orang-orang yang semisal dengannya yang sombong, tamak, serta suka menggunakan hartanya justru untuk semakin berdosa dan berma’shiyat pada-Nya:

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

Qorun berkata:Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku“. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allōh sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

(QS. Al-Qoshosh/28: 78)

Dalam ayat yang lain Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang ummat manusia yang telah diseru oleh para rosũl Allōh untuk men-Tauhidkan-Nya, namun ummat tersebut justru berbuat kedzoliman dan tidak mau beriman kepada seruan para rosũl utusan Allōh, maka jadilah mereka tergolong “Mujrimũn”:

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا ۙ وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kedzoliman, padahal rosũl-rosũl mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.

(QS. Yunus/10: 13)

Kemudian dalam ayat yang lain, Allōh سبحانه وتعالى juga berfirman tentang ancaman siksa-Nya pasti tidak akan dapat ditolak oleh orang-orang yang berdosa yang telah mendustakan seruan para rosũl Allōh:

حَتَّىٰ إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ ۖ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

Sehingga apabila para rosũl tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rosũl itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.

(QS. Yusuf/12: 110)

Dan dari masa ke masa, para rosũl utusan Allōh سبحانه وتعالى selalu akan menyerukan dakwah Tauhid kepada ummat manusia; agar janganlah manusia menyekutukan Allōh سبحانه وتعالى.

Di zaman kita hidup saat ini, bukankah masih ada manusia-manusia dengan karakter Fir’aun, Qorun maupun Haman ? Semakin canggih teknologi yang dikembangkan (entah teknologi di bidang cuaca, teknologi di bidang medis, teknologi di bidang industri, dll), bukannya semakin berhamba kepada Allōh سبحانه وتعالى, justru ia semakin congkak dan kufur bahkan hingga “menganggap dirinya sebagai Tuhan” yang dengan kecanggihan teknologinya ia perbudak manusia lainnya.

I-2. IDENTITAS MUJRIMŪN

Dalam ayat berikut ini, Allōh سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa orang-orang yang berdosa (Mujrimũn) itu memiliki tanda-tanda; dan kelak di Hari Akherat mereka mudah dikenali dengan tanda-tanda itu, lalu mereka akan dipegang ubun-ubun dan kakinya lalu dilempar ke neraka:

يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ (41) فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (42) هَٰذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ (43)

(41) “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (42) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (43) Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.

(QS. Ar-Rohmãn/55: 41-43)

Di ayat yang lain, tanda-tanda orang yang berdosa (Mujrimũn) itu dijelaskan bahwa matanya membiru muram (kelabu), sebagaimana firman-Nya:

يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ ۚ وَنَحْشُرُ ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا

“(yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan mata yang membiru muram (kelabu).

(QS. Thōhã/20: 102)

Sedangkan di ayat lainnya, tanda-tanda orang yang berdosa (Mujrimũn) itu dijelaskan bahwa wajahnya hitam muram, sebagaimana firman-Nya:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ

Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram….

(QS. Āli ‘Imrōn/3: 106)

I-3. CIRI-CIRI SIKAP / PERILAKU MUJRIMŪN

Berbagai sikap / perilaku yang dapat menyebabkan seseorang itu tergolong Mujrimũn antara lain adalah sebagai berikut:

1) MENINGGALKAN SHOLAT (HABLUM MINALLÕH)

2) KIKIR & TIDAK PEDULI ORANG LAIN (HABLUM MINANNĀS)

3) LALAI

4) MENDUSTAKAN HARI AKHERAT

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (38) إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (39) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ (40) عَنِ الْمُجْرِمِينَ (41) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ  (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ  (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ (47)

(38) “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (39) kecuali golongan kanan, (40) berada di dalam surga, mereka tanya menanya, (41) tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, (42) “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqor (neraka)?” (43) Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat, (44) dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, (45) dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, (46) dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, (47) hingga datang kepada kami kematian“.”

(QS. Al-Muddatsir/74: 38-47)

QS. Al-Muddatsir/74: 38-47 menjelaskan tentang 4 jenis perilaku orang-orang yang tergolong Mujrimũn, yakni: (1) Ia melalaikan sholat, padahal sholat itu adalah Hak Allōh سبحانه وتعالى (Hablum Minallōh), (2) Ia berperilaku kikir, tidak peduli dan masa bodoh terhadap orang-orang miskin disekitarnya padahal ia mampu menolong mereka (Hablum Minannãs), (3) Ia lalai, hidup semaunya sendiri, bahkan bergelut dalam kebathilan, (4) Mendustakan Hari Akherat.

4 jenis perilaku diatas diancam Allōh سبحانه وتعالى dengan Neraka Saqor di Hari Akherat kelak, apabila tak kunjung bertaubat hingga kematian datang menjemputnya.

5) MEMUSUHI NABI ALLÕH & MENDUSTAKAN ROSŪL ALLÕH

Memusuhi Nabi-Nabi Allōh, mendustakan Rosũl-Rosũl Allōh; adalah juga menjadi penyebab seseorang tergolong kelompok Mujrimũn. Sikap memusuhi para Nabi dan para Rosũl utusan Allōh ini juga berlangsung hingga saat ini; dimana para da’i penyeru Syari’at Islam justru dikriminalisasi, dipenjara, dibungkam dakwahnya, difitnah serta dipersulit akses dakwahnya kepada ummat Islam; disisi lain justru dibiarkan, serta dikembangkan dan disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas Muslim itu aneka paham-paham menyimpang seperti Sekulerisme – Pluraslisme – Liberalisme – Komunisme – Materialisme – Kapitalisme, dll yang itu semua justru berbahaya bagi Aqidah ummat Islam. Maka, kaum yang memiliki perilaku seperti itu, merekalah yang diperingatkan dalam ayat-ayat berikut ini.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا

Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.

(QS. Al-Furqon/25: 31)

Di ayat lainnya, Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

حَتَّىٰ إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ ۖ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

Sehingga apabila para rosũl tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rosũl itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.

(QS. Yusuf/12: 110)

6) SOMBONG DISAAT MENYIKAPI SERUAN UNTUK BERTAUHID

7) MENGOLOK-OLOK NABI & PARA PENYERU PERUBAHAN UMMAT

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ (33) إِنَّا كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ (34) إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ (36) بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ (37) إِنَّكُمْ لَذَائِقُو الْعَذَابِ الألِيمِ (38) وَمَا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (39)

(33) “Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam adzab, (34) Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. (35) Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Lã ilãha illallōh” (Tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan sebenar-benarnya melainkan hanyalah Allōh) mereka menyombongkan diri, (36) dan mereka berkata:Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila? (37) Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rosũl-rosũl (sebelumnya). (38) Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan adzab yang pedih. (39) Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan.”

(QS. Ash-Shōffãt/37: 33-39)

Dalam QS. Ash-Shōffãt/37: 33-39 dijelaskan bahwa ada 2 jenis perilaku yang dapat menyebabkan tergolong kelompok Mujrimũn; yakni bila: (1) Berlaku sombong ketika diserukan kalimat Tauhid (Lã ilãha illallōh / Tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan sebenar-benarnya melainkan hanyalah Allōh); (2) Mengolok-olok para Nabi dan para penyeru kebaikan serta perubahan di kalangan ummat manusia.

Sikap-sikap perilaku seperti ini bukankah masih banyak kita temui hingga saat ini? Ketika diserukan kalimat Tauhid (Lã ilãha illallōh / Tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan sebenar-benarnya melainkan hanyalah Allōh); justru ada sebagian kalangan yang menyangkalnya dengan melempar syubhatbahwa “semua agama adalah sama” (paham Pluralisme). Seharusnya ia merenung dan berpikir, kalaulah semua agama sudah sama maka mengapa sejak dahulu Allōh سبحانه وتعالى mengutus begitu banyak para Nabi dan para Rosũl ke tengah-tengah ummat manusia untuk menyerukan kalimat Tauhid? Itu justru membuktikan bahwa semua agama TIDAK SAMA dalam pandangan Allōh سبحانه وتعالى”. Karena Allōh سبحانه وتعالى hanya meridhoi Islam (QS. Ali ‘Imrōn/3: 19) dan Allōh سبحانه وتعالى itu Esa / Tunggal sehingga Allōh سبحانه وتعالى membantah keyakinan kaum Yahudi dan Nashroni yang beranggapan bahwa Allōh itu memiliki anak / diperanakkan (QS. At-Taubah/9: 30-31 dan QS. Al-Ikhlas/112: 1-4).

Kemudian ada pula sebagian kalangan yang hanya mau menerima sebagian ayat Al-Qur’an dan mengingkari sebagian ayat lainnya, hanya mau tunduk pada sebagian perintah Allōh yang disukainya dan tidak mau menerima / mengingkari sebagian perintah Allōh lainnya yang tidak disukainya seperti perintah berhukum pada Hukum/Syari’at Allōh; ia beranggapan bahwa Allōh سبحانه وتعالى hanya cukup untuk diibadahinya secara ritual di lingkup rumah dan masjid-masjid belaka, namun manakala membahas perkara ketatanegaraan, perkara kepemerintahan, perkara perekonomian maka aturan Allōh pun disingkirkannya, dan yang digunakan justru aturan Hawa Nafsunya dengan menerapkan paham Sekulerisme. Seharusnya ia berhukum dengan Hukum Allōh, namun digantinya dengan Hukum Buatan Manusia yang berasal entah dari Barat maupun Timur. Seharusnya ia menerapkan sistem perekonomian Islam, namun sistem perekonomian Islam dibuangnya, dan digantinya dengan sistem perekonomian Kapitalisme yang berbasis Ribawi yang Harom.

Padahal Islam itu telah sempurna / paripurna yang Allōhسبحانه وتعالى telah ridhoi Syari’atnya untuk diberlakukan hingga Hari Kiamat yang seharusnya dipelajari untuk diterapkan sebagai Pedoman Hidup oleh kaum yang menyatakan dirinya sebagai Muslim; perhatikanlah gambar/bagan #3 dibawah berikut ini, tentang “Islam dan Politik” yang menggambarkan kaitan antara “Sistem Pemerintahan Islami (Khilãfah) yang menjadikan Allōh سبحانه وتعالى ditempatkan di posisi Atas sebagai Pencipta / Pembuat dan Pengatur Syari’at / Dustur (Asas) / Qonun (Norma-Norma Hukum) agar tercipta tatanan kehidupan yang seimbang diantara makhluq-Nya baik dari Warga Manusia, Hewan maupun Tetumbuhan dalam suatu Negeri” 

Sementara orang-orang yang terpapar paham Sekulerisme ini, mereka enggan menempatkan Allōh سبحانه وتعالى di posisi Atas sebagai Pembuat dan Pengatur Syari’at; bahkan oleh mereka Allōh pun “dibuang” dan sebagai gantinya diterapkanlah “Hukum-Hukum Buatan Manusia” demi memuaskan “Tuhan Hawa Nafsu” mereka.

Gambar #3 – “Islam & Politik

Belum lagi ada sebagian kalangan yang menyebar syubhat paham Liberalisme; yang beranggapan bahwa ayat-ayat Allōh dan Hadits-Hadits Nabi sudah ketinggalan zaman sehingga harus diinterpretasi ulang demi memenuhi kemauan Hawa Nafsu mereka (kaum Liberal), sehingga berbagai aturan Islam yang sudah final jelas ayat perintah Allōh dalam Al-Qur’an pun masih pula dibantah serta direduksi bahkan diputarbalikkan makna ayatnya oleh kaum Liberal ini. Ayat tentang “Jilbab” diprotesnya, ayat tentang “Hukum Waris dalam Syari’at Islam” digugatnya, dan lain sebagainya; maka demikianlah kaum yang terpapar paham Liberalisme ini menghancurkan Syari’at Islam hingga ke sendi-sendinya.

Oleh karena adanya kaum yang terpapar syubhat Sekulerisme – Pluralisme – Liberalisme – Materialisme, dan aneka “ismemenyimpang ini; maka pola berpikir mereka pun menjadi terbalik akibat Al-Wala’ wal Baro’ mereka juga terbalik. Seharusnya apabila seseorang itu mengaku dirinya sebagai “Muslim”, seyogyanya ia memilik Wala’ yang Benar kepada Islam dan kaum Muslimin dan memiliki sikap Baro’ (Tegas) kepada orang-orang Kafir / Musyrikin / Munafiqin yang hendak merusak Islam, serta menyakiti kaum Muslimin. Dan bukan justru bersikap terbalik, terhadap orang Kafir / Musyrikin dirangkulnya dan dibelanya mati-matian, sementara terhadap Muslim yang membela Islam agama Allōh justru dimusuhinya.

Bukankah mengherankan manakala ada yang “mengaku dirinya sebagai Muslim”, tetapi ia justru membenci dan menghalang-halangi penegakan Syari’at Islam dikalangan masyarakat mayoritas Muslim, serta mengkriminalisasi para da’i penyeru Syari’at Islam?

8) MENDUSTAKAN KEBENARAN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman dalam ayat berikut tentang sikap / perilaku kaum Mujrimũn yang mendustakan Kebenaran:

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ (15) أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ (16) ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ (17) كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ (18) وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِي (19)

(15) “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (16) Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? (17) Lalu Kami iringkan (adzab Kami terhadap) mereka dengan (mengdazab) orang-orang yang datang kemudian. (18) Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. (19) Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

(QS. Al-Mursalãt/77: 15-19)

9) TIDAK BERIMAN PADA KEBENARAN

10) BERMAKAR / MELAKUKAN TIPU DAYA

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا ۖ وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (123) وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّىٰ نُؤْتَىٰ مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ ۘ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (124)

(123) “Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya di dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. (124) Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata:Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allōh“. Allōh lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerosũlan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allōh dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.

(QS. Al-An’ãm/6: 123-124)

Berikutnya Allōh سبحانه وتعالى juga berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا ۖ وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rosũl kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.

(QS. Ar-Rũm/30: 47)

Allōh سبحانه وتعالى telah memperingatkan dalam dua ayat diatas, tentang adanya kaum Mujrimũn yang mendustakan Kebenaran serta melakukan tipu daya / makar di berbagai negeri. Mereka yang tergolong kaum Mujrimũn ini justru menentang dakwah Tauhid, bahkan sebaliknya gemar mempromosikan kesyirikan – bahkan ada yang sampai “mempariwisatakan tempat-tempat kemusyrikan di tengah-tengah masyarakat sebagai “ladang penghasilan” mereka.

11) MENGOLOK-OLOK & MENERTAWAKAN MU’MIN

12) KAFIR ADALAH MUJRIM & SEBALIKNYA MU’MIN BUKANLAH MUJRIM

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ (33) فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ (34) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (35) هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36)

(29) “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. (30) Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (31) Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. (32) Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, (33) padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. (34) Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (35) mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (36) Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”

(QS. Al-Muthoffiffĩn/83: 29-36)

Dalam QS. Al-Muthoffiffĩn/83: 29-36, terdapat pelajaran bahwa orang Kafir itu adalah kaum Mujrimũn, sebaliknya Mu’minũn bukanlah Mujrimũn. Pelajaran berikutnya, Allōh سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa di dunia, kaum Mujrimũn itu mentertawakan kaum Mu’minũn; namun kelak di Hari Akherat, keadaan akan berbalik, kaum Mu’minũn lah yang akan berbahagia didalam Surga serta dapat membalas menertawakan orang-orang Kãfir (orang-orang berdosa / kaum Mujrimuũn) yang bergelimang dalam adzab Allōh (Neraka).

13) MEMBENCI AL-HAQ (KEBENARAN)

Membenci Kebenaran (Al-Haq) yang berasal dari Allōh “سبحانه وتعالى” dapat menyebabkan seseorang termasuk kelompok Mujrimũn, sebagaimana firman-Nya:

لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ

Agar Allōh menetapkan yang haq (Islam) dan membatalkan yang bathil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.

(QS. Al-Anfal/8: 8)                                                                

14) MEMALSU ATAS NAMA ALLÕH

15) MENYEKUTUKAN ALLÕH

Dua sikap / perilaku berikut ini yakni: “Memalsu atas Nama Allōh” dan “Menyekutukan Allōh” juga merupakan penyebab seseorang termasuk kelompok Mujrimũn.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15) قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ  (16) فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ (17) وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ(18)

(15) “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (16) Katakanlah: “Jikalau Allōh menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allōh tidak (pula) memberitahukannya kepadamu”. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (17) Maka siapakah yang lebih dzolim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allōh atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. (18) Dan mereka menyembah selain daripada Allōh apa yang tidak dapat mendatangkan kemudhorotan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allōh“. Katakanlah:Apakah kamu mengabarkan kepada Allōh apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?Maha Suci Allōh dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).

(QS. Yunus/10: 15-18)

Allōh سبحانه وتعالى juga berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا ۖ وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ  (123) وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّىٰ نُؤْتَىٰ مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ ۘ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (124)

(123) “Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. (124) Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata:Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allōh“. Allōh lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerosũlan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allōh dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.

(QS. Al-An’ãm/6: 123-124)

Dan bukankah sikap-sikap seperti ini masih banyak ditemui indikasinya di kalangan ummat manusia hingga saat ini? Kalau sejak dahulu, baik kaum Yahudimaupun Nashroni, mereka bahkan mengubah-ubah Kitab Allōh hanya karena ingin menyembunyikan Kebenaran tentang datangnya Nabi Penutup dari luar kalangan Bani Isro’il (yang ternyata justru Allōh munculkan Nabi dan Rosũl utusan-Nya ini dari kalangan bangsa Arab – suku Quraisy), yakni Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم (QS. Al-Baqoroh/2:146); sehingga kaum Yahudi maupun Nashroni enggan mengikuti Nabi Penutup dari rangkaian para Nabi dan Rosũl utusan Allōh dan mereka menolak Syari’at Paripurna yang Allōh ridhoi yakni Syari’at Islam yang dibawa oleh Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم. Ternyata bahkan hingga saat ini, sikap-sikap demikian masih banyak ditemui gejalanya dikalangan sebagian orang yang mengaku Muslim”, tetapi manakala disodorkan Syari’at Islam maka mereka pun ada yang enggan menerima dan enggan pula menerapkannya bahkan di kalangan mayoritas masyarakat yangmengaku dirinya Muslim”.

Dan lebih memprihatinkan lagi, terhadap kaum yang “mengaku dirinya Muslim” tetapi sebagian kalangannya enggan menerima dan menerapkan Syari’at Islam ditengah-tengah masyarakat mereka itu; bahkan justru kemudian ada propaganda-propaganda untuk menebarkan syubhat berupa Sekulerisme – Pluralisme (diistilahkan pula sebagai “Moderasi Agama”)– Liberalisme (diistilahkan pula sebagai “Islam Nusantara”); maka bukankah upaya menggiring Muslim kearah Kekufuran Sekulerisme – Pluralisme – Liberalisme untuk menjauhkan Masyarakat Muslim dari Syari’at Islam yang Allōh سبحانه وتعالى ridhoi itu sebenarnya juga merupakan contoh bentuk dari sikap-sikap / perilaku yang telah diperingatkan dalam ayat-ayat diatas ?

16) MENYESATKAN MANUSIA

Sikap / perilaku “Menyesatkan Manusia dari jalan Allōh yang lurus” adalahsikap / perilaku kaum Mujrimũn, sebagaimana Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِلْغَاوِينَ (91) وَقِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ (92) مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ (93) فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ  (94) وَجُنُودُ إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ (95) قَالُوا وَهُمْ فِيهَا يَخْتَصِمُونَ  (96) تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (97) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (98) وَمَا أَضَلَّنَا إِلا الْمُجْرِمُونَ (99) فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ (100) وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ (101) فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (102) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (103)

(91) “dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat”, (92) dan dikatakan kepada mereka: “Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) (93) selain dari Allōh? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” (94) Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, (95) dan bala tentara iblis semuanya. (96) Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: (97) “demi Allōh: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (98) karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam”. (99) Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. (100) Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun,  (101) dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, (102) maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman”. (103) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allōh), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.”

(QS. Asy-Syu’ãro’/26: 91-103)

Dan Allōh سبحانه وتعالى menjelaskan dalam ayat diatas, bahwa kaum Mujrimũn itu menyesatkan manusia dengan mempersekutukan Allōh, serta mengada-adakan berhala-berhala yang kemudian berhala-berhala itu dipersamakan sebagai Tuhan semesta alam; padahal Hanya Allōh سبحانه وتعالى lah Tuhan satu-satunya yang berhak untuk diibadahi dengan sebenar-benarnya.

17) MUJRIMŪN TIDAK MAU TAHU

Apabila seseorang berbuat kejahatan / ma’shiyat tetapi ia lalu bertaubat maka in sya Allōh, Allōh سبحانه وتعالى masih bukakan pintu Taubat itu bahkan hingga sebelum nyawa sampai di kerongkongan. Namun manakala seseorang berbuat kejahatan / ma’shiyat lalu ia tidak mau tahu tentang Kebenaran, tidak mau mencari tahu tentang Kebenaran dari Allōh, dan setelah tahu Kebenaran pun maka ia tidak mau bertaubat, maka Allōh سبحانه وتعالى peringatkan tentang kaum Mujrimũn itu bahwa: “telah jelas jalan orang-orang yang berdosa (Mujrimũn)” karena mereka memang pada dasarnya tidak mau tahu tentang Kebenaran dari Allōh padahal telah sekian lama di dunia Allōh beri kesempatan untuk mengetahui Kebenaran, serta telah sekian lama di dunia Allōh beri kesempatan baginya untuk bertaubat.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (54) وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ (55)

(54) “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salãmun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allōh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salãmun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allōh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (55) Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang yang shōlih, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.

(QS. Al-An’ãm/6: 54-55)

18) LIWATH (HOMOSEX / LGBT)

Kaum Nabi Luth yang melakukan “Liwath (Homosex / LGBT)” dikatakan Allōh سبحانه وتعالى sebagai kaum yang berdosa (Mujrimũn), sebagaimana dalam firman-Nya:

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (83) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (84)

(83) “Kemudian Kami selamatkan dia (– Nabi Luth ‘alaihissalam – pent.) dan pengikut-pengikutnya, kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (84) Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.

(QS. Al-A’rōf/7: 83-84)

19) KUFUR

Sikap Kufur, antara lain“Kufur terhadap Hari Kebangkitan”, juga menyebabkan seseorang dapat termasuk kedalam kelompok kaum Mujrimũn, sebagaimana Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (67) لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (68) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (69) وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (70)

(67) “Berkatalah orang-orang yang kafir:Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)? (68) Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala”. (69) Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. (70) Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan”.

(QS. An-Naml/27: 67-70)

20) KAUM YAHUDI YANG MENDUSTAKAN ALLÕH

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang “kaum Yahudi yang mendustakan Allōh” sebagai kaum Mujrimũn dalam ayat berikut ini:

وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا أَوِ الْحَوَايَا أَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (146) فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ (147)

(146) “Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haromkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar. (147) Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah:Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa“.

(QS. Al-An’ãm/6: 146-147)

21) BERBUAT DZÕLIM

Allōh سبحانه وتعالى berfirman dalam ayat berikut, bahwa “orang-orang yang berbuat kedzoliman” itu adalah termasuk kaum Mujrimũn, dan mereka terancam dibinasakan Allōh سبحانه وتعالى:

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا ۙ وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kedzoliman, padahal rosũl-rosũl mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.

(QS. Yunus/10: 13)

22) MENYERU MANUSIA PADA KEKUFURAN & KEMAKSIATAN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang “orang-orang yang sombong yang menyeru manusia pada kekufuran dan kema’shiyatan” itu sebagai bagian dari sikap / perilaku kaum Mujrimũn:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآنِ وَلا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ (31) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ (32) وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (33) وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآنِ وَلا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ (31) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ (32) وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (33)

(31) “Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang dzolim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. (32) Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa. (33) Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allōh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

(QS. Saba’/34: 31-33)

23) BERPALING DARI KEBENARAN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang sikap “Berpaling dari Kebenaran” sebagai sikap kaum Mujrimũn, dalam ayat berikut ini:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ

Dan pada Hari terjadinya Kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa;mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)“. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).

(QS. Ar-Rũm/30: 55)

24) MENENTANG AYAT ALLÕH

Hampir sama dengan poin no: 23 diatas, Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa sikap / perilaku “Berpaling dari peringatan ayat-ayat Allōh, bahkan lalu Menentang ayat-ayat Allōh” itu adalah diantara sikap / perilaku kaum Mujrimũn:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا ۚ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

Dan siapakah yang lebih dzolim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

(QS. As-Sajdah/32: 22)

Gambar #4 – “Sikap & Perilaku kaum Mujrimũn

I-4. MUJRIMŪN AKAN BEDA NASIB DENGAN MU’MINŪN

Di Hari Akherat, Allōh سبحانه وتعالى akan memberikan balasan yang tentunya berbeda antara kaum Mujrimũn dengan kaum Mu’minũn; sebagai balasan atas pilihan-pilihan hidup yang berbeda yang ditempuh di dunia oleh kaum Mujrimũn yang berlumuran dosa dan ma’shiyat dengan pilihan-pilihan hidup yang ditempuh kaum Mu’minũn yang dipenuhi dengan ibadah, ketundukan – ketaatan pada Allōh serta amalan-amalan shōlih. Terhadap kaum Mujrimũn adalah diancam balasan berupa adzab di Neraka yang pedih, sedangkan terhadap kaum Mu’minũn adalah diberi janji balasan berupa kenikmatan Surga yang abadi.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang jalan yang jelas-jelas berbeda yang ditempuh kaum Mujrimũn dengan kaum Mu’minũn:

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang yang shōlih, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.

(QS. Al-An’ãm/6: 55)

Kemudian dalam ayat lainnya, Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang akibat dari pilihan hidup di dunia itu akan berdampak di Hari Akherat dimana berpisah pula lah antara Mu’minũn dan Mujrimũn:

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini (- akherat -), hai orang-orang yang berbuat jahat.

(QS. Yã-sĩn/36: 59)

Dan perbedaan balasan terhadap Mujrimũn dan Mu’minũn, dijelaskan dalam ayat berikut ini:

إِنَّ الْأَبْرارَ لَفِي نَعِيمٍ (13) وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ (14)

(13) “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, (14) dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam Neraka.

(QS. Al-Infithor/82: 13-14)

Hendaknya ayat-ayat diatas menjadi pelajaran, terutama bagi kita kaum Muslimin yang tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya dikatakan Muslim; tetapi manakala disodorkan Syari’at Islam terhadap penduduknya, bahkan ada sebagian kalangan yang menentangnya hingga tahapan meng-kriminalisasi para da’i penyeru Syari’at Islam. Maka ayat diatas adalah sebagai pengingat, bahwa tidaklah sama antara Mu’minũn yang tunduk – patuh – taat pada Allōh serta berjuang menegakkan Syari’at-Nya; dengan Mujrimũn yang mengkampanyekan paham Sekulerisme – Pluralisme – Liberalisme yang justru berusaha keras menghalang-halangi penegakan Syari’at Allōh dikalangan penduduk negeri yang mayoritas Muslimin.

I-5. HUKUMAN & BALASAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERDOSA (MUJRIMŪN)

Hukuman / Balasan terhadap “Mujrimũn” itu ada yang langsung diberikan oleh Allōh سبحانه وتعالى di dunia dalam bentuk aneka musibah maupun bencana; namun ada juga yang Allōh سبحانه وتعالى tangguhkan sebagai adzab yang pedih di Hari Akherat kelak.

Berikut ini adalah berbagai bentuk Hukuman / Balasan terhadap kaum Mujrimũn:

1) MUJRIMŪN MEMPERDAYA DIRI SENDIRI & DITIMPA KEHINAAN YANG NYATA

Dalam ayat berikut ini, Allōh سبحانه وتعالى telah memperingatkan bahwa  di tiap-tiap negeri itu ada tokoh-tokoh pembesar-pembesar yang jahat yang suka melakukan tipu daya terhadap penduduk negeri itu; namun Allōh سبحانه وتعالى menegaskan bahwa pada hakekatnya pembesar-pembesar jahat itu tidak lain hanyalah menipu diri mereka sendiri namun mereka tidak sadar; dan di Hari Akherat telah disiapkan siksa yang pedih bagi mereka:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا ۖ وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ  (123) وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّىٰ نُؤْتَىٰ مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ ۘ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (124)

(123) “Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya di dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. (124) Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allōh”. Allōh lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerosũlan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allōh dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.”

(QS. Al-An’ãm/6: 123-124)

2) KEHANCURAN DUNIA MENUNGGU MUJRIMŪN

Apabila adzab itu telah Allōh سبحانه وتعالى turunkan, maka bahkan dapat menghancurkan segala kenikmatan manusia hingga meluluh lantakkan tempat-tempat tinggal mereka, sebagaimana dalam firman-Nya:

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالأحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23) فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)

(21) “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ād, yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqōf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi, peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan), “Janganlah kamu menyembah selain Allōh, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa adzab hari yang besar.” (22) Mereka menjawab, “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami adzab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (23) Ia berkata, “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allōh dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya, tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh.” (24) Maka tatkala mereka melihat adzab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Bukan), bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin mengandung adzab yang pedih, (25) yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.”.

(QS. Al-Ahqof/46: 21-25)

3) MUJRIMŪN BERADA DALAM INTAIAN MURKA ALLÕH

Ketika seseorang berbuat dosa, jangan merasa aman nyaman; karena ia sebenarnya berada dalam intaian murka Allōh سبحانه وتعالى yang dijelaskan dalam ayat berikut ini:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا ۚ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

Dan siapakah yang lebih dzōlim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

(QS. As-Sajdah/32: 22)

4) ADZAB DUNIA BAGI MUJRIMŪN, TIBA DISAAT SIANG DAN ATAU MALAM

Jangankan Mujrimũn (orang-orang yang berbuat dosa) yang seharusnya merasa was-was terhadap adzab Allōh سبحانه وتعالى; bahkan orang yang mengaku sholih sekalipun seharusnya juga merasa was-was manakala ia mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar terhadap aneka dosa yang tersebar di kalangan masyarakat sekitarnya. Jadi, jangankan si pendosa (Mujrim); orang shōlih pun terancam terkena murka Allōh manakala mendiamkan kemunkaran yang merebak disekitarnya.

Dan adzab / siksaan Allōh سبحانه وتعالى itu bisa diturunkan setiap saat, baik disaat siang dan ataupun disaat malam (ketika manusia lelap tertidur); hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini:

وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ (46) وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (47) وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (48) قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (49) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ (50)

(46) “Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allōh menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan. (47) Tiap-tiap umat mempunyai rosũl, maka apabila telah datang rosũl mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (48) Mereka mengatakan: “Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kamu orang-orang yang benar?” (49) Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudhorotan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allōh”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (50) Katakanlah: “Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu meminta disegerakan juga?

(QS. Yunus/10: 47-50)

5) MEMPEROLEH ADZAB KUBUR

Kaum Mujrimũn itu terancam mendapat Adzab Kubur, sebagaimana Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ

Dan pada Hari terjadinya Kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja). Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).

(QS. Ar-Rũm/30: 55)

6) JAHANNAM, SAJIAN BAGI MUJRIMŪN DALAM NERAKA

Yang mengerikan adalah bahwa kaum Mujrimũn menjadi terancam berpeluang dimasukkan kedalam Neraka, sebagaimana Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ (43) يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ (44)

(43) “Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (44) Mereka berkeliling diantaranya dan diantara air mendidih yang memuncak panasnya.”

(QS. Ar-Rohmãn/55: 43-44)

Di ayat yang lain, Allōh سبحانه وتعالى juga berfirman:

وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًا

Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.”

(QS. Maryam/19: 86)

7) MUJRIMŪN MENUJU JAHANNAM & JENIS ADZAB AKHERAT UNTUK MEREKA

Kalau saja manusia mau bertaubat maka sesungguhnya Allōh سبحانه وتعالى itu Maha Pengampun, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang; namun manakala manusia itu tidak jua bertaubat bahkan hingga kematian datang menjemputnya; maka ia berpotensi memperoleh adzab yang pedih sebagai balasan atas dosa-dosanya; sebagaimana firman-firman Allōh سبحانه وتعالى berikut ini:

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (74) لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ (75)

(74) “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam adzab neraka Jahannam. (75) Tidak diringankan adzab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa.”

(QS. Az-Zukhruf/43: 74-75)

Allōh سبحانه وتعالى juga berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ

Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.

(QS. Thōhã/20: 74)

Dan di ayat lainnya, Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًا

dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.

(QS. Maryam/19: 86)

Dan juga firman-Nya:

وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50)

(49) “Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.(50) Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka.

(QS. ‘Ibrōhĩm/14: 49-50)

Kemudian di ayat berikut, Allōh سبحانه وتعالى memperingatkan bahwa di Hari Akherat kelak, manusia tidak akan memiliki pembela / penolong sedikitpun, walaupun ia memiliki sekutu-sekutu dalam jumlah banyak sekalipun yang selalu berkolaborasi melindungi kepentingan dirinya ketika di dunia; namun di Akherat kelak sekutu-sekutu itu tak lagi dapat menyelamatkan dirinya dari adzab Allōh:

وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا (52) وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا (53)

(52) “Dan (ingatlah) akan hari (– Akherat – pent.) (yang ketika itu) Dia berfirman: “Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu“. Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka). (53) Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya.”

(QS. Al-Kahfi/18: 52-53)

8) MUJRIMŪN DISERET WAJAHNYA MENUJU NERAKA

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang akan adanya Hari dimana manusia yang berdosa diseret kedalam Neraka diatas muka (wajah) mereka:

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ (48)

(47) “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (48) (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!

(QS. Al-Qomar/54: 47-48)

Di ayat diatas disebutkan “diseret ke Neraka diatas Wajah/Muka mereka”; karena “Muka/Wajah” adalah bagian yang paling mulia dari manusia; yang seharusnya disungkurkan untuk beribadah bersujud men-Tauhidkan Allōh سبحانه وتعالى ketika hidup di dunia; dan manakala justru tidak bersujud pada Allōh, maka kelak di Hari Akherat justru diatas wajah-wajah itulah Mujrimũn akan diseret kedalam api Neraka.

9) MUJRIMŪN BERPUTUS ASA DI HARI AKHERAT

10) MUJRIMŪN TIDAK BERPELUANG MEMPEROLEH SYAFA’AT DARI BERHALA-BERHALA MEREKA DI HARI AKHERAT

Dalam ayat berikut ini, Allōh سبحانه وتعالى memperingatkan bahwa di Hari Akherat kelak Mujrimũn akan benar-benar berputus asa, karena tidak akan ada syafa’at dari berhala-berhala / para thoghut yang dituhankan dan dielu-elukan mereka semasa hidup di dunia:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ (12) وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ (13) وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ (14)

(12) “Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa. (13) Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafa’at bagi mereka dari berhala-berhala mereka dan adalah mereka mengingkari berhala mereka itu. (14) Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan.

(QS. Ar-Rũm/30: 12-14)

11) PENYESALAN TIADA ARTI DI AKHERAT BAGI MUJRIMŪN

Allōh سبحانه وتعالى memperingatkan bahwa di Hari Akherat kelak, Mujrimũn akan sangat ketakutan manakala buku catatan amal dihadapkan ke diri mereka, namun dikala itu sudah terlambat, penyesalan tiada lagi berguna:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.”

(QS. Al-Kahfi/18: 49)

12) MUJRIMŪN BERHARAP DAPAT KEMBALI KE DUNIA

13) MUJRIMŪN DI AKHERAT BERHARAP BERKESEMPATAN UNTUK MEMPERBAIKI DIRI

Mujrimũn kelak akan berharap dapat kembali ke dunia untuk beramal guna menebus dosa dan kesalahan mereka, namun harapan memperbaiki diri dikala itu adalah sudah terlambat; hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رؤُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ (12) وَلَوْ شِئْنَا لآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (13) فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (14)

(12) “Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata):Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal yang shōlih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. (13) Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari-Ku: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama“. (14) Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melalaikan / melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.

(QS. As-Sajdah/32: 12-14)

14) ADZAB ADALAH BAGIAN UNTUK MUJRIMŪN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa siksa-Nya pastilah tidak akan dapat ditolak oleh kaum yang berdosa:

فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: “Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa.

(QS. Al-An’ãm/6: 147)

Sedangkan dalam ayat lainnya, Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa hukuman bagi orang yang berdosa adalah berupa adzab dari-Nya:

فَدَعَا رَبَّهُ أَنَّ هَٰؤُلَاءِ قَوْمٌ مُجْرِمُونَ

Kemudian Musa berdoa kepada Tuhannya: “Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah adzab kepada mereka).

(QS. Ad-Dukhōn/44: 22)

Bahkan digambarkan dalam ayat berikut bahwa Para Pemimpin dengan yang dipimpin akan saling berbantah-bantahan di Hari Akherat kelak; sebagaimana Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (27) قَالُوا إِنَّكُمْ كُنْتُمْ تَأْتُونَنَا عَنِ الْيَمِينِ (28) قَالُوا بَلْ لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (29) وَمَا كَانَ لَنَا عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بَلْ كُنْتُمْ قَوْمًا طَاغِينَ (30) فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَا إِنَّا لَذَائِقُونَ (31) فَأَغْوَيْنَاكُمْ إِنَّا كُنَّا غَاوِينَ (32) فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ (33) إِنَّا كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ (34)

(27) “Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan. (28) Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): “Sesungguhnya kamulah yang dahulu datang kepada kami dari kanan. (29) Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: “(Tidak), bahkan sebenarnya kamulah yang tidak (mau) beriman”. (30) Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. (31) Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita; sesungguhnya kita akan merasakan (adzab itu). (32) Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami sendiri adalah orang-orang yang sesat. (33) Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam adzab. (34) Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat.

(QS. Ash-Shōffãt/37: 27-34)

Bahkan terdapat dialog di Akherat bahwa para Pemimpin (dari kalangan Mujrimũn) itu mengakui bahwa mereka telah menyesatkan para pengikutnya sebagaimana diri mereka sendiri telah sesat; dan Allōh سبحانه وتعالى menyatakan bahwa kedua pihak (baik Pemimpin maupun pengikutnya yang berdosa itu) sama-sama terancam ditimpa adzab.

Lalu di ayat lainnya, Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa adzab di Jahannam itu bagaikan tidak mati dan tidak pula hidup:

إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (74) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلا (75) جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (76)

(74) “Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (75) Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shōlih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (76) (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).

(QS. Thōhã/20: 74-76)

15) ALLÕH TIDAK AKAN TERIMA TEBUSAN

Kalau di dunia, ada orang-orang yang bahkan untuk melindungi kepentingan duniawinya ia menggunakan segala cara dan dibantu oleh para bala tentara dari kalangan manusia pembelanya maupun dari kalangan kroni-kroni keluarganya; namun kelak di Hari Akherat itu semua akan sirna dan yang tersisa hanyalah Satu Hakim yang tak bisa disogok dan tidak menerima tebusan, yakni Allōh سبحانه وتعالى yang Maha Adil; sebagaimana firman-Nya:

يُبَصَّرُونَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (11) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (12) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (13) وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ (14) كَلَّا إِنَّهَا لَظَى (15)

(11) “Sedang mereka saling memandang. Pada Hari (Akherat) itu, orang yang berdosa ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab dengan anak-anaknya, (12) dan isterinya dan saudaranya, (13) dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). (14) Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. (15) Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak.

(QS. Al-Ma’ãrij/70: 11-15)

16) MUJRIMŪN DIPASTIKAN TIDAK AKAN BERUNTUNG

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang kaum Mujrimũn yang tidak akan beruntung:

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ

Maka siapakah yang lebih dzōlim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allōh atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.

(QS. Yunus/10: 17)

17) ALLÕH AKAN BINASAKAN MUJRIMŪN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman tentang Kebinasaan di Akherat bagi kaum Mujrimũn (orang-orang yang berdosa) dari kalangan Musyrikin:

أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ أَهْلَكْنَاهُمْ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba’ dan orang-orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa.

(QS. Ad-Dukhōn/44: 37)

Gambar #5 – “Hukuman / Balasan bagi kaum Mujrimũn

I-6. SIKAP MUSLIM TERHADAP MUJRIMŪN

Bagi kaum Muslimin, panutan tauladan yang terbaik itu adalah Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم; dan kemudian berikutnya adalah juga tauladan dari Salafush Shōlih dari 3 generasi emas ummat Islam baik dari kalangan Shohãbat, Tãbi’ĩn maupun Tãbi’ut Tãbi’ĩn; serta para ‘Ulama yang setia mengikuti mereka dengan benar.

Jangan berpanutan pada kaum Mujrimũn; jangan menjadikan orang-orang yang berdosa itu sebagai tolok ukur yang dicontoh dan diidolakan. Dan terlebih lagi, jangan menjadi bagian dari orang-orang yang berdosa.

Kalau ada yang mau mendekati orang-orang yang berdosa (kaum Mujrimũn); maka hendaknya untuk ber-amar ma’ruf dan nahi munkar; bukan untuk masuk ke kelompok kaum Mujrimũn lalu justru bergabung mendukung dan menolong kemungkaran mereka.

Oleh karena itu di ayat berikut ini, Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.

(QS. Hũd/11: 52)

II. FUJŪR

II-1. MAKNA FUJŪR & SIAPAKAH FĀJIRŪN

Makna “Fujũr” menurut ‘Ulama bernama Abu Hilal al-Askary (wafat 395 H), mengatakan dalam Kitab “Al-Furũq al-Lughowiyyah” (hal. 231) adalah:

والفجور: الانبعاث فِي الْمعاصِي والتوسع فِيهَا ثمَّ  كثر ‌اسْتِعْمَال ‌الْفُجُور ‌حَتَّى ‌خص ‌بِالزِّنَا ‌واللواط وَمَا أشبه ذَلِك

Fujũr adalah: Terbangkitnya minat / hasrat untuk berada dalam dosa, bahkan leluasa dan betah dalam berbuat dosa. Kemudian menjadi sering dipergunakannya, terkhusus untuk perbuatan zina, homosex, dan sejenisnya.”

Jadi perbedaan antara “Jarĩmah” dan “Fujũr” adalah bahwa: “Fujũrlebih buruk kondisinya daripadaJarĩmah”. Karena kalau “Jarĩmah” adalah “Perbuatan dosa”, maka “Fujũr” adalah “Keadaan / sikap dimana sang pendosa sudah tenggelam, bahkan sudah merasa nikmat dalam perbuatan dosa”.

Kemudian menurut ‘Ulama Ahlus Sunnah lainnya, Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H) dalam Kitab “Majmu’ al-Fatãwã” (15/286), makna “Fujũr” adalah:

‌اسم ‌جامع ‌لكل ‌متجاهر ‌بمعصية أو كلام قبيح يدل السامع له على فجور قلب قائله

Segala dan atau setiap perbuatan maksiyat yang dengan bangga diperlihatkannya pada orang lain, atau perkataan yang buruk yang menunjukkan bahwa si pembicaranya adalah orang yang (berbuat) fujũr.

Adapun “pelaku penikmat dosa” disebut sebagai “Fãjir”; dan apabila pelaku / “orang-orang yang tenggelam menikmati dosa” itu berjumlah banyak (jamak) maka disebut “Fãjirũn”.

Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ

Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.

(QS. Al-Qiyamah/75: 5)

II-2 TAQQIYYŪN VS FĀJIRŪN

Allōh سبحانه وتعالى menjelaskan dalam ayat berikut ini bahwa kecenderungan jiwa manusia itu ada dalam dua keadaan; ada yang jiwanya cenderung pada Taqwa dan orang-orang seperti ini tergolong “Taqqiyyũn” (orang-orang yang bertaqwa); namun ada pula yang jiwanya cenderung pada kefasikan dan orang-orang seperti ini tergolong “Fãjirun” (orang-orang yang Fãjir / penikmat dosa):

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9)

(7) “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (8) maka Allōh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (9) sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.

(QS. Asy-Syams/91: 7-9)

Oleh karena itu, Allōh سبحانه وتعالى menegaskan dalam ayat berikut ini bahwa tidak sama antara orang yang beriman dan beramal shōlih (bertaqwa / Taqqiyyũn) dengan orang-orang yang gemar berbuat dosa serta berbuat kerusakan di muka bumi (Fãjirun):

أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shōlih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?

(QS. Shōd/38: 28)

Dan kemudian di ayat berikut ini, Allōh سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa “genorang-orang Fãjir itu berasal dari orang-orang Kãfir yang suka menyesatkan manusia (dari jalan Allōh) serta mewariskan keburukannya ke generasi mereka berikutnya; kecuali kalaulah diantara mereka ada yang mendapat Hidayah Allōh barulah mereka berpotensi menjadi baik:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا (26) إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا (27)

(26) “Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (27) Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.

(QS. Nũh/71: 26-27)

Pelajaran dari ayat-ayat diatas adalah bahwa sebagai Muslim, hendaknya kita harus berusaha berpandai menjaga kecenderungan jiwa kita agar berada dalam Taqwa kepada Allōh سبحانه وتعالى; dan Allōh سبحانه وتعالى telah menegaskan perbedaan antara orang bertaqwa dengan orang Fãjir; maka bukankah akan mengherankan apabila suatu kaum mengaku diri mereka sebagai Muslimin namun sikap hidupnya yang tampak justru sangat jauh dari nilai-nilai dan norma-norma Islam serta bahkan di kalangan mereka merebak aneka kemungkaran. Oleh karena itu, hendaknya kaum tersebut ber-introspeksi diri, adakah pengakuan “Muslim” itu sudah sesuai pada diri mereka ataukah belum.

II-3. IDENTITAS FĀJIRŪN

Sebagaimana kaum Mujrimũn, maka kaum Fãjirũn di Hari Akherat jugaakan dikenali karena memiliki tanda-tanda berupa wajah yang suram / hitam muram akibat ditimpa kegelapan / kehinaan; Allōh سبحانه وتعالى berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (38) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (39) وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (40) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (41) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (42)

(38) “Pada Hari itu (Hari Akherat) ada wajah-wajah yang berseri-seri, (39) tertawa dan bergembira-ria; (40) dan pada Hari itu ada pula wajah-wajah yang suram, (41) ditimpa oleh kegelapan/kehinaan, (42) mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka.”

(QS. ‘Abasa/80:38-42)

II-4. HUKUMAN BAGI FĀJIRŪN

Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa catatan amal Fãjirũn berada didalam Sijjin:

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ (7) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ (8) كِتَابٌ مَرْقُومٌ (9) وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ (10) الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (11) وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (13) كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14) كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ (15) ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ (16) ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ (17)

(7) “Sekali-kali jangan begitu, sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin. (8) Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (9) (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal). (10) Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (11) (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. (12) Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, (13) yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.” (14) Sekali-kali tidak ! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka. (15) Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. (16) Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.(17) Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah adzab yang dahulu selalu kalian dustakan.

(QS. Al-Muthoffiffĩn/83: 7-17)

Dan di ayat yang lain, Allōh سبحانه وتعالى berfirman bahwa Fãjirũn diancam dengan adzab Neraka:

وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ (14) يَصْلَوْنَها يَوْمَ الدِّينِ (15) وَما هُمْ عَنْها بِغائِبِينَ (16)

(14) “dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (15) Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (16) Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.

(QS. Infithōr/82: 14-16)

II-5. HIKMAH KEMATIAN FĀJIRŪN

Dalam suatu Hadits, Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم menjelaskan tentang Hikmah dari perbedaan antara “Kematian bagi orang-orang beriman” dan “Kematian bagi orang-orang Fãjir” adalah sebagai berikut:

وعَنِ أَبِى قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِىٍّ الأَنْصَارِىِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ : مُسْتَرِيحٌ ، وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ: الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

Dari Abu Qotãdah bin Rib’ĩ al-Anshōrĩ رضي الله عنه, dia menceritakan bahwa ada jenazah yang (dipikul) lewat dihadapan Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم, kemudian beliau صلى الله عليه وسلم bersabda, “Ada orang yang beristirahat, dan ada orang yang diistirahatkan darinya (mustarĩh wa mustarōhu minhu)”. Mereka (para Shohabat) bertanya, “Wahai Rosũlullōh, apakah (maksud) ada orang yang istirahat, dan ada orang yang diistirahatkan darinya?” Beliau menjawab, “Seorang hamba yang Mukmin apabita mati maka dia  beristirahat dari lelah dan penderitaan di dunia menuju rahmat Allōh. Sedangkan hamba yang Fãjir (jahat), apabila dia mati maka akan beristirahat darinya banyak manusia, bumi, pepohonan, maupun binatang.

(HR. Bukhōry no: 6512, HR. Muslim no: 950, dari Abu Qotãdah bin Rib’ĩ al-Anshōrĩ رضي الله عنه)

Kemudian “Makna Dunia bagi orang-orang beriman” pun berbeda dengan “Makna Dunia bagi orang-orang Fãjir”, sebagaimana dijelaskan di Hadits yang lain, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه bahwa Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم bersabda:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.

(HR. Muslim no: 2392, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)

Orang beriman itu lelah hidup di dunia ini, ia berusaha menjadi ‘Abdun / Hamba Allōh سبحانه وتعالى yang mana ia menjaga makanannya, hanya memakan makanan yang Halal dan Thoyib, ia kurang tidur karena ia berusaha bangun di malam hari untuk menunaikan qiyamul lail pada Allōh سبحانه وتعالى disaat orang-orang lain tertidur lelap, ia berusaha menjaga pakaiannya hanya terbuat dari bahan yang Halal, ia berusaha menjaga sumber penghasilannya agar mencari nafkah dengan cara yang Halal; ia berusaha menjaga keluarganya agar mereka sekeluarga terhindar dari ma’shiyat, dan ia mencurahkan pula waktunya untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, tidak mendiamkan kemunkaran yang merebak di masyarakat sekitarnya; maka hidupnya penuh lelah dan letih dalam berjuang menjalankan segala yang diperintahkan Allōh سبحانه وتعالى baginya. Ia berusaha keras menjaga dirinya dari perkara-perkara yang Harom; oleh karena itu kematian baginya adalah “istirahat” dari segala kepenatan dan kelelahan hidup di dunia. Sebaliknya orang-orang Fãjir, mereka tidak peduli aturan Allōh سبحانه وتعالى, perkara-perkara yang Harom pun dilanggarnya, bahkan kalau perlu dengan cara aniaya / dzolim terhadap orang-orang lain / hewan / tetumbuhan / bumi, ia tidak peduli; yang penting ia berusaha meraup sebanyak-banyaknya kenikmatan hidup dunia (– lihat kembali gambar/ bagan #3 tentang “Islam dan Politik” diatas – pen.), maka justru ketika kematian datang pada orang Fãjir itu, orang-orang disekitarnya (manusia), hewan, tetumbuhan, dan bumi, justru merasa lega dan terbebas dari kedzoliman dan kejahatannya.

III. DO’A BERLINDUNG PADA ALLÕH DARI DOSA / KEBURUKAN

Agar kita jangan tergolong kedalam Mujrimũn ataupun Fãjirũn yang berkubang dosa maupun keburukan, maka ada beberapa doa yang diajarkan Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم yang dapat dipanjatkan kepada Allōh سبحانه وتعالى, memohon pada-Nya agar kita dihindarkan daripada dosa dan keburukan / kejelekan.

Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم mengajarkan do’a agar menjadi hamba yang bertaqwa, terjaga dari yang Harom serta memiliki sikap qona’ah sebagai berikut::

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

Allōhumma innĩ as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.

(Ya Allōh, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketaqwaan, terjaga dari yang Harom, dan hati yang selalu merasa cukup).” 

(HR. Muslim no: 2721, dari ‘Abdullōh bin Mas’ũd رضي الله عنه)

Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم juga mengajarkan do’a berlindung dari berbagai keburukan yang lalu maupun yang akan datang sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ ومنْ شَرِّ مَا لَمْ أعْمَلْ

Allōhumma innĩ a’ũdzu bika min syarri mã ‘amiltu wa min syarri mã lam a’mal.

(Ya Allōh, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku lakukan dan kejelekan yang belum aku lakukan)

(HR. Muslim, no: 2716, dari ‘Ā’ĩsyah rodhiyallōhu ‘anha)

Dan Rosũlullōh صلى الله عليه وسلم pun mengajarkan do’a berlindung dari berbagai keburukan akhlaq, amal maupun hawa nafsu sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ ، وَالأَعْمَالِ ، وَالأَهْوَاءِ

Allōhumma innĩ a’ũdzu bika min munkarōtil akhlãqi wal a’mãli wal ahwã’.

(Ya Allōh, aku berlindung kepada-Mu dari akhlaq, amal, dan hawa nafsu yang jelek)

(HR. At-Tirmidzi, no: 3591, ia mengatakan bahwa Hadits ini Hasan, dari Ziyad bin ‘Ilaqoh رضي الله عنه)

Sekian dulu bahasan pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan Allōh سبحانه وتعالى selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk istiqomah sampai akhir hayat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, Sabtu shubuh, 5 Safar 1446 H / 10 Agustus 2024 M dan 10 Rabi’ul Awwal 1446 H / 14 September 2024 M.

*****o0o*****

Silahkan download PDF: https://archive.org/download/orang-mujrimun-fajirun-menurut-al-qur-an-fnl/ORANG%20MUJRIMUN%20%26%20FAJIRUN%20MENURUT%20AL-QUR%27AN%20FNL.pdf

No comments yet

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.