Penghuni Neraka Definitif
(Transkrip Ceramah AQI 250509)
PENGHUNI NERAKA DEFINITIF
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Bahasan kali ini adalah tentang bagian dari “Ahwalu Ahlin Naar” (Keadaan Penghuni Neraka). Setelah beberapa hari lalu kita bahas tentang Neraka dan keadaannya, panasnya serta dalamnya seperti apa, daya tampungnya seberapa, dll, maka sekarang kita masuk kepada pembahasan tentang orang-orang yang akan menjadi penghuni dan penduduk Neraka. Dan itu sangat banyak, tetapi kita akan membahas apa yang bisa kita jangkau, dengan harapan mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى menghindarkan kita dari ancaman-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
“Penghuni Neraka Yang Definitif”, sengaja judul bahasan ini demikian, agar jangan ada orang yang ragu tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam api neraka. Sebagaimana kita yakini sebagai umat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa dilarang menyatakan secara spesifik atau menggolongkan seseorang secara spesifik sebagai Ahlun Naar, kecuali dengan daliil. Dan sebaliknya, kalau sudah ada daliil di hadapan kita tentang orang-orang tertentu yang akan menjadi calon penghuni neraka, maka kitapun harus yakin bahwa mereka adalah Ahlun Naar (Penghuni Neraka).
Penghuni neraka adalah banyak. Tetapi yang definitif, yang dijelaskan oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahkan sampai namanya pun adalah definitf adalah apa yang in syaa Allooh akan kita bahas kali ini.
Disebut “definif” karena memang didefinisikan, ditentukan, di-ta’yin oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم. Maka pelajaran bagi kita bahwa apabila oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم TELAH DITENTUKAN bahwa penghuni neraka adalah si Fulan dan Fulan, maka kita tidak boleh ragu bahwa mereka adalah Ahlun Naar.
Tetapi apabila TIDAK DITENTUKAN dalam Al Qur’an atau Hadits bahwa seseorang itu calon Ahlun Naar, maka kita pun TIDAK BOLEH MEMASTIKAN (tidak boleh mengatakan) bahwa seseorang itu Ahlun Naar.
Dalam keseharian kita sering salah (salah kaprah), misalnya kita sering mengatakan: “Telah berpulang ke Rahmatullooh” untuk seseorang yang meninggal. Sebenarnya, kalau kalimat itu hanya diniatkan untuk sekedar bermakna do’a, maka boleh saja diucapkan demikian. Tetapi bila diartikan bahwa orang yang meninggal itu sudah pasti / diyakini bahwa ia pasti mendapat rahmat dari Allooh سبحانه وتعالى, maka ini adalah keliru. Karena kita tidak bisa meyakini bahwa seseorang itu sudah pasti mendapat rahmat Allooh سبحانه وتعالى; kita hanya bisa berharap. Karena kita tidak tahu, apakah ia benar-benar mendapatkan Rahmat Allooh سبحانه وتعالى ataukah tidak. Apalagi kalau orang yang meninggal itu dalam keadaan Su’ul Khootimah. Apalagi kalau orang yang meninggal itu dalam keadaan memusuhi Allooh, menentang Allooh atau tergolong orang-orang yang mendapat kutukan Allooh سبحانه وتعالى; maka terhadap orang yang seperti ini tidak bisa dipastikan dengan perkataan: “ia berpulang ke Rahmatullooh”.
Berbagai Jenis Orang yang Diancam Masuk Neraka dan apa kejahatan mereka
1) Orang yang terkait dengan pekerjaan Riba
Hal ini adalah sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 3335, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ
Artinya:
“Allooh mengutuk riba, orang yang memakan riba, orang yang memberi makan dari hasil riba. Allooh mengutuk orang yang melakukan tulis-menulis dalam urusan riba dan Allooh mengutuk orang yang menjadi saksi riba.”
Hal ini berarti bahwa mereka yang bergerak dibidang riba adalah terkutuk. Rela atau tidak rela, tega atau tidak tega, suka atau tidak suka, tetapi memang demikianlah menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tetapi hanyalah menyampaikan apa yang merupakan Wahyu dari Allooh سبحانه وتعالى.
Jadi menurut Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya, orang yang bergerak di bidang riba itu adalah terkutuk.
Apabila seseorang itu mati masih dalam keadaan bergelut dengan riba, dan belum bertaubat sampai matinya, maka hal tersebut dapat membahayakan dirinya; karena dapat mengancam ia mati dalam keadaan Su’ul Khotimah. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
2) Perempuan yang menyambung rambut dan Orang yang ber-tattoo
Perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 5347 dan Al Imaam Muslim no: 2124, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ
Artinya:
“Allooh mengutuk perempuan yang menyambung rambut atau perempuan yang meminta disambungkan rambutnya. Allooh mengutuk perempuan yang ber-tatto atau perempuan yang minta di-tatto.”
3) Orang yang menggambar makhluk bernyawa
Hal ini adalah sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 5327, dari Shohabat Abu Juhaifah رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَعَنَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَآكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَنَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الْبَغِيِّ وَلَعَنَ الْمُصَوِّرِينَ.
Artinya:
“Allooh mengutuk orang-orang yang mentatto, orang yang minta ditatto, orang yang memakan riba, orang yang memberi orang lain dari hasil riba, dan melarang penghasilan dari jual beli anjing, juga melarang hasil perzinahan, dan mengutuk orang-orang yang menggambar / melukis (– makhluk bernyawa – pen.).”
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 5961 dan Al Imaam Muslim no: 5535, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Umar رضي الله عنهما, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الَّذِينَ يَصْنَعُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ
Artinya:
“Sesungguhnya mereka yang membuat gambar-gambar (– makhluk bernyawa –) akan disiksa pada hari kiamat. Akan dikatakan kepada mereka, “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan.”
4) Orang Yahudi dan Nashroni yang Menjadikan Kuburan sebagai Masjid
Hal ini sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 1330 dan Al Imaam Muslim no: 529, dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا
Artinya:
“Allooh mengutuk orang Yahudi dan Nashroni; mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.”
5) Perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai perempuan
Perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 4099, dari Ibnu Abbaas رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَعَنَ الْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ وَالْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ
Artinya:
“Allooh mengutuk perempuan yang menyerupai laki-laki dan Allooh mengutuk laki-laki yang menyerupai perempuan.”
6) Orang yang Mengambil Harta Orang lain dan Memakan Harta Anak Yatim dengan Cara yang Tidak Benar
Orang yang mengambil / memakan harta orang lain dan ataupun harta anak yatim dengan cara yang tidak benar adalah juga tergolong orang yang diancam Allooh سبحانه وتعالى dengan api neraka. Allooh سبحانه وتعالى menyebutkan secara spesifik tentang kedzoliman memakan harta anak yatim tersebut, karena anak yatim adalah golongan yang lemah yang mereka itu tidak dapat membela diri dan hartanya; sehingga berbuat dzolim terhadap anak yatim adalah dosa yang besar, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 10 :
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzolim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
7) Wanita yang Berpakaian Tetapi Telanjang
Di zaman sekarang, betapa banyak wanita yang terancam oleh Hadits ini. Mereka berpakaian tetapi ibaratnya telanjang. Ada yang sudah berusaha memakai kerudung, tetapi sayangnya kerudungnya itu belum menutupi aurotnya dengan baik, sehingga muncullah fenomena apa yang diistilahkan sebagai “kerudung gaul”, ia memakai kerudung yang kecil ala kadarnya lalu dibarengi pakaian yang tipis, ketat serta membentuk tubuhnya. Ini berbahaya, karena masih tergolong “berpakaian tetapi telanjang” dan terancam oleh hadits ini. Bahkan jangankan memakai kerudung gaul, betapa banyak wanita yang bahkan tidak berkerudung sama sekali.
Padahal terdapat ancaman Allooh سبحانه وتعالى, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 5704, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, beliau berkata, “Telah bersabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Artinya:
“Dua golongan termasuk dari penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya: (1) Suatu kaum yang bersama mereka (terdapat) cemeti bagaikan ekor sapi. Dengannya mereka pukuli orang-orang; (2) Wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka melenggak-lenggok dan diatas kepala mereka bagaikan punuk unta. Mereka (– kedua golongan –pen.) itu tidak akan masuk kedalam surga, bahkan tidak akan mencium baunya surga. Padahal baunya surga bisa menembus jarak sekian dan sekian (70 tahun).”
Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyah رحمه الله menyebutkan dalam Kitab berjudul “Yaqadhat Uli al I’tibar” halaman 222, bahwa diantara penyebab masuk Neraka antara lain adalah:
– Menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dalam Ibadah
– Kufur kepada Rosuul dan para Nabi utusan-Nya
– Kafir
– Hasad (iri, dengki)
– Berdusta
– Berkhianat
– Berbuat dzolim
– Memutuskan tali silaturrohim
– Berlaku pengecut di medan Jihad
– Bakhil, kikir
– Munafik
– Putus asa dari rahmat Allooh سبحانه وتعالى
– Tidak takut pada adzab / hukuman Allooh سبحانه وتعالى
– Ishrof (berlaku boros / berlebih-lebihan)
– Meninggalkan perintah Allooh سبحانه وتعالى
– Mengerjakan apa yang dilarang-Nya
– Lebih takut kepada makhluk daripada takut kepada Allooh سبحانه وتعالى
– Riya’ (beramal karena ingin dipuji orang), sum’ah (beramal karena ingin nama yang harum)
– Berpaling dari Al Qur’an dan As Sunnah, baik dalam perkataan maupun perbuatan
– Lebih mentaati makhluk sehingga berpaling dari ketaatan pada Allooh سبحانه وتعالى
– Bersumpah palsu
– Mengolok-olok ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى
– Menolak kebenaran
– Menyembunyikan ilmu (diin) yang seharusnya disampaikan pada ummat
– Sihir, tenung, meramal
– Durhaka kepada orangtua
– Membunuh setiap jiwa yang dilarang Allooh سبحانه وتعالى (kecuali untuk alasan yang haq / dibenarkan syari’at)
– Memakan harta anak yatim
– Riba
– Lari dari medan pertempuran (disaat Jihad fii sabilillah)
– Menuduh wanita baik-baik berzina
Dan masih banyak lagi perbuatan yang dapat menyebabkan seseorang itu dapat masuk kedalam Neraka, dan hal ini kita bahas dalam kajian tersendiri tentang “Penyebab Masuk Neraka”.
Dari ayat dan hadits-hadits diatas, dapatlah kita ambil pelajaran bahwa ada perbuatan-perbuatan yang dikutuk Allooh سبحانه وتعالى dan ada perbuatan-perbuatan yang pelakunya diancam Allooh سبحانه وتعالى masuk neraka; sehingga apabila seseorang dalam hidupnya itu bergelimang dalam perbuatan yang demikian, maka suka atau tidak suka, tega atau tidak tega, orang yang seperti itu menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah “orang-orang yang terkutuk” atau “orang-orang yang berkemungkinan masuk neraka”. Dengan demikian, bila orang tersebut sebelum matinya tidak juga bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan apakah mereka itu berhaq atas rahmat Allooh سبحانه وتعالى ataukah tidak. Itu tergantung kepada kehendak Allooh سبحانه وتعالى. Karena Allooh سبحانه وتعالى tidak akan mengampuni orang yang sampai matinya tidak bertaubat dari dosa syirik, adapun dosa selain syirik adalah tergantung kepada kehendak Allooh سبحانه وتعالى.
Perhatikanlah firman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 48:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allooh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allooh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Kemudian di masyarakat di negeri kita ini, masih banyak juga terdapat “salah-kaprah” lainnya. Misalnya penggunaan kata “Almarhum” (yang dirahmati, yang disayangi) untuk orang yang sudah meninggal, baik itu untuk orang muslim maupun orang kafir (Yahudi, Nashroni). Ini kejahilan (kebodohan) yang nyata, akibat kurangnya pemahaman atas bahasa Arab.
Kalau dikatakan “Almarhum” artinya orang tersebut “sudah pasti disayangi, dirahmati olah Allooh سبحانه وتعالى”. Bagaimana mungkin kita tahu bahwa orang tersebut “SUDAH PASTI disayangi dan dirahmati Allooh سبحانه وتعالى”? Bagaimana mungkin kita tahu bahwa orang-orang tersebut sudah mendapat kasih-sayang dan rahmat Allooh سبحانه وتعالى ?
Yang BENAR, katakanlah: “Rohimahullooh” (رحمه الله) (MUDAH-MUDAHAN dia dirahmati Allooh سبحانه وتعالى). Kalau berkata seperti ini maka benar, karena maknanya adalah sebagai suatu do’a.
Seperti kita mengatakan kepada saudara kita yang sedang sakit dengan perkataan: “Syafaahullooh” (Semoga Allooh menyembuhkannya); dimana perkataan yang seperti ini adalah perkataan yang benar.
Dengan demikian hendaknya kita mengatakan kepada orang yang meninggal itu dengan perkataan “Rohimahullooh”. Tetapi bila mengatakan “Almarhum” berarti itu menyatakan kepastian bahwa ia adalah orang yang pasti disayangi Allooh سبحانه وتعالى. Dan perkataan seperti ini adalah keliru karena siapa diantara kita yang bisa memastikannya?
Dan tidak ada dari zaman dahulu sampai hari ini, dari kalangan orang-orang yang mengerti dan ber-ilmu (diin), penggunaan istilah “Almarhum” tersebut. Ini sama saja kelirunya dengan penggunaan istilah “Halaal bi Halaal” yang kerap dikatakan oleh masyarakat kita. Dari mana istilah itu? Secara struktur bahasa saja sudah keliru.
Oleh karena itu, kajian kita ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, dalam artian dari mulai perkara-perkara yang kecil (seperti istilah-istilah tersebut diatas), sampai dengan perkara-perkara yang besar, hendaknya kita harus mengubah kebiasaan-kebiasaan yang salah yang ada dalam diri kita atau keluarga kita masing-masing.
Kalau yang benar adalah kata (ucapan) “Rohimahullooh” , maka ubahlah (gantilah) kata-kata “Almarhum” itu dengan “Rohimahullooh”.
Maksud dari penjelasan ini adalah bahwa sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, kita harus benar-benar meyakini kebenaran Al Qur’an dan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Apabila seseorang sudah dinyatakan atau ditentukan secara definitif (baik di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah), bahwa si Fulan dan si Fulan adalah Ahlun Naar, maka jangan ada lagi keraguan atas ketentuan tersebut.
Oleh karena ada dua hal penting yang perlu kita pahami bahwa:
a) Orang yang tidak yakin / ragu-ragu untuk mengkafirkan orang-orang kaafir (Yahudi, Nashroni) dan orang musyrik, maka ia pun terancam kaafir.
Mengapa? Karena berarti ia tidak percaya pada firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Bayyinah (98) ayat 6 berikut ini:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Juga berarti tidak percaya pada Hadits shohiih berikut ini. Dalam Hadits Shohiih Riwayat Al Imaam Muslim no: 403, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Artinya:
“Demi yang jiwaku ditangan-Nya, tidak ingin kudengar seorangpun dari ummat ini Yahudi atau Nashroni yang mati lalu tidak beriman kepada ajaran yang kubawa, kecuali dia akan menjadi penghuni neraka.”
Bila tidak percaya pada ayat maupun hadits yang berderajat shohiih diatas, berarti ia mengingkari Al Qur’an dan As Sunnah, mengingkari firman Allooh سبحانه وتعالى dan sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم; sehingga ia pun dapat terancam kaafir karenanya.
b) Sebaliknya orang yang mengkafirkan orang yang BELUM JELAS kekafirannya, ia pun terancam kaafir juga.
Hal ini sebagaimana dalam Hadits Shohiih Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 6104 dan Al Imaam Muslim no: 60, dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَيما رجُل قال لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرُ, فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا , فَإِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَ إِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ
Artinya:
“Apabila seseorang menyeru kepada saudaranya: ‘Wahai kafir’, maka sungguh akan kembali sebutan kekafiran tersebut kepada salah seorang dari keduanya. Bila orang yang disebut kafir itu memang kafir adanya maka sebutan itu pantas untuknya, bila tidak maka sebutan kafir itu kembali kepada yang mengucapkan.”
Juga dalam Hadits Shohiih Riwayat Al Imaam Muslim no: 61, dari Abu Dzar رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ دَعَا رَجُلاً بِالْكُفْرِ , أَوْ قَالَ : عَدُوَّ اللهِ, وَ لَيْسَ كَذَلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ
Artinya:
“Barangsiapa yang menyeru kepada seseorang dengan sebutan kekafiran atau ia mengatakan: ‘Wahai musuh Allah’, sementara yang dituduhnya itu tidak demikian maka sebutan tersebut kembali kepada dirinya.”
Semua ini bisa teratasi dengan ‘Ilmu (diin). Oleh karena itu hendaknya setiap Muslim belajar ‘ilmu (diin) karena dengan ‘ilmu (diin) inilah ia dapat mengetahui mana yang haq dan mana yang baathil, ia dapat mengetahui apa yang diperintah Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم, dan apa yang dilarang Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم; sehingga bila saja ia istiqomah menempuh petunjuk tersebut maka ia dapat selamat tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat nanti.
Sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah kita harus benar-benar yakin bahwa orang-orang kafir yaitu ahli Kitab (Yahudi maupun Nashroni) dan orang-orang musyrik itu akan masuk kedalam Neraka Jahannam (apabila mereka mati dalam keadaan demikian).
Berarti ada dua, yaitu Ahli Kitab dan kaum musyrikin. Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nashroni, mereka dahulunya beragama samawi menerima Kitab dari Allooh سبحانه وتعالى, tetapi kitab-kitab tersebut oleh mereka sudah mereka selewengkan, mereka palsukan. Sedang kaum musyrikin adalah agama bukan dari samawi, tetapi beragama watsani (berhala), maka disebut “musyrikun”, karena mereka menyembah berhala sejenis Latta, ‘Uzza, Manat, Hubal, dll. Mereka adalah orang-orang musyrikin. Allooh سبحانه وتعالى menetapkan bahwa mereka adalah masuk Neraka Jahannam, kekal selama-lamanya di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk, menurut Allooh سبحانه وتعالى.
Berarti penghuni neraka yang definitif menurut Allooh سبحانه وتعالى adalah :
1) Kuffar dan Musyrikun
Maksudnya adalah orang-orang yang mati sebagai orang-orang kafir dan orang-orang musyrik. Mereka itu sampai matinya tetap dalam keadaan menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى; mereka menyamakan, menyetarakan men-sejajarkan, menyepadankan Allooh سبحانه وتعالى dengan sesuatu yang lain. Perhatikanlah Al Qur’an surat ‘Aali Imroon (3) ayat 151 :
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
Artinya:
“Akan Kami masukkan rasa takut kedalam hati orang-orang kafir, disebabkan mereka mempersekutukan Allooh dengan sesuatu yang Allooh sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang yang dzolim.”
Artinya, bahwa menyekutukan Allooh (syirik) itu dihukumi sebagai kufur oleh Allooh سبحانه وتعالى. Tempat mereka (orang kafir dan musyrik) adalah di neraka.
Perhatikan pula Al Qur’an surat Al Ankabut (29) ayat 68 :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
Artinya:
“Dan siapakah yang lebih dzolim dibanding orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allooh atau orang yang mendustakan yang haq (kebenaran) tatkala yang haq (kebenaran) itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?”
Berarti orang-orang kafir itu tempatnya di neraka Jahannam.
Berikutnya perhatikan Al Qur’an surat Shood (38) ayat 55 – 56 :
هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ (٥٥) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ (٥٦
Artinya:
(55) “Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk.”
(56) “(Yaitu) Neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya, maka amat buruk-lah Jahannam itu sebagai tempat tinggal.”
Dan Al Qur’an surat Huud (11) ayat 119 :
إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya:
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allooh menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah tetap, ‘Sesungguhnya Aku (Allooh) akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya’.”
Jadi orang-orang yang mati sebagai musyrikin dan kuffar maka mereka itu semuanya telah diancam oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk masuk kedalam neraka jahannam selama-lamanya (abadi). Dan tentu syirik yang dilakukannya adalah tergolong Syirik Akbar (Syirik Besar).
Demikian juga dengan kufur, dimana kufur itu ada 2 macam yakni: Kufur Akbar (Kekufuran Besar) dan Kufur Asghor (Kekufuran Kecil). Dan Kufur yang dimaksud disini adalah Kufur Akbar (Kekufuran Besar) dimana orang tersebut mendustakan, menolak dan membangkang Al Qur’an ataupun Hadits-Hadits yang shohiih, atau apa saja yang menjadi ‘aqiidah ahlus sunnah wal jama’ah. Maka ia pun terancam masuk kedalam neraka jahannam selama-lamanya (abadi)
Adapun Kufur Asghor (Kekufuran Kecil) yang pelakunya disebut sebagai Faasiq, walau tidak diancam masuk kedalam neraka abadi, tetapi tetap saja diancam oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan hukuman.
Sedangkan Syirik Asghor (Syirik Kecil) seperti Riya’; maka Riya’ itu sekalipun tidak menyebabkan masuk neraka abadi, tetapi dapat menyebabkan hilangnya pahala amal dari pelakunya.
Namun perlu diingat bahwa dalam menjatuhkan hukum kepada orang per orang itu, kita harus berhati-hati. Secara global memang orang yang ragu terhadap kesempurnaan Al Qur’an adalah kaafir. Tetapi untuk menyatakan siapa secara definitif orang yang kaafir itu, maka perlu prosedur lebih lanjut. Jangan sampai kita menyebutkan bahwa si Fulan itu kaafir atau musyrik, kecuali telah memenuhi persyaratannya.
Namun secara global kaidahnya adalah demikian, dan kita harus berani mengatakan bahwa: “Siapa yang ragu terhadap Al Qur’an, siapa yang mengatakan bahwa Al Qur’an saat ini sudah tidak relevan lagi, maka mereka adalah Kaafir.” Harus dengan berani dan tegas kita menyatakan seperti itu, karena memang dalam perkara ‘aqiidah tidak ada basa-basi.
2) Fir’aun
Yang dimaksud adalah Fir’aun yang hidup di zaman Nabi Musa عليه السلام. Oleh karena kata “Fir’aun” sendiri sebenarnya adalah julukan bagi raja-raja di Mesir pada saat itu, yang tentunya orangnya adalah berganti-ganti (– Kalau di zaman kita sekarang ini, ibarat semacam sebutan “Presiden” –)
Jadi yang dimaksud “Fir’aun” dalam bahasan kita ini adalah Fir’aun di zaman Nabi Musa عليه السلام, yang menentang dakwah Nabi Musa عليه السلام.
Oleh karena ada pula Fir’aun yang masuk Islam, seperti Fir’aun yang hidup di zaman Nabi Yusuf عليه السلام; dimana ia mendapat dakwah dari Nabi Yusuf عليه السلام dan kemudian Fir’aun (kepala negara) Mesir saat itu pun masuk Islam. Sementara Fir’aun yang hidup di zaman Nabi Musa عليه السلام adalah tetap kaafir sampai matinya.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Al Qur’an surat Huud (11) ayat 97 – 98 :
إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ (٩٧) يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ (٩٨
Artinya:
(97) “Kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar.”
(98) “Dan Fir’aun berjalan di muka kaumnya di hari Kiamat lalu membawa mereka masuk ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang dimasuki.”
Ada orang yang mengatakan bahwa Fir’aun itu tidak kaafir atau pada akhirnya beriman karena beralasan bahwa ketika ia (Fir’aun) hampir mati tenggelam ia masih sempat menyatakan beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى. Pernyataan ini tidak benar.
Ingatlah bahwa sesuai dengan firman Allooh سبحانه وتعالى dan sesuai pula dengan Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa taubatnya manusia itu tetap terbuka, kecuali pada dua perkara: (1) yaitu ketika matahari sudah terbit dari sebelah barat (berarti Kiamat sudah tiba); (2) ketika nyawa sudah berada di tenggorokan.
Perhatikanlah Hadits berikut ini yakni Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 2703 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
Artinya:
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allooh menerima taubatnya.”
Allooh سبحانه وتعالى pun berfirman dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 18 sebagai berikut:
وَلوَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Artinya:
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allooh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”
Juga sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam At Tirmidzy no: 3537, di-hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Ibnu umar رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ
Artinya:
“Sesungguhnya Allooh menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.”
Fir’aun menyatakan dirinya beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى itu adalah ketika nyawanya sudah sampai di tenggorokannya. Itu sudah terlambat. Dengan demikian, pernyataan berimannya Fir’aun tidak lagi diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Bila ada orang yang terkena syubhat pemahaman Liberalisme, dimana ia tidak memahami Al Qur’an dengan benar dan tidak pula meyakini Al Qur’an dan Sunnah dengan benar lalu tiba-tiba mereka itu mengatakan bahwa Fir’aun tidak kaafir, maka ketahui lah bahwa pernyataan mereka itu keliru. Jangan sampai virus paham Liberal itu memasuki diri kita, karena itu dapat menyebabkan kufur.
Para ‘Ulama Ahlus Sunnah pun telah menjelaskan bahwa pernyataan beriman-nya Fir’aun itu tidak diterima Allooh سبحانه وتعالى, karena ia menyatakannya ketika nyawanya sudah sampai ditenggorokannya. Berarti sudah terlambat, tiada guna lagi bagi dirinya.
3) Isteri Nabi Nuh dan Isteri Nabi Luth
Nabi Nuh dan Nabi Luth عليهما السلام, keduanya adalah Nabi dan Rosuul, tetapi isteri mereka kaafir, istri keduanya adalah Ahlun Naar.
Perhatikanlah Al Qur’an surat At Tahriim (66) ayat 10 :
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَاِمْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئاً وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
Artinya:
“Allooh membuat perempuan Nuh dan perempuan Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kaafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shoolih di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua perempuan itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allooh; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke neraka bersama-sama orang yang masuk (neraka)”.”
Maksudnya, meskipun suami mereka adalah Nabi, yaitu Nabi Nuh عليه السلام dan Nabi Luth عليه السلام, namun tetap saja kedua Nabi tersebut tidak bisa menolong isteri-siterinya itu di akhirat nanti, karena isteri-isteri mereka adalah kaafir.
Jangankan di akhirat, sedangkan ketika masih di dunia saja apabila salah seorang dari suami / istri itu menjadi kaafir maka mereka berarti sudah terputus haq-nya. Contoh: apabila salah seorang diantara suami-isteri itu menjadi kaafir, maka mereka tidak lagi berhak untuk mewarisi satu sama lain. Inilah aturan Islam.
Perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhory no: 6764 dan Al Imaam Abu Daawud no: 2911, dari Shohabat Usaamah bin Zaiid رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا يَرِثُ الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ وَلَا الْكَافِرُ الْمُسْلِمَ
Artinya:
“Orang muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim.”
Jadi seorang muslim tidak mewarisi dari orang kaafir dan orang kaafir juga tidak mewarisi dari orang muslim. Berarti kafirnya salah seorang diantara pasangan suami istri itu dapat menyebabkan terputusnya haq-nya menurut hukum Islam. Bahkan apabila orang yang kaafir (entah suami, atau entah istrinya) itu meninggal maka ia tidak berhaq untuk disholatkan dan dikuburkan secara Islam. Bahkan seharusnya mereka itu bercerai.
Oleh karena Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al Mumtahanah (60) ayat 10 sebagai berikut:
فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ لا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنّ
Artinya:
“Jika kamu telah mengetahui bahwa para wanita itu beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka (para wanita itu) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka…”
Maka jangan sampai isteri kita masuk ke dalam neraka. Sebagaimana kita tidak boleh masuk neraka, maka jangan pula anak dan isteri kita masuk neraka. Karena Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. At Tahriim (66) ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
4) Abu Lahab
Berdasarkan dalil, Abu Lahab pasti masuk neraka. Dalilnya adalah Al Qur’an surat Al Lahab (111) ayat 1-5 :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (٤ ) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (٥
Artinya:
(1) “Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar celakalah Abu lahab.”
(2) “Tidak ada gunanya baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
(3) “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
(4) “Dan (begitu pula) isterinya yang pembawa kayu bakar.”
(5) “Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
5) ‘Amr bin ‘Aamir bin Luhay Al Khuzaa’iy
Orang ini adalah perintis kesyirikan di Jazirah Arab. Hal ini sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 3521 dan Al Imaam Muslim no: 2856, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيٍّ الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ
Artinya:
“Aku melihat ‘Amru bin ‘Aamir bin Luhay Al-Khuzaa’i menarik-narik ususnya di neraka. Dia adalah orang pertama yang melakukan saibah (melepaskan onta-onta untuk dipersembahkan kepada berhala).”
Kemudian terdapat pula dalam riwayat yang lain, yaitu diriwayatkan oleh Ibnu Ishaaq dalam shiroh-nya, lihat Fathul Baari 6/549 dan As-Shohiihah no: 1677 :
إِنَّهُ كَانَ أَوَّلَ مَنْ غَيَّرَ دِيْنَ إِسْمَاعِيْلَ، فَنَصَبَ الأَوْثَانَ وَبحَّر البَحِيْرَةَ وَسَيَّبَ السَّائِبَةَ وَوَصَلَ الْوَصِيْلَةَ وَحَمَّى الحَامِي
Artinya:
“Ia adalah orang yang pertama kali merubah agama Ismail, ia telah menegakkan berhala-berhala, mengadakan bahiroh, saibah, washilah, dan haam.”
Adapun makna “bahiroh”, “saibah”, “washilah” dan “haam” ini dapat dilihat pada tafsir QS. Al Maa’idah (5) ayat 103:
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya:
“Allooh sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiroh, saibah, washilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allooh, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.”
Dimana dijelaskan dalam tafsir yang berkaitan dengan ayat tersebut, bahwa:
1) “Bahiroh” adalah onta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu onta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
2) “Saibah” adalah onta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nazar. Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernazar akan menjadikan ontanya saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
3) “Washilah” adalah seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut “washilah”, tidak boleh disembelih dan diserahkan kepada berhala.
4) “Haam” adalah onta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan onta betina sepuluh kali.
Perlakuan terhadap “bahiroh”, “saibah”, “washilah” dan “haam” ini lah yang pertama kali dirintis oleh ‘Amru bin ‘Aamir bin Luhay Al Khuzaa-i, yang itu semua adalah kepercayaan Arab Jahiliyah, yang berkaitan dengan berhala. Berarti ‘Amru bin ‘Aamir bin Luhay Al-Khuzaa’i masuk ke dalam neraka karena ia adalah orang yang pertama kali menjadi perintis terjadinya kesyirikan di Jazirah Arab.
Inilah bahayanya menjadi perintis keburukan. Adapun di zaman kita sekarang, berbagai keburukan semakin bertambah banyak perintisnya, antara lain baru-baru ini beredar di masyarakat aneka ragam “Istighotsah”. Ada Istighotsah Qubro, Istighotsah Sughro, Istighotsah Ujian Sekolah, dan lain-lain; maka perintis dari aneka Istighotsah atau apa saja yang dianggap ibadah tetapi sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tersebut adalah sama dengan merintis keburukan. Ia telah memasuki sesuatu perkara yang berbahaya; karena ia merintis ke-bid’ah-an, dan akan mendapat Multi Level Dosa (MLD) karenanya. Kalau tahun depan ada lagi Istighotsah, maka ia akan mendapat dosa lagi akibat dari perbuatannya merintis dosa tersebut pertama kalinya (dan menjadi penyebab tersebarnya keburukan). Demikian seterusnya, kalau tahun berikutnya ada Istighotsah lagi, ia akan mendapatkan dosanya lagi. Jadi semakin banyak pengikut keburukannya, akan semakin banyak pula dosanya. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
6) Pembunuh ‘Amar bin Yaasir رضي الله عنه
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imaam Ahmad dan Al Imaam Ath Thobroony sebagaimana disebutkan dalam Kitab “Al Majma’ Az Zawaid” 7/247 dan hadits tersebut di-shohiih-kan oleh Syaikh Nashirudin Al Albaany dalam “Silsilah Hadits Shohiiih” no: 2008 dan beliau mengatakan sanadnya shohiih, para perowinya terpercaya, termasuk rijaal Al Imaam Muslim; dari Shohabat Amru bin Al ‘Ash رضي الله عنه, beliau berkata: Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
ان قاتل عمار وسالبه في النار
Artinya:
“Sesungguhnya pembunuh ‘Amar bin Yaasir akan berada dalam api neraka”.
Itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam api neraka secara definitif, oleh karena mereka itu disebutkan definisinya ataupun disebutkan namanya secara definitif, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Penghuni Surga Sedikit, Kebanyakan Manusia akan masuk ke dalam neraka
Penghuni Surga itu sedikit, sedangkan sebagian besar manusia itu akan menjadi penghuni Neraka. Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an surat Yusuf (12) ayat 103 :
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Artinya:
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun engkau sangat meng-inginkannya.”
Juga firman-Nya dalam QS. Shood (38) ayat 24:
إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّاهُمْ
Artinya:
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shoolih; dan amat sedikitlah mereka ini.”
Maksudnya, orang yang beriman itu sedikit dan orang yang kaafir itu banyak. Demikianlah Allooh سبحانه وتعالى telah memberitakan kepada kita.
Namun, kita janganlah berputus asa mendengar berita diatas; justru sebaliknya kita ini harus semakin bersemangat dan berusaha keras untuk menjadi golongan orang-orang yang sedikit, karena golongan orang yang sedikit itulah yang masuk kedalam surga. Sebagaimana Abubakar As Siddiq رضي الله عنه, beliau senantiasa berdo’a agar dimasukkan kedalam golongan yang sedikit: “Ya Allooh golongkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sedikit.”
Kemudian perhatikan pula firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an surat Saba’ (34) ayat 20 :
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقاً مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya (mengikuti iblis), kecuali sebagian orang-orang yang beriman.”
Di ayat ini pun Allooh سبحانه وتعالى memberitakan kepada kita bahwa orang yang beriman adalah sedikit. Jadi yang masuk surga sedikit, kebanyakan adalah kaafir, berarti yang masuk neraka adalah terbanyak. Maka berusahalah agar kita menjadi orang yang tergolong beriman, dan jangan menjadi pengikut iblis. Karena iblis memang mentargetkan agar semua manusia ini menjadi kaafir, kecuali orang-orang yang ikhlas kepada Allooh سبحانه وتعالى untuk ber-Tauhiid kepada-Nya.
Berikutnya, terdapat dalam Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory no: 4741, dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا آدَمُ يَقُولُ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيُنَادَى بِصَوْتٍ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إِلَى النَّارِ قَالَ يَا رَبِّ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ – أُرَاهُ قَالَ – تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَامِلُ حَمْلَهَا وَيَشِيبُ الْوَلِيدُ {وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ} فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ ثمَّ أَنْتُمْ فِي النَّاسِ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَبْيَضِ ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا
Artinya:
“Allooh pada Hari Kiamat akan berfirman kepada Adam عليه السلام: “Wahai Adam.”
Lalu Adam عليه السلام menjawab, “Labbaika wa sa’daika wahai Robb kami.”
Kemudian terdapat seruan yang menyerukan dengan suara, “Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى memerintahkanmu agar mengeluarkan dari turunanmu utusan untuk masuk ke dalam api neraka.”
Kata Nabi Adam عليه السلام: “Ya Allooh, apa yang dimaksud dengan utusan menuju ke neraka itu?”
Allooh سبحانه وتعالى menjawab: “Dari setiap seribu, ada 999 ke neraka dan satu ke surga. Pada saat itu, orang yang hamil akan melahirkan kandungannya dan anak kecil akan beruban. Kamu akan melihat bahwa manusia berada dalam keadaan mabuk (kalang-kabut, kacau), padahal mereka bukan orang mabuk, karena mereka melihat adzab Allooh yang sangat dahsyat.”
Maka yang demikian itu menyebabkan para Shohabat merasa kesulitan dan wajah mereka berubah.
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Dari Ya’juj wa Ma’juj 999 dan 1 dari kalian. Adapun kalian ditengah-tengah manusia bagaikan rambut hitam dalam bulu singa yang putih atau bulu putih dalam bulu harimau yang hitam. Dan sungguh aku berharap dari kalian menjadi ¼ penghuni surga.”
Maka kami bertakbir. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan 1/3.”
Maka kami bertakbir. Kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan ½ penghuni surga.”
Maka kami pun bertakbir.
Dalam hadits diatas diberikan penjelasan tentang keutamaan umat Muhammad صلى الله عليه وسلم, walau diantara sedikitnya manusia yang masuk surga. Berarti, umat Muhammad صلى الله عليه وسلم merupakan umat yang utama dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya.
Kemudian dalam Hadits lain, diriwayatkan oleh Al Imaam At Turmudzi no: 3169, Haditsnya hasaanun shohiih, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Imron bin Husain رضي الله عنه :
كنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في سفر فتفاوت بين أصحابه في السير فرفع رسول الله صلى الله عليه و سلم صوته بهاتين الآيتين { يا أيها الناس اتقوا ربكم إن زلزلة الساعة شيء عظيم } إلى قوله { عذاب الله شديد } فلما سمع ذلك أصحابه حثوا المطي وعرفوا أنه عند قول يقوله فقال هل تدرون أي يوم ذلك ؟ قالوا الله ورسوله أعلم قال ذاك يوم ينادي الله فيه آدم فيناديه ربه فيقول يا آدم ابعث بعث النار فيقول يا رب ؟ وما بعث النار فيقول من كل ألف تسعمائة وتسعة وتسعون في النار وواحد في الجنة فيئس القوم حتى ما أبدوا بضاحكة فلما رأى رسول الله صلى الله عليه و سلم الذي بأصحابه قال اعملوا وأبشروا فوالذي نفس محمد بيده إنكم لمع خليقتين ما كانتا مع شيء إلا كثرتاه يأجوج ومأجوج ومن مات من بني آدم وبني إبليس قال فسري عن القوم بعض الذي يجدون فقال اعملوا وأبشروا فوالذي نفس محمد بيده ما أنتم في الناس إلا كالشامة في جنب البعير أو كالرقعة في ذراع الدابة
Artinya:
Dalam suatu safar kami bersama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم seraya beliauصلى الله عليه وسلم membacakan dua ayat ini:
“Wahai manusia,bertaqwalah kepada Allooh, sesungguhnya guncangan yang terjadi pada hari Kiamat adalah sangat dahsyat.”.
Setelah yang demikian itu didengar Shohabat, lalu beliau bertanya kepada para Shohabat: “Wahai para Shohabat, pada hari apa itu?”
Para shohabat berkata: “Hanya Allooh dan Rosuul-Nya yang paling mengetahui”.
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Yaitu hari dimana Allooh menyeru Adam dan berfirman ‘Wahai Adam, bangkitkan “ba’sun naar”.’
Adam عليه السلام bertanya, “Ya Allooh, apa yang dimaksud dengan ba’sun naar itu?”
Allooh berfirman, “Yaitu setiap seribu orang, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan masuk neraka dan yang satu masuk surga”.
Lalu Shohabat menjadi putus asa sehingga tidak ada sedikitpun tawa pada mereka. Ketika Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم melihat yang demikian pada para Shohabatnya, maka beliau صلى الله عليه وسلم bersabda: “Beramallah, dan optimislah, demi Yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, sesungguhnya kalian bersama dua makhluk Ya’juj wa Ma’juj, dan turunan Iblis.”
Maka hilanglah sebagian kesedihan yang ada pada para Shohabat. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم bersabda lagi, “Beramallah, dan optimislah, demi Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, di tengah-tengah manusia, kalian adalah seperti sebintik kapalan yang ada pada siku hewan.”
Hikmah dari Banyaknya Manusia yang Masuk Neraka
Banyaknya manusia yang masuk kedalam Neraka itu BUKAN lah karena dakwah Islam tidak sampai kepada mereka, karena Allooh سبحانه وتعالى tidak akan menghukum manusia yang peringatan-Nya tidaklah sampai kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Isroo’ (17) ayat 15 :
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
Artinya:
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allooh), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang Rosuul (– yang memberi peringatan –).”
Akan tetapi kebanyakan manusia masuk kedalam Neraka itu pada kenyataannya adalah karena mereka tidak mau menerima hidayah Allooh سبحانه وتعالى, mereka menolak Al Islam, mereka menolak seruan para Rosuul dan Nabi-Nya untuk men-Tauhiid-kan Allooh سبحانه وتعالى. Dengan demikian yang mau menerima hidayah-Nya hanyalah berjumlah sedikit. Lalu belum lagi, dari antara yang sedikit yang mau menerima dakwah itu, masih banyak pula diantara mereka yang tidak tulus dan tidak lurus dalam keimanan mereka. Mereka enggan mengamalkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan lebih memilih untuk tenggelam dalam hawa nafsu dirinya.
Perhatikanlah peringatan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. ‘Aali Imroon (3) ayat 14 berikut ini :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allooh-lah tempat kembali yang baik. (surga).”
Berarti, manusia itu dihias untuk suka kepada syahwat. Syahwat-nya manusia itu kuat. Syahwat akan terpenuhi dan akan selesai bila ada wanita, anak-anak, harta, sawah ladang, kendaraan yang mewah, dimana semuanya itu merupakan kenikmatan dunia belaka.
Padahal Allooh سبحانه وتعالى memiliki tempat kembali yang lebih baik yaitu: Surga. Kebanyakan manusia tertipu, seolah bahwa kenikmatan hidup itu ada di dunia. Sementara janji Allooh سبحانه وتعالى seolah-olah tidak nampak baginya. Kebanyakan manusia lupa diri, jika mendapatkan sesuatu kenikmatan dan kesehatan, maka ia meng-klaim bahwa itu adalah hasil jerih-payahnya, hasil usahanya sendiri. Ia tidak ingat bahwa semua itu adalah karunia dari Allooh سبحانه وتعالى. Itulah bagian dari kufur nikmat.
Dan bagi para wanita, hendaknya lebih berhati-hati karena Allooh سبحانه وتعالى melalui Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم telah memberitakan bahwa kebanyakan penghuni Neraka itu adalah wanita; dan itu disebabkan karena mereka mudah mengutuk dan kufur nikmat (memungkiri kebaikan suaminya).
Hal ini sebagaimana dalam Hadits diriwayatkan oleh Al Imaam Muslim no: 79, dari ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الاِسْتِغْفَارَ فَإِنِّى رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِى لُبٍّ مِنْكُنَّ. قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ قَالَ أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَتَمْكُثُ اللَّيَالِىَ مَا تُصَلِّى وَتُفْطِرُ فِى رَمَضَانَ فَهَذَا نُقْصَانُ الدِّينِ
Artinya:
“Wahai sekalian wanita, perbanyaklah bershodaqoh oleh kalian, dan perbanyaklah ber-istighfar (mohon ampun kepada Allooh), karena sesungguhnya aku melihat kebanyakan dari kalian adalah penghuni neraka.”
Kemudian seorang wanita yang hadir bertanya: “Kenapa kebanyakan dari wanita Ahlun Naar?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Karena banyaknya kalian mengutuk dan karena kalian banyak memungkiri kebaikan suami. Aku tidak melihat manusia yang paling kurang akal dan kurang diin-nya, selain dari kalangan wanita.”
Wanita itu bertanya lagi: “Ya Rosuulullooh, apa yang dimaksud kurang akal dan kurang diin-nya?”.
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: “Adapun kurang akal maka karena persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian satu orang laki-laki, itu pertanda bahwa wanita itu kurang akal. Dan wanita beberapa malam tidak sholat dan berbuka pada bulan Romadhoon dan ini adalah kurang pada sisi diin.”
Oleh karena itu, agar para wanita tidak tergolong apa yang diberitakan dalam Hadits diatas, maka Allooh سبحانه وتعالى memerintahkan agar mereka memperbanyak bershodaqoh dan ber-istighfar.
Disamping kufur nikmat, syahwat pun menjadi penyebab yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka.
Perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 2822, dari Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
Artinya:
“Yang disebut dengan neraka itu dikelilingi dengan syahwat (kesenangan) dan surga itu dikelilingi dengan sesuatu yang tidak menyenangkan.”
Maka bila anda sangat tertarik dan suka dengan segala kenikmatan, berhati-hatilah, karena semua itu adalah “iming-iming” untuk masuk ke dalam neraka. Na’uudzu billaahi min dzaalik!
Perhatikanlah Al Qur’an surat Az Zukhruf (43) ayat 23 – 30 berikut ini :
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (٢٣) قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (٢٤) فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (٢٥) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦) إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٢٨ ) بَلْ مَتَّعْتُ هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ (٢٩) وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ (٣٠
Artinya:
(23) “Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad) seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka’.”
(24) “(Rosuul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata, lurus) memberi petunjuk, daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?”.
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari (kafir) kepada agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.
(25) “Maka Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
(26) “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung-jawab (berbebas diri) terhadap apa yang kamu sembah”.
(27) “Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.
(28) “Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat Tauhid itu kalimat yang kekal kepada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat Tauhid itu.”
(29) “Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al Qur’an) dan seorang rosuul yang memberi penjelasan.”
(30) “Dan tatkala kebenaran (Al Qur’an) itu datang kepada mereka, mereka berkata: “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya (kaafir)”.”
Dari QS. Az Zukhruf (43) ayat 23 diatas, dapatlah diambil pelajaran bahwa sebagian besar manusia itu bersikap taqliid, hanya mengikuti ajaran nenek moyang mereka, tanpa dilandasi oleh ilmu (diin) yang benar. Apabila disampaikan Al Qur’an dan As Sunnah kepada mereka, maka tidak jarang kita dapati diantara mereka itu yang berkata: “Ah ini kan kebiasaan nenek moyang kami, kita sudah dari dulu melakukan amalan ini. Kita jangan merubahnya, nanti bisa ‘kuwalat’….”, dan seterusnya, dan seterusnya. Pemahaman dan sikap seperti itu adalah ciri khas masyarakat Jahiliyyah.
Sedangkan seorang muslim tidak akan bersikap demikian. Muslimun tidak taqliid kepada generasi sebelumnya (nenek moyangnya), kecuali jika nenek-moyangnya itu shoolih dan tepat diatas Sunnah, barulah dia mau mengikutinya. Akan tetapi kalau nenek moyang mereka itu adalah tergolong orang-orang Jahiliyyah, Musyrikun, Kaafirun, maka ia tidak akan mengikutinya.
Kemudian dalam QS. Az Zukhruf (43) ayat 24-25 nya, dapatlah diambil suatu pelajaran bahwa apabila sudah disampaikan daliil berupa Al Qur’an, Hadits-Hadits yang shohiih, dengan penjelasan dan pemahaman yang benar dari para Shohabat, Tabi’iin, Tabi’ut At Tabi’iin serta para imam yang mu’tabar; maka hendaknya sebagai orang yang beriman kita janganlah suka menolak apa yang diperintahkan Allooh سبحانه وتعالى tersebut. Jangan sampai kita dihukumi kaafir oleh Allooh سبحانه وتعالى yang dapat berakibat kepada kebinasaan.
Pada intinya adalah seperti di awal ayat tersebut diatas, bahwa jika taqliid itu ada sampai hari ini dalam masyarakat kita, maka Allooh سبحانه وتعالى akan turunkan kepada mereka apa yang disebut dengan ‘Aaqibah (akibat buruk, yang maksudnya adalah “hukuman”).
Oleh karena itu adanya bencana dan berbagai musibah di negeri kita ini, karena di kalangan masyarakat kita masih banyak yang berkeras untuk mempertahankan apa yang mereka temui dari nenek-moyang mereka, padahal ajaran nenek moyang itu tidak diatas tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Dimana sikap taqliid seperti itu adalah keliru, serta harus ditinggalkan.
Selain daripada itu, juga karena masih banyaknya diantara kaum Muslimin sendiri yang mengikuti syahwat-nya.
Penyebab-penyebab itulah yang harus kita hindari, karena hal tersebut justru akan membuat kita masuk ke dalam api neraka. Hendaknya kita menghindarkan diri dari karakter-karakter seperti : Kufur, mengikuti syahwat, taqliid, syirik, penentangan dan pengingkaran terhadap Al Islam, ataupun kebencian terhadap syari’at Islam.
Kesimpulannya: Yang kita pelajari kali ini adalah bahwa mereka yang masuk ke dalam neraka itu bukan semata-mata karena Allooh سبحانه وتعالى taqdirkan demikian, tetapi karena orang-orang musyrikuun dan orang-orang kaafir sangat benci kepada Al Islam dan kepada kaum muslimiin sehingga mereka dimasukkan oleh Allooh سبحانه وتعالى ke dalam neraka.
TANYA JAWAB:
Pertanyaan :
Tadi sudah dijelaskan amalan-amalan yang dapat menyebabkan kita masuk neraka, lalu kira-kira amalan apa sajakah yang dapat menyebabkan kita masuk kedalam surga? Mohon penjelasannya.
Jawaban :
Pada intinya, orang-orang yang masuk kedalam surga itu adalah orang beriman yang ber-Tauhiid kepada Allooh سبحانه وتعالى. Apabila ada orang yang berbuat kesyirikan, dia menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan sesuatu yang lain selain-Nya, atau menolak salah satu dari prinsip-prinsip iman (‘aqiidah) ahlus sunnah wal jama’ah maka dia dapat terhalang dari masuk surga, dan terancam masuk neraka.
Perhatikanlah firman-Nya dalam QS. Az Zukhruf (43) ayat 68-70 :
يَا عِبَادِ لا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ (٦٨) الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ (٦٩) ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ (٧٠
Artinya:
(68) “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.
(69) (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri.
(70) Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.”
Berarti berdasarkan ayat diatas, ber-Iman Islam itu adalah kunci masuk kedalam surga Allooh سبحانه وتعالى.
Penyebab-penyebab lain yang dapat membawa seseorang masuk ke dalam surga adalah:
(1) Ketulusan dalam ber-Ibadah dan mengabdi kepada Allooh سبحانه وتعالى
Perhatikan QS. Ash Shooffaat (37) ayat 40-43 :
إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (٤٠) أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ (٤١) فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ (٤٢) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٤٣
Artinya:
(40) “Tetapi hamba-hamba Allooh yang dibersihkan (dari dosa) / (– orang-orang yang mukhlish –).
(41) Mereka itu memperoleh rizqi yang tertentu,
(42) yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,
(43) di dalam surga-surga yang penuh ni’mat.”
(2) Kekuatan hubungan antara mereka dengan Allooh سبحانه وتعالى, selalu mengingat dan berdzikir kepada-Nya, kerinduan hati mereka untuk selalu bermunajat kepada-Nya
Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam QS. As Sajdah (32) ayat 15-16 :
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ (١٥) تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (١٦
Artinya:
(15) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Robb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri.
(16) Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Robb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
(3) Kesabaran mereka dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (istiqomah), serta kebergantungan (tawakkul) mereka terhadap Allooh سبحانه وتعالى
Tentang hal ini, Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al Ankabut (29) ayat 58-59:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (٥٨) الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٥٩
Artinya:
(58) “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shoolih, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,
(59) (yaitu) yang bersabar dan bertawakkul kepada Robb-nya.”
Juga dalam QS. Al Ahqof (46) ayat 13-14:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٣) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٤
Artinya:
(13) “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allooh”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
(14) Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
(4) Rendah hati, berhamba kepada Allooh سبحانه وتعالى
Perhatikanlah QS. Hud (11) ayat 23 berikut ini:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَخْبَتُوا إِلَى رَبِّهِمْ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shoolih dan merendahkan diri kepada Robb mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya.”
(5) Takut kepada Allooh سبحانه وتعالى
Takut kepada Allooh سبحانه وتعالى pun dapat menyebabkan kita masuk surga, daliil-nya adalah QS. Ar Rohman (55) ayat 46 :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Artinya:
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Robb-nya ada dua surga.”
(6) Benci kekufuran orang-orang kafir dan musyrikin, dan baro’ (berlepas diri) dari mereka (orang-orang kafir dan musyrikin) dan kekufuran mereka
Berkaitan dengan hal ini, maka perhatikan firman-Nya dalam QS. Al Mujadalah (58) ayat 22 :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Artinya:
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allooh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allooh dan Rosuul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allooh telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allooh ridho terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allooh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allooh itulah golongan yang beruntung.”
Dan masih banyak lagi amalan-amalan yang dapat memasukkan kita kedalam surga.
Bahkan dalam beberapa ayat berikut ini juga diperinci amalan-amalan apa saja yang dapat menjadi penyebab masuk Surga tersebut, yakni QS. Ar Ro’d (13) ayat 19-24 :
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (١٩) الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (٢٠) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ (٢١) وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (٢٢) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (٢٣) سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ (٢٤
Artinya:
(19) “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Robb-mu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,
(20) (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allooh dan tidak merusak perjanjian,
(21) dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allooh perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Robb-nya dan takut kepada hisab yang buruk.
(22) Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Robb-nya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(23) (yaitu) surga ’Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(24) (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum”, Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
Atau dalam QS. Al Mu’minuun (23) ayat 1-11:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (٣) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥) إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٦) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٧) وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٨) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٩) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (١٠) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١١
Artinya:
(1) “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(2) (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya,
(3) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
(4) dan orang-orang yang menunaikan zakat,
(5) dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
(6) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
(7) Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
(8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
(9) dan orang-orang yang memelihara sholatnya.
(10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(11) (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Jadi ada banyak amalan yang bisa memasukkan ke surga. Hanya saja kita kaum Muslimin yang harus menggunakan hak pilih kita dengan baik. Kita hendaknya memilih untuk menggunakan waktu hidup di dunia yang sementara ini untuk ber-amal shoolih, dan bukannya memilih untuk menggunakan jam demi jam untuk tenggelam dalam ma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Alhamdulillah, sekian bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat, dan marilah kita tutup dengan do’a Kaffaratul Majelis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Senin malam, 1 Jumadil ‘Ulaa 1430 H – 25 Mei 2009 M.
—–oOo—–
Silahkan download PDF : Penghuni Neraka Definitif AQI 250509 FNL
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
ustadz ,izin copas ya .insyaAlloh dipergunakan untuk hal yg bermanfaat.
jazakallahu khoiron
syukron
Wa ‘alaikumussalaam Warrohmatulloohi Wabarokaatuh, silakan saja selama menjaga keotentikan naskahnya. Semoga bermanfaat
Assalamu’alaikum Ustadz, mohon ijin untuk mengkopy, Insya Allah Naskah ini akan saya Syiarkan sebagai Ukhuwah Islamiah, Mohon keikhlasannya, Insya Allah tulisan2 Ustadz akan bermanfaat bagi sesama kita . Amin!!!
Wa ‘alaikumussalaam, silakan saja selama menjaga keotentikan naskahnya. Semoga bermanfaat. Aaamiiin..
penyampaiannya menarik..
Ustadz, syukran ini benar-benar menambah khasanah ilmu.. izin copas ya ustazd, sekali lagi syukran…
Alhamdulillah.. Silakan saja, selama menjaga keotentikan naskahnya. Semoga bermanfaat..
Assalamu alaikum Ustadz, kami mohon ijin untuk mengcopy sebagian dari uraian masalah-masalah agama di halaman ini dan akan kami gunakan untuk kami pelajari dan dalami serta Insya Allah akan kami amalkan untuk diri pribadi khususnya dan dengan anak dan isteri kami, mudahan bermanfaat Amin Ya Rabbal Alamin
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua… Barokalloohu fiika
Subhanallah..