Mengapa Saya Memilih Manhaj Salaf
(Resume Ceramah MT Ar Rusydu #5171210)
MENGAPA SAYA MEMILIH MANHAJ SALAF
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc. MM.Pd
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Ummat Islam di zaman sekarang dihadapkan pada terjadinya perpecahan dan perselisihan yang berakibat pada munculnya berbagai jenis aliran yang semuanya mengaku berada diatas kebenaran, namun pada hakekatnya mereka telah terjerembab di dalam jurang kesesatan dan ketertipuannya diri mereka atas hawa-hawa nafsu serta keberpalingan mereka dari tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم yang shohiih.
Aliran-aliran yang menyimpang tersebut menyebabkan kebanyakan orang awam menjadi bingung dan bimbang dalam menuntut ‘ilmu dien. Siapa yang harus diikuti? Siapa yang pantas menjadi panutan?
Namun, Alhamdulillah, akan senantiasa ada kebaikan pada ummat Islam. Karena diantara ummat tersebut akan selalu ada segolongan orang yang senantiasa berpegang teguh pada petunjuk dan kebenaran (yakni Al Qur’an dan As Sunnah diatas pemahaman As Salafus Shoolih) sampai dengan hari Kiamat. Hal ini telah dikhobarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam sabdanya melalui Mu’awiyah رضي الله عنه sebagai berikut:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى قَائِمَةً بِأَمْرِ اللَّهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ عَلَى النَّاسِ
Artinya:
“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang tegak diatas kebenaran,tidak akan membahayakan mereka siapapun yang menghina dan menyelisihi mereka sehingga datang hari Kiamat sedang mereka tetap berada dalam kemenangan terhadap manusia.” (Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim no: 5064)
Dengan demikian maka wajib bagi kita untuk mengikuti golongan yang mendapatkan barokah ini, yang selalu konsisten diatas dienul Islam yang benar sebagaimana yang dibawakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan yang telah dipraktekkan oleh generasi Shohabat, Taabi’iin dan Taabi’ut Taabi’iin serta orang-orang yang mengikuti kebaikan mereka hingga hari Kiamat – semoga Allooh سبحانه وتعالى menjadikan kita termasuk golongan ini.
Melanjutkan bahasan kita yang lalu, maka kali ini kita akan membahas suatu tema yang berjudul “Mengapa saya memilih manhaj Salaf”. Telah kita ketahui bahwa Salaf itu adalah Ahlus Sunnah, karena Salaf itu adalah Ash Shohabat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang taabi’iin bernama Al Imaam Al Auzaa’i رحمه الله, “Ilmu itu adalah sesuatu yang disampaikan melalui para shohabat, jika tidak berasal dari mereka maka itu bukanlah ‘ilmu.” Dengan demikian berikut ini akan dijabarkan lebih lanjut tentang 15 poin yang mengokohkan alasan mengapa kita hendaknya memilih manhaj Salaf tersebut, yakni :
1) Karena Allooh سبحانه وتعالى ridho pada para Shohabat
Perhatikanlah Firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS At Taubah (9) ayat 100 :
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allooh ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allooh dan Allooh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa “As Saabiquunal awwaluun” adalah generasi yang pertama-tama masuk Islam, yakni Shohabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor.
Muhajirin, bermakna “Orang-orang yang Berpindah”, yang dimaksud adalah Shohabat yang hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Sementara Anshor, bermakna “Orang-orang yang Menolong”, yang dimaksud adalah Shohabat yang berasal dari Madinah, yang menolong kaum Muhajirin.
Sebagian kalangan di masyarakat kita, mereka justru mengkultuskan kyai / ajeungan / ustadz / tokoh-tokoh mutaakhiriin yang sesungguhnya tidak ada jaminan keridhoan Allooh سبحانه وتعالى atasnya. Apabila disuguhkan dalil yang shohiih untuk meluruskan ke-Bid’ah-an mereka, maka mereka membantah dengan sikap taqlid yang ujung-ujungnya berakhir dengan kata-kata: “Pokoknya kata kyai-ku begitu…”, seakan-akan kyai-nya mendapat jaminan keridhoan Allooh سبحانه وتعالى.
Wahai kaum muslimin, apabila hendak mencari panutan, maka ikutilah orang-orang yang telah Allooh سبحانه وتعالى ridhoi, mengapa mesti taqlid terhadap kyai / ajeungan / ustadz / tokoh-tokoh mutaakhiriin yang tidak ada jaminan keridhoan Allooh سبحانه وتعالى atasnya?
2) Para Shohabat yang Shoolih itu telah dijamin masuk Surga oleh Allooh سبحانه وتعالى
Ada shohabat yang diabsen atau disebutkan namanya satu per satu secara jelas oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa mereka telah dijamin masuk Surga oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Dari ‘Abdurrohman bin ‘Auf رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ
Artinya:
“Abu Bakar didalam surga, ‘Umar didalam surga, ‘Ali didalam surga, ‘Utsmaan didalam surga, Tholhah didalam surga, Az Zubair didalam surga, ‘Abdurrohman bin ‘Auf didalam surga, Sa’ad bin Abi Waqqosh didalam surga, Sa’iid bin Zaiid bin ‘Amr bin Nufaiil didalam surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrooh didalam surga.” (Hadiits Riwayat Imaam Ahmad رحمه الله no: 1675, menurut Syaikh Syuaib Al Arna’uuth sanadnya kuat sesuai dengan syarat Imaam Muslim)
Bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda melalui ‘Abdullooh bin Abbas رضي الله عنه,
أفضل نساء أهل الجنة خديجة بنت خويلد و فاطمة بنت محمد و مريم بنت عمران و آسية بنت مزاحم امرأة فرعون
Artinya:
“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khodiijah bintu Khuwailid, Faathimah bintu Muhammad, Maryam bintu ‘Imroon, dan ‘Aasiyah bintu Muzaahim istri Fir’aun.” (Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hibban رحمه الله no: 7010, menurut Syaikh Syuaib Al Arna’uuth sanadnya shohiih)
Dan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda melalui Abu Hurairoh رضي الله عنه, sebagaimana diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory رحمه الله no: 6542 dan Imaam Muslim رحمه الله no: 542 :
يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِى الْجَنَّةَ سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ». فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِى مِنْهُمْ. قَالَ « اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ ». ثُمَّ قَامَ آخَرُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِى مِنْهُمْ. قَالَ « سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ
Artinya:
“Akan masuk kedalam surga dari ummatku 70.000 orang tanpa hisab”.
Lalu seseorang bertanya, “Wahai Rosuulullooh, berdoalah pada Allooh agar Allooh menjadikan aku bagian dari mereka.”
Jawab Rosuulصلى الله عليه وسلم, “Ya Allooh, jadikanlah dia bagian dari mereka.”
Lalu yang lain berkata pula, “Ya Rosuulullooh, bermohonlah agar Allooh menjadikan aku bagian dari mereka.”
Rosuulصلى الله عليه وسلمmenjawab, “Kamu sudah didahului ‘Ukkaasyah.”
Juga Hadits Shohiih yang diriwayatkan oleh Imaam Ahmad رحمه الله no: 27042 yang dishohiihkan oleh Syaikh Syuaib Al Arna’uuth, dari shohabat Jaabir رضي الله عنه dari Ummu Mubasyiir رضي الله عنها (istri Zaid bin Tsaabit رضي الله عنه, salah seorang shohabat penulis Al Qur’an), beliau berkata, “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم suatu hari berada di rumah Hafshoh (– istri Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, anak dari ‘Umar bin Khoththoob رضي الله عنه –), lalu beliau صلى الله عليه وسلم bersabda,
لَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَةَ قَالَتْ حَفْصَةُ أَلَيْسَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ { وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا } ] مريم: 71[قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَهْ { ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا } (مريم: 72
Artinya:
‘Orang yang ikut perang Badar dan Bayatul Ridwaan tidak seorangpun akan masuk neraka’.”
Lalu Hafshoh رضي الله عنها berkata, “Bukankah Allooh سبحانه وتعالى berfirman, ‘Tidaklah diantara kalian kecuali akan memasukinya’. (QS. Maryam ayat 71)
Kemudian Hafshoh رضي الله عنها berkata, “Rosuul صلى الله عليه وسلمbersabda, ‘Allooh berfirman, “Kemudian kami selamatkan orang-orang yang bertaqwa.” (QS Maryam ayat 72).”
Adakah diantara kyai / ajeungan / ustadz / tokoh-tokoh mutaakhiriin di zaman sekarang yang mendapat jaminan masuk surga dari Allooh سبحانه وتعالى, sebagaimana para shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمmendapatkannya? Mengapa perkataan kyai / ajeungan / ustadz / tokoh-tokoh mutaakhiriin yang tidak ada jaminan Surga-nya itu lebih ditakuti, dijadikan “harga mati” dan lebih diutamakan daripada perkataan orang-orang shoolih terdahulu yang telah jelas jaminan Surganya?
3) Karena para Shohabat itu telah terbukti berjuang menegakkan Islam dan menerapkan Islam pada diri mereka
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. As Sajdah (32) ayat 24 sebagai berikut:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Artinya:
“Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Allooh سبحانه وتعالى menjadikan para Shohabat sebagai pemimpin, karena mereka disifati sebagai orang-orang yang berpegang teguh pada syari’at Allooh سبحانه وتعالى, sabar dan sangat yakin terhadap ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى. Para Shohabat itu sangat istiqomah, hidup mereka dipenuhi dengan perjuangan melawan orang-orang musyrik, orang-orang kaafir, orang Parsia maupun orang Romawi sehingga Islam pada masa itu berkembang luas dan berjaya karena perjuangan mereka yang luar biasa.
4) Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah Pelopor / Penegak dalam memelihara kemurnian Islam
Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim رحمه الله no: 6629, dari shohabat Abu Burdah, dari ayahnya, beliau رضي الله عنهما berkata, “Kami sholat maghrib bersama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, lalu kami duduk menunggu sampai datangnya waktu Isya.”
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bertanya, “Kalian masih disini?”
Para shohabat pun menjawab, “Benar ya Rosuul, kami menunggumu untuk sholat Isya bersamamu.”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمpun berkata, “Kalian telah berbuat sesuatu yang baik.”
Lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمmelihat kearah langit dan berkata,
النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لأَصْحَابِى فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ
Artinya:
“Bintang itu adalah penjaga langit. Bintang pergi maka langit pun akan hancur. Aku adalah pengaman terhadap para Shohabatku, jika aku pergi maka para Shohabatku akan mengalami apa yang dijanjikan pada mereka (– maksudnya: fitnah – pen.). Dan para Shohabatku adalah penjaga Ummatku. Jika para Shohabat pergi maka Ummatku akan mengalami apa yang dijanjikan pada mereka (– maksudnya: fitnah – pen.).”
Jadi jika mencari panutan, maka ikutilah para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang telah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sendiri katakan sebagai “Penjaga Ummat Islam”.
Berdasarkan firman Allooh سبحانه وتعالى didalam Al Qur’an, maka Bintang itu memiliki 3 fungsi yakni:
a) Sebagai Pelempar Syaithoon
Perhatikan QS. Ash Shoffaat (37) ayat 6 – 10 sebagai berikut:
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ ﴿٦﴾ وَحِفْظاً مِّن كُلِّ شَيْطَانٍ مَّارِدٍ ﴿٧﴾ لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِن كُلِّ جَانِبٍ ﴿٨﴾ دُحُوراً وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ ﴿٩﴾ إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ ﴿١٠
Artinya:
(6) “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,
(7) dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithoon yang sangat durhaka,
(8) syaithoon-syaithoon itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.
(9) Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal,
(10) akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.”
b) Sebagai Perhiasan
Perhatikan QS. Al Mulk (67) ayat 5 sebagai berikut:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُوماً لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithoon, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”
c) Sebagai Petunjuk
Perhatikan QS. Al An’aam (6) ayat 97 sebagai berikut:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُواْ بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya:
“Dan Dia lah (Allooh) yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengumpamakan para Shohabatnya laksana Bintang-Bintang di langit, sehingga bila kita mengikuti mereka (para Shohabat) رضي الله عنهم maka insya Allooh kita bisa menepis tipu daya syaithoon yang terkutuk, menjadikan Islam tampak keindahan ajarannya (laksana perhiasan) yang memancar dengan jelas di muka bumi, juga mendapatkan petunjuk diantara gelapnya kesesatan, ke-Bid’ah-an dan maraknya penyimpangan yang ada.
5) Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah sebaik-baik Ummat Islam
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 110 sebagai berikut:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allooh. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Gelar “Ummat Terbaik” itu Allooh سبحانه وتعالى berikan kepada para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, karena teguhnya mereka dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar dan keimanan mereka yang sangat dalam dan besar kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Dan juga suatu Hadits yang telah kita bahas dalam beberapa kajian yang lalu yakni Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 2652 dan Imaam Muslim no: 6635, dari shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah (orang yang hidup) pada masaku ini (– yaitu generasi shohabat –), kemudian yang sesudahnya (– generasi Tabi’in –), kemudian yang sesudahnya (– generasi Tabi’ut Tabi’in –).”
6) Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah Generasi Pilihan
Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه berkata,
إنَّاللهَنَظَرَإلىقلوبِالعبادِ؛فوجدَقلبَمحمدٍ خيرَقُلوبِالعبادِفاصطفاهلنفسِه،فابتعثَهبرسالتِه،ثمَّنَظرَفيقُلوبِالعبادِبعدَقلبِمحمدٍ،فوجدَقلوبَأصحابِهخيرَقُلوبِالعبادِفجعلَهموزراءَنبيِّه،يُقاتلونَعلىدينِه
Artinya:
“Sesungguhnya Allooh melihat pada hati manusia, maka hati Muhammad lah sebaik-baik hati, sehingga Allooh memilih untuk diri-Nya dan mengangkatnya dengan kerosuulan. Lalu Allooh melihat pada hati manusia setelah hati Muhammad, maka hati para Shohabat Muhammad itulah sebaik-baik hati, sehingga Allooh pun menjadikan mereka sebagai para mentri Nabi-Nya. Para Shohabat itu berperang membela dirinya…..” (Musnad Ahmad)
Berarti para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah generasi pilihan / ideal yang Allooh سبحانه وتعالى tempatkan untuk menjadi pendamping Rosuul-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam menampakkan kebenaran, keindahan dan kelurusan dienul Islam di muka bumi ini. Berbeda halnya dengan kita yang sangat jauh dari kualitas imaan mereka para Shohabat, maka dari itu merekalah yang lebih pasti keberhakannya untuk diikuti.
7) Karena persaksian Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 143 :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
Artinya:
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rosuul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”
Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah Ummat yang mempunyai sikap pertengahan (wasathiyyah) diantara ifrooth (melampaui batas) dan tafriith (menyia-nyiakan); dan pertengahan diantara berlebih-lebihan dan sewenang-wenang, baik dalam masalah ‘aqidah, hukum ataupun akhlaq. Allooh سبحانه وتعالى jadikan mereka sebagai saksi bagi perbuatan manusia, karena mereka memiliki sifat yang adil.
8) Karena Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menyuruh kita agar mengikuti para Shohabatnya رضي الله عنهم
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Luqman (31) ayat 15 sebagai berikut:
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
“… dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Yang dimaksud dengan “Jalannya orang-orang yang kembali pada Allooh سبحانه وتعالى” itu adalah Jalannya para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Juga Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Dhiyaa’ Al Maqdiisy رحمه الله dalam kitab “Al Mukhtaroh” no: 2733, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
تفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلهم في النار إلا واحدة قالوا وما هي تلك الفرقة قال ما أنا عليه اليوم وأصحابي
Artinya:
“Ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. Setiap mereka (semua golongan) ituakan masuk neraka kecuali satu,” Kemudian mereka para Shohabat bertanya, “Apa itu ya Rosuulullooh? Dan kelompok apakah itu?” Lalu Rosuul صلى الله عليه وسلم menjawab, “ Yakni apa-apa yang aku dan shohabatku diatasnya hari ini.”
9) Karena Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah orang yang paling selamat
Para Shohabat adalah orang yang paling dekat dengan sumber ‘ilmu yang murni yakni Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan mereka adalah generasi awal hasil didikan langsung dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Perhatikanlah Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory رحمه الله no: 3606 dari Hudzaifah Ibnul Yamaan رضي الله عنه berikut ini :
عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Artinya:
Dari Hudzaifah bin Al Yamaan رضي الله عنه berkata, “ Orang-orang bertanya pada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejahatan, karena takut hal itu menimpaku.“
Maka aku katakan, “Wahai Rosuulullooh, sesungguhnya dulu kita berada dalam kejahiliyahan (kebodohan) dan kejahatan, lalu Allooh datangkan pada kami kebaikan (–Islam –pent) ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan datang kejahatan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya.”
Aku bertanya lagi, “Apakah setelah kejahatan itu akan muncul lagi kebaikan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Tetapi di dalamnya terdapat noda.”
Aku bertanya lagi, “Noda apakah itu?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yaitu suatu kaum yang berpedoman bukan dengan pedomanku. Kamu tahu dari mereka dan kamu ingkari.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apakah setelah kebaikan itu akan muncul lagi kejahatan?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Yaitu para da’i (penyeru) kepada pintu-pintu jahannam. Maka barangsiapa yang memenuhi panggilan mereka, niscaya mereka akan mencampakkannya pada jahannam itu.”
Aku bertanya lagi, “Wahai Rosuulullooh, gambarkanlah kepada kami tentang mereka.”
Lalu beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Mereka adalah dari kalangan kita. Berkata dengan bahasa kita.”
Aku bertanya, “Apa yang kau perintahkan padaku, jika hal itu menimpaku?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Berpegang teguhlah dengan jama’ah muslimin, dan Imaam mereka (– kelompok yang berpegang teguh dengan Al Haq – pent).”
Aku bertanya, “Jika mereka tidak punya jama’ah dan tidak punya Imaam?”
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Maka tinggalkan semua golongan itu, walaupun kamu harus menggigit akar pohon sampai kamu mati, sedangkan kamu berada dalam keadaan demikian.”
Dari Hadits diatas jelaslah diberitakan bahwa generasi awal (para Shohabat) itu adalah generasi yang paling murni ilmu dien-nya, dan generasi-generasi berikutnya adalah lebih keruh bila dibandingkan dari generasi awalnya. Oleh karena itu bila hendak mengambil ilmu dien, maka ambillah dari sumbernya yang murni, karena itulah yang paling selamat. Dan hendaknya kaum muslimin memperhatikan bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم telah mensinyalir akan adanya para da’i-da’i penyeru di pintu api neraka jahannam pada generasi-generasi sesudahnya. Maka hendaknya kaum muslimin berhati-hati, dari siapa ia mengambil ilmu diennya !
10) Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah orang yang paling ‘aalim
Perhatikanlah atsar dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, dimana beliau berkata:
“Barangsiapa yang ingin mencontoh, maka contohlah para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, kerena mereka itu hatinya paling baik, ilmunya paling dalam. Tidak membebani diri (– dengan apa-apa yang Bid’ah –). Petunjuknya paling lurus. Keadaan diennya paling baik. Dan Shohabat itu adalah suatu kaum yang Allooh سبحانه وتعالى pilih untuk mendampingi Rosuulullooh untuk menegakkan dien-Nya. Maka ketahuilah keutamaan mereka. Dan ikutilah peninggalan-peninggalan mereka sebab mereka diatas petunjuk yang lurus.” (dinukil dari kitab Imaam Al Laalika’i رحمه الله yang berjudul “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah”)
Banyak para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمyang merupakan perintis madrosah ke-ilmuan di berbagai daerah, mereka antara lain adalah ‘Abdullooh bin Abbas رضي الله عنه yang terkenal sebagai ahli ilmu Tafsiir di Mekkah, ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه yang merupakan perintis madrosah keilmuan di Kuffah, ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه yang merupakan perintis madrosah keilmuan di Madinah, ‘Abdullooh bin Amr bin Al Ash رضي الله عنه yang merupakan perintis madrosah keilmuan di Mesir, dan lain sebagainya.
11) Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah orang yang paling bijaksana
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Nahl (16) ayat 125 :
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Allooh سبحانه وتعالى menyuruh kaum muslimin berdakwah dengan cara yang hikmah (nasehat) yang baik. Bagaimana seseorang menyeru manusia dengan hikmah apabila dirinya sendiri tidak memiliki hikmah?
Perhatikanlah kebijaksanaan yang tercermin dari perkataan ‘Umar bin ‘Abdul Aziiz رضي الله عنه, yang oleh Al Imaam Asy Syaafi’iy disebut sebagai Khaliifah ke-5, dimana suatu hari beliau bertemu dengan Sulaiman bin ‘Abdul Maalik
Kata Sulaiman bin ‘Abdul Maalik : “Wahai ‘Umar, apa yang mengagumkanmu?”
Jawab ‘Umar bin ‘Abdul Aziiz رضي الله عنه : “Aku merasa heran pada orang yang mengenal Allooh سبحانه وتعالى, namun dia berma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى. Dan aku heran pada orang yang tahu tentang Syaithoon, namun ia mentaatinya. Dan aku pun heran pada orang yang tahu tentang dunia, namun ia justru cenderung padanya.”
Dalam Hadiits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2323 dan Imaam Ibnu Maajah no: 4108, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
ما الدنيا إلا مثل ما يجعل أحدكم إصبعه في اليم فلينظر بماذا يرجع
Artinya:
“Bahwa dunia itu tidaklah kecuali laksana telunjuk yang dicelup kedalam lautan yang luas, maka perhatikanlah apa yang tersisa.”
Perhatikanlah pula hikmah yang terselip dalam nasihat Imaam Al Laits bin Sa’ad Al Fahmy رضي الله عنه, seorang taabi’iin, beliau berkata : “Jika kalian melihat orang berjalan diatas air maka janganlah kalian tertipu, sampai kalian mengadukan perkara itu kepada Al Qur’an dan As Sunnah.”
Maksud dari nasihat Imaam Al Laits bin Sa’ad Al Fahmy رضي الله عنه tersebut adalah janganlah mudah tertipu dengan seseorang yang tampaknya hebat karena bisa berjalan di atas air (sebagaimana yang bisa dilakukan oleh para penyulap dan penyihir), namun hendaknya kembalikanlah perkara tersebut pada Al Qur’an dan As Sunnah tentang hukum sulap maupun sihir. Bagaimana tinjauan hukum Sulap maupun Sihir tersebut secara Syari’at Islam? Bisa jadi apa yang tampak hebat dalam pandangan manusia, namun itu justru merupakan perkara yang Harom yang dapat menjatuhkan manusia ke jurang kesyirikan dan mendatangkan murka Allooh سبحانه وتعالى.
12) Yang mengikuti Salaf itu dipuji oleh Allooh سبحانه وتعالى dan yang tidak mengikutinya dicela oleh Allooh سبحانه وتعالى
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Az Zumar (39) ayat 17-18 :
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ ﴿١٧﴾ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ ﴿١٨
Artinya:
(17) “Dan orang-orang yang menjauhi thoghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allooh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku,”
(18) “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allooh petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
13) Allooh سبحانه وتعالى mengancam orang yang menyelisihi Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالىdalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 115 :
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً
Artinya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rosuul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Dalam riwayat tersebut, yang dimaksud sebagai “jalannya orang-orang mu’min” (sabiilul mu’miniin) pada masa itu adalah jalan yang ditempuh para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Anfaal (8) ayat 13 :
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَمَن يُشَاقِقِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
“ (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allooh dan Rosuul-Nya; dan barangsiapa menentang Allooh dan Rosuul-Nya, maka sesungguhnya Allooh amat keras siksaan-Nya.”
14) Wajib mencintai para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan dicela orang yang membenci Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3673 dan Imaam Muslim no: 6651, dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Artinya:
“Janganlah kalian mencaci maki Shohabatku, sebab seandainya salah seorang dari kalian berinfaq sebesar gunung Uhud emas, tidak akan sampai pada 1 mud (raupan keduatangannya) diantara kalian bahkan tidak setengahnya sekalipun.”
Juga dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 17, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
Artinya:
“Tanda keimanan itu adalah mencintai Al Anshor dan tanda orang munaafiq adalah membenci Al Anshor.”
15) Mengikuti para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah kunci kejayaan Islam
Imaam Maalik bin Anas رضي الله عنه berkata, “Akhir ummat ini tidak akan berjaya atau tidak akan baik, kecuali dengan perkara yang menyebabkan generasi awalnya baik.”
Juga perkataan Imaam Al Auzaa’i رضي الله عنه :
“Sabarkanlah dirimu diatas Sunnah. Berhentilah (menyikapi sesuatu), jika para Shohabat berhenti. Katakan apa yang mereka (para Shohabat) katakan. Dan berhentilah (dalam membahas sesuatu), apabila para Shohabat tidak membahasnya. Dan titilah jalan As Salafus Shoolih. Sesungguhnya kelapangan (kejayaan) akan kamu alami seperti mereka.”
Demikianlah 15 alasan mengapa kita hendaknya memilih manhaj Salaf. Dan sebagai penutup adalah wasiat dan untain kata-kata hikmah yang datang dari para Imaam Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah :
a) Hudzaifah bin Al Yamaan رضي الله عنه, salah seorang Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمberkata:
“Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sebagai ibadah, maka janganlah kalian lakukan ! Karena generasi pertama itu tidak memberikan kesempatan kepada generasi berikutnya untuk berpendapat (dalam perkara dien). Bertaqwalah kepada Allooh سبحانه وتعالى wahai para qurro’ (ahlul qiro’ah) dan ambillah jalan orang-orang sebelum kalian !” (dinukil dari kitab Imaam Ibnu Baththah رحمه الله yang berjudul “Al Ibaanah”)
b) ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, salah seorang Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berkata :
“Barangsiapa mengikuti jejak (seseorang), maka ikutilah jejak orang-orang yang telah wafat, mereka adalah para shohabat Muhammad صلى الله عليه وسلم. Mereka adalah sebaik-baik ummat ini, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling sedikit berpura-pura. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Alloohسبحانه وتعالىuntuk menjadi Shohabat Nabi-Nyaصلى الله عليه وسلمdan menyebarkan dien-nya; maka berusahalah untuk meniru akhlaq dan cara mereka. Karena mereka telah berjalan diatas petunjuk yang lurus.” (dinukil dari kitab Imaam Al Baghowy رحمه الله yang berjudul “Syarhus Sunnah”)
c) Khaliifah yang adil ‘Umar bin ‘Abdul Aziiz رضي الله عنه, salah seorang Taabi’iin berkata :
“Berhentilah kamu dimana para Shohabat berhenti (– dalam memahami nash –), karena mereka berhenti berdasarkan ilmu dan dengan penglihatan yang tajam, mereka menahan (diri). Mereka lebih mampu untuk menyingkapnya dan lebih patut dengan keutamaan. Seandainya hal tersebut ada didalamnya. Jika kalian katakan: ‘Terjadi (suatu Bid’ah) setelah mereka’. Maka tidaklah diada-adakan kecuali oleh orang yang menyelisihi petunjuknya dan membenci Sunnah. Sungguh mereka telah menyebutkan dalam petunjuk itu apa yang melegakan (dada) dan mereka sudah membicarakannya dengan cukup. Dan apa yang dibawahnya, adalah orang yang meremehkan. Sungguh ada suatu kaum yang meremehkan mereka, lalu mereka menjadi kasar. Dan ada pula yang melebihi batas mereka, maka mereka menjadi berlebih-lebihan. Sungguh para Shohabat itu, diantara kedua jalan tersebut (– pertengahan sikap meremehkan dan berlebih-lebihan –), dan tentulah diatas petunjuk yang lurus.” (dinukil dari kitab Imaam Ibnu Qudamah رحمه الله yang berjudul “Lum’atul I’tiqodil Hadi Ilas Sabiilir Rosyaad”)
d) Imaam Al Auzaa’i رحمه الله, salah seorang Taabi’iin berkata :
“Hendaklah engkau berpegang dengan atsar para pendahulu ummat (Salaf), meskipun orang-orang menolakmu dan jauhkanlah dirimu dari pendapat para tokoh meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataan yang indah. Sesungguhnya hal itu akan jelas, sedangkan engkau berada diatas jalan yang lurus.” (dinukil dari kitab Imaam Al Khatib رحمه الله yang berjudul “Saraf Ashhaabul Hadiits”)
e) Rabi’ bin Sulaiman berkata: “Imaam Asy-Syaafi’i رحمه الله pada suatu hari meriwayatkan hadits, lalu seseorang berkata kepada beliau رحمه الله: ‘Apakah engkau mengambil hadits ini wahai Abu ‘Abdillaah?’
Beliau رحمه الله pun menjawab, “Bilamana aku meriwayatkan suatu hadits yang shohiih dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lalu aku tidak mengambilnya, maka aku bersaksi dihadapan kalian bahwa akalku telah hilang.” (dinukil dari kitab Imaam Ibnu Baththah رحمه الله yang berjudul “Al Ibaanah”)
f) Perkataan Imaam Asy-Syaafi’i رحمه الله tentang Ahlus Sunnah,
“Jika aku melihat seseorang dari ashhaabul hadiits (ahli hadiits), maka seakan-akan aku melihat seseorang dari Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.” (dinukil dari kitab Imaam Al Khatib رحمه الله yang berjudul “Saraf Ashhaabul Hadiits”)
g) Al Fudhail bin ‘Iyaadh رحمه الله berkata:
“Sesungguhnya Allooh mempunyai hamba-hamba yang dengan mereka Dia menghidupkan negeri, mereka adalah Ashhaabus Sunnah.” (dinukil dari kitab Imaam Al Laalika’i رحمه الله yang berjudul “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah”)
h) ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه, salah seorang Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berkata :
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (dinukil dari kitab Imaam Al Laalika’i رحمه الله yang berjudul “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah”)
i) Sufyan Ats Tsauri رحمه الله berkata:
“Perbuatan Bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kema’shiyatan dan pelaku kema’shiyatan masih mungkin dia untuk bertaubat dari kema’shiyatannya; sedangkan pelaku Bid’ah sulit untuk bertaubat dari Bid’ahnya.” (dinukil dari kitab Imaam Al Laalika’i رحمه الله yang berjudul “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah”)
j) Dari Nuh al-Jaami’ berkata, “Aku bertanya kepada Abu Haniifah رحمه الله : “Apakah yang engkau katakan terhadap perkataan yang dibuat-buat oleh orang-orang seperti A’radh dan Ajsam?” Beliau رحمه الله menjawab,”Itu adalah perkataan orang-orang Ahli Filsafat. Berpegangteguhlah pada atsar dan jalan orang Salaf. Dan waspadalah terhadap segala sesuatu yang diada-adakan, karena hal tersebut adalah Bid’ah!” (dinukil dari kitab Imaam Al Khatib رحمه الله yang berjudul “Al Faqih wal Mutafaqqih”)
k) Imaam Maalik bin Anas رحمه الله, guru dari Imaam Asy-Syaafi’i رحمه الله berkata, “Seandainya ilmu Kalam itu merupakan ilmu, niscaya para Shohabat dan Taabi’iin berbicara tentang hal itu sebagaimana mereka berbicara tentang hukum dan Syari’at; akan tetapi ilmu Kalam itu baathil yang menunjukkan kepada kebaathilan.” (dinukil dari kitab Imaam Al Baghowy رحمه الله yang berjudul “Syarhus Sunnah”)
l) Dari Ibnu Majisyuun, dia berkata, “Aku mendengar Imaam Maalik رحمه الله berkata, ‘Barangsiapa berbuat suatu Bid’ah dalam Islam lalu ia menganggapnya sebagai suatu kebaikan, berarti ia telah menyangka bahwa Muhammadصلى الله عليه وسلم telah berkhianat terhadap risaalah. Karena Allooh سبحانه وتعالى telah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu dien-mu…” Maka apa-apa yang saat itu tidak merupakan dien, maka pada saat ini juga tidak merupakan dien.” (dinukil dari kitab Imaam Asy-Syaathiby رحمه الله yang berjudul “Al I’tishoom”)
m) Imaam Ahmad bin Hanbal رحمه الله, Imaam Ahlus Sunnah berkata, “Pokok sunnah menurut kami (Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah) adalah: Berpegang teguh pada apa yang dilakukan oleh para Shohabat Rosuululloohصلى الله عليه وسلمdan mengikuti mereka serta meninggalkan Bid’ah. Segala Bid’ah itu adalah sesat.” (dinukil dari kitab Imaam Al Laalika’i رحمه الله yang berjudul “Syarah Ushuul I’tiqood Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah”)
n) ‘Abdullooh bin Mubaarok رحمه الله , salah seorang Taabi’iin berkata:
“Ketahuilah – wahai Saudaraku – bahwa kematian seorang Muslim untuk bertemu dengan Allooh diatas sunnah pada hari ini merupakan suatu kehormatan, lalu (kita ucapkan): ‘Innaa Lillaahi Wa innaa Ilaihi Rojiuun’ (Sesungguhnya kita adalah milik Allooh dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya). Maka kepada Allooh-lah kita mengadu atas kesepian diri kita, kepergian saudara, sedikitnya penolong dan munculnya Bid’ah. Dan kepada Allooh pulalah kita mengadu atas beratnya cobaan yang menimpa ummat ini berupa kepergian para ‘Ulama dan Ahlus Sunnah serta munculnya Bid’ah.” (dinukil dari kitab Imaam Ibnu Wadhdhah رحمه الله yang berjudul “Al Bida’ Wan Nahyu ‘Anha”)
o) Imaam Al Fudhail bin ‘Iyaadh رحمه الله berkata:
“Ikutilah jalan-jalan kebenaran itu, dan jangan hiraukan walaupun sedikit orang yang mengikutinya ! Jauhkanlah dirimu dari jalan-jalan kesesatan dan janganlah terpesona dengan banyaknya orang yang menempuh jalan kebinasaan !” (dinukil dari kitab Imaam Asy-Syaathiby رحمه الله yang berjudul “Al I’tishoom”)
Sekian dulu bahasan pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى selalu melimpahkan taufiq dan hidayah kepada kita semua untuk istiqomah sampai akhir hayat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Jum’at malam, 11Muharrom1432 H – 17Desember 2010 M.
——- 0O0 ——-
Silakan download PDF : Mengapa Pilih Manhaj Salaf AR RUSYDU #5FNL
Luar biasa Ustadz,
Bagaimana agar kita bisa tetap satu, meski berbagai manhaj seperti ini ya ustadz?
Antara lain:
1) Dengan berdoa, semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa menjinakkan dan mempersatukan hati kaum muslimin terutama para tokohnya diatas Manhaj / Pedoman Nabi Muhammad Sholalloohu ‘Alaihi Wassalaam
2) Dengan Tholabu ‘Ilmi (mencari ilmu dien) yang benar, karena dengan ‘ilmu dan taufiq kita bisa menapakkan kaki diatas Pedoman yang Benar, tanpa harus taqlid, ashobiyyah, atau kultus individu terhadap seseorang
3) Berusaha dengan gigih untuk mengalahkan hawa nafsu, antara lain dari sikap Ghuruur (Bangga Diri), ashobiyyah (ngotot merasa dirinya yang paling benar tanpa dalil, dan mengkategorikan orang lain sesat tanpa ‘ilmu)
4) Berusaha memperkecil berbagai perkara yang menyebabkan umat menjadi berpecah belah dan bercerai berai. Hanya saja, sudah barang tentu sesuai dengan koridor sunnah.
5) Berusaha dengan gigih, sungguh-sungguh dan nyata dalam mempersatukan ummat Islam, inter dan antar individu maupun komunitas kaum muslimiin. Tentu diatas dan sesuai dengan As Sunnah
6) Mempunyai satu kesadaran tinggi bahwa ancaman, baik dari syaithoon yang tidak kelihatan, maupun dari syaithoon yang nampak (makar-makar musuh-musuh Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa) sedemikian dahsyatnya
Assalamualaikum.. Masya Allooh.. Postingan yang bagus sekali.. Mohon izin copy Ustadz..
Semoga Ustadz tetap istiqoomah, mendapat keberkahan hidup di dunia dan di akherat..
Wa ‘alaikumussalaam Warrohmatulloohi Wabarokaatuh,
Alhamdulillah… Silakan saja, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi ana, antum, keluarga dan kaum muslimin pada umumnya… Semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa memberikan kebaikan yang serupa bagi antum di dunia dan di akherat nanti..
Alhamdulillah, sudah kutemukan apa yang selama ini aku cari-cari, terima kasih Ustadz…
Alhamdulillah… semoga menjadi ‘ilmu yang bermanfaat bagi ana, antum, keluarga dan kaum muslimin pada umumnya… Zaadakalloohu hirshon (Semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa menambahkan padamu kegigihan) dalam menuntut ‘ilmu dien, mengamalkannya dan istiqomah didalamnya hingga akhir hayat…
Alhamdulillah Ustadz apa yang selama ini kupertanya-tanyakan terjawab sudah. Jazakumulloh khoiron kasiron…
Alhamdulillah… semoga menjadi ‘ilmu yang bermanfaat… Barrokalloohu fiiki..
Ustadz saya mau nanya… suami saya bekerja di salah satu perusahaan swasta, dia bekerjanya sebagai pengatur jalur produksi…. & pada suatu saat dia mendapat transfer uang dari vendornya… setelah dikonfirmasi ternyata dia bilang itu tanda ucapan terima kasih.. & yang mau saya tanyakan itu termasuk hadiah / suap?….. Terimakasih sebelumnya Ustadz, jazakumullah…
Wa ‘alaikumussalaam Warrohmatulloohi Wabarokaatuh,
Kalau pemberian itu:
1) Tidak dijanjikan sebelum tender dilakukan
2) Tidak ditentukan besarnya
3) Tidak mempengaruhi kebijakan pekerjaan yang dilakukan
4) Ditunaikan setelah semua prosedur pekerjaan telah diselesaikan
maka insya Allooh tidak mengapa.
Untuk lebih jelasnya, anti dapat membaca tentang masalah Hadiah / Suap ini pada makalah “UBUM (Ummat Bertanya Ustadz Menjawab) ke-3” pada “Daftar Isi” Blog ini… Barrokalloohu fiiki
Assalamu’alaikum Ustad… Saya mau nanya gimana pendapat Ustad tentang memajang foto-foto di rumah… karena saya pernah dengar katanya kalau ada pajangan foto-foto / gambar-gambar, Malaikat tidak akan masuk ke rumah kita, apa bener Ustad? & apakah ada hadistnya yang mengenai hal ini. Tolong penjelasannya Ustad, karena saya selama ini masih bingung & belum dapat penjelasan yang jelas……… Jazakumullooh Ustad…. Wassalam
Wa ‘alaikumussalaam Warrohmatulloohi Wabarokaatuh,
Benar sekali, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits, Malaikat tidak akan masuk suatu rumah yang didalamnya terdapat patung, gambar (foto-foto), anjing dan lonceng; karena mereka merasa terganggu. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ
Artinya:
“Sesungguhnya rumah yang terdapat didalamnya patung-patung (gambar-gambar), Malaikat tidak masuk kedalam rumah tersebut.” (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5658 dan Imaam Muslim no: 5639 dari Abu Tholhah رضي الله عنه)
Juga sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم:
لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلاَ صُورَةٌ
Artinya:
“Malaikat tidak akan masuk suatu rumah yang terdapat didalamnya anjing ataupun patung-patung.” (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3322 dan Imaam Muslim no: 5636 dari Abu Tholhah رضي الله عنه)
Lebih lengkapnya, silakan anti membaca transkrip ceramah yang berjudul “Beriman kepada Malaikat“, yang dapat dicari pada “Daftar Isi” di Blog ini…. Semoga menjadi ‘ilmu yang bermanfaat…. Barrokalloohu fiiki..
Alhamdulillah, makasih Ustad pertanyaan saya sudah dijawab, saya sangat jelas sekali… Insya ALLAH akan saya pakai….. Jazakumullah
Alhamdulillah… Syukron pak ustadz atas penjelasannya. Jazakallah khoyr
Assalamu’alaikum Ustad…
Setuju 100% dengan yang Ustadz sampaikan, bahwa mengikuti para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu adalah kunci kejayaan Islam. Hal itu juga yang sering disampaikan penceramah di Masjid kami.
Begini Ustad, beberapa waktu ini masjid kami di Maumere NTT dikunjungi oleh jamaah dari Jawa, juga masjid-masjid lain di kota kami, masing-masing lamanya 3 hari. Mereka memakai jubah & setiap sore berkeliling dari rumah ke rumah saudara muslim untuk mengajak sholat berjamaah di masjid. Ba’da maghrib ada salah 1 dari mereka yang ceramah.
Disamping menyampaikan iman dan amal sholeh, di akhir ceramahnya mereka juga menghimbau hadirin untuk keluar minimal 3 hari / bulan guna menyempurnakan iman & meningkatkan amal sholeh tsb.
Bagaimana menurut pendapat Ustadz akan hal ini?
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
1. Tentang Tema “Mengapa Memilih Manhaj Salaf” bukan sekedar untuk setuju atau tidak setuju, sebab itu adalah pilihan yang HARUS DIPILIH oleh orang yang mengidam-idamkan untuk BERJALAN DIATAS JALAN YANG LURUS MENURUT ISYARAT DAN PETUNJUK YANG ALLOOH Subhaanahu Wa Ta’aalaa DAN ROSUUL-NYA Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam BERIKAN.
Walaupun bisa jadi, seseorang tidak setuju dengan isi makalah tersebut, atau dengan orang yang menyampaikan makalah tersebut.
Tetapi yang paling penting, justru adalah bagaimana agar setiap Muslim, ummat Muhammad Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam terbentuk didalam dirinya, bahkan teraplikasikan dalam sikap dan kiprahnya sehari-hari KARAKTER yang Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dan Rosuul-Nya Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam tuntunkan.
2. Tentang KHURUUJ maka:
KHURUUJ adalah bahasa Arab, yang artinya: Keluar. Keluar untuk kebaikan adalah bisa, dan keluar untuk KEBURUKAN adalah juga bisa.
Jika KHURUUJ ini membentuk suatu faham yang maknanya sebagaimana yang terkandung dalam pertanyaan antum, maka yang demikian itu adalah PERCAMPURAN ANTARA MAKNA YANG BENAR DAN MAKNA YANG SALAH.
Yang Ustadz khawatir, bukan menjadi amalan yang shoolih yang maqbul, tetapi justru menjadi sunnah yang sayyi’ah (SUNNAH YANG BURUK), Karena:
a) Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam tidak pernah menentukan bahwa KHURUUJ itu adalah untuk waktu 3 hari, sepekan, sebulan, 3 bulan dan seterusnya.
b) Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam tidak pernah menentukan siapa komando regunya, yang komando regu itu terpaut dengan hasil kumpul di malam tertentu, di tempat tertentu, oleh komandan tertentu; yang akhirnya harus berada dalam bimbingan dan pengawasan jamaa’ah tertentu.
c) Yang harus dilakukan oleh setiap Muslim adalah mencari, mempelajari, mengamalkan ‘ilmu dien; dan tidak boleh mengajarkan ‘ilmu dien kalau belum kompeten.
Adapun, pergi dengan alasan KHURUUJ, dengan hanya sekedar Khuruuj (keluar) sedangkan dia insyaf dengan Islam saja bisa terkategorikan baru, ‘ilmu dien pun belum kokoh apalagi menguasai, yang dilakukan dalam Khuruuj itu tidak lebih dari membacakan Kitab misalnya: Kitab Fadhooilul A’maal, yang kalau saja dia tahu bahwa Kitab itu tidak lebih utama dari Kitab Riyaadhus Sholihiin apalagi Kitab Shohiih Bukhoory dan Kitab Shohiih Muslim; karena banyaknya Hadits dan Riwayat yang Lemah dan Palsu didalam Kitab Fadhooilul A’maal tersebut.
d) Tidak sedikit, bahkan bisa dipastikan bahwa orang yang menjadi peserta Khuruuj itu meninggalkan anak, istrinya yang mereka itu lebih butuh untuk didakwahi dan diajari ‘ilmu, bahkan mereka butuh dinafkahi dan tidak ditelantarkan. Padahal semua itu lebih WAJIB daripada Khuruuj yang tidak jelas ada tuntunannya dari Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam.
Bahkan bagi mereka yang kaum pekerja, pastilah ajaran ini akan mempersulit karena walaupun bisa mengambil cuti tetapi tentunya tidak bisa cuti berbulan-bulan lamanya. Apalagi bagi mereka yang mencangkulnya (mencari rizqinya) haruslah setiap hari, atau bagi operator yang harus bertanggung jawab pada perusahaannya. Sehingga tidak jarang, bahwa baik peserta Khuruuj, apalagi yang menjadi tanggungannya di rumah adalah menjadi beban bagi orang yang lainnya (baik peserta Khuruuj itu sendiri, maupun tetangga-tetangganya)
Ustadz cukupkan penjelasannya sampai disini, kiranya menjadi cukup bukti bahwa AJARAN KHURUUJ ini TIDAK SESUAI DENGAN TUNTUNAN ROSUULULLOOH Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam… Baik dari sisi filosofis (cara berpikir), ideologi, taktis maupun strategis.
Barokalloohu fiika
Yth. Ust. Rofi’i
Memang sudah menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan saudara-saudara muslim lain untuk selalu mendasarkan ilmu, mengutamakan Al Quran, Hadits-Hadits yg shohih serta pemahaman As Salafus Soolih dalam setiap amalan agama. Tetapi menurut pengamatan saya, Manhaj Salaf belum sampai ke daerah kami di daratan Flores, dimana kita kaum muslimin menjadi kaum minoritas (mohon koreksi kalau saya salah). Untuk itu, saya perlu mendapat pencerahan terkait Manhaj Salaf melalui Ustadz.
Terkait jamaah yg Khuruj ini, kami mungkin memandang mereka dalam perspektif yang berbeda. Kami di Flores (yg insya Alloh berkat hidayah Alloh yang turun melalui usaha mereka), sekarang merasakan masjid-masjid tambah makmur & lebih pede dalam melaksanakan sunnah baik penampilan dan perilaku. Untuk itu, disini semua masjid mau menerima mereka dan menghargai upaya dan jerih payah saudara-saudara kita yang telah mengorbankan harta dan diri di jalan Alloh. Karena mereka tidak mengharap apa-apa selain ridho Alloh. Seringkali mereka menanggung derita dan malu dalam perjalanannya. Hanya untuk meninggikan kalimah ‘Laa ilaha ilalloh muhammadur rosululloh’, mengusahakan agar kalimah tsb wujud dalam diri setiap muslim.
Tak bisa kita pungkiri dan kami tidak menutup mata bahwa usaha dakwah mereka telah membuktikan bahwa Al Islam adalah rahmatan lil alamiin. Berapa banyak ahli maksiat yang bertobat, berapa banyak musyrikin yang menjadi muallaf setelah mereka datangi. Tidak usah mencari pembuktian jauh-jauh, cukup di daerah kami saja. Alloh SWT berkenan menurunkan hidayahnya dengan perantara mereka. Saya sendiri menyaksikan, betapa seorang pastor kepala di Larantuka kembali ke fitrah Islam setelah didatangi jamaah ini. Dan selanjutnya, berkat muallaf ini yang akhirnya juga menggiati tabligh, beberapa pastor & suster bahkan suster kepala meninggalkan keyakinannya untuk kembali ke fitrah Islam (meski mereka harus berpindah ke daerah lain). Masjid-masjid di daratan Flores yang dulunya sepi, bahkan beberapa hampir roboh ditinggal umat, sekarang semua makmur bercahaya dengan ramainya sholat berjamaah.
Khilafiyah tidak nampak dalam jama’ah ini, bahkan mereka yang berasal dari ormas yang berbeda, partai yang berbeda, rakyat jelata maupun ulama & tokoh masyarakat bisa bersatu dalam ibadah, bisa makan berjama’ah dalam satu nampan, i’tikaf bersama. Ooh alangkah indahnya kalau semua umat islam bersatu dan saling mengasihi seperti ini.
Sehingga kalau masih ada yang berpendapat ini semua hasil dari kesesatan? Kebid’ahan? Atau sunnah sayyi’ah? Apakah muallafnya pastor & suster, makmurnya masjid dengan sholat berjamaah & ta’lim, serta indahnya kehidupan islami dalam muasyaroh, muamalah & akhlaq menjadi sia-sia dihadapan Allah SWT? Wallohu a’lam bishhowab, hanya Alloh SWT yg Maha Mengetahui.
Memang kalau ditilik dari kitab ta’lim mereka yaitu Fadilah Amal, mungkin satu-dua memang ada hadis-hadis yang lemah. Tapi sudah menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan mereka, memberi pencerahan mana hadis yang lemah, yang kalau perlu tidak dimuat lagi pada penerbitan berikutnya. Untuk ini para ulama / ahli hadis yang lebih mengetahui.
Terkait dengan keharusan meninggalkan keluarga, kami memandang tidak pada tempatnya kalau dikatakan mereka menelantarkan anak-istri. Justru di sini anggota keluarga diajari untuk bersikap tawajjuh kepada Allah, memiliki keyakinan yang lurus kepada Allah. Kalau tidak begini, mereka akan tawajjuhnya kepada suami / ayah mereka. Apalagi cuma 3 hari / bulan atau 40 hari / tahun. Bagi pegawai yang mengikuti diklat atau tentara / polisi bisa meninggalkan keluarga berbulan-bulan untuk urusan dunia, mengapa yang kerja untuk agama cuma 40 hari masih dipertanyakan bahkan ditentang? Tokh mereka yang Khuruj itu tidak pernah menelantarkan keluarga, anak-istri tidak ada yang sampai kekurangan, minta-minta ke orang lain. Karena sebelum berangkat, keluarga sudah ditinggali bekal yg cukup. Kita bisa bandingkan dengan khurujnya Nabiyullah Ibrahim yg meninggalkan Siti Hajar & Ismail di padang pasir tandus tanpa naungan & bekal apapun, hanya keyakinan yang lurus kepada Allah.
Bagi pegawai, seperti saya, mereka juga tidak mengharuskan ikut Khuruj 4 bulan atau 40 hari karena memang terbentur tugas. Tapi masih ada kesempatan bagi pegawai yang mau ikut 3 hari tiap bulan. Mau ikut 40 hari ambil cuti besar, 4 bulan tunggu pensiun. Untuk itu hal ini sangat menarik bagi pegawai yang ingin terjun juga dalam kerja untuk agama.
Sehingga, ustadz, kami memiliki pemikiran bagaimana kalau Manhaj Salaf ini bisa bersinergi dengan tabligh yang memang saat ini sudah masif pergerakannya di seluruh dunia. Karena terus terang kami bersimpati kepada keduanya dalam membentuk suatu kehidupan Islami yang madani.
Dari tabligh bisa berkeliling / jaulah untuk menarik kaum muslimin yang belum istiqomah ke masjid, supaya bisa ikut memakmurkan masjid. Setelah di masjid, giliran saudara salafi yang mengisi hati dan pikiran mereka dengan ilmu yang selama ini diajarkan dalam manhaj. Sehingga cita-cita kehidupan umat Islam yang sesuai tuntunan Rosululloh akan lebih cepat terwujud.
Demikian ustadz, pendapat kami selaku hamba Allah yang dhoif yang masih membutuhkan pencerahan.
Wassalam
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
Wahai saudaraku, tidak dipungkiri bahwa dampak dari aktifitas Jamaa’ah Tabligh ini adalah tidak sedikit baiknya, yaitu berupa mengembalikan orang faasiq menuju ke masjid, ataupun membawa orang yang kaafir menuju Muslim, namun hendaknya:
1) Tanamkan dalam diri kita bahwa STANDAR BENAR DAN SALAH ITU adalah TEPAT DAN TIDAK TEPATNYA SESUATU ITU DENGAN PEDOMAN ISLAM, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah, sesuai dengan pemahaman para Pendahulu Ummat ini dari kalangan Shohabat, Taabi’iin, Taabi’ut Taabi’iin dan para Imaam yang mu’tabaar seperti misalanya Imaam 4 madzab; bukan berdasarkan pada Pendapat, Setuju atau Tidak setuju, Rasa Enak atau Tidak Enak, Syahdu atau Tidak Syahdu, dan bukan pula pada penampilan yang Indah atau Jelek, Serasi atau Tidak serasi.
2) Ketahuilah bahwa Islam itu adalah Satu Kesatuan Pedoman, dimana kita harus mengikutinya secara utuh, dan tidak sempalan.
Tidak benar, membenarkan sebagian dan menolak sebagiannya.
Tidak benar, mengamalkan sebagian dan meninggalkan sebagiannya (tanpa alasan yang syar’ie).
Tidak benar, mengambil sebagian ayat dan menolak sebagian ayat yang lainnya.
Intinya, tidak boleh memilah dan memilih Islam tanpa alasan Syar’ie. Karena, menolak sebagian adalah sama dengan menolak seluruhnya.
3) Tentang Khilaafiyyah (Perselisihan dalam masalah bagaimana mengamalkan Islam), dia adalah perkara yang mesti terjadi walaupun pada prakteknya bisa ditolerir. Karena, bersumber dari Ijtihad dalam mengamalkan daliil yang shohiih. Adapun, berselisih dalam perkara ‘Aqiidah, maka perkara ini TIDAK BISA DITOLERIR dan bukan lagi tergolong Khilaafiyyah.
Jadi, jika merasa damai dalam perkara Khilaafiyyah, memang perkara Khilaafiyyah tidak boleh menjadikan terjadinya Perpecahan Ummat. Walaupun, setiap Muslim hendaknya menyikapi Khilaafiyyah ini bukan dengan taqliid, tetapi dengan mengikuti pendapat yang didukung oleh daliil yang shohiih atau yang lebih shohiih.
4) Tentang Hadits Dho’iif dalam Kitab Fadhoo’il A’maal, maka semestinya sejak awal Kitab itu ditulis oleh Ahli ‘Imu (dien) yang sebelumnya sudah diseleksi, dimana Hadits-Hadits yang shohiih dipakai, dan Hadits-hadits yang tidak shohiih maka tidak perlu dipakai, apalagi Kitab ini sudah dicetak berulang kali, dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa yang semestinya sudah diketahui mana yang harus direvisi dan mana yang tidak. Tetapi, pada kenyataannya hal itu tidak ada perubahannya. Ini berarti bahwa semestinya diambil keputusan, mana yang lebih patut menyampaikan Kitab seperti Riyaadhus Shoolihiin saja misalnya (yang dho’iifnya adalah hanya sedikit saja), atau misalnya mengambil Kitab-Kitab yang sudah pasti Shohiihnya, misalnya Kitab Shohiih Bukhoory dan Kitab Shohiih Muslim atau sejenisnya. Tetapi, sepertinya itulah keputusan dari Jamaa’ah Tabligh yang tidak tergoyahkan.
5) Tentang keluarga yang terlantar, bisa jadi anda tidak mengetahuinya, atau hal itu tidak sampai pada diri anda. Akan tetapi, berita tentang perkara ini telah sampai pada Ustadz, dan hal ini bukan hanya satu dua kasus saja. Namun, terlepas dari hal ini, mengapa mereka mengutamakan keluar padahal yang harus mereka jaga dari api neraka itu adalah setelah diri mereka, adalah keluarga mereka sendiri? Dan yang demikian itu adalah Fardhu ‘Aiin. Dan Khuruuj itu justru adalah tidak demikian, karena apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrohim ‘Alaihissallam itu terkait dengan syari’at sebelum Nabi Muhammad Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam, dimana kita tidak diperintahkan oleh Rosuuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassalam untuk melakukan hal seperti itu.
Padahal, 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, atau 4 bulan setelah pensiun itu adalah ajaran Jamaa’ah Tabligh, bukan ajaran Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam; dimana jika ada orang yang bergabung dengan Jamaa’ah Tabligh tetapi tidak mau melakukan Khuruuj dalam waktu tertentu itu maka pastilah ia bukan Jamaa’ah Tabligh.
6) Jamaa’ah Tabligh itu adalah didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas Al Kandahlawy tahun 1867 di India, dimana beliau ini telah BERBAI’AT kepada Syaikh Kholiil Al Ahmad Sahar Nufuury, salah seorang penganut AJARAN DIUBANDIYYAH (salah satu aliran SHUFIYYAH). Bahkan pembesar-pembesar ‘Ulama dan Da’i mereka adalah ber-‘aqiidah MATUURIDIYYAH, dan madzab fiqih mereka adalah madzab Hanafi.
Adapun tentang impian anda yang baik untuk mengawinkan antara Jamaa’ah Tabligh dan Salafy, adalah harapan yang bagus dan indah. Akan tetapi, sepertinya hal itu jauh untuk terjangkau selama Jamaa’ah Tabligh itu masih memegang kebijakan organisasinya yang bertumpu pada 6 perkara:
a) Kalimat Thoyyibah: Laa Illaaaha Ilallooh Muhammadur Rosuulullooh
b) Mendirikan sholat dengan khusyu’
c) Ber’ilmu dan berdzikir
d) Memuliakan kaum muslimin
e) Ikhlas
f) Berjuang di jalan Allooh, yang bukan bermakna Jihad.
6 Perkara ini, sekilas kelihatannya adalah memang benar, akan tetapi kalau dilihat dari pengamalan kongkritnya adalah:
a) Mereka tidak ikut serta dalam Nahi Munkar, karena mereka memandang bahwa Nahi Munkar itu akan menjadi penghalang dari kegiatan mereka, bahkan menjauhkan simpati orang kepada Jama’ah Tabligh, sedangkan saat ini menurut mereka adalah saat untuk merekrut orang sebanyak-banyaknya
b) Tidak menegakkan ajaran Tauhid, dan mengingkari Syirik dan Bid’ah. Jangankan di negara lain, di negara sendirinya pun tidak mereka lakukan.
c) Jamaa’ah Tabligh menganggap enteng untuk mengamalkan hadits-hadits yang dho’iif dan sering menyebutkan keramat-keramat atau keistimewaan-keistimewaan orang-orang yang sudah masuk Islam, termasuk dari anggota mereka yang konon sudah mengalami itu.
d) Tidak ikut berbicara masalah politik, apalagi memasuki kancah politik.
e) Tidak membahas masalah Jihad yang bermakna perang
f) Menjadikan ‘Aqiidah Shufiyyah sebagai titik tolak dan tolak ukur dalam berkiprah dan berprestasi dakwah.
Dengan demikian, impian anda akan terwujud jika Jamaa’ah Tabligh mau berbenah diri dalam PERKARA-PERKARA YANG SANGAT POKOK (USHUUL) antara lain MERUBAH DARI ‘AQIIDAH SHUFIYYAH KEPADA ‘AQIIDAH TAUHIID DAN AHLUS SUNNAH, bukan hanya sekedar keluar 3 hari / 40 hari dalam berkelompok, mengajak orang untuk berkumpul ke masjid dan kemudian khuruuj bersama mereka lagi dan seterusnya.
Demikianlah, semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa memberikan hidayah dan taufiq kepada kita semua agar berada di jalan yang lurus, yang dicintai dan diridhoi oleh-Nya…. Barokalloohu fiika
Mohon ijin untuk mengcopy semua tulisan, untuk belajar islam dan mengajarkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk seluruh umat manusia dan menjadikan pahala yang berlipat-lipat di sisi Allah.
Silakan saja, semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi ana, keluarga, antum dan kaum muslimin pada umumnya…. Barokalloohu fiika
Assalammualaikum Ustad, ana minta izin untuk mencopy paste tulisan ustad karena untuk mempelajari isi dari kajian-kajian ustad. Ana jujur tullisan ustad banyak dibutuhkan orang banyak sekarang ini.
Sukron Khatsiron ustad.
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
silakan saja…. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.. Dan semoga Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa menambah kegigihan antum dalam menuntut ilmu dien… Barokalloohu fiika
Jazakallah khair Ustadz, Postingan yang bagus dan bermanfaat, minta izin copy paste ke blog saya.
Silakan saja…. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika
Barakallahu fiik, ya ustadzanaa.
Kami tertarik tentang jawaban ustadz mengenai pertanyaan akhunaa, mas bobby, yaitu tentang JT tidak berbicara masalah politik. Mohon penjelasan ustadz, seperti apa manhaj salaf itu berbicara mengenai politik, karena kebanyakan ormas-ormas Islam saat ini yang diawalnya mengusung gerakan pemurnian Islam, namun lambat laun banyak yang terfitnah arus politik, sehingga manhajnya menjadi hizbiyyah, lalu bermanuver menjadi parpol yang kemudian berlomba-lomba merebut simpati kaum muslimin maupun kuffar untuk menambah massa mereka. Jazakallahu khairan.
Wa’alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
Sebenarnya jika perkara masuk WC saja, diatur oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم …
Jika urusan makan, minum dan berpakaian serta pergaulan antar manusia itu diatur sedemikian rupa oleh Al Islaam…
Maka apalagikah urusan kenegaraan yang berbicara tentang bagaimana manusia merasakan keadilan, bagaimana manusia berpeluang meraih kemakmuran; pastilah hal ini pun diatur oleh syari’at Islaam.
Ibnu Taimiyyah رحمه الله telah menulis suatu kitab mengenai politik atau kepemerintahan dan tata laksana kenegaraan berjudul “Siyassah Syar’iyyah”.
Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah رحمه الله pun telah menulis suatu kitab berjudul “Ath Thuruq Al Hukmiyyah fi Siyassah Syar’iyyah”.
Lalu Al Imaam Al Maawardy رحمه الله dari kalangan madzab Asy Syaafi’iy telah menulis kitab yang bernama “Al Ahkaam As Sulthoniyyah”.
Begitu pula dengan nama kitab yang sama, Al Imaam Al Marwaazy رحمه الله dari kalangan Imaam madzab Hanbali juga telah menulisnya.
Dan masih banyak lagi dari kalangan ‘Ulama Ahlus Sunnah yang menulis, menjelaskan dan mengkonsep perkara politik dalam pandangan Islam, yang lebih dikenal dengan nama “Siyassah Syar’iyyah”.
Jadi, bagian dari sikap seorang pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah yang paham, berilmu dan berwawasan hendaknya tidak merasa aneh, apalagi alergi dengan perkara politik atau organisasi kenegaraan.
Yang menjadi masalah adalah, seyogyanya tata laksana suatu negara (apalagi yang mayoritas penduduknya adalah Muslimun) seharusnya mengacu kepada tuntunan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan Al Khulafaa Ar Roosyiduun رضي الله عنهم yang telah diwariskan dan telah sampai pada kita hari ini.
Untuk lebih memahami tentang “Siyassah Syar’iyyah”, silakan antum dengarkan berbagai kajian (audio ceramah) yang pernah dimuat pada Blog ini:
1) “Politik dan Syari’at Islam” (klik: https://ustadzrofii.wordpress.com/2010/07/02/politik-dan-syariat-islam/)
2) “Bayang-Bayang Suksesi” (klik: https://ustadzrofii.wordpress.com/2010/07/02/bayang-bayang-suksesi/)
3) “Syari’at Sikapi Politik” (klik: https://ustadzrofii.wordpress.com/2010/07/17/syariat-sikapi-politik/)
4) “Islam versus Sekulerisme” (klik: https://ustadzrofii.wordpress.com/2012/06/12/islam-versus-sekulerisme/)
Ada hal yang perlu Ustadz tambahkan, yaitu bahwa: Pesantren, Yayasan, Ormas, Majelis Ta’lim, Televisi, Radio, Majalah, Koran dll tidak dapat disangkal lagi semua itu tidak ada di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Contoh:
Yayasan / Radio / Majelis Ta’lim / Ormas bila digunakan untuk menyuburkan kesyirikan, kebid’ahan, hizbiyyah, ashobiyyah dan taqlid maka hukumnya haroom.
Tetapi kalau Yayasan / Radio / Majelis Ta’lim / Ormas digunakan untuk menyebarkan Sunnah Rosuul, menumbuhsuburkan orang yang taat hanya beribadah pada Allooh سبحانه وتعالى, menyerukan persatuan ummat dan membenci perpecahan ummat – hizbiyyah – taqlid – ashobiyyah, bertolong-tolongan dalam kebajikan dan taqwa dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan maka sesungguhnya itu adalah perkara yang terpuji.
Jadi itu semua adalah merupakan MEDIA / WASILAH yang berfungsi sebagai alat dan sarana untuk sampainya risalah dakwah pada ummat. Oleh karena itu, selama Tujuan dan Target yang dibidik adalah Syar’ie maka Wasilah-nya adalah menjadi Syar’ie jika tidak ada penyimpangan didalamnya.
Dan sebagai tolok ukurnya adalah:
1) Tujuan dan Target-nya harus benar dan sesuai dengan Syar’ie
2) Cara atau sistem yang dipakai tidak menyalahi Syar’ie
3) Pedoman dan Ideologi yang bertolak darinya juga Syar’ie
4) Kegiatan yang dilakukan juga sesuai dengan syar’ie,
Maka MEDIA / WASILAH itu pun tergolong benar/ syar’ie.
Dengan demikian, jangan antum berpikir bahwa hanya Ormas (Organisasi Massa) saja yang berpotensi untuk menjadi Media yang diselewengkan untuk menumbuhsuburkan hizbiyyah, ashobiyyah dan taqlid; namun Yayasan / Radio / Majelis Ta’lim atau Media-Media lainnya pun berpotensi untuk diselewengkan kepada perkara yang Harom, seperti hizbiyyah, ashobiyyah dan taqliid. Jadi hendaknya, Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah memahami dengan tolok ukur apa suatu Media itu dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang Syar’ie atau malah digunakan untuk mengembangkan sesuatu yang Harom.
Para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah jauh-jauh hari memberikan fatwa tentang BOLEHNYA ORMAS, contoh: Syaikh Muhammad bin Shoolih Al Utsaimin, Syaikh ‘Abdul Aziiz bin Baaz, Syaikh Nasiruddin al Albaany رحمهم الله dan Syaikh ‘Abdullooh bin Jibrin.
Sangatlah naif, bila seluruh musuh-musuh Islam (Yahudi, Nashroni, Syi’ah, Liberalisme, Sekulerisme dll) bersatupadu untuk menghancurkan Islam dan Sunnah; lantas orang-orang yang mengaku bermanhaj ahlus sunnah wal jama’ah menolak untuk bersatu membentuk suatu bangunan yang kokoh, penuh ukhuwwah, hanya karena alasan MUNGKIN suatu saat bisa berkembang menjadi hizbiyyah/ partai politik. Padahal, secara hukum syar’ie, jika sesuatu itu bernilai KEMUNGKINAN maka kita TIDAK BOLEH BERDALIL DENGANNYA (dengan yang masih bernilai “Kemungkinan” tersebut).
Demikianlah semoga hal ini jelas bagi antum dan bagi kaum Muslimin, serta pembaca pada umumnya… Barokalloohu fiika
Subhanallah. Jazakumullah Khairan, ya ustadz. Sangat membuka pandangan kami.
Izin untuk di-download.
Memang, untuk kami-kami yang awam ini, mudah sekali untuk mengikuti arus, karena kami tidak hapal dalil-dalil dan kurang mengetahui tulisan-tulisan para ulama besar mengenai hal ini.
Dan satu hal lagi, di saat ini adakah ormas / ta’lim atau media apa pun yang sesuai syar’i untuk kami ikuti? Karena jujur saja, banyak kelompok di saat ini yang berbicara politik islam, diantaranya dua yang terbanyak di Indonesia adalah HTI dan Ikhwanul Muslimin / PKS. Bolehkah bergabung dengan mereka?
Silakan saja, antum dapat mendownload seluruh audio ceramah / mengcopy paste seluruh ceramah / artikel yang ada pada Blog ini, serta silakan pula menyebarluaskannya sebagai dakwah Lillaahi Ta’aalaa.
Ormas / Yayasan / Majelis Ta’lim / Pesantren / Radio / Koran, dll; itu semua hanyalah semata-mata berfungsi sebagai MEDIA / WASILAH bagi antum untuk menjalankan apa-apa yang diperintahkan & menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dan Rosuul-Nya Sholalloohu ‘Alaihi Wassallam, berdasarkan pemahaman para Pendahulu Ummat yang shoolih dan para ‘Ulama yang mu’tabar. Oleh karena itu, dalam memilih suatu Media Dakwah, hendaknya antum cermat terhadap perkara tersebut.
Bukan besar / kecilnya suatu Media Dakwah, bukan terkenal / tidak terkenalnya suatu Media Dakwah, bukan terbanyak / tidak banyaknya anggota Media Dakwah yang menjadi kriteria pemilihan antum; tetapi hendaknya apabila suatu Media Dakwah itu membawa antum kepada tujuan yang syar’ie, kepada pemahaman / ideologi yang syar’ie, kepada kegiatan-kegiatan yang syar’ie, dengan sistem / cara / teknis yang syar’ie; barulah antum ikuti karena yang demikian itu akan mendekatkan antum kepada keridhoan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Tetapi apabila tidak demikian, maka janganlah antum mengikuti apa-apa yang justru menjauhkan antum dari keridhoan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa…. Demikianlah kaidahnya. Barokalloohu fiika
Maaf … tadz idzin edit ulang, ini filenya… http://www.mediafire.com/myfiles.php#d33acl7210duc
Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika