Skip to content

Orang-Orang yang Dibenci Allooh

17 June 2010

(Transkrip Ceramah AQI 040808)

ORANG-ORANG YANG DIBENCI ALLOOH

oleh : Ustadz  Achmad Rofi’i, Lc

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى.

Kali ini kita akan membahas tentang “Orang-orang yang Allooh Benci”. Mudah-mudahan kita tidak termasuk didalamnya. Tentu kita menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali dan harus mengejar perkara-perkara yang membuat kita diridhoi dan dicintai oleh Allooh سبحانه وتعالى.  Bahkan Rosuolullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan kepada kita do’a :

“اللهم إني أسئلك حبك وحب من يحبك والعمل الذي يبللغني الى حبك”

Alloohumma inni as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa hubbal a’mali allati tuqorribuni ila hubbika”.

Artinya:

“Ya Allooh aku memohon cinta-Mu, aku memohon cinta orang yang mencintai-Mu, aku memohon kepada-Mu cinta terhadap amalan yang mendekatkan aku terhadap cinta-Mu.”

Maksudnya ada tiga perkara diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yaitu bahwa kita mengharap :

  1. Cinta Allooh سبحانه وتعالى,
  2. Cintanya orang yang mencintai Allooh سبحانه وتعالى,
  3. Amalan yang mendekatkan pada cinta Allooh سبحانه وتعالى

Cinta kepada Allooh سبحانه وتعالى tidak akan terwujud tanpa kita mengikuti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Misalnya Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Ali Imron (3) ayat 31 :

{ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ }

Artinya :

Katakanlah (Muhammad): “Jika kalian cinta kepada Allooh maka ikutilah aku, niscaya Allooh akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian.  Allooh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Pertama, berarti bila kita ingin mendapatkan cinta Allooh سبحانه وتعالى, harus mengikuti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Tidak mungkin kita sampai pada cinta Allooh, tanpa kita mengikuti Rosuul Muhammad صلى الله عليه وسلم.  Oleh karena itu para ‘ulama Salaful Ummah, misalnya ‘Abdullooh bin Mas’ud رضي الله عنه (sahabat) mengatakan : “Semua jalan telah tertutup kecuali jalan Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم”.

Dan bila kita sudah ketahui bahwa semua jalan sudah tertutup, berarti tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Sunnah Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Kedua, cinta orang yang mencintai Allooh سبحانه وتعالى.  Kita membutuhkan orang-orang yang mencintai kita, tetapi bila cinta orang itu tidak didasari karena cinta kepada Allooh سبحانه وتعالى , maka itu juga tidak lah benar. Karena sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 620 dan Al Imaam Muslim no: 1712, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا

Artinya:
Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allooh pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Pemimpin yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Robb-nya.
3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allooh, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allooh.
5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allooh’.
6. Orang yang bershodaqoh dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Orang yang berdzikir kepada Allooh dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”

Maksudnya pada Hari Mahsyar dimana semua manusia dikumpulkan oleh Allooh سبحانه وتعالى , dan pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allooh, maka Allooh hanya akan memberikan naungan (perlindungan)  kepada tujuh macam manusia, antara lain : Dua orang yang saling mencintai karena  Allooh,  bertemu dan berpisah karena Allooh سبحانه وتعالى.  Kita membutuhkan cinta orang yang semacam itu dan kita memohon itu kepada Allooh سبحانه وتعالى untuk mendapatkannya.

 Ketiga, mencintai amalan, yang amalan itu mendekatkan kita kepada cinta Allooh سبحانه وتعالى. Misalnya : Iman kepada Allooh سبحانه وتعالى, berbuat baik kepada kedua orang tua,  Jihad fisabilillah, dan masih banyak lagi, semuanya itu disabdakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sebagai amalan-amalan yang dicintai Allooh سبحانه وتعالى

 Maka kita selalu bermohon kepada Allooh سبحانه وتعالى agar kita ditunjukkan kepada perkara-perkara tersebut.  Karena bila tidak ditunjukkan, maka kita tidak akan mendapatkan cinta Allooh سبحانه وتعالى. Kita sangat membutuhkan cinta Allooh, bukan murka Allooh.   Tetapi tidak sedikit orang yang mengamalkan perkara-perkara yang justru mengundang murka Allooh سبحانه وتعالى.

 Siapa saja orang yang akan mendapatkan murka Allooh سبحانه وتعالى?

Maka perlu diketahui sebagai suatu kewaspadaan agar kita tidak terjerembab ke dalam orang-orang tersebut. Misalnya Hadits yang diriwayatkan Al Imaam Muslim, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

{ ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

Artinya:

Tiga orang Allooh tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka, bahkan mereka berhaq atas adzab yang pedih: orang yang tua berzina, raja (pemimpin) yang berdusta, dan orang miskin yang sombong”. 

Dalam riwayat yang lain, masih merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam Muslim, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

{ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Artinya:

Yang menjulurkan celananya dibawah kedua mata kaki (isbal), yang mengungkit kebaikan yang diperbuatnya, yang menjual dagangan dengan sumpah palsu.”

Maksudnya, orang-orang yang dimurkai Allooh سبحانه وتعالى ada 4 macam :

  1. Penjual yang sering bersumpah,
  2. Orang fakir (miskin) yang sombong,
  3. Orang yang tua yang berzina,
  4. Pemimpin yang dzolim.

Penjual yang sering bersumpah, yang sumpah itu dilakukan agar barang dagangannya laku, misalnya : “Demi Allooh barang ini asli“, “Demi Allooh modalnya saja tidak dapat segitu“, “Demi Allooh ini kualitas nomor satu“, dst-nya. Padahal dengan itu, pintu rezekinya semakin menyempit. Karena ia telah menipu orang dengan sumpah palsu.

Orang fakir yang sombong. Kata “fakir” artinya sama dengan “miskin“. Tetapi bila disebutkan “fakir dan miskin” maka “fakir itu lebih miskin dari miskin“. Tetapi bila disebut “fakir” saja, maka artinya “miskin“.  Allooh سبحانه وتعالى benci terhadap orang yang fakir (miskin) tetapi sombong. Sedangkan definisi “Sombong menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah: “Menghalangi diri dari kebenaran dan meremehkan (menganggap rendah)  orang lain“.  Maka bila ada orang yang punya sikap salah atau dua-duanya dari sikap tersebut, maka ia adalah orang yang sombong. Meskipun ia mengaku tidak sombong.

Maka jika ada orang fakir yang menolak kebenaran dari Allooh سبحانه وتعالى, tidak mau taat, tidak sholat, tidak ibadah, maka ia adalah orang yang sombong.  Dan bila ia juga meremehkan (menganggap rendah) kepada sesama manusia, maka ia termasuk orang sombong. Orang semacam itu dimurkai oleh Allooh سبحانه وتعالى.

Orang yang sudah tua yang berzina.  Bila seseorang  sudah tua dan sudah beristeri, dan masih ingin menyalurkan hasrat syahwatnya kepada orang lain, sebetulnya Islam membenarkan orang itu untuk beristeri lagi (poligami). Padahal hukum laki-laki yang sudah beristeri tetapi ia berzina, maka hukumannya adalah dirajam sampai mati. Bagi orang yang berzina tetapi ia belum menikah, maka rajamnya seratus kali. Itulah hukum Allooh سبحانه وتعالى, tidak boleh  lalu manusia menaruh rasa kasihan kepada orang tersebut, karena kasihan yang demikian itu bukan pada tempatnya.

Karena kaum laki-laki bisa saja sampai usia 75 tahun hasrat biologisnya masih hidup, sementara perempuan usia 50 tahun sudah menopouse, sudah berhenti hasrat biologisnya,  maka Allooh سبحانه وتعالى yang Maha Tahu  dan Dia-lah yang menciptakan manusia, member suatu jalan keluar dengan cara poligami.  Islam membolehkan poligami. Di Indonesia poligami dianggap menyalahi aturan. Kadang-kadang aturan manusia itu dipaksakan untuk membatasi kehendak dan aturan Allooh سبحانه وتعالى.

Bagi kita orang beriman hendaknya memahami bahwa berzina itu mendatangkan perkara yang besar. Dalam suatu hadits, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

{ لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعملوا بها إلا ظهر فيهم الطاعون و الأوجاع التي لم يكن مضت في أسلافهم …. }

Artinya:

“Tidaklah suatu kaum itu di dalam mereka telah melakukan perzinahan sehingga mereka melakukan zina (dalam Hadits lain dikatakan) : Sampai mereka mengumumkan perbuatan zina  maka kaum tersebut akan dilanda penyakit menular dan kelaparan yang dahsyat, tidak pernah dialami orang-orang sebelum mereka”.

 Berarti zina itu mengancam.  Oleh karena itu solusinya, dari pada berzina lebih baik melaksanakan hukum Allooh سبحانه وتعالى (yaitu dengan berpoligami).

Tetapi justru dari kalangan wanita yang tidak beriman terlontar pandangan bahwa dari pada ber-poligami lebih baik suaminya “jajan” (selingkuh, berzina). Itu pandangan orang yang tidak beriman, yang telah menjadikan hawa nafsunya menjadi tuhannya.

Sedangkan bagi orang yang beriman jalan keluarnya adalah Azzawaj (menikah) dan itu disyari’atkan oleh Allooh سبحانه وتعالى. Orang tua yang berzina akan menimbulkan kebencian Allooh سبحانه وتعالى.

Pemimpin yang dzolim dibenci Allooh سبحانه وتعالى.  Pemimpin yang dzolim adalah pemimpin yang tidak adil.  Yang dimaksud pemimpin adalah dari pemimpin pribadi, pemimpin keluarga, pemimpin masyarakat, pemimpin bangsa dan pemimpin negara.  Semuanya itu pemimpin. Dan sesuai sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa setiap kita adalah pemimpin. Besar-kecilnya tergantung ruang lingkup yang dipimpin.

Allooh سبحانه وتعالى berfirman: “Ada diantara mereka yang mendzolimi dirinya sendiri”. Ialah mereka yang bermaksiat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Padahal hendaknya ia patuh dan taat kepada Allooh سبحانه وتعالى, tetapi justru bermaksiat, seharusnya ia mengikuti Sunnah, justru mengikuti ke-Bida’ahan. Semua itu merupakan ke-dzoliman terhadap diri sendiri.

Terhadap keluarga,  masyarakat, terhadap bangsa dan negara juga berbuat demikian.  Kedzoliman demikian itu dilarang oleh Allooh سبحانه وتعالى. Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

{ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ }

 Artinya:

 “Tidaklah seorang hamba diangkat oleh Allooh menjadi pemimpin bagi suatu rakyat (ro’iyah) tetapi justru orang itu mati, pada waktu mati itu ia dzolim terhadap rakyatnya, maka orang itu haram hukumnya masuk ke dalam surga.”

Misalnya, ada seorang yang karena ambisi untuk menjabat, maka ia jatuhkan koleganya, temannya, sampai ia bunuh saingannya, ia bayar orang dan ia korbankan apa yang ia punya untuk mencapai keinginannnya, maka setelah menang ia mengadakan syukuran.

Sebenarnya dalam Islam, untuk menjadi pemimpin tidak boleh ada orang yang mencalonkan diri. Misalnya dengan mengatakan: “Pilihlah aku, jika aku menjadi pemimpin aku akan begini, begitu..”, dst.  Tidak ada ajaran Islam yang demikian itu.

Menurut Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa seseorang itu tidak ingin menjadi pemimpin, tetapi oleh Allooh سبحانه وتعالى ditetapkan, ia diangkat menjadi pemimpin. Misalnya yang terjadi pada Kholiifah Umar bin ‘Abdul ‘Aziz رحمه الله. Beliau mewarisi apa yang diwasiatkan oleh Harun Al Rasyid رحمه الله, mertua beliau, yaitu ketika menjelang wafatnya, beliau serahkan kepemimpinan kepada puteranya Umar bin Abdul ‘Aziz رحمه الله.

Lalu Umar bin Abdul ‘Aziz  رحمه الله berkata kepada rakyatnya: “Wahai kaum muslimin, sebagaimana kalian ketahui ke-Khalifahan diwasiatkan kepadaku. Tetapi aku tidak suka, maka aku kembalikan kepada Majlis Syuro (Maksudnya: Kepemimpinannya diserahkan ke Syuro — Majlis para ahli). Aku tidak ambisi untuk menjadi pemimpin”.. 

Tetapi oleh Syuro diputuskan: “Justru kami menginginkan orang yang tidak ambisi. Kami temukan Anda, maka Andalah yang menjadi pemimpin”.

Oleh karena itu pemimpin dalam Islam tidaklah mencalonkan diri, “Pilihlah aku !”, seperti yang ada dalam mekanisme demokrasi yang kita kenal, sejak ia menjadi anggota suatu partai, sampai pejabat partai dan mencalonkan diri menjadi pemimpin, dan itu identik sekali bahwa partai berarti jabatan. Islam tidak demikian.

Dalam Islam : Pemimpin adalah tanggungjawab dan apabila ia dzolim,  ketika ia mati dalam keadaan dzolim kepada rakyatnya, maka seperti disabdakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم diatas: Ia harom masuk surga.

Apa artinya ?  Kalaupun ia meninggalkan harta, meninggalkan nama baik dan segala macam peninggalan, ia tidak akan mendapatkan apa-apa karena justru ia rugi, hartanya dibuat perebutan oleh ahli warisnya, sementara ia mempertanggungjawabkan di sisi Allooh سبحانه وتعالى, dan ia orang yang merugi.

Hadits berikutnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله bahwa Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Sesungguhnya manusia yang paling Allooh benci pada Hari Kiamat bahkan paling dahsyat adzabnya adalah pemimpin yang dzolim”.

Maka bagi orang yang beriman akan menimbang-nimbang, akan berpikir beberapa kali untuk menjadi pemimpin suatu kaum. Kalau ia sampai tidak bisa berbuat adil kepada yang dipimpinnya,  merugikan orang banyak, merugikan keluarganya dan merugikan dirinya  baik di dunia dan akhirat, maka  ia lebih memilih apa yang ada di sisi Allooh سبحانه وتعالى dan tidak menjadikan dirinya orang yang dzolim. Pemimpin yang dzolim itu dibenci, bahkan adzabnya sangat dahsyat.

Itulah empat perkara, orang yang dibenci Allooh سبحانه وتعالى, yang kita dengar dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Dalam Hadits yang lain, Imam As Suyuuthy dalam Shohiih Al Jaami’ush shoghiir dan shoohihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Ada tiga kelompok manusia yang Allooh benci, yang dihinakan oleh Allooh سبحانه وتعالى, ialah pedagang (tajir/ pengusaha) yang bersumpah, fakir yang sombong dan orang yang bakhil (kikir)”.    

 Dan kita amati pada zaman sekarang bohong merupakan kebiasaan.  Dalam berbagai iklan produk, tidak sedikit menggunakan bohong menjadi bahan pelurunya, agar konsumen tertarik.  Padahal dalam Islam diajarkan:  Muslim tidaklah dusta.

Dalam riwayat, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pernah ditanya : “Ya Rosuulullooh, mungkinkah seorang mu’min itu pengecut?”.
Beliau صلى الله عليه وسلم jawab : “Mungkin”.
Shohabat itu bertanya lagi : “Mungkinkah seorang mu’min itu bakhil (kikir)?”.
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab : “Mungkin”.
Shohabat itu kemudian bertanya lagi: “Ya Rosuulullooh, mungkinkah seorang mu’min berbohong?”.
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab : “Tidak.

Berarti seorang muslim itu ciri khas-nya adalah: Tidak berdusta (bohong).

Ternyata zaman sekarang dunia perdagangan / perekonomian,  berdusta merupakan bagian kegiatannya. Dan yang demikian itu tidak barokah.  Keuntungan yang didapat dari berdusta tidak akan barokah. Mungkin itu lah yang menjadikan munculnya berbagai malapetaka, penyakit, musibah, dan seterusnya menimpa mereka; jangan-jangan akibat ketidak-berkahan rezeki yang mereka peroleh.

Dari Hadits diatas, yang dimaksud “Bakhil”  atau kikir menurut para ulama ialah: “Orang yang menghalangi orang lain dari haknya yang harus ia tunaikan”.

Misalnya seseorang wajib menunaikan, tetapi ia tidak menunaikan, maka orang itu disebut bakhil. Orang tersebut bakhil lalu mannan, ialah orang yang menceritakan di depan orang banyak tentang kebaikan yang pernah ia lakukan kepada seseorang dengan maksud mempermalukan orang yang pernah dibantunya.  Sifat demikian harus kita jauhi.

Dalam hadits yang lain, diriwayatkan oleh Imam Muslim,  Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Ada empat perkara yang menjadikan orang diancam pada Hari Kiamat, Allooh tidak akan berbicara dengan mereka, Allooh tidak akan pandang (perhatikan) mereka, Allooh tidak akan sucikan dosa mereka dan mereka Allooh berikan adzab yang pedih, yaitu: Al Musbil, Al Mannan, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu dan orang fakir yang sombong”.

Padahal pada hari Kiamat kelak Allooh سبحانه وتعالى akan berbicara kepada setiap kita,  manusia akan di hisab (dihitung) oleh Allooh. Sekian banyak manusia akan dihisab dalam satu hari. Demikian cepatnya Allooh meng-hisab kepada manusia. Dan setiap orang akan diberikan  Al ‘Ardhu, buku catatan tentang baik-buruk amalannya di dunia.  Itu yang dimaksud Yukallimuhumullooh”.

Maka Allooh tidak akan ajak bicara mereka yang dimaksud dalam Hadits diatas.

Kemudian Allooh سبحانه وتعالى tidak akan melihat mereka, Allooh سبحانه وتعالى tidak akan bersihkan dosanya pada Hari Kiamat, dan Allooh  سبحانه وتعالى akan berikan mereka itu adzab yang pedih.

Siapakah mereka? Mereka itu adalah :

1.  Al Musbil, ialah orang laki-laki yang menjulurkan pakaian dari batasannya (yang ditetapkan syari’ie).

Orang laki-laki yang memakai baju, yang lengan bajunya menjulur melebih pergelangan tangan, disebut Musbil.  Kebawah, apakah itu sarung atau celana panjang yang menjulur sampai melebihi batas/ menutupi matakaki. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم  bersabda : “Apa saja yang menutupi mata kaki, maka ia ada dalam neraka”.  Itulah yang disebut Musbil.  Dan Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Tidak bisa dibantah. Orang yang menjulurkan pakaiannya lebih dari batasannya, maka itu dosa besar. Imam Adz Dzhahabi dan Imam Syafi’i dalam Kitabnya yang berjudul Dosa-Dosa Besar, juga mengatakan: Di antara dosa-dosa besar itu adalah Isbal (Menjulurkan pakaian sampai dibawah / menutupi matakaki).

Tentunya itu bagi laki-laki.  Bagi perempuan justru harus menjulurkan pakaiannya.  Yang berselisih para ulama adalah telapak tangan dan wajah perempuan.

Para ulama berbeda pendapat hanya dalam hal telapak tangan dan wajah perempuan wajib ditutup, ataukah sebaiknya ditutup. Tidak ada yang berbeda pendapat tentang rambut. Karena rambut wanita adalah aurot, wajib ditutup.  Juga tidak ada yang berbeda pendapat tentang telapak kaki, karena telapak kaki juga aurot.  Sepakat semua ulama bahwa telapak kaki adalah aurot. Jadi setiap wanita harus menutupi aurot mereka termasuk telapak kaki, pakailah kaos kaki.  Karena yang diperselisihkan (berbeda pendapat) hanyalah telapak tangan dan wajah. Ada yang mengatakan : Sebaiknya  ditutup dan ada yang mengatakan Wajib ditutup, karena bila dibuka menjadi berdosa. Jadi hanya masalah muka dan telapak tangan.  Selain yang dua itu adalah termasuk aurot.

Dalam hal wanita, misalnya masalah pakaian (jilbab), adalah seperti dijelaskan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dalam hadits dari Ummu Salamah: “Kalau seandainya mereka dengan menjulurkan pakaiannya dibawah matakaki satu jengkal masih kurang, maka julurkan lagi lebih panjang hingga satu hasta (50 cm)”.

Itu menunjukkan bahwa bagi perempuan tidak boleh ada peluang untuk terlihat dari bawah.

Tetapi bagi laki-laki harus diatas matakaki. Artinya, laki-laki tidak boleh menutup matakakinya, bahkan Sunnahnya adalah sampai pertengahan betis.  Sabda dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: “Sarung atau celana laki-laki mu’min adalah sampai pertengahan betis.” 

Jadi tidak boleh mengolok-olok, karena itu memang ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Bisa anda lihat di Kitab Riyaadhush shoolihiin, kitab yang paling akrab dengan kita pada umumnya.

Kitab Riyaadhush shoolihiin ditulis oleh Imam Nawawi dan Imam Nawawi adalah pengikut Madzhab Imam Syafi’i, meriwayatkan Hadits-Hadits seperti yang dikemukakan diatas.

Bagi kita kaum muslimin yang belum memahami karena belum membaca haditsnya, lalu mengatakan itu agama baru, dll. padahal itu nyata-nyata jelas ajaran Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Maka hendaklah dilaksanakan dan jangan mengolok-olok.

Intinya: Isbal (menutup matakaki) bagi laki-laki adalah termasuk dosa besar.

Tentang Al Mannan, sudah dijelaskan diatas.  Tentang penjual yang bersumpah palsu, juga sudah dijelaskan diatas, yang tentunya itu tidak boleh dilakukan oleh orang-orang yang beriman.

Hadits berikutnya, dijelaskan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, isinya sama denga hadits sebelumnya, yaitu ada empat ancaman: Allooh سبحانه وتعالى tidak akan berbicara dengan mereka pada Hari Kiamat. Allooh سبحانه وتعالى tidak akan men-sucikan dosa-dosa mereka, Allooh سبحانه وتعالى tidak akan melihat mereka, dan bagi mereka akan diberi adzab yang pedih. Siapakah mereka? Yaitu :

  1. Orang tua (Lansia) yang berzina.
  2. Raja (pemimpin) yang berdusta (dzolim), atau penguasa yang banyak dusta
  3. Fakir yang sombong.

Dalam Al Qur’an Surat Al Hadid ayat 23 (akhir ayat)  Allooh سبحانه وتعالى berfirman:

{ … وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ }

 Artinya:

Allooh tidak mencintai setiap orang yang sombong dan berbangga diri”.

Tentang pedagang.

Pedagang itu bila berbuat dusta atau sumpah palsu, maka hendaknya dengarlah (atau ditambah dalilnya) dengan sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang berikut, dalam Shoohih riwayat Imam Muslim, beliau bersabda :

“Bagi para pedagang (pedagang barang, jasa, pegawai, pekerja) hati-hati, waspadalah dan hindarilah dari banyak sumpah dalam berjual-beli (bekerja), sebab cara dusta dalam berjual-beli (bekerja), akan mempercepat terjualnya barang, tetapi sesudah itu akan menghilangkan keberkahan keuntungannya”.

 Perhatikan pula Hadits dari Imam Bukhoory, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Sumpah itu akan akan menyebabkan terjualnya barang dagangan, tetapi akan menghilangkan keberkahan”.

Sama isinya dengan hadits Imam Muslim hanya lafadz-nya saja yang agak berbeda.  Maknanya, siapa saja yang ingin berdagang, maka berdaganglah dengan jujur.  Sebagaimana disabdakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: “Orang yang berbisnis dengan jujur, maka ia akan berkedudukan tinggi bersama para malaikat”.

 Maka kita hendaknya berhati-hati dalam berdagang, jangan sampai berjual-beli menggunakan dustanya. Itu akan menjadi tercela, akan mengecewakan dan merugikan orang lain dan tentu akan menutup rezekinya di masa-masa yang akan datang.

Kesimpulan: Orang yang dibenci oleh Allooh سبحانه وتعالى berdasarkan Hadits-Hadits yang disebutkan diatas, adalah :

  1. Penjual yang bersumpah,
  2. Orang fakir (miskin) yang sombong,
  3. Orang tua (Lansia) yang berzina,
  4. Pemimpin yang dzolim,
  5. Orang bakhil (kikir) yang Mannan (menceritakan bantuan/ kebaikannya kepada orang lain sehingga yang diberi kebaikan/ bantuan itu menjadi malu).
  6. Isbal (laki-laki berpakaian melebihi batas anggota badan, menutupi matakaki).

Itulah perkara-perkara yang harus dijauhi, karena semua perkara tersebut diatas menyebabkan murka Allooh سبحانه وتعالى.

Penyebab dan solusi.

Apa sebab perkara-perkara yang disebutkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم diatas yang tercantum dalam empat Hadits itu muncul?  Sebabnya adalah :

  1. Jahil (bodoh), jahil karena memang benar-benar tidak tahu dan jahil karena mengikuti hawa nafsu. Kebodohan akan mengulang kejahilan pada masa-masa lalu, sebelum Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjalankan dakwahnya.  Kebodohoan menimbulkan kemaksiatan dan kebobrokan moral.
  2. Mengikuti hawa-nafsu.  Orang tidak bisa mengendalikan hawa-nafsu, karena imannya kosong, dan yang demikian itu berarti ia beribadah kepada syaithon.

Solusinya :

  1. Ber-ilmu (diin), karena obat jahil (bodoh) adalah belajar, mengaji. Dengan belajar / mengaji maka orang menjadi tahu bahwa sesuatu itu halal atau haram, menyebabkan cinta atau murka Allooh, menyebabkan selamat dunia akhirat atau menyebabkan celaka dan seterusnya. Orang akan menjadi tahu mana rambu-rambu yang harus dipatuhi.
  2. Al Himmah Al ‘Aaliyah. Dalam tubuh kita harus ditumbuhkan kemauan keras untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik menurut Allooh سبحانه وتعالى. Bila tidak punya kemauan, maka orang itu tidak akan punya cita-cita. Bila tidak punya cita-cita berarti tidak punya amalan (aktivitas), bahkan ia tidak akan sabar dan tahan uji, tidak ulet.  Tetapi orang yang punya kemauan keras, punya cita-cita, punya aktivitas, maka ia akan rela berkorban, siap tabah dan sabar, semua itu dilakukan karena ia punya keinginan yang kuat. Ia ingin apa yang ada disisi Allooh, apa yang Allooh janjikan berupa surga. Maka ia rela mengorbankan harta dan nyawanya, karena ingin mendapatkan apa yang ada di sisi Allooh سبحانه وتعالى.

TANYA-JAWAB                 

Pertanyaan:

Tentang Isbal, kami pernah mendengar penjelasan bahwa bila Isbal itu dilakukan dengan tidak bermaksud sombong maka ia tidak akan mendapatkan hukuman berupa dibenci Allooh سبحانه وتعالى.  Benarkah? Mohon penjelasannya.

Jawaban:

Mohon diperhatikan Manhaj (pedoman) para ulama dan fuqoha dalam mengambil Thariqoh Istinbaath hukum dari suatu Nash. Dasar hukum Islam ada lima: Wajib, Sunnah, Haram, Makruh dan Mubah. Bila kita perhatikan dengan seksama Hadits diatas, Hadits Shoohih tidak lah mengundang perselisihan.  Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Ada tiga macam laki-laki yang Allooh tidak ajak bicara kepada mereka pada Hari Kiamat, Allooh tidak lihat mereka, Allooh tidak akan sucikan dosa-dosa mereka, dan mereka berhak atas adzab yang pedih. Mereka adalah Al Musbil (orang yang menutupi matakakinya), pedagang yang bersumpah (palsu), orang tua yang berzina” .

 Maka Al Imaam Adz Dzahabi  رحمه الله (beliau bermadzhab Asy-Syafi’i) dan juga ulama lain mengatakan bahwa Isbal (menutup matakaki) termasuk dosa besar.

Maksudnya Hadits tersebut adalah bahwa termasuk laki-laki yang Isbal (Musbil), mereka itu diancam dosa besar, dan akan masuk neraka. Dan menurut kata ulama, bila ada unsur sombong di dalamnya, maka itu lebih berat lagi. Hanya dengan Musbil saja sudah diancam oleh Allooh, apalagi ditambah sombong, tentu hukumannya lebih berat lagi.

Pertanyaan (Usul):

Mohon kiranya Bapak Ustadz membuatkan semacam makalah (tulisan) mengenai perkara-perkara seperti dijelaskan diatas, untuk kita pelajari lebih mendalam dan menjadi pegangan bagi kami dan juga untuk kami sampaikan kepada orang lain yang masih awam terhadap perkara dimaksud.

Jawaban:

Hendaknya menjadi pedoman bagi kita semua, bahwa apabila ada satu saja Hadits yang shoohih, maka itu cukup menjadi pegangan bagi kita. Bila lebih dari satu Hadits, bahkan semakin banyak keterangan Hadits, maka kita semakin bertambah yakin lagi. Maka berusahalah untuk bisa melaksanakan Hadits tersebut, kalau belum mampu janganlah mengolok-olok orang yang sudah mampu melaksanakannya.

 Pertanyaan:

Yang dimaksud Isbal itu ketika orang dalam sholat saja ataukah juga ketika di luar sholat, misalnya dalam pergaulan sehari-hari ?

Jawaban:

Ada di dalam Kitab Riyaadhush shoolihiin, silakan Anda membacanya, yakni bagian tentang cara berpakaian. Bahwa dalam keadaan sholat, justru para ulama mengatakan agar kita lebih tidak Isbal lagi. Maksudnya, jika di luar sholat biasa saja celana atau sarungnya tidak isbaal, maka ketika sholat hendaknya lebih diangkat lagi sehingga tidak menutupi matakaki.

Pertanyaan:

  1. Mengenai sumpah palsu, terutama ketika orang di Pengadilan (di depan Hakim) suka bersumpah, apakah itu hukumnya sama atau kah lebih berat ?
  2. Tentang orang tua yang berzina, bagaimana dengan budak yang digauli oleh majikannya ketika zaman perbudakan? Lalu ada pihak-pihak yang mengatakan berdasarkan Hak-hak Azasi Manusia (HAM), diputuskan bahwa sekarang tidak ada perbudakan. Dan dalam Al Qur’an ada hukum mengenai budak.  Apakah ayat AlQur’an bisa di mansukh (diubah) oleh manusia? Karena ada beberapa orang TKW yang pulang dari Arab Saudi membawa anak yang berwajah Timur Tengah. Dan mereka yang melakukan perzinahan itu di Arab  sana tidak dihukum.
  3. Tentang Bid’ah. Sekarang sedang banyak dilakukan peringatan Isro’ Mi’roj. Mohon penjelasan manakah yang Bid’ah, Isro’ Mi’roj-nya atau kah yang memperingatinya?

Jawaban:

1. Tentang sumpah palsu yang ada di pengadilan, semua itu adalah dosa besar. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sampai berulang-ulang bersabda bahwa Bersumpah-Palsu adalah dosa besar. Kalau itu dilakukan, maka hasilnya (uangnya) adalah haram dan yang melakukan itu berarti ia berbuat dzolim kepada banyak pihak. Terutama kepada anak dan keluarganya termasuk kepada umat.

2. Tentang budak belian yang dijadikan milik atau yang diperjual-belikan.

Ada saran:

Pertama, Bangsa Indonesia bila mungkin, bertahanlah dengan harga diri, terutama wanita, jangan bersedia menjual jasa ke luar negeri. Karena martabat kita harus diakui. Pahitnya, di dalam negeri sendiri menjadi buruh, di luar negeri pun menjadi buruh yang lebih rendah.

 Kedua, TKW Indonesia yang mencari kerja di luar negeri tidak termasuk Mulkul Yamin (Budak-belian), yang lalu boleh “dimakan” sesuka hati oleh majikannya.  Maka kalau terjadi ada TKW yang pulang membawa anak berwajah mirip Timur Tengah, itu adalah perbuatan zina. Kalau yang men-zinahi tidak dirajam atau tidak diberi hukuman di negerinya, maka itu termasuk kedzoliman. Kita termasuk yang tidak sampai hati (tega) kalau ada TKW berduyun-duyun pergi ke luar negeri mencari nafkah hanya sebagai pembantu rumah tangga. Apalagi mereka tidak ber-mahrom.

Tentang Hak Azasi manusia (HAM) tidak usah didengarkan (digubris),  karena HAM adalah kata-kata syaithon yang didakwahkan oleh para wali syaithon, yang merupakan bentuk nyata dari  penolakan terhadap Al Qur’an.  Bagi orang beriman, adalah haram untuk mengikuti ajaran HAM, Tidak boleh ada orang yang meng-anulir atau merevisi apalagi mengganti dan menolak Hukum Al Qur’an dengan alasan Hak Azasi Manusia (HAM).  Justru sebaliknya yang harus kita bahas adalah Kewajiban Azasi Manusia, bukan Hak Azasi Manusia.

4. Isro’ Mi’roj adalah benar terjadi.

Dan peristiwa itu menjadi bagian sejarah dan perkara penting dalam hal Syariat Islam, yaitu turunnya perintah sholat. Dan dilihat dari sejarah merupakan hiburan bagi Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, setelah beliau mendapatkan musibah yang bertubi-tubi, yaitu paman beliau yang sangat beliau kasihi (Abi Tholib) wafat, isteri beliau Siti Khodijah wafat, beliau sendiri dikucilkan dari masyarakat selama tiga tahun, dan sebagainya; maka oleh Allooh سبحانه وتعالى , beliau diperjalankan di malam hari (Isro’ Mi’roj) ke langit (Sidratul Muntaha). Dan yang paling penting adalah turunnya perintah sholat lima kali sehari semalam.

Perkara peringatan Isro’ Mi’roj, adalah tidak ada ajaran dan perintahnya serta tidak ada contoh dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم termasuk juga tidak ada contoh dari para sahabat (Khulafaa’ur rosyidiin).

Maka memperingati Isro’ Mi’roj adalah ajaran baru, siapapun yang melakukannya adalah mentradisikan ajaran baru, mengatas-namakan Islam maka itu disebut Islam palsu. Karena tidak ada ajaran demikian dalam Islam.  Kalau memang ada, tentu ada dalilnya. Termasuk apa yang disebut kegiatan Nisfu Sya’ban, semuanya adalah rentetan dari ajaran baru (agama baru) yang tidak ada ajarannya dari Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, atau Khulafaa’ur rosyidiin ataupun para Imam yang mu’tabar.

Pertanyaan:

Bagaimana bila ada orang yang mengatakan : “Yang penting adalah niatnya, hati kita ingin berbuat baik” ?

Jawaban:

Apa pun urusannya, apakah itu pakaian Musbil, atau urusan wanita dengan jilbabnya, atau urusan sholat, semuanya itu sudah ada aturannya dari Allooh dan Rosuul-Nya.

Lalu ada orang muslim yang mengatakan : “Itu tidak penting, yang penting adalah niatnya, hatinya ingin berbuat baik”. Maka ketahuilah, bahwa yang mengatakan demikian itu bukan lah dari Ahlussunnah wal Jamaah, mereka bukanlah pengikut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,  bukan pengikut Khulafaa’ur rosyidiin, melainkan mereka adalah pengikut Jahm bin Sofwan (Jahmiyah), atau pengikut sekte Murji’ah, yang mengatakan bahwa Islam itu cukup dalam hati.

Padahal Islam itu adalah diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan (badan), untuk membuktikan apa yang kita yakini dalam hati. Dan itu harus selaras dan sejalan. Itulah Ahlussunnah wal Jamaah. Bila mereka mengatakan: “Urusan perbuatan tidak termasuk apa yang diyakini”, maka mereka adalah pengikut Murji’ah. Dan itu berbahaya karena mereka termasuk dalam kategori yang terancam neraka.

Ahlussunnah wal Jamaah harus ketiga-tiganya: Yakin dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dikerjakan (dilaksanakan) dengan anggota badan.

Pertanyaan:

  1. Bagaimana dengan acara ibadah Nisfu Sya’ban ?
  2. Bagimanakah dengan orang tua yang berzina yang berdasarkan suka-sama- suka ?

Jawaban:

Ibadah yang disebut Nisfu Sya’ban adalah tidak ada ajarannya dari Hadits yang shohih, kecuali dari Hadits Dho’if (lemah) dan Hadits Palsu. Yakinlah bahwa tidak ada ajaran  ibadah khusus  di malam hari atau di siang hari Nisfu Sya’ban (pertengah-an Sya’ban). Kalau itu dikategorikan sebagai ibadah, maka itu Bid’ah. Kalau itu dikatakan masalah duniawi, janganlah dikatakan ada konteks keterkaitan dengan agama. Begitulah kalau kita hendak mengikuti ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Datangkan dalilnya, jangan asal dalil.  Dalil  harus memenuhi tiga syarat :

  1. Dalil (Dasar Hukum),
  2. Shohih,
  3. Faham yang lurus.

Ada dalil, tetapi tidak shahih, maka gugur, tidak bisa dibuat dasar / acuan. Ada Dalil dan shohih, tetapi pemahamannya menurut kehendak sendiri, maka gugur, tidak bisa dibuat dasar / acuan. Pemahaman harus menurut para Ulama / Imam yang mu’tabar, seperti yang dipahami oleh para ulama terdahulu, yang memang mendalam ilmunya.  Kalau baru mengenal Jurmiyah lalu sudah menjabarkan, atau belajar dari Orientalis, kemudian menjabarkan Islam,

2.  Apabila ada orang tua yang berzina, (Na’udzubillah min dzalik), bila memang tahu hukumnya,  maka ia harus bertaubat, baik itu zina suka-sama-suka atau tidak, tetap merupakan dosa besar. Meskipun dalam hukum Indonesia tidak merupakan pelanggaran, tetapi menurut Islam itu dosa besar. Satu-satunya jalan adalah bertaubat dengan Taubatan Nasuha, bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan Taubat yang sesungguhnya. Penuhi syarat bertaubat yang tiga macam (seperti diajarkan), lalu tutuplah, jangan dibicarakan lagi, sesudah itu perbanyaklah ibadah dengan amalan-amalan yang sholih.

Sekian bahasan kita, mudah-mudahan bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, Senin malam, 2 Sya’ban 1429 H – 4 Agustus 2008 M.

—– oOo —–

Silakan download PDF : Orang2 Yg Dibenci Allooh AQI 040808 FNL

No comments yet

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: