Ma’rifah, Mengenal Bahaya Hukuman Allooh
(Transkrip Ceramah AQI 170510)
MA’RIFAH,
MENGENAL BAHAYA HUKUMAN ALLOOH
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Ada beberapa perkara yang bisa menyebabkan kita teguh dan kokoh bahkan mudah dalam mengamalkan Taqwa terhadap Allooh سبحانه وتعالى , diantaranya adalah Mahabbah, Muroqobah dan Ma’rifah.
Mahabbah artinya cinta kepada Allooh سبحانه وتعالى, dimana bila seseorang sudah punya rasa cinta kepada Allooh, maka ia senantiasa merasa haus, tidak akan bosan dan lelah untuk mengabdi beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Murooqobah artinya bahwa sebenarnya apa yang telah kita khidmat-kan kepada Allooh tidak ada apa-apanya. Surga Allooh tidak akan terbeli dengan amalan kita. Kalau pun seluruh usia kita digunakan untuk mengabdi kepada Allooh سبحانه وتعالى juga tidak akan bisa “membeli” kehidupan selama-lamanya di hari akhirat. Oleh karena itu introspeksi merupakan suatu kebutuhan bagi kemajuan dan peningkatan Taqwa kita kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Langkah ketiga, setelah Mahabbah dan Murooqobah agar Taqwa kita kepada Allooh senantiasa bergairah, termotivasi dan bangkit selalu untuk berada dalam keadaan Taqwa kepada Allooh, ialah Ma’rifah (Mengenal) terhadap hukuman akibat dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap Allooh سبحانه وتعالى.
Tema tersebut harus kita pahami agar dengan memahaminya lalu kita akan takut kepada Allooh, kita akan senantiasa menjaga diri untuk selalu bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى. Dan semestinya kita akan bisa me-manage hawa nafsu kita untuk tidak menyimpang dari Syari’at Allooh سبحانه وتعالى.
Dengan mengetahui dan memahami apa yang menjadi dosa dan apa sanksi Allooh kalau kita berbuat dosa, maka kita menjadi ber-strategi agar kita selalu Taqwa, jangan sampai ber-dosa.
Poin-poinnya adalah:
- Makar Iblis harus kita sadari.
- Apa yang akan dialami oleh kalangan orang-orang kafir dan orang-orang faasiq pada hari Kiamat.
- Maksiat mengundang turunnya hukuman Allooh سبحانه وتعالى.
- Mengingat dan mengenal terhadap umat-umat terdahulu yang membangkang Syari’at Allooh سبحانه وتعالى.
- Maksiat adalah penyebab kerusakan,
- Ambillah pelajaran, wahai orang yang berakal.
Mengenal hukuman Allooh akibat dosa dan maksiat.
Diharapkan dengan mengenal hukuman itu kita akan menjadi takut dan tidak suka ber-maksiat. Kemudian menggantinya dengan Taqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى. Kami mengajak kepada anda untuk merenungkan ayat yang termuat dalam Surat Al A’roof, bahwa dalam surat tersebut Allooh sudah mengisyaratkan bahwa: Apabila kalian tetap membangkang, kafir dan menyalahi Syari’at Allooh, lihatlah, pelajarilah umat-umat terdahulu sebelum kalian. Yang sampai hari ini, orang-orang zaman sekarang, dalam kemajuan tehnologi ini, masih tetap menghargai betapa keampuhan dan keperkasaan umat-umat yang terdahulu. Tetapi akibat mereka kafir dan maksiat, menyalahi dan membangkang ajaran Allooh, mereka lalu “dihabisi” oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Surat Al A’roof ayat 12 – 17:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (13) قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (14) قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (15) قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17
12. (Allooh) berfirman: “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia (Adam). Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah.”
13.(Allooh) berfirman: “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri didalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
14. (Iblis) menjawab: “Berilah aku penangguhan waktu*, sampai hari mereka dibangkitkan.”
15. (Allooh) berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus,
17. kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
* Maksud Iblis: agar janganlah Iblis dan anak cucunya dimatikan sampai hari kiamat, sehingga mereka berkesempatan untuk menggoda Adam عليه السلام dan anak cucu Adam عليه السلام.
Apalagi sekarang ini kita (umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم ) adalah tergolong umat-umat yang lemah. Dari ukuran badannya saja, kita ini termasuk pendek dibanding umat zaman Nabi Adam عليه السلام. Diriwayatkan bahwa Nabi Adam عليه السلام itu tingginya 60 hasta (kira-kira 30 meter). Dan ketinggian badan itu akan kita rasakan kelak bila kita masuk surga Allooh سبحانه وتعالى. Di Surga kelak kita akan memiliki tinggi badan 30 meter. Karena kita akan “satu model” dengan Nabi Adam عليه السلام ketika di surga kelak.
Umat sekarang pun pendek-pendek tubuhnya dan umurnya juga pendek. Umat-umat terdahulu usianya sampai ribuan tahun. Dan menurut sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa umat beliau hanya sekitar 60-70-an tahun. Maka bagi anda yang sekarang sudah mencapai usia lebih dari 63 tahun, tentunya sudah tidak lagi berurusan dengan urusan dunia. Urusan dunia serahkan saja kepada anak-cucu. Marilah kita bersiap dengan suatu tempat yang sangat gelap, yang ukurannya 1,5 X 2 meter. Itulah alam yang akan kita diami (kubur).
Umat zaman sekarang adalah pendek umurnya, lemah fisiknya. Itulah hikmahnya kita diperintahkan sholat hanya lima kali sehari semalam, tidak limapuluh kali. Itu adalah karena lemahnya umat ini. Semua keringanan itu diberikan oleh Allooh dengan Tahfidhot (diskon) kepada kita. Padahal sangat mudah bagi Allooh untuk menghabisi kita, tetapi Allooh سبحانه وتعالى sudah memberitahukan melalui Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa Allooh tidak akan menghukum umat ini sekaligus sebagaimana kepada umat-umat terdahulu.
Seperti kita ketahui dari Al Qur’an, Allooh menghukum umat-umat terdahulu ada yang sekaligus selesai, ditimbun menjadi laut mati. Tetapi umat Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sejak 1431 tahun lalu sampai hari ini masih banyak yang melawan Allooh. Kafir, melawan, protes, bahwa Al Qur’an itu tidak sempurna, bahwa Islam itu tidak relevan, dsbnya, tetapi masih dibiarkan oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Kasih-sayangnya Allooh kepada umat Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sungguh luar biasa. Oleh karena itu sadari lah, jangan sampai kita tertipu. Dan lihat lah kepada Surat Al A’roof ayat 12 – 17 tersebut diatas.
Ayat-ayat tersebut menggambarkan kepada kita, betapa Iblis itu dendam-kesumat terhadap manusia, inginnya seluruh manusia, tanpa kecuali akan disesatkan semuanya. Maka bila manusia tahu bahwa itu adalah rencana jahat syaithoon, semestinya manusia sadar, jangan tergoda, karena syaithoon itu sama sekali tidak menguntungkan melainkan merugikan.
Dalam ayat-ayat tersebut Iblis mengatakan bahwa api lebih baik daripada tanah. Oleh karena itu bila ada orang yang mengukur segala sesuatu dengan materi, maka ia mengikuti paradigma iblis. Padahal Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam Hadits:
ان الله تعالى لا ينظر الى صوركم وأموالكم ولكن إنما ينظر الى قلوبكم وأعمالكم
“Allooh tidak melihat kepada rupamu,badanmu, penampilanmu; tetapi Allooh melihat hatimu dan amalanmu”.
Maka hendaknya kita melihat sesuatu itu jangan dari sisi materi, karena Iblis melihatnya dari sisi materi. Kata Iblis: “Api lebih mulia dari tanah”.
Dari ayat-ayat tersebut, dinyatakan bahwa Iblis ditangguhkan, hidup terus sampai hari dibangkitkan. Dan Iblis berjanji akan menghalangi setiap manusia yang ingin berbuat kebaikan. Dan setelah itu Iblis akan mendatangi setiap manusia (menjemput bola) untuk menggodanya. Jadi dimana pun kita berada, akan didatangi oleh Iblis. Itulah ikrar Iblis. Kata Iblis: “Aku akan mendatangai mereka (manusia) baik dari depan, belakang, dari sebelah kanan mereka, maupun sebelah kiri mereka. Kebanyakan mereka (manusia) tidak bersyukur, hanya sedikit manusia yang bersyukur.”
Padahal syukur adalah kebalikan dari kufur.
Lihat Surat Ibrahim ayat 7 :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (7
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Dikatakan bahwa kebanyakan manusia tidak bersyukur. Berarti hanya sedikit orang yang beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى. Maka silakan anda memilih, anda memilih yang kebanyakan atau yang sedikit (yang beriman).
Kholiifah Abu Bakar as Siddiiq رضي الله عنه berdo’a: “Ya Allooh, masukkanlah aku ke dalam golongan mereka yang sedikit”.
Maka marilah kita meniru Kholiifah Abu Bakar as Siddiiq رضي الله عنه dengan do’anya: “Ya Allooh, masukkanlah aku kedalam golongan yang sedikit, yang mereka adalah beriman dan beramal shoolih ketika di dunia ini”.
Surat Al A’roof ayat 12 – 17 tersebut memberitakan kepada kita agar memiliki kewaspadaan. Waspada lah bahwa Iblis selalu mengintai kita agar kita sesat dari Jalan Allooh سبحانه وتعالى.
Kata salah seorang Mufassir Al Qur’an bernama Syaikh ‘Abdur Rohmaan as Sa’di, beliau mengatakan bahwa maksud ayat tersebut (QS Al A’roof ayat 12 – 17) dimana iblis ketika merasa putus asa dari kasih sayang Allooh سبحانه وتعالى adalah dengan mengatakan bahwa: “Karena Engkau (Allooh) telah mengutuk aku, maka aku (iblis) akan menghalang-halangi manusia dari jalan-Mu yang lurus”.
Maksudnya, iblis akan senantiasa tidak pernah pergi dan akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk menghalang-halangi manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak akan membiarkan mereka menjalani jalan Allooh yang lurus. Kemudian akan iblis datangi mereka dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari seluruh arah dan sisi.
Kenapa iblis selalu menggoda manusia? Itu adalah agar manusia menjadi penghuni Neraka Sa’iir.
Kata beliau Syaikh ‘Abdur Rohmaan as Sa’di, bahwa iblis itu sedemikian jahat dengan makarnya, maka kita manusia hendaknya sadar lalu menjauhi dan berusaha membentengi diri dari godaannya dan semua jalan yang diupayakan iblis untuk menghalangi kita dari jalan Allooh سبحانه وتعالى.
Surat Al A’roof ayat 40 – 42 :
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (40) لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (41) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (42
40.“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit* dan tidak (pula) mereka masuk surga, sebelum unta masuk ke lubang jarum**. Demikian lah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
41. Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan diatas mereka ada selimut (api neraka)***. Demikian lah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.
42. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shoolih, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itu lah penghuni surga; mereka kekal didalamnya
* Artinya: doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى.
** Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.
*** Maksudnya: mereka terkepung dalam api neraka.
Ayat 40 diatas adalah merupakan rumus dari Allooh سبحانه وتعالى bahwa: ”Orang yang sombong menghadapi ayat-ayat Allooh, maka pintu langit tidak akan Allooh buka (do’a dan amal mereka tidak diterima Allooh), dan mereka tidak akan masuk surga, sehingga unta masuk melalui lubang jarum”. Artinya sangat tidak mungkin, mustahil bagi mereka untuk masuk surga.Maka kita harus takut, jangan mencoba-coba mendustakan ayat Allooh, mencoba sombong dan enggan menjalankan Syari’at Allooh, karena yang demikian itu akan mengancam kita tidak akan masuk surga.
Semua ruangan yang ada di neraka Jahannam itu akan menutup dan membelenggu orang yang sombong itu, seperti dalam penjara di neraka. Tidak akan ada pintu untuk melarikan diri dari neraka. Demikianlah Allooh membalas orang-orang yang dzolim.
Sedangkan bagi orang yang beriman dan beramal shoolih, tidak akan dibebani kecuali sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka adalah penghuni surga dan mereka kekal selamanya di dalamnya. Semua itu menjadi penegas bagi kita agar jangan kafir, jangan faasiq, agar kita bisa masuk surga. Kalau semua itu kita sadari, maka yang kita lakukan bukanlah kefasiqan atau dosa, melainkan Taqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Maksiat adalah penyebab turunnya hukuman Allooh سبحانه وتعالى. Dan janganlah bicara penyebab dari luar antara lain dengan mengatakan bahwa itu karena orang-orang kafir yang membenci kita, mempersempit kita, menyerang kita dsbnya. Tetapi bicaralah penyebab intern terlebih dahulu.
Segala langkah dan perjuangan umat Islam adalah ditentukan oleh kekuatan dan Istiqomah-nya setiap kaum muslimin sendiri terhadap agamanya. Bila kita memang beriman dan bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى, sekuat apapun orang kafir akan kalah dan akan dibuat malu oleh makarnya sendiri. Sejarah telah membuktikan.
Maka bertaqwalah selalu kepada Allooh سبحانه وتعالى. Jauhi lah maksiat, insyaa Allooh kita bisa meraih apa yang Allooh janjikan.
Lihat Surat Al A’roof ayat 167 :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (167
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh, Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”
Maka janganlah kita putus asa, tetapi optimislah, bahwa jika kita tidak maksiat, tidak kafir, maka sesungguhnya Allooh itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada kita semua.
Syaikh ‘Abdur Rohmaan As Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Ketika Allooh memaklumatkan suatu pemberitahuan yang sangat jelas, maksudnya Allooh telah menghinakan mereka yang berbuat maksiat, sehingga Allooh akan segerakan hukuman itu di dunia. Bagi orang yang bertaubat, Allooh akan mengampuni dosa-dosa dan akan menyelimuti (menutupi) aib orang itu, mengasih-sayangi dan menerima ketaatannya serta memberikan pahala terhadap orang itu dengan berbagai jenis ganjaran. Allooh telah melaksanakan itu kepada orang yang telah Dia janjikan. Jadi dengan demikian, mereka itu selalu akan berada dalam keadaan hina bila mereka berada di atas hukum selain hukum Allooh. Mereka tidak akan pernah berjaya dan Allooh tidak akan menolong mereka”.
Itulah ayat yang sungguh memberikan petunjuk kepada kita, bahwa jika manusia kafir kepada Allooh, maka ancaman yang selalu mengiringi hidup manusia itu adalah adzab, adzab dan adzab, dan seterusnya.
Perbandingkan dengan umat-umat terdahulu.
Lihat Surat Al A’roof ayat 64, ketika berbicara tentang umat Nabi Nuh عليه السلام ketika umat Nabi Nuh عليه السلام itu menentang, lalu Allooh berfirman :
فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ (64
“Maka mereka mendustakannya (Nabi Nuh). Kemudian Kami selamatkan dia (Nabi Nuh) dan orang-orang yang bersamanya didalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
Bahwa umat Nabi Nuh عليه السلام karena mendustakan dan melawan ajaran Nabi Nuh عليه السلام, maka mereka ditenggelamkan.
Lihat juga kaum Nabi Hud عليه السلام sebagaimana dijelaskan dalam QS Al A’roof ayat 72, Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ (72
“Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukan la orang-orang beriman.”
Syaikh ‘Abdur Rohmaan As Sa’di menjelaskan tentang makna ayat tersebut: “Telah Allooh habiskan mereka (kaum Nabi Hud عليه السلام) dengan siksa yanag sangat dahsyat sehingga tidak ada yang tersiksa seorangpun. Allooh menyiksa mereka dengan angin topan dan tidak ada yang tersiksa kecuali puing-puing, semua binasa sehingga tidak ada yang nampak dari tempat tinggal mereka.”
Kata beliau selanjutnya: “Perhatikan bagaimana akibat dari orang-orang yang sudah diberi peringatan, ditegakkan kepada mereka hujjah (keterangan), tetapi mereka tidak mengikuti (taat) kepada nasihat itu. Mereka disuruh beriman tetapi mereka tidak beriman, maka hukumannya adalah kebinasaan dan kehinaan.”
Lihat Surat Al A’roof ayat 73 dstnya, tentang kaum Nabi Shooleh عليه السلام, yaitu kaum Tsamuud, firman Allooh سبحانه وتعالى setelah Nabi Shooleh عليه السلام berdakwah kepada kaumnya tetapi mereka tetap mendustakannya, tidak percaya, bahkan menentangnya, maka pada ayat 78 Allooh berfirman :
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (78
“Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan didalam reruntuhan rumah mereka.”
Imam Al Baghowy menafsirkan ayat tersebut, kata beliau: “Allooh guncangkan bumi (terjadi gempa). Dan dengan gempa yang dahsyat itu sehingga mereka pun menjadi orang yang binasa. Mereka yang berada dalam rumah pun semuanya bergelimpangan menjadi mayat-mayat saling bertindihan. Mereka tidak berkutik, semua dihabisi oleh Allooh سبحانه وتعالى.”
Itu adalah hukuman bagi kaum Nabi Shooleh عليه السلام yang mendustakan Nabi Shooleh عليه السلام dan Syari’at Allooh سبحانه وتعالى.
Begitu juga, lihat lah kaum Nabi Luth عليه السلام, dalam Surat Al A’roof ayat 84 :
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (84
“Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”
Imam Al Baghowy mengatakan: “Mereka dihujani dengan batu yang berasal dari Sijjil (neraka)”. Berarti batu yang sangat panas. Maka silakan, siapa yang hendak mendustakan ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى, pelajarilah sejarah tentang kaum Nabi Luth عليه السلام, bersiaplah akan Allooh lempari (hujani) dengan batu panas.
Maka siapa yang mendustakan, tidak beriman kepada ajaran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka bisa jadi akan dihujani dengan meteor. Karena mungkin saja meteor itu merupakan media (wasilah Allooh) untuk melempari manusia. Maka bagi manusia yang beriman, ambillah itu semua sebagai pelajaran.
Lihat kaum Nabi Syu’aib عليه السلام dalam Surat Al A’roof ayat 91 dan 92 :
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (91) الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ (92
91. “Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka,
92. orang-orang yang mendustakan Syu’aib seakan-akan mereka belum pernah tinggal di (negeri) itu. Mereka yang mendustakan Syu’aib, itulah orang-orang yang merugi.”
Al Imam Al Baghowy mengatakan: “Yang dimaksud ‘ro‘fah’ adalah gempa.”
Jadi kalau ada gempa, maka hendaknya kita merenung, jangan-jangan terjadinya gempa itu adalah sebagaimana apa yang telah Allooh berikan kepada umat terdahulu, yang bisa juga diberikan kepada umat di zaman kita sekarang ini. Gempa akan Allooh turunkan jika manusia telah mendustakan ayat-ayat-Nya.
Lalu berikutnya dalam Surat Al A’roof ayat 133, setelah bercerita panjang tetang Nabi Musa عليه السلام, Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آَيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ (133
“Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (– air minum berubah menjadi darah–) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.”
Syaikh ‘Abdur Rohmaan As Sa’di mengatakan: “Taufan yang dimaksud adalah air yang sangat membeludag (membanjiri), sehingga menenggelamkan pohon-pohon dan tanaman mereka, dan membuat mereka terkena bahayanya. Buah-buahan serta tanaman mereka habis semuanya. Taufan itu melukai mereka, sehingga dari hidung mereka mengeluarkan darah. Dan mereka menyangka air, lalu mereka hendak meminumnya, ternyata air itu berubah menjadi darah. Mereka tidak meminumnya kecuali minum darah. Mereka tidak bisa memasak kecuali air itu berasal dari darah.”
Allooh سبحانه وتعالى menyiksa manusia seperti itu karena mereka mendustakan ayat-ayat-Nya. Jadi umat-umat terdahulu ketika mereka mendustakan ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى, menentang syari’at dan hukum Allooh, maka akan diberi hukuman seperti itu.
Bagi kita sekarang, lihat beberapa Hadits sebagai berikut :
Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, berasal dari Al Hasan bin Muhammad رضي الله عنه, bahwa ada seorang wanita dari kalangan Anshor (penduduk Madinah), yang meriwayatkan kepada beliau dan kata beliau orang itu masih hidup ketika itu, bahwa wanita tersebut masuk ke rumah Ummu Salamah رضي الله عنها, yang menceritakan bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم masuk ke rumah itu seolah-olah dalam keadaan marah. Terjadi lah dialog, yang di akhirnya sabda beliau Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم:
إِنَّ الشَّرَّ إِذَا فَشَا فِي الْأَرْضِ فَلَمْ يُتَنَاهَ عَنْهُ أَرْسَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بَأْسَهُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ
“Sesungguhnya kejahatan (maksiat) itu jika tersebar di bumi ini, dan tidak dicegah apa yang akan terjadi, maka Allooh akan turunkan berbagai musibah kepada penghuni bumi ini”.
Sabda itu bukan ramalan, melainkan wahyu yang disampaikan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَفِيهِمْ الصَّالِحُونَ قَالَتْ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِمْ الصَّالِحُونَ يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسَ ثُمَّ يَقْبِضُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى مَغْفِرَتِهِ وَرِضْوَانِهِ أَوْ إِلَى رِضْوَانِهِ وَمَغْفِرَتِهِ
Lalu kata Ummu Salamah رضي الله عنها: “Ya Rosuulullooh, bagaimana bila di antara mereka ada orang-orang shoolih?”. Sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: “Kalau ada orang shoolih, mereka pun akan terlanda musibah sebagaimana musibah itu melanda manusia, kemudian Allooh cabut nyawa mereka dan Allooh ampuni dan ridhoi mereka dengan kehendak Allooh سبحانه وتعالى”.
Oleh karena itu kalau ada yang mengatakan: “Bukankah disitu ada orang shoolih? Mengapa terjadi juga bencana itu?” Maka berdasarkan berita dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tadi, bila disitu ada orang yang shoolih lalu terjadi bencana dan orang sholeh itu ikut terkena musibah, maka Allooh ampuni dosa-dosa orang tersebut serta diridhoi, tidak termasuk orang-orang yang diadzab.
Pelajarannya: Jika kejahatan (maksiat) telah merajalela di muka bumi ini berarti kedamaian tidak akan terwujud, justru yang ada adalah bencana.
Hadits riwayat Imam Ahmad dari seorang sahabat bernama Tsauban رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Sesungguhnya orang itu dihalangi untuk mendapatkan rizqi dari Allooh سبحانه وتعالى akibat dosa-dosa yang ia perbuat”.
Dalam Hadits itu jelas dinyatakan, mengapa seseorang susah mendapatkan rizqi, itu adalah karena dosanya. Itu salah satu sebabnya, diantara sebab-sebab yang lain.
Mengapa hidup ini menjadi susah, ekonomi menjadi pailit berkepanjangan, dunia dikejar tetapi dunia semakin jauh, bisa jadi karena seperti yang Rosuul sabdakan seperti tersebut di atas, yaitu karena dosa-dosa manusia yang telah mereka lakukan. Baik itu dalam konteks individu ataukah dalam konteks bangsa dan negara.Apa sebab kemiskinan negeri ini berkepanjangan, krisis ekonomi berkepanjangan, antara lain karena manusianya telah berbuat dosa.
Hadits juga dari Tsauban رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يوشك أن تداعى عليكم الأمم
“Hampir saja umat ini akan mengeroyok kalian,
حب الدنيا وكراهية الموت
(jangan-jangan karena pada muslimnya terdapat penyakit) cinta dunia dan takut mati”.
Zaman sekarang kita terlalu cinta dunia dan takut mati. Sedangkan zaman dahulu, di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan para sahabat, tabi’in serta tabi’ut tabi’in, mereka tidak suka kepada dunia, mereka cinta mati (akhirat) maka Islam menjadi jaya ketika itu.
Sedangkan kalau kita selalu mengejar dunia, maka dunia akan bertambah mengerjai kita, dan akhirnya mati menjemput kita dalam keadaan kita tidak suka mati. Itulah pelajaran untuk kita semua.
Kholifah Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه meriwayatkan kepada kita, ketika beliau mengatakan, melihat serta memperhatikan masyarakat ketika itu salah cara memahami ayat berikut ini. Yaitu Surat Al Maa-idah ayat 105:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (105
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk*]. Hanya kepada Allooh kamu semua akan kembali, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
*] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk.
Tetapi ini tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Manusia memahami ayat tersebut secara keliru sebagai berikut: “Tidak usah lah mengurusi orang lain, urusilah dirimu sendiri. Orang lain itu tidak akan membahayakanmu kalau kamu berpegang teguh pada hidayah.”
Maka kata Abu Bakar as Siddiq رضي الله عنه: “Wahai sekalian manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini (ayat 105 tersebut diatas), tetapi kamu menempatkannya bukan pada tempatnya (yang benar)”.
Padahal menurut penjelasan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, maksud ayat tersebut adalah: “Sesungguhnya manusia itu jika melihat ada orang berbuat dzolim (maksiat) tetapi tidak bersama-sama mencegah orang yang berbuat dzolim itu, jangan-jangan Allooh akan ratakan hukuman untuk semua mereka”.
Jadi yang berdosa dan yang tidak berdosa semuanya terkena hukuman. Karena ternyata orang berbuat dzolim (maksiat) dibiarkan saja. Menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم:
“Apabila ada orang berbuat dzolim (kejahatan, keburukan atau pun kemaksiatan) harus dicegah”.
Dalam Hadits yang lain beliau bersabda:
أنصر أخاك ظالما أو مظلوما قيل يا رسول الله نصرته مظلوما فكيف أنصره ظالما قال تمنعه من الظلم فذلك نصرك إياه
“Tolonglah saudaramu yang dalam keadaan dzolim atau dalam keadan didzolimi”.
Itu merupakan pelajaran bagi kita semua bahwa kedzoliman (kemaksiatan) adalah penyebab turunnya adzab dari Allooh سبحانه وتعالى.
Dalam Hadits lain Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروا أوشك أن يعمهم الله بعقابه
“Tidaklah suatu kaum yang didalamnya mereka melakukan maksiat, mereka itu mampu untuk mengubah perbuatan maksiat itu tetapi mereka tidak mau mengubah kemungkaran itu, kecuali mereka akan Allooh landa semuanya dengan hukuman”.
Maka bisa saja kita ada yang mengatakan “Saya tidak ikut berbuat dosa”, tetapi karena kita mendiamkan orang berbuat dosa, maka kita akan merasakan siksaan Allooh untuk mereka yang berdosa.
Maka berbagai kebaikan akan terhalang sampai kepada diri kita, dan kalau kita sadari, hentikan perbuatan maksiat itu dan marilah kita bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Pernah disampaikan bahwa dalam suatu khutbah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يا معشر المهاجرين خمس إن ابتليتم بهن ونزل فيكم أعوذ بالله أن تدركوهن :
- لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعملوا بها إلا ظهر فيهم الطاعون والأوجاع التي لم يكن مضت في أسلافهم
- ولم ينقصوا المكيال والميزان إلا أخذوا بالسنين وشدة المؤنة وجور السلطان عليهم
- ولم يمنعوا الزكاة إلا منعوا القطر من السماء ولولا البهائم لم يمطروا
- ولم ينقضوا عهد الله وعهد رسوله إلا سلط عليهم عدوهم من غيرهم وأخذوا بعض ما كان في أيديهم
- وما لم يحكم أئمتهم بكتاب الله إلا ألقى الله بأسهم بينهم
“Wahai segenap Muhajirin, ada lima perkara, jika lima perkara itu melanda kalian dan aku berlindung kepada Allooh agar lima perkara itu tidak melanda kalian, yaitu :
- Tidaklah perbuatan zina itu nampak pada suatu kaum sehingga mereka terang-terangan melakukan perbuatan zina itu kecuali Allooh akan tebar ditengah-tengah mereka penyakit Tho’un (penyakit menular), dan kelaparan yang tidak pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka.
- Kalau suatu kaum curang dengan mengurangi takaran dan timbangan, maka Allooh akan menghukum mereka dengan ditimpakan kemarau panjang, hidup yang berat dan penguasa (pemerintah) yang semakin hari semakin dzolim.
- Curang dalam takaran dan timbangan akan mengakibatkan alam (atas perintah Allooh) akan menghukum kita yakni berupa kemarau panjang, kehidupan ekonomi yang berat (krisis moneter), penguasa bukan menjadi baik tetapi bahkan semakin bertambah dzolim.
- Ketika suatu kaum itu segan membayar zakat dari harta mereka (zakat Maal), maka Allooh akan larang hujan turun dari langit. Kalau Allooh tidak sayang kepada binatang ternak, maka Allooh tidak akan turunkan hujan.
- Ketika suatu kaum itu mengingkari, membatalkan ikatan mereka dengan Allooh dan Rosuul-Nya (yaitu: Syahadat, tidak konsekuen dengan apa yang mereka ikrarkan), maka mereka akan dikuasai oleh musuh dari luar diri mereka, lalu mengambil kekayaan milik mereka. Karena mereka tidak komitmen dengan Tauhid, tidak komitmen dengan Laa illaaha ilallooh.
Selanjutnya Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وما لم يحكم أئمتهم بكتاب الله إلا ألقى الله بأسهم بينهم
“Kalau para pemimpin mereka tidak berhukum pada Kitab Allooh (Al Qur’an) dan bahkan mencari apa-apa yang tidak diturunkan oleh Allooh, maka Allooh timpakan mereka selalu berada dalam bencana dan masalah”.
Maka bila pemerintah kita tidak menerapkan hukum Allooh, maka tidak akan beres. Demikian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menyampaikan kepada kita. Haditsnya maqbuul.
Menurut apa yang dikatakan oleh ‘Aisyah رضي الله عنها (isteri Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم),bahwa apabila mereka membolehkan zina, meminum khomer, memukul alat musik, maka Allooh akan cemburu dari langit, dan Allooh turunkan semua itu dengan gempa. Dan gempa itu sebagai nasihat dan kasih-sayang bagi orang-orang mukmin dan merupakan hukuman (adzab) dan bukti murka Allooh terhadap mereka orang-orang kafir.
Menurut Imam Al Hasan Al Basri: “Jika manusia menampakkan ilmu tetapi mereka tidak mengamalkan ilmu itu, sukanya hanya membahas dan berwacana, satu sama lain saling memutuskan silaturrahim, Allooh mengutuk mereka, maka buta dan bisu lah mereka.
Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه mengatakan: “Akan datang suatu masa (zaman) di mana tidak tersisa dari Islam kecuali namanya, tidak ada yang tersisa dari Al Qur’an kecuali tulisannya. Masjid mereka megah-megah, tetapi masjid itu kosong dari petunjuk Allooh سبحانه وتعالى. ‘Ulama mereka lebih jahat dibanding apa yang ada di bawah bumi ini dan kemudian pada mereka keluar fitnah dan di tengah-tengah mereka lah kalian akan kembali.”.
Dikatakan oleh Hilal bin Sa’ad رضي الله عنه: “Jangan kamu melihat kepada kecilnya dosa tetapi lihatlah siapa yang kamu perbuat dosa*”.
*Maksudnya: manusia berbuat dosa itu berarti bermaksiat kepada Allooh
Al Fudhoyl bin Iyadh mengatakan: “Sedemikian kecil dosa yang ada pada dirimu, tetapi dalam pandangan Allooh adalah besar. Kalau kamu merasa bahwa dosa itu besar, maka di sisi Allooh akan menjadi kecil”.
Imam Syafi’i mengatakan: “Aku mengeluh kepada guruku bernama Waqi’ tentang jeleknya hafalanku, lalu beliau memberikan bimbingan agar aku meninggalkan maksiat. ‘Ketahuilah wahai Syafi’i, bahwa Ilmu adalah keutamaan, dan keutamaan Allooh tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat’.”
Sedemikian banyak para ulama yang bersepakat bahwa maksiat adalah penyebab petaka. Dan karena itu kalau kita tahu bahwa maksiat dan maksiat lagi yang menyebabkan petaka, maka hendaknya kita jangan mendekati maksiat, tetapi marilah kita bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Belajarlah, bahwa kita diperintahkan oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk mengambil pelajaran, seperti Firman Allah dalam Surat Al A’roof ayat 93 – 102 :
لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآَمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (93) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللَّهُ بِشَيْءٍ مِنَ الصَّيْدِ تَنَالُهُ أَيْدِيكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ (94) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَلِكَ صِيَامًا لِيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (95) أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (96) جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (97) اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (98) مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ (99) قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (100) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآَنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ (101) قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ (102
93. “Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?”
94. Kami tidaklah mengutus seseorang Nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu),melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
95. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan”, Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
97. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
98. Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain.”
(Ingat, Tsunami Aceh tahun 2004 terjadi kira-kira jam 09.00 pagi, ketika matahari sepenggalah).
99. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allooh (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allooh kecuali orang-orang yang merugi.
100. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya;dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?
(Karena mereka selalu menolak ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى)
101. Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu.Dan sungguh telah datang kepada mereka rosuul-rosuul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allooh mengunci mata hati orang-orang kafir.
102. Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji.Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.”
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Kalau kita mau belajar dari ayat-ayat tersebut, maka ternyata dosa itulah yang mengundang banyak petaka kepada kita. Misalnya hukuman di dunia, kesempitan rizqi, kesulitan hidup, problema, kisruh, ricuh, tidak aman, berbagai problema sosial, ekonomi, politik. Semua itu datang kepada kita, kepada negeri kita.
Kalau kita cermati Hadits-Hadits yang tersebut diatas, bahwa zina adalah perkara yang berkaitan dengan banyak masalah, sosial, ekonomi, akhlak, moral. Lalu kalau kita lihat selanjutnya, urusan menakar, mengurangi timbangan, itu pun urusan ekonomi.
Zakat adalah urusan sosial, urusan Hak Allooh, urusan hak fakir-miskin. Ketika disampaikan petunjuk Allooh dan para Rosuul-Nya, itu adalah urusan Tauhid. Apabila berhubungan dengan hukum Allooh, itu adalah urusan pedoman. Ketika pedoman hidup tidak ada, ketika janji dengan Allooh tidak komit, ketika urusan ekonomi tidak berjalan di atas Syari’at Islam, demikian juga sosial-budaya tidak di atas Syari’at Islam, maka semua itu adalah sumber bencana bagi kehidupan manusia.
Palajaran dan bahasan kali ini dipenuhi dan dipadati dengan bukti bahwa jika kita berdosa maka hukuman Allooh akan turun kepada kita. Jika kita lagi-lagi ragu, protes, tidak mengamalkan apa yang merupakan Syari’at dan ajaran Allooh, maka Allooh سبحانه وتعالى tidak segan-segan akan menurunkan adzab (siksa) kepada kita.
Semua itu harus kita sikapi, diantara sikap kita adalah: Bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى. Jika kita semakin tahu bahwa maksiat dan kekufuran itu adalah penyebab turunnya petaka dan hukuman serta adzab dari Allooh; berarti bila kita ingin selamat, jalannya adalah dengan bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Jika kita sudah disentuh dengan bukti-bukti bahwa banyaknya petaka ini adalah karena dosa, masih juga tidak sadar, maka jangan-jangan hati kita sudah terkunci mati. Na’uudzubillaahi min dzaalik.
Mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى memberikan petunjuk kepada kita semua, sehingga kita senantiasa berada di atas jalan Taqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Sekian bahasan kali ini mudah-mudahan bermanfaat,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Senin malam, 4 Jumadil Akhir 1431 H – 17 Mei 2010
Izin share, jazakallahu khair
Silakan saja… semoga bermanfaat