AUDIO: Kacamata Abadi
Abadi itu adalah selamanya dan tidak musiman, atau datang dan pergi. Begitu pula, seorang Muslim yang meyakini kebenaran Islam lalu dia tancapkan dalam dirinya, maka dia harus menyadari bahwa dia saat ini adalah Muslim yang berarti siap untuk meyakini, mengamalkan, berpedoman dan mengacu dalam berbagai perkara kehidupannya terhadap Islam yang diyakininya.
Seorang da’i yang berupaya berkiprah sepenuh upaya, menapak tilas terhadap seluruh jejak yang pernah dilakukan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم didalam berdakwah, hendaknya pula dia menyadari bahwa dia berarti akan menghadapi apa yang dihadapi Penghulunya yaitu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, begitupun para pendamping setia beliau صلى الله عليه وسلم yakni para Shohabat رضي الله عنهم dan juga para pengikut setia mereka sampai akhir zaman.
Di zaman “kiwari” (sekarang), banyak tudingan, banyak tuduhan terhadap Islam, terhadap Muslimin, terhadap para du’aat (para penyeru pada Islam), dan juga terhadap Sunnah yang Shohiihah sesuai dengan pemahaman Shohabat, Tabi’iin, Tabi’ut Tabi’iin dan para Imam yang mu’tabar; dengan tuduhan yang membuat orang bahkan menjadi alergi, benci, memusuhi bahkan memerangi ajaran yang sesungguhnya merupakan konsekwensi ke-Islaman mereka untuk meyakininya, mengamalkannya dan mempertahankannya.
“FUNDAMENTALISME”, “TERORISME”, “ARABISME”, “MUHAMMADISME”, “WAHABIYYAH”, “KEMBALI KE ZAMAN ONTA”, “SOK BENAR SENDIRI”, “SOK SELAMAT SENDIRI”, dan seribu julukan lainnya, semua itu merupakan reinkarnasi dari sikap orang-orang kaafir dan musyrikin terdahulu terhadap para Nabi dan pengikut mereka sepanjang zaman.
Simaklah Khutbah Jum’at yang satu ini.
Download:
Istiqomah tegakkan sunnah, tinggalkan bid’ah