Skip to content

Hakekat Komitmen Terhadap Islam

9 January 2011

(Resume Ceramah MT Ar Rusydu #6)

HAKEKAT KOMITMEN TERHADAP ISLAM

Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc. MM.Pd

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Dalam kajian sebelumnya telah dibahas bahwa ‘aqidah Salafush Shoolih adalah satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya berbagai perselisihan dan timbulnya golongan-golongan, serta satu-satunya cara untuk menyatukan barisan kaum Muslimin, baik para ‘Ulama, juru dakwahnya maupun kaum muslimin pada umumnya. Karena ‘aqidah yang benar itu merupakan wahyu Allooh سبحانه وتعالى dan petunjuk Rosuul-Nya, yakni Muhammad bin ‘Abdillaah صلى الله عليه وسلم; serta merupakan jalan yang ditempuh oleh generasi pertama yakni para Shohabat Rosuulullooh  صلى الله عليه وسلم yang mulia. Perkumpulan apapun yang berlandaskan kepada selain daripada ‘aqidah yang haq tersebut, maka akan berakhir pada perpecahan dan pertentangan diantara kaum Muslimin sebagaimana yang kita saksikan saat ini.

Allooh سبحانه وتعالى telah berfirman dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 115:

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً

Artinya:

Dan barangsiapa yang menentang Rosuul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

Oleh karena itu dalam kajian kita kali ini, sangatlah penting untuk dibahas tema tentang “Hakekat Komitmen terhadap Islam”, karena Islam itu bukanlah sekedar wacana, bukanlah sekedar nama dien yang tertulis didalam KTP semata-mata. Tidak!

Islam dan ‘aqidah Salafush Shoolih adalah sesuatu yang menuntut untuk diaplikasikan dalam amalan yang nyata dalam kehidupan kaum Muslimin sehari-harinya, sehingga ia dapat memperoleh buahnya berupa ketenangan jiwa, jauh dari kebimbangan, prasangka, was-was bisikan syaithoon serta hati yang sejuk karena keteguhan dirinya dalam meniti petunjuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم; sebagaimana telah dijanjikan oleh Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al-Baqoroh (2) ayat 112:

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

Artinya:

(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allooh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Hujuroot (49) ayat 15:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allooh dan Rosuul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allooh, mereka itulah orang-orang yang benar.”

Komitmen

 

Kata “Komitmen”  ini disebut juga dengan beberapa istilah, yakni:

–          “Iltizaam” (التزام), yang maknanya juga : Komitmen

–          “I’tishoom” (اعتصام), yang maknanya adalah: Berpegang teguh

–          “Al Istiqoomah” (استقامة). yang maknanya adalah: Teguh, tidak “mencla-mencle”

–          “At Tamassuk” (تمسك), yang maknanya adalah: Berpegang teguh

Sementara “Orang yang punya komitmen terhadap Islam”, disebut juga:

–          Orang yang taat pada Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم

–          Orang yang ittiba’ (mengikuti) Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم

–          Orang yang melaksanakan Syari’at Islam

Alasan-Alasan Mengapa Harus Komitmen terhadap Al Islam

 

1. Komitmen semakin dibutuhkan di zaman maraknya kejahilan, kema’shiyatan dan Bid’ah

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5577, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, seorang Shohabat yang tidak kurang dari 10 tahun hidupnya adalah dihabiskan untuk berkhidmat dan mendampingi Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan selama itu pula Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tidak pernah marah padanya, jadi bisa dikatakan bahwa Anas bin Maalik رضي الله عنه adalah seorang Shohabat yang sangat dekat dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Anas رضي الله عنه berkata, “Sungguh akan aku ceritakan kepada kalian suatu Hadits yang tidak seorangpun dari kalian mendengarnya kecuali dariku. Aku mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ

Diantara tanda hari kiamat, yaitu:

1) Akan nampak kebodohan

2) Ilmu diangkat

3) Zina Nampak

4) Khamr diminum

5)      Akan semakin sedikit bilangan laki-laki dan semakin banyak bilangan wanita, sehingga 50 wanita dipimpin (ditanggung) oleh seorang laki-laki.”

 

Bukankah di zaman sekarang, “Ilmu diangkat” ini sudah nampak, dimana para ‘Ulama Ahlus Sunnah yang faqiih dalam ilmu dien telah banyak yang meninggal satu demi satu, sehingga yang tersisa adalah tokoh-tokoh yang dianggap oleh khalayak sebagai ‘Ulama, padahal mereka bukanlah orang-orang yang faaqih dalam ilmu dien.

Dari ‘Abdullooh bin Amr bin Al ‘Ash رضي الله عنه, dia berkata, “Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allooh tidak akan mencabut ilmu dari manusia secara langsung, akan tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ‘Ulama sampai tidak tersisa seorang ‘alim pun, maka manusia menjadikan para pemimpin yang bodoh, maka ketika ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, maka sesatlah mereka dan menyesatkan.” (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 100 dan Imaam Muslim no: 6971)

Dengan meninggalnya para ‘Ulama Ahlus Sunnah, maka kebodohan dalam perkara dien semakin marak diantara kaum muslimin, Bid’ah merajalela dimana-mana, banyak bermunculan “Da’i-da’i penyeru di pintu jahannam” (sebagaimana Haditsnya telah kita bahas dalam kajian “Mengapa Saya Memilih Manhaj Salaf” yang lalu) karena seyogyanya mereka itu justru menyeru manusia kepada kesesatan, dan bukan kepada kebenaran.

Bukankah di zaman sekarang justru di masyarakat kita berkembang fenomena tentang “Bagaimana menjadi Da’i Kondang”? Padahal perkataan “Kondang” berarti adalah “Populer”, dan popularitas adalah perkara duniawi. Sehingga Da’i dan Dakwah itu diselewengkan esensinya, bukan lagi untuk menegakkan kalimat “Laa Ilaaha Ilallooh Muhammadur Rosuulullooh”, namun untuk mengejar popularitas duniawi, memperkaya diri ataupun menciptakan kultus-kultus individu dan sikap taqlid terhadap diri sang Da’i. Maka Dakwah pun dikorbankan dan diperjualbelikan dengan harga yang murah.

Benarlah perkataan hikmah dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه yang telah diucapkannya sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu. Ia berkata,

كيف أنتم إذا لبستكم فتنة يهرم فيها الكبير و يربو فيها الصغير و يتخذها الناس سنة فإذا غيرت قالوا غيرت السنة قيل : متى ذلك يا أبا عبد الرحمن ؟ قال : إذا كثرت قراؤكم و قلت فقهاؤكم و كثرت أموالكم و قلت أمناؤكم و التمست الدنيا بعمل الآخرة

Bagaimanakah keadaan kalian bila fitnah menimpa kalian sehingga membuat beruban orang-orang dewasa dan membuat (cepat) tua anak-anak kecil. Orang-orang menjadikan (fitnah itu) sebagai sunnah. Bila dirubah, serempak mereka mengatakan, “Sunnah telah dirubah!”

Ditanyakan kepada ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, “Kapankah hal itu terjadi wahai Abu ‘Abdirrohmaan?

Jawab ‘Abdullooh bin Mas’uud , “Jika:

a) Para Qori (pembaca Al Qur’an) semakin melimpah, namun para Fuqoha (orang yang faaqih dalam dien) semakin sedikit.

b) Jika harta kalian semakin melimpah, namun orang-orang yang terpercaya (amanah) diantara kalian semakin menghilang.

c)    Jika keuntungan dunia dicari dengan amalan akhirat.” (Atsar diriwayatkan oleh Imaam Al Haakim dalam Kitab “Al Mustadrok” no: 8570)

Orang-orang yang demikian itu lupa kepada ancaman Allooh سبحانه وتعالى yang telah diberitakan melalui Hadits Shohiih Riwayat Imaam Abu Daawud no: 3664 dan Imaam Ibnu Maajah no: 252, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, beliau berkata, “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang belajar ilmu yang dengannya wajah Allooh dicari (‘ilmu syar’i), ia tidak mempelajarinya melainkan karena untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan aroma Surga nanti di hari kiamat.”

Juga diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab رضي الله عنه, ia berkata, “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ

“Sampaikanlah kabar gembira kepada ummat ini berupa kedudukan yang mulia, keteguhan dalam dien, derajat yang tinggi dan kekuasaan diatas muka bumi. Barangsiapa mengerjakan amalan akhirat dengan maksud mengeruk keuntungan dunia, maka sedikit pun tidak ada baginya bagian di akhirat.” (Hadits Shohiih Riwayat Imaam Ahmad no: 21223, Imaam Al Hakim  no: 7862 )

Dan juga sebuah Hadits yang diriwayatkan dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata bahwa orang-orang mendatangi Abu Hurairoh رضي الله عنه, lalu Natil, sesepuh penduduk Syam berkata kepadanya, “Wahai Syaikh, sampaikanlah kepada kami sebuah hadits yang anda dengar dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.”

Abu Hurairoh رضي الله عنه menjawab, “Baiklah, saya mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ.

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ

“Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari Kiamat nanti adalah seorang yang mati syahid. Ia dibawa kehadapan Allooh سبحانه وتعالى. Lalu disebutkanlah nikmat-nikmat Allooh سبحانه وتعالى kepada dirinya dan ia pun mengakuinya.

Lalu Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Untuk apakah engkau gunakan nikmat tersebut?”

Ia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.”

Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang supaya disebut pemberani. Begitulah kenyataannya.”

Kemudian diperintahkanlah agar ia diseret, lalu dilemparkan ke Neraka.

Kemudian seorang yang mempelajari ‘ilmu (dien), mengajarkannya dan membaca Al Qur’an, ia dibawa kehadapan Allooh سبحانه وتعالى. Lalu disebutkanlah nikmat-nikmat Allooh سبحانه وتعالى kepada dirinya dan ia pun mengakuinya.

Lalu Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Untuk apakah engkau gunakan nikmat tersebut?”

Ia menjawab, “Aku mempelajari ‘ilmu (dien), mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena-Mu semata.

Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Engkau dusta, sebenarnya engkau mempelajari ‘ilmu (dien) dan mengajarkannya supaya disebut ‘alim. Engkau membaca Al Qur’an supaya disebut Qori. Begitulah kenyataannya.”

Kemudian diperintahkanlah agar ia diseret lalu dilemparkan ke Neraka.

Kemudian seorang yang Allooh سبحانه وتعالى beri kelapangan harta. Ia dibawa ke hadapan Allooh سبحانه وتعالى. Lalu disebutkanlah nikmat-nikmat Allooh سبحانه وتعالى kepada dirinya dan ia pun mengakuinya.

Lalu Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Untuk apakah engkau gunakan nikmat tersebut?”

Ia menjawab, “Tidak satu pun perkara yang Engkau anjurkan supaya berinfaq didalamnya melainkan aku infaqkan hartaku karena-Mu semata.”

Allooh سبحانه وتعالى berkata, “Engkau dusta, sebenarnya engkau berinfaq supaya disebut dermawan. Begitulah kenyataannya.”

Kemudian diperintahkanlah agar ia diseret diatas wajahnya lalu dilemparkan ke Neraka.”

(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 5032)

Demikian pula dengan perkara khamr. Bukankah di zaman sekarang, khamr semakin banyak diperjualbelikan? Di berbagai supermarket di tanah air kita, terdapat rak-rak khusus yang memajang dan menjual botol-botol berisi khamr dengan aneka merknya. Bahkan ironisnya di tanah air kita yang notabene mayoritas masyarakatnya adalah muslim, namun justru disalah satu kotanya (Bekasi), malah terdapat pabrik khamr yang terbesar. Padahal kutukan Allooh سبحانه وتعالى terhadap khamr justru lebih dahsyat daripada riba. Apabila dalam perkara riba, ada 4 oknum terkait yang dikutuk oleh Allooh سبحانه وتعالى; maka dalam perkara khamr ada 10 oknum yang terkait yang dikutuk oleh Allooh سبحانه وتعالى.

Juga dalam hal zina. Bukankah pintu-pintu zina di zaman sekarang justru dibuka lebar-lebar bahkan dipromosikan? Betapa banyak gambar wanita-wanita yang terbuka aurotnya (tidak berjilbab, bahkan berpakaian ala kadarnya — na’uudzubillaahi min dzaalik) disebarluaskan melalui berbagai media massa seperti televisi, koran, majalah, internet, papan-papan iklan billboard di jalan-jalan, dsbnya sehingga menyulitkan bagi laki-laki yang shoolih untuk menjalankan aturan Allooh سبحانه وتعالى dalam menjaga pandangannya.

Tidakkah mereka memperhatikan ancaman Allooh سبحانه وتعالى dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7373, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Artinya:

Dua golongan manusia penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya:

1) Kaum yang bersama mereka, cemeti bagaikan ekor sapi, yang dengannya mereka pukuli orang-orang

2) Wanita yang berbusana tetapi telanjang, berlenggak-lenggok dalam bergaya dan berjalan, diatas kepala mereka bagaikan buhul unta yang miring.

Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aroma surga itu tercium sejarak sekian dan sekian (70 tahun).”

Sementara disisi lain, pernikahan yang semestinya mudah didalam Syari’at Islam dipersulit. Diberikannya aturan ini dan itu, yang pada dasarnya tidak ada didalam Sunnah Muhammad صلى الله عليه وسلم, sebagai contoh adalah kedua pengantin harus mengawali prosesi aqad nikah mereka dengan mengucapkan syahadat, lalu adanya wawancara di depan umum tentang “Siap atau belum untuk menikah?” / “Apakah benar kamu jaka dan perawan?”,  lalu laki-laki dan perempuan diduduk sandingkan dalam prosesi aqad, dan diharuskannya suami yang baru saja dinikahkan dan belum juga menyentuh istrinya untuk mengucapkan shighot ta’liiq, dll.

 

Laki-laki yang ingin menunaikan Taaddud (Poligami) yang merupakan salah satu hukum Allooh سبحانه وتعالى untuk menikahi wanita-wanita shoolihah dengan sah (di zaman dimana jumlah wanita semakin banyak dibandingkan jumlah laki-laki, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits diatas) justru dipersulit dan dicitrakan negatif sebagai “laki-laki hidung belang (bejat)” melalui media-media massa oleh musuh-musuh Islam. Dan disisi lain pintu zina dibuka lebar-lebar oleh mereka. Bila kaum muslimin tidak waspada, ia akan terperangkap dalam Al Ghozwul Fikri (Perang Pemikiran) yang sedang dilancarkan oleh orang-orang kaafir dan musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى, dimana mereka berupaya dengan kekuatan yang besar untuk menjadikan yang Halal semakin sulit dan yang Harom semakin dimudahkan bagi kaum muslimin. Wahai kaum muslimin, janganlah kalian mudah terpedaya oleh tipuan musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى.

Manakah yang lebih baik, laki-laki yang menikahi dengan sah wanita-wanita shoolihah untuk menjaga ‘aqidah (dien) wanita-wanita shoolihah tersebut, sebagaimana Allooh سبحانه وتعالى firmankan dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 3;  ataukah laki-laki yang berselingkuh, berzina dengan cara yang Harom lalu meninggalkan wanita-wanita teman selingkuh dan zinanya itu tanpa tanggung jawab untuk menafaqohi mereka baik lahir ataupun batin dalam ikatan yang sah dan mencampakkan mereka bagaikan sampah kedalam tong-tongnya? Adakah syari’at yang lebih baik daripada Syari’at Allooh سبحانه وتعالى, sang Pencipta manusia dan alam semesta ini?

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An-Nisaa’ (4) ayat 3:

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تُقْسِطُواْ فِي الْيَتَامَى فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُواْ فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّ تَعُولُواْ

Artinya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al-Maa’idah (5) ayat 50 :

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْماً لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Artinya:

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allooh bagi orang-orang yang yakin?”

Wahai kaum muslimin, justru di zaman yang semakin besar kejahilan (kebodohan) dan semakin marak kema’shiyatannya ini, disaat seperti itulah kita dituntut untuk semakin kuat pertahanannya, semakin konsisten dan semakin besar komitmennya terhadap Islam. Sehingga Islam itu haruslah menjadi suatu karakter atau kepribadian yang tertanam kokoh, mewarnai dan memancar dari diri kita; bukanlah hanya sekedar suatu nama yang tertera di KTP saja.

2. Komitmen semakin dibutuhkan di zaman orang yang berpegang pada Sunnah bagaikan menggenggam bara api

Dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2260, yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

Akan datang pada manusia suatu zaman, (dimana) orang yang sabar diantara mereka dalam berpegang diatas dien-nya, bagaikan orang yang menggenggam bara api.”

Komitmen terhadap Islam yang menghujam kedalam hati inilah yang menyebabkan Islam berjaya di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan para Shohabatnya. Di zaman orang-orang shoolih para pendahulu ummat ini, mereka memiliki ‘aqidah yang kokoh, hasil didikan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم selama 13 tahun yang membina mereka diatas tauhid yang bersih terhadap Allooh سبحانه وتعالى, sehingga terbentuklah mereka menjadi generasi yang handal yang mencurahkan harta, nyawa dan seluruh kekuatan mereka untuk menegakkan kalimat “Laa Ilaaha Ilallooh Muhammadur Rosuulullooh” dan menyebarkan Islam ke berbagai pelosok belahan dunia ini.

Bahkan Rosuulullooh  صلى الله عليه وسلم menyatakan kepada pamannya, Abu Thoolib, ketika kaumnya mengancam dan mendesak agar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berhenti dari mengajak manusia ke jalan Allooh سبحانه وتعالى, justru Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menyatakan sebagaimana diriwayatkan dalam Kitab ‘Uyuunul Atsar:

يا عم و الله لو وضعوا الشمس على يميني و القمر في يساري على أن أترك هذا الأمر حتى يظهره الله أو أهلك فيه ما تركته

Artinya:

Wahai Paman, demi Allooh, seandainya mereka letakkan matahari diatas tangan kananku dan bulan diatas tangan kiriku agar aku tinggalkan perkara ini, niscaya tidak akan aku tinggalkan hingga Allooh menangkan Islam atau aku binasa karenanya.”

 

Betapa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sedemikian teguh pendirian dan keyakinannya terhadap kebenaran Al Islam, bahkan terhadap upaya memperjuangkan Islam. Mana kita yang mengaku pengikut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم akan tetapi ketika dihadapkan pada suatu tantangan dan resiko, lalu kita mengikuti seperti apa yang disikapi Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم diatas???

3. Komitmen semakin dibutuhkan di zaman dimana Islam dianggap “asing” bahkan oleh kaum musliminnya sendiri

Yang menjadikan Islam itu berjaya di zaman orang-orang shoolih para pendahulu ummat ini, bukanlah kemajuan teknologi, namun yang menjadikan mereka itu berjaya adalah kekuatan Iman yang ada didalam dada-dada mereka serta kebersihan tauhid mereka terhadap Allooh سبحانه وتعالى, sehingga Allooh سبحانه وتعالى pun menolong mereka dan menjadikan mereka sebagai pemimpin di muka bumi-Nya.

Musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى menyadari bahwa sulit bagi mereka melawan Islam, dikala kaum muslimin memiliki kekokohan ‘aqidah dan tauhid yang bersih terhadap Allooh سبحانه وتعالى, sehingga mereka pun melancarkan strategi untuk menggembosi Islam dari dalam.

Mereka berupaya dengan segala cara agar Islam hanyalah menjadi sekedar suatu Nama, namun kehilangan esensinya.

Mereka berupaya dengan segala cara agar walaupun jumlah kaum Muslimin itu banyak, tetapi bagaikan buih karena kaum muslimin yang jumlahnya banyak itu hidup bukan diatas dienul Islam lagi, namun hidup diatas budaya dan life style orang-orang kaafir. Oleh karena itu dieksporlah berbagai budaya kaafir seperti musik, tabarruj, ikhtilath (bercampur aduknya antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom), dsbnya yang telah mereka kemas sedemikian rupa melalui sarana-sarana hiburan seperti games, VCD, film-film di bioskop, dsbnya sehingga kaum muslimin (tanpa sadar) telah terkontaminasi oleh budaya kaafir tersebut sedari kecil, dan lambat laun kaum muslimin pun kehilangan jati dirinya.

Mereka berupaya dengan segala cara melakukan Al Ghozwul Fikri (Perang Pemikiran), sehingga kaum muslimin dibuat takut terhadap dien-nya sendiri (Islamophobia). Apabila ada orang-orang yang ingin teguh dalam menjalankan dienul Islam dengan berjilbab, bercadar, berjenggot, berpakaian yang tidak Isbal, maka dicitrakanlah mereka itu sebagai teroris, orang-orang yang radikal, dsbnya.

Wahai kaum muslimin, hendaknya kalian menyadari tipuan musuh-musuh Islam ini agar kalian tidak terperangkap kedalamnya. Janganlah Islam hanya sekedar suatu Nama yang tertera pada KTP ataupun identitas kalian, namun seyogyanya gaya hidup, sikap dan hati kalian berpihak pada orang-orang kaafir. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam Hadits:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya:

Siapa yang meniru orang kaafir, maka ia termasuk golongan mereka”. (Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 4033)

Perhatikanlah kandungan Atsar Riwayat Imaam Ath Thobrony didalam Kitab Al Mu’jamul Kabiir no: 7713 dari Abu Umaamah, hanya saja dalam sanad Hadits ini terdapat Roowy bernama Ali bin Yaziid dikatakan oleh Al Imaam Al Haitsamy dalam Kitab Majma’uz Zawaa’id : Matruuk (ditinggalkan) karena itu Hadits ini adalah Dho’iif, yang artinya:

إِنَّ لِهَذَا الدِّينِ إِقْبَالا وَإِدْبَارًا، أَلا وَإِنَّ مِنْ إِقْبَالِ هَذَا الدِّينِ أَنْ تَفْقَهَ الْقَبِيلَةُ بِأَسْرِهَا حَتَّى لا يَبْقَى إِلا الْفَاسِقُ، وَالْفَاسِقَانِ ذَلِيلانِ فِيهَا، إِنْتَكَلَّمَا قَهْرًا وَاضْطُهِدَا، وَإِنَّ مِنْ إِدْبَارِ هَذَا الدِّينِ، أَنْ تَجْفُوَ الْقَبِيلَةُ بِأَسْرِهَا، فَلا يَبْقَى إِلا الْفَقِيهُ وَالْفَقِيهَانِ، فَهُمَا ذَلِيلانِ إِنْ تَكَلَّمَا قَهْرًا وَاضْطُهِدَا، وَيَلْعَنُ آخِرُ الأُمَّةِ أَوَّلَهَا، أَلا وَعَلَيْهِمْ حَلَّتِ اللَّعْنَةُ حَتَّى يَشْرَبُوا الْخَمْرَ عَلانِيَةً حَتَّى تَمُرَّ الْمَرْأَةُ بِالْقَوْمِ، فَيَقُومُ إِلَيْهَا بَعْضُهُمْ، فَيَرْفَعُ بِذَيْلِهَا كَمَا يُرْفَعُ بِذَنَبِ النَّعْجَةِ، فَقَائِلٌ يَقُولُ: يَوْمَئِذٍ أَلا وَارِ مِنْهَا وَرَاءَ الْحَائِطِ، فَهُوَ يَوْمَئِذٍ فِيهِمْ مِثْلُ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ فِيكُمْ، فَمَنْ أَمَرَ يَوْمَئِذٍ بِالْمَعْرُوفِ، وَنَهَى عَنِ الْمُنْكَرِ فَلَهُ أَجْرُ خَمْسِينَ مِمَّنْ رَآنِي، وَآمَنَ بِي، وَأَطَاعَنِي، وَتَابَعَنِي

Sesungguhnya terhadap Islam (dien) ini ada yang menerima dan ada yang menolak.

Gambaran yang menerima dien ini adalah laksana satu kaum yang menerima Islam, kecuali 1 atau 2 orang saja yang tidak menerima Islam (faasiq), maka dua orang ini bukan hanya faasiq namun rendah pula statusnya. Jika ia berkata sesuatu, maka akan terkalahkan (terasingkan).

Gambaran yang menolak dien ini adalah laksana satu kaum yang menolak Islam, kecuali 1 atau 2 orang saja yanga faaqih (faham tentang Islam). Kedua orang ini statusnya hina (– dalam pandangan kaumnya yang menolak Islam –). Jika ia berkata sesuatu, maka akan dikalahkan (diasingkan).

 

Dan akhir ummat ini akan mengutuk pendahulu ummat ini. Namun justru pada merekalah, kutukan Allooh سبحانه وتعالى akan diturunkan. Diantara wujud kutukan itu adalah:

Mereka meminum khamr secara terang-terangan sampai-sampai wanita melewati suatu kaum, lalu sebagian dari mereka pun bangun dan menyingkapkan pakaiannya seolah-olah serigala mengangkat ekornya.

Dikala itu seseorang berkata, “Apa tidak ada yang melindungi (wanita itu) dari balik tabir?”

Maka orang itu, pada hari yang demikian itu, ditengah-tengah mereka ia laksana Abu Bakar رضي الله عنه dan ‘Umar رضي الله عنه.

Maka barangsiapa yang melakukan amar ma’ruf  dan nahi munkar, maka ia berhaq mendapatkan pahala 50 orang yang melihatku, beriman padaku, taat padaku dan mengikutiku.”

Maksud dari Atsar diatas adalah bahwa seseorang yang beramar ma’ruf dan nahi munkar di zaman yang penuh dengan kejahilan, kema’shiyatan dan Islam telah dianggap asing, maka ia berhaq mendapatkan pahala sebanding 50 kali lipat dari pahalanya para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Oleh karena itu, komitmen terhadap Islam sungguh-sungguh justru semakin dibutuhkan diantara kaum muslimin yang hidup di zaman sekarang.

Makna “Komitmen”

Apa yang dimaksud dengan “Komitmen terhadap Islam” itu?

Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, ‘Umar bin Khoththoob رضي الله عنه menterjemahkannya sebagai berikut, Al Istiqoomah itu adalah engkau teguh diatas perintah dan larangan Allooh سبحانه وتعالى, tidak tergoyahkan sedikitpun, betapapun serigala melolong (di sekitarmu).”

Juga perkataan ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah Ibnu Taimiyah رحمها الله,

Iltizaam itu adalah sikap teguh diatas cinta pada Allooh سبحانه وتعالى dan penghambaan diri pada Allooh سبحانه وتعالى dan tidak menoleh ke kanan ataupun ke kiri.”

Landasan (Dalil) untuk sikap “Komitmen terhadap Islam

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 103:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (dien) Allooh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allooh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allooh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allooh orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allooh menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allooh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Jadi, berdasarkan ayat diatas maka persatuan ummat Islam itu akan tercapai bila mereka teguh diatas tali dien Allooh سبحانه وتعالى. Dimana tali dien Allooh سبحانه وتعالى itu adalah Allooh سبحانه وتعالى sendiri, Al Qur’an dan As Sunnah. Bersatunya ummat Islam ini adalah bila mereka mau kembali teguh diatas tauhid yang bersih kepada Allooh سبحانه وتعالى, serta memecahkan dan mengembalikan segala persoalan mereka berdasarkan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

Perhatikan pula firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Az Zukhruf (43) ayat 43:

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Artinya:

Maka berpegang teguhlah kamu kepada dien yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.”

Yang diwahyukan oleh Allooh سبحانه وتعالى adalah Al Qur’an. Dengan demikian, maka sikap teguh diatas Al Qur’an itu berarti kita berada diatas jalan yang lurus.

Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 168, dari Shohabat Sufyan bin ‘Abdillaah Ats Tsaqofy رضي الله عنه, beliau berkata, “Ya Rosuulullooh, katakan padaku tentang Islam satu perkataan saja dimana aku tidak lagi akan bertanya pada seorang pun setelahmu.”

Jawab Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,

قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Katakan olehmu “Amantu billaah” (Aku beriman pada Allooh), kemudian istiqoomahlah.”

Perhatikanlah juga Hadits Riwayat Imaam Ad Daarimy no: 202, dimana menurut Syaikh Husein Salim Asaad sanadnya Hasan, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه. beliau bersabda,

خط لنا رسول الله صلى الله عليه و سلم يوما خطا ثم قال هذا سبيل الله ثم خط خطوطا عن يمينه وعن شماله ثم قال هذه سبل على كل سبيل منها شيطان يدعو إليه ثم تلا { وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله

“Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menggariskan 1 garis dengan tangannya.

Lalu Rosuulullooh  bersabda, “Ini adalah jalan Allooh yang lurus.”

Lalu Rosuulloooh menggambarkan banyak garis ke kanan dan ke kiri, lalu beliau kembali bersabda, “Ini adalah jalan-jalan. Tidak ada satu pun dari jalan-jalan ini, kecuali diatasnya ada syaithoon yang menyeru padanya.”

Lalu Rosuulullooh  membacakan ayat pada QS Al An’aam (6) ayat 153:

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allooh kepadamu agar kamu bertaqwa.”

Keutamaan (Keuntungan) sikap “Komitmen terhadap Islam

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al Ahqoof (46) ayat 13:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allooh“, kemudian mereka tetap istiqoomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

Jadi buah dari sikap Istiqoomah atau Komitmen terhadap Al Islam adalah ketenangan hati. Kaum muslimin insya Allooh akan merasakan kebahagiaan yang hakiki berupa hati yang sejuk, tidak dilanda rasa takut, khawatir ataupun sedih. Ketenangan hati yang bersifat non materi (psikologis) ini, justru merupakan harta yang paling mahal. Jauh lebih utama daripada materi atau harta benda duniawi yang fana. Betapa banyak orang-orang kaya yang hatinya tidak bahagia, karena hati mereka senantiasa dilanda oleh kegelisahan dan kekuatiran didalam menempuh kehidupan? Hal ini dikarenakan kunci dari kebahagiaan itu adalah pada hati manusia itu sendiri, bukan pada kekayaan, jabatan, harta benda, ataupun dunia yang fana.

Perasaan takut itu berhubungan dengan kegundahan menghadapi masa depan. Adapun perasaan sedih itu berhubungan dengan kegundahan menghadapi masa lalu. Seseorang yang memasrahkan dirinya pada Allooh سبحانه وتعالى, lalu istiqoomah diatas dienul Islam, maka Allooh  سبحانه وتعالى karuniakan baginya kebahagiaan di dunia dan akhirat berupa ketenangan dan kesejukan hati.

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al Fajr (89) ayat 27-28:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨

Artinya:

(27) “Hai jiwa yang tenang.

(28) Kembalilah kepada Robb-mu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.”

Sikap Orang yang Komitmen terhadap Islam

Syaikh ‘Abdurrohman Al Jibrin رحمها الله menguraikan bahwa seseorang yang komitmen terhadap Islam itu sikapnya adalah sebagai berikut:

1) Berpegang teguh dengan As Sunnah

Dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2641 di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Amr bin Al Ash Tsaqofy رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

ليأتين على أمتي ما أتى على بني إسرائيل حذو النعل بالنعل حتى إن كان منهم من أتى أمه علانية لكان في أمتي من يصنع ذلك وإن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله قال ما أنا عليه وأصحابي

Sungguh benar-benar akan melanda ummatku apa yang dialami oleh Bani Isro’iil, persis seperti pasangan sandal. Sehingga jika diantara mereka ada yang melakukan zina dengan ibunya terang-terangan, niscaya didalam ummatku akan ada yang melakukannya. Dan Bani Isro’iil terpecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya didalam neraka, kecuali satu.”

Shohabat bertanya, “Siapakah itu, wahai Rosuul?”

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Yaitu mereka yang berada diatas apa-apa yang ditempuh olehku dan shohabatku.”

2) Mencari ‘ilmu dien (tholabul ‘ilmi)

3) Meninggalkan 3 perkara, yakni: Ma’shiyat, Bid’ah dan Hal-hal yang Melalaikan

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al Mu’minuun (23) ayat 1-3 :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣

Artinya:

(1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

(2) (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,

(3) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.”

Allooh سبحانه وتعالى juga berfirman dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 90 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithoon. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Seorang mu’min itu hidupnya tertata (ter-manage) dengan rapih. Ia benar-benar menggunakan waktunya untuk memperoleh apa-apa yang mendekatkannya pada kebaikan dunia dan akherat dengan mengikuti perintah Alloohسبحانه وتعالى , serta menghindarkan (menjauhkan) dirinya dari membuang-buang waktu pada perkara yang sia-sia atau bahkan pada apa-apa yang dapat menjatuhkannya kedalam kemurkaan Alloohسبحانه وتعالى .

4)   Berdakwah untuk menegakkan kalimat “Laa Ilaaha Ilallooh Muhammadur Rosuulullooh

Seorang mu’min itu adalah seorang yang hatinya baik. Ia sungguh senang bila ada orang lain yang dapat memperoleh kebaikan berupa hidayah dan taufiq dari Allooh سبحانه وتعالى, sebagaimana dirinya telah mendapatkan kebaikan tersebut. Ia berjuang, berdakwah tanpa lelah, berharap agar kelak akan makin banyak manusia yang menyembah Allooh سبحانه وتعالى dengan benar, beribadah pada Allooh سبحانه وتعالى dengan benar. Alangkah bahagia dirinya dikala makin banyak orang yang berjalan bersamanya diatas jalan yang lurus, yang telah dibentangkan dengan demikian jelas oleh Muhammad bin ‘Abdillah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Kebahagiaannya itu digambarkan sebagai laksana mendapatkan “unta merah”, yakni harta yang paling mahal dan berharga, yang mungkin di zaman sekarang bisa disejajarkan seperti mendapatkan mobil yang paling mewah.

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 2942, dari Shohabat Sahl bin Sa’ad رضي الله عنه bahwa beliau mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda saat perang Khaibar tentang pesan beliau terhadap Ali bin Abi Thoolib رضي الله عنه bahwa :

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allooh, sungguh seseorang memberi petunjuk pada seorang saja adalah lebih baik baginya daripada seekor unta merah.”

Seperti itulah kebahagiaan seorang mu’min. Semoga kita termasuk didalamnya.

Sekian dulu bahasan pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan Alloohسبحانه وتعالى  selalu melimpahkan taufiq dan hidayah kepada kita semua untuk istiqomah sampai akhir hayat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, Senin malam, 21 Muharrom 1432 H – 27 Desember 2010 M.

——- 0O0 ——-

Silakan download PDFKomitmen pd Islam AR RUSYDU#6FNL

6 Comments leave one →
  1. Putra permalink
    19 February 2011 10:00 pm

    Assalamu’alaikum Ustadz,
    afwan saya minta izin untuk menyalin artikel ini…
    Jazakumullah ustadz

    • 20 February 2011 8:45 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh, silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  2. rofiq permalink
    25 February 2011 3:09 pm

    Assalamu’alaikum ustadz:
    Langsung aja to the point tad? Gimana ini ustadz? Hidup makin susah, untuk memenuhi kebutuhan hidup harus banting tulang masih kurang juga….. yang haram aja susah dapatnya…. apalagi yang halal…..

    Tolooooong ustaaaaaaaaaaadddddddddd nasehati para pengambil kebijakan….para umarooooooo. Biar paham penderitaaaaaan rakyatttttttttttttttttt. Kalo mereka sadar, taat, sholeh… insya Alloh rakyat kecil seperti saya ini sangat terbantu……..

    • 1 March 2011 9:11 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,

      1. Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Al A’roof ayat 96:
      وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
      Artinya:
      Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka sungguh Kami (Allooh) akan bukakan berkah yang banyak dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ajaran Allooh), maka dari itu Kami hukum mereka atas apa yang mereka usahakan.

      2. Rosuulullooh Sholalloohu ‘Alaihi Wassalaam bersabda yang artinya:
      Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan (curang), maka mereka akan dihukum dengan kemarau panjang, hidup serba sulit, penguasa yang semakin dzolim.”

      Jadi, dengan ayat dan Hadits diatas merupakan rumus, jika negara kita dari mulai pengambil kebijakan sampai dengan rakyatnya tidak beriman, bahkan kaafir. Tidak bertaqwa, malah ma’shiyat dan melanggar hukum Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Tidak jujur, malah curang; kalau menjual mengurangi timbangan, kalau memberi inginnya diberi tambah. Kalau bekerja malas, kalau gaji inginnya banyak dan berlebih, dan seterusnya.

      Maka, jangankan yang belum Allooh anugrahkan pada kita berupa kecukupan dan kekayaan, bahkan yang sudah ada pun tidak membawa keberkahan, hilang, bahkan menjadi penyebab terjadinya musibah. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

      Karena itu, Ustadz mengingatkan baik kepada Ummat secara umum, khususnya kepada para Pengambil Kebijakan di negeri ini, apalagi Pemerintah untuk supaya meluruskan iman agar konsekwen menjadi muslim dan mu’min yang pasrah, yang menerima, yang patuh dan taat pada aturan dan pedoman yang berasal dari Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dia adalah Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa… Barokalloohu fiik

  3. budi permalink
    25 February 2011 7:03 pm

    Assalamu’alaikum Ustadz,
    izin menyalin artikelnya juga,
    jazakumullah..

    • 26 February 2011 7:38 am

      Wa alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh, silakan saja…. semoga bermanfaat… Barokalloohu fiika

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: