AUDIO: Sebab Lemahnya Iman
Iman adalah keyakinan seorang Muslim terhadap keyakinan yang benar didalam hati. Kemudian hal itu dinyatakan dengan lisannya, dan diaktualkan dengan kiprah perbuatannya. Demikianlah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah memahami tentang Iman.
Hanya perlu ditambahkan bahwa keadaan yang demikian itu bisa bertambah, bahkan bisa berkurang. Manakala seseorang taat dan mengamalkan berbagai jenis ibadah kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka yang demikian itu merupakan indikator bahwa iman orang itu dalam posisi menaik atau stabil. Sebaliknya, jika seseorang malas beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى, lalai mengingat-Nya, bahkan bisa jadi mengerjakan perbuatan dosa kecil, bahkan dosa yang besar; hal ini menunjukkan bahwa orang ini imannya sedang anjlok, menurun dan melemah.
Tidak dapat dipungkiri, naiknya iman ataupun menurun serta melemahnya iman bukanlah tanpa sebab. Yang pasti, ada banyak hal yang menjadi penyebabnya.
Melalui audio ceramah berikut ini, para pendengar yang budiman akan menyimak berbagai faktor penyebab melemahnya iman seseorang.
Selamat menyimak.
Download:
Assalamualaikum Ustadz,
Apakah iman bisa hilang?
Apakah anak kecil yang orangtuanya muslim, kemudian dia kehilangan keimanannya, karena dia terus berbuat dosa / maksiat sampai dengan dewasa?
Apakah orang fasik, munafik atau yang disesatkan masih mungkin kembali ke jalan Allah yang lurus?
Saya takut Ustadz, karena saya merasa terus-menerus takut dan gelisah…
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
1. Iman bisa berkurang, bahkan bisa hilang. Berkurang dengan ma’shiyat. Hilang dengan Murtad.
Jadi kalau seseorang terus-menerus berbuat dosa atau sekali saja berbuat dosa besar, maka dia adalah Faasiq. Semakin membiasakan hal itu, semakin dahsyat kefaasikannya.
Dan jika karena terbiasanya berbuat dosa, lalu dia memperbolehkan berbuat dosa, atau menghalalkan yang harom karena membiasakan perbuatan yang harom, maka dia akan hilang imannya dan berposisi menjadi Murtad.
Bahkan jika yang biasa ditinggalkan itu adalah sholat maka dia adalah Kaafir, seperti sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
2. Anak kecil itu fitrohnya Islam. Dan tergantung kepada kedua orangtuanya, apakah menjadikannya Yahudi, Nashroni atau Majusi. Jadi dengan Hadits tersebut, peran orangtua itu adalah sangat besar. Apakah itu orangtua yang sesungguhnya, ataukah guru lewat pendidikannya, ataukah teman lewat pergaulannya; semua itu akan berpengaruh besar terhadap keimanan dan ke-Islaman seseorang untuk menguat, ataukah melemah, atau bahkan berpindah agama.
3. Tidak ada kata tertutup bagi seorang yang Faasiq, Dzolim, Munaafiq, bahkan Kaafir sekalipun untuk mendapat Hidayah dari Allooh سبحانه وتعالى, juga pengampunan-Nya.
Jika Allooh سبحانه وتعالى menghendaki, Allooh سبحانه وتعالى akan bukakan pintu hidayah untuknya dan memudahkannya menjadi orang yang shoolih, lalu bergabung dengan Ahlul Jannah. Dan bila Allooh سبحانه وتعالى menghendaki, maka orang itu terkunci mati dari mendapat hidayah dan dia hanya berhak berkumpul dengan Ahlun Naar.
Yang pasti, bagi kita yang saat ini adalah seorang Muslim; dilarang keras untuk berputus asa dari mendapat kasih sayang dan rahmat Allooh سبحانه وتعالى. Jika dia sadar dari kesalahan dan dosanya, maka sesegera mungkin hendaknya ia bertaubat. Jangan ditunda. Bahkan segera memperbaiki diri, mengejar ketinggalan dan memanfaatkan sisa usia untuk meraih ridho Allooh سبحانه وتعالى.
Lebih dari itu, hendaknya dia merasa sayang kepada orang lain yang berlatar belakang mirip atau sama dengannya, bahkan terhadap orang kaafir sekalipun agar mereka itu didakwahinya, diajari, diberitahu, diingatkan agar mereka itu sadar, bertaubat seperti apa yang telah dia lakukan.
Demikian, semoga jelas adanya… Barokalloohu fiika.
Jadi kembali kepada kehendak Allah ya Ustadz?
Yang saya alami sekarang, ketika shalat berasa hampa. Setiap saat selalu merasa gelisah dan takut. Dan dalam bekerja, saya tidak dapat menggunakan akal saya, saya tidak dapat berpikir dan mengkonsep tulisan-tulisan, maupun menangkap makna atau intisari permasalahan dari suatu tulisan dan menuangkannya kembali.
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
Sadarilah sedalam-dalamnya bahwa anda adalah seorang yang ada di alam ini, masih hidup, berakal sehat, bahkan anda adalah seorang Muslim. Jadikan hal ini sebagai bahan untuk mengaktualisasikan diri anda sendiri.
Jadi jangan mau diberi hembusan was-was oleh Syaithoon. Sungguh Syaithoon itu menginginkan agar anda Kaafir; kalau tidak menjadi Kaafir maka Syaithoon menginginkan agar anda setidaknya menjadi orang yang meninggalkan tuntunan Islam, sehingga anda menjadi malas dan ma’shiyat.
Ustadz kira, perasaan anda yang hampa itu adalah hembusan dari Syaithoon, sehingga anda dibiarkan hidup dalam keadaan kosong. Ada di dunia ini sama dengan tidak adanya.
Yakinilah bahwa Allooh سبحانه وتعالى MAHA PENGAMPUN, artinya mengampuni dosa hamba-Nya yang menyadari dan mengakui akan dosanya, dan datang menghadap-Nya, memohon dan mengharap ampunan-Nya, dan bertaubat nasuha.
Yakinilah bahwa Allooh سبحانه وتعالى akan mencatat taubat anda itu sebagai amal shoolih, dan amal shoolih apa saja yang anda lakukan jika itu tulus karena Allooh سبحانه وتعالى dan sesuai Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pastilah menjadi amal shoolih.
Yakinilah bahwa Syaithoon akan menghadang setiap hamba-Nya yang sedang menuju Allooh سبحانه وتعالى, agar dia gagal dan menyesal.
Sadarilah bahwa Syaithoon itu bermaksud menjauhkan anda, bahkan menjerumuskan anda kedalam jurang murka Allooh سبحانه وتعالى yang dahsyat, sebagaimana lazimnya Syaithoon itu adalah musuh yang nyata.
Gunakanlah pandangan lurus anda kedepan, jangan tengak-tengok kanan kiri, optimalkan usia anda untuk beramal shoolih, kejarlah ketertinggalan anda; dan tidak ada gunanya penyesalan.
Bangunlah sisa hidup anda dengan penuh taat pada Allooh سبحانه وتعالى, dan yakinlah bahwa Allooh سبحانه وتعالى tidak akan menyia-nyiakan amal shoolih anda barang sedikit pun.
Barokalloohu fiika.
Assalamu’alaikum ustadz…. Ustadz saya mau nanya bagaimana cara kita agar kita bisa mengatur waktu untuk ibadah (akhirat), dan dunia (menuntut ilmu).. soalnya saya smpai sekarang nggak bisa me-manage waktu Ustadz…
Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
1) Tumbuhkan kemauan untuk mengejar apa yang ada disisi Allooh سبحانه وتعالى; dan mengejar dunia itu adalah hanya sebagai jembatan dan alat agar amalan akherat dapat ditunaikan.
2) Islam membenci kemalasan, oleh karenanya malas itu hendaknya ditinggalkan.
3) Bacalah biografi para Ulama dan orang shoolih terdahulu, niscaya akan didapat inspirasi untuk menambah motivasi agar lebih berkreasi dalam bidang yang bermanfaat secara lebih produktif.
4) Bacalah buku yang bertalian dengan bagaimana me-manage waktu.
5) Berusahalah untuk mendisiplinkan diri dalam melakukan suatu amalan; sehingga jika kita sudah bertekad dan sedang mencoba mengamalkan suatu amalan, maka hendaknya pekerjaan itu jangan ditinggal. Tetapi berusahalah untuk terus tetap dalam pekerjaan tersebut sampai selesai. Tumbuhkan suatu kesungguhan dalam beramal, ketahuilah bahwa pemulung saja dengan kesungguhannya dia itu dapat menopang hidupnya. Apalagi orang-orang yang lebih daripada itu kemampuannya. Mulailah bercita-cita tentang sesuatu dan berencana mewujudkannya dan melaksanakan rencana itu dengan istiqoomah.
3) Hindarilah orang yang tidak mendukung atau malah mengganggu anda dalam mencapai tujuan.
Barokalloohu fiiki.