Skip to content

AUDIO: Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang

14 August 2013

Idealnya setiap Muslim hendaknya berusaha segigih mungkin untuk tidak tersangkut dalam perkara hutang. Akan tetapi, jika keadaan mendesak dan dia memandang bahwa dengan berhutang itu adalah madhorot yang lebih ringan, maka bisa jadi diantara kaum Muslimin menjadi tersangkut dengan hutang piutang.

Hal ini 1434 tahun yang lalu, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dengan rohmahnya yang sudah barang tentu dilandasi oleh Wahyu dari Allooh سبحانه وتعالى, telah memberikan solusi bagaimana agar seseorang dapat terbebas dari belenggu hutang.

Dan sudah barang tentu sebelum segala sesuatu, adalah menjadikan ALLOOH سبحانه وتعالى sebagai TEMPAT BERGANTUNG, MENGADU, MENGELUH dan MEMINTA. Hendaknya dia berikhthiar dibarengi dengan do’a.

Do’a bagi orang-orang yang bersedih” yang Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم ajarkan, sebagaimana para Pendengar dapat menyimaknya dalam audio ceramah berikut ini, mencerminkan kedalaman TAUHIID yang beliau صلى الله عليه وسلم tuntunkan bagi kaum Muslimin yang sedang bersedih / terlilit hutang. Dan bahwa TAUHIID lah SOLUSI bagi orang-orang yang beriman yang sedang diuji dalam menghadapi beratnya tantangan kehidupan dunia.

Janganlah seorang yang mengaku “Muslim” meminta pertolongan ke dukun-dukun / paranormal…
Janganlah seorang yang mengaku “Muslim” meminta perlindungan dari bahaya / madhorot ke kuburan-kuburan orang yang dianggapnya shoolih
Janganlah seorang yang mengaku “Muslim” mencari solusi dengan cara ber-ma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى…

Wahai kaum Muslimin, minta lah pertolongan kepada Allooh سبحانه وتعالى …
Berlindung lah kepada Allooh سبحانه وتعالى …
Mengadu lah, mengeluh lah kepada Allooh سبحانه وتعالى …..
Sebagaimana dalam QS. Al Ikhlaas (112) ayat 1-2, Allooh سبحانه وتعالى memerintahkan hamba-Nya untuk meminta pada-Nya :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢

Artinya:
(1) “Katakanlah (Muhammad): “Dialah Allooh, Yang Maha Esa.”
(2) “Allooh TEMPAT MEMINTA SEGALA SESUATU (tempat bergantung).

Melalui audio suara berikut ini, pendengar dapat menyimak bagaimana Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memberi petunjuk agar kita benar didalam mencari solusi berkaitan dengan hutang piutang yang dimaksud.

Selamat menyimak.

Download:

Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang, Bagian-1

Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang, Bagian-2

Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang, Bagian-3

Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang, Bagian-4

Do’a bagi Orang Bersedih & Terlilit Hutang, Bagian-5

20 Comments leave one →
  1. abu syamil permalink
    20 August 2013 11:25 am

    Ustadz, Bagian ke-4 nya tidak bisa di-download

    • 20 August 2013 4:27 pm

      Alhamdulillah link sudah diperbaiki, mudah-mudahan sekarang sudah bisa antum download… Barokalloohu fiika

  2. Koes permalink
    18 October 2013 9:34 am

    Assalamu’alaikum ustadz, (Bagi para pembaca yang akan mengcopy paste atau mengambil semua atau sebagian isi dari Blog Al Ustadz Achmad Rofi’i -hafidzohullooh- )

    Begitu dibatasikah dakwah ini, sehingga mesti mohon izin lebih dulu jika ilmunya di-copas? Mohon maaf Ustadz, tidak mengurangi rasa hormat ana pada antum, apakah antum dalam ‘copas’ dalil sudah izin pada ulama-ulama awal pencari dalil & ilmu agama ini, sehingga kamipun harus seizin Ustadz untuk me-copas? lalu, diwordpress ini apakah antum mengeluarkan biaya untuk jadi membernya?

    Apakah ilmu ustadz terbatas hanya untuk yang meminta ijin dalam menyebarkan dakwah antum? Sedangkan di luar banyak juga orang-orang berilmu yang ikhlas dengan ilmunya.

    Semoga Ustadz lebih mempermudah dakwah ini, sehingga orang mudah menyebarkan ilmu ustadz, walaupun tanpa sepengetahuan ustadz.

    Barokalloohufikum

    Hamba Allooh

    • 25 October 2013 12:02 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,

      Yang dituntut adalah SESEORANG ITU JUJUR (AMANAH ILMIYAH dan TIDAK MENCURI dalam artian mengakui sesuatu yang dia sebenarnya tidak mampu atau tidak melakukannya), misalnya:

      Pada saat seseorang itu meng-copy paste, lalu ia mengatakan ayat sekian atau hadits anu atau pernyataan Fulan; padahal ia sebenarnya hanyalah mengcopy, ia TIDAK MEMBUKA KITABNYA atau bahkan TIDAK TAHU SEPERTI APA KITABNYA, serta tidak tahu pula bagaimana cara menukil, mengungkapkan serta menjelaskannya.

      Jika kemudian orang-orang disekitarnya menganggap bahwa dia lah yang menulis makalah yang dimaksud tadi, maka orang akan mengatakan bahwa “Antum itu waaahhh….” karena tahu ini dan tahu itu; padahal sebenarnya dia tidaklah tahu ini dan tidak tahu itu; kecuali hanya sekedar membuka internet kemudian meng-copy paste-nya.

      Dalam hal ini maka perhatikanlah hal-hal sebagai berikut:

      1. AMANAH ILMIYAH, sebagaimana yang diungkapkan diatas adalah menyandarkan suatu pernyataan kepada orang yang mengatakannya. Inilah yang dimaksud dengan “meminta izin, karena hal ini SESUAI DENGAN adanya PERNYATAAN dari PARA ‘ULAMA, “Barangsiapa yang telah menunjukkan siapa atau darimana dia mengambil suatu pernyataan, berarti dia telah menyerahkan tanggungjawab kepada yang mengatakannya. Dan barangsiapa yang telah melakukan itu, maka dia telah berlepas diri.”

      Dengan demikian, jika antum meng-copy paste kemudian menunjukkan darimana antum menukil, maka antum telah mempraktekkan kaidah ‘Ulama diatas.

      2. “Anda sebenarnya telah mencuri”, demikian itu istilah ‘Ulama zaman dahulu; yaitu apabila seseorang menemukan suatu ilmu tanpa tahu siapa yang menulisnya, siapa yang menyatakannya, siapa yang meriwayatkannya; lalu tiba-tiba ia meriwayatkannya maka orang ini adalah Pencuri. Yang demikian itu adalah kaidah dari ‘Ulama.
      Hal tersebut adalah sebagai upaya proteksi ilmu dan penghormatan terhadap para ‘Ulama.

      3. Ada indikasi bahwa ‘ilmu dengan cara copy-paste, maka menjadikan ummat ini menjadi tidak tahu siapa sebenarnya yang ‘Aalim dan Faqih.

      Bisa jadi, ada orang yang ‘aalim namun karena ia tidak menulis maka orang mengiranya sebagai orang bodoh; sementara orang yang rajin meng-copy paste maka seolah dia itu adalah orang yang lebih ‘aalim; padahal kenyataannya bisa jadi bertolak belakang.

      4. ‘Ilmu harus diambil dari Guru. Dan Guru adalah manusia. Dialah yang membimbing, dialah yang memberitahu, dialah yang meluruskan, dialah yang memberi jalan terang, sehingga muridnya menjadi berkembang; seperti halnya orangtua terhadap anaknya.

      Tetapi ketika ‘ilmu di-copy paste, maka menjadi tidak jelas siapa gurunya.
      Tidak jelas siapa yang berperan sebagai guru bagi orang ini; sehingga orang ini akan berkembang semau sendiri, menganggap ngerti sendiri, menganggap pintar sendiri, menganggap benar sendiri sehingga menjadi berbangga pada dirinya sendiri. Dan hal inilah yang dikhawatirkan oleh para ‘Ulama; dimana zaman dahulu: “’Ilmu itu diambil dari mulut Guru. Ketika seseorang belajar dari buku (– dalam hal ini yang sedang kita bahas adalah internet misalnya, bukan dari bertemu muka dan belajar langsung kepada Guru –), maka akan masuklah kepada ‘ilmu itu orang yang bukan ahlinya”.

      5. Ana sampai pada keberanian berkarya seperti ini maka itu adalah hasil proses belajar puluhan tahun dari Guru secara langsung (sebagaimana yang dapat dilihat dalam Biography pada blog ini). Artinya, ana ini tidak tiba-tiba langsung bisa, atau sekedar copy-paste (seperti yang baru populer beberapa tahun terakhir ini); melainkan ana mengakui bahwa itu adalah bagian dari jasa para Guru pembimbing ana, yang ana menghormati mereka seluruhnya.

      6. Perkara izin dengan orang-orang terdahulu, maka perlu antum ketahui bahwa Ijazah itu, baik bukti akademis – maupun ijazah yang didapat dari Guru-Guru ana, maka itu artinya ana sudah diberi izin oleh mereka untuk menyebarkan ilmu ini. Karena, mereka telah tahu, telah menguji terhadap apa yang semestinya dilakukan oleh para lulusan dan para murid yang belajar ditangannya.

      7. Dalam ‘Ilmu Hadits dikenal dengan Takhrij, dimana seseorang tidak boleh sekedar meriwayatkan; akan tetapi dituntut untuk menjamin kevalidan apa yang diriwayatkannya. Dengan melalui kegiatan Takhrij ini, seseorang dituntut bukan saja menyelami lautan Kitab untuk menemukan suatu Hadits, kemudian meneliti, membahas, mengeluarkan dan menyatakan status derajat Hadits, apakah suatu riwayat itu bisa diterima ataukah tidak; akan tetapi semua kegiatan ini harus mencantumkan siapa dan darimana dia menukil dengan penuh ketelitian. Bahkan sampai kepada Syakal dan Titik. Hal ini memberi pelajaran kepada kita bahwa tidak mudah begitu saja seseorang asal bicara menyampaikan suatu ilmu (diin), tetapi dia harus menyebutkan dari siapa dan dari Kitab apa dia menukil dan meriwayatkan ilmu itu.

      Ada perkataan Al Imaam ‘Aali Ibnul Madiiny رحمه الله, yang artinya: “Sesungguhnya ‘ilmu ini adalah diin. Kalaulah tidak karena Sanad, maka seorang yang punya mau akan meriwayatkan apa yang dia mau.”

      Juga dahulu kala “Orang (ketika akan meriwayatkan ‘ilmu) tidak bertanya tentang Sanad; ketika setelah terjadinya fitnah (munculnya kebid’ahan), mulailah saling berkata ‘Sebutkan pada kami Guru-Guru kalian (rijaal), jika mereka adalah Ahlus Sunnah maka diterima riwayatnya, jika mereka adalah Ahlul Bid’ah maka tidak diterima riwayatnya’.”

      Dua pernyataan ini bisa menjadi bukti sejarah bahwa menyebutkan siapa dan darimana antum meriwayatkan suatu riwayat adalah merupakan ‘ilmu, bahkan akhlaq (Adab Pencari ‘Ilmu) dimana bukan saja sekedar menyebutkan darimana, dari Kitab apa, apa status yang diriwayatkannya, bahkan juga antum harus tahu bahwa diin ini tidak menjadikan orang faasiq dan orang kaafir termasuk Ahlul Bid’ah tidak dapat riwayat dan pernyataannya dijadikan sebagai perkara yang di-copy paste, apalagi disebarluaskan untuk kemudian dijadikan sebagai pembangun suatu pemikiran apalagi keyakinan.

      8. Ikhlas adalah kaitan seorang hamba dengan Allooh سبحانه وتعالى, bukan kaitan ana dengan antum. Oleh karena itu, tidak mengapa bagi ana apabila antum menyatakan bahwa ana tidak ikhlas sekalipun, karena urusan ikhlas itu adalah bukan urusan ana dengan antum. Toh, antum tidak tahu tentang apa NIAT ana dengan menulis perkataan “Meminta Izin” sebagaimana yang dimaksud pada Blog ini; dan sebenarnya “meminta izinyang ana maksudkan adalah untuk MEMENUHI KAIDAH ‘ULAMA sebagaimana yang telah ana jelaskan diatas. Dan Allooh سبحانه وتعالى lebih Maha Mengetahui apa yang ada di hati ana.

      Kalaulah semata-mata demi mencari penghargaan manusia sebagaimana yang antum pikirkan, maka ana tentunya akan marah apabila ada orang yang terlanjur meng-copy paste tanpa izin. Namun apabila antum jeli dan antum dapat meneliti keseluruh bagian Konsultasi dan Tanya Jawab yang ada pada Blog ini, bahwa bahkan ketika ada orang yang sudah terlanjur meng-copy paste, lalu lupa meminta izin sekalipun dan ia meminta maaf, maka ana selalu mengatakan,Laa ba’sa…. Tidak mengapa…”. Hal ini karena memang niat ana bukanlah untuk mencari penghargaan manusia, tetapi untuk menerapkan kaidah ‘Ulama diatas.

      Semoga hal ini menjadi jelas bagi antum… Dan semoga Allooh سبحانه وتعالى menjadikan kita semua sebagai kaum Muslimin bersangka baik kepada saudaranya…. Barokalloohu fiikum.

  3. azizan bin jaafar permalink
    27 March 2014 10:53 am

    Assalamu’alaikum ustadz,saya Azizan bin Jaafar dari Malaysia ingin meminta izin dari Ustadz untuk mengguna pakai materi-materi dari blog ini.

    • 30 March 2014 4:56 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja…. Semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiiki

  4. 10 June 2014 6:07 pm

    Assalamualaikum pak ustad, mohon ijin untuk mengcopy dan menggunakan doa-doa ini, makasih.

    • 13 June 2014 3:56 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiiki

  5. ANDIMARWAN permalink
    9 August 2014 2:15 pm

    Assalamu’alaikum Ustadz.
    Saya bersyukur pada ALLAH SUBHANA WATA’ALA yang memberikan petunjuk dengan pemaparan dari Ustadz yang kami cintai, semoga apa yang disampaikan melalui tulisan berfaedah bagi semuanya dan tidak mengurangi rasa hormat, Saya mewakili orang-orang yang ingin mengambil ilmu dengan meng-copy-faste memohon ijin, dan semoga Ustadz senantiasa di bukakan hati yang lapang sehingga ikhlas memberikan ijin bagi yang meng-copy-faste ( baik yang meminta ijin maupun yang tidak ada pemberitahuan sama sekali )
    Wassalam.

  6. 11 September 2014 10:39 pm

    Assalamualaikum pak ustad, mohon ijin untuk mengcopy dan menggunakan doa-doa ini, makasih.

    • 12 September 2014 11:51 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  7. dhika permalink
    6 October 2014 9:17 pm

    Ass.. Mohon ijin mengamalkan ustadz

    • 6 October 2014 11:19 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh, Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiik

  8. 21 October 2014 4:00 pm

    Mohon ijin copas Ustadz

    • 22 October 2014 10:49 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh, Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

  9. herliyn widiyanti permalink
    16 November 2014 6:12 am

    Assalamu’alaikum pak ustadz saya mohon ijin membaca dan mendownload doa ini ya pak… Terimakasih pak… wassalam

    • 16 November 2014 2:51 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh, Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiiki

  10. Achmad Faisal permalink
    14 October 2015 3:24 pm

    Assalamu alaikuum Pak ustadz mohon izin saya copy dan praktik kan Alhamdulillaah maturnuwun

    • 12 December 2015 7:35 pm

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silahkan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiika

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: