AUDIO: Muslim & Siyãssah Syar’iyyah / Politik Islam – (Kajian 1, 2, 3 & 4)
Bagian dari kekurangan dan keterlambatan Muslimin, khususnya di Indonesia, adalah pemahaman Islam yang INTEGRAL, dalam artian: Islam adalah merupakan Syari’at, Islam adalah merupakan Pedoman Hidup, Islam adalah merupakan Aturan Hidup, dan merupakan “Way of Life” yang tidak terpisahkan dari sisi-sisi kehidupan manusia; dari mulai perkara yang dianggap kecil hingga merupakan perkara nasional lalu internasional, dari mulai perkara kepemimpinan manusia sebagai pribadi hingga kepemimpinan manusia dalam tataran dunia.
Semestinya ada mata rantai yang tidak terputus antara Muslim yang menyatakan diri bahwa “Lã Ilãha Ilallõh Muhammadun Rosũlullõh” (Tidak ada yang berhaq diibadahi di dunia ini, kecuali Allõh semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba Allõh dan utusan-Nya).
Dengan Sholat 5 waktu, dia (sebagai Muslim) senantiasa menghubungkan, menserasikan bahkan mempererat hubungannya dengan Allõh سبحانه وتعالى, minimal 5 X sehari.
Lalu dengan Zakat, dia (sebagai Muslim) harus mengetahui dan menyadari bahwa karunia dan nikmat yang selama ini dia dapati adalah karunia Allõh سبحانه وتعالى, yang harus disyukuri dengan berbagi bahagia dengan orang lain yang belum mendapatkan kesempatan seperti yang dia dapat.
Dengan Shoum, dimana sebagai diri haruslah berpandai untuk melatih dan me-manage hawa nafsu dan jiwanya.
Demikian pula dengan Haji, yang terintergrasi antara ibadah fisik, harta, jiwa, dan lain sebagainya….
Seorang Muslim yang ber-Syahadat bahkan yang ber-Rukun Islam seperti tadi, adalah sama dengan seorang Muslim yang membaca Al Qur’an, yang berdzikir kepada Allõh سبحانه وتعالى, yang bermohon mengadukan kebutuhannya kepada Allõh سبحانه وتعالى, bahkan yang sedang bergelut dalam berbagai perkara sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Tidak boleh bagi seorang Muslim, memilah dan memilih, bahwa “ajaran itu saja” yang mau saya lakukan, adapun “ajaran ini” boleh saya tinggalkan.
Atau “ajaran itu” untuk komunitas tertentu, adapun “ajaran ini” untuk saya pilih bagi diri saya pribadi.
Islam itu ajaran TOTALITAS. Totalitas bagi siapa saja yang menjadi hamba bagi Allõh سبحانه وتعالى. Tidak hanya manusia, bahkan jin pun tidaklah diciptakan oleh Allõh سبحانه وتعالى kecuali hanyalah untuk mengabdi kepada-Nya. Allõh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. adz-Dzãriyãt (51) ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Islam itu adalah ajaran PARIPURNA untuk SELURUH SISI KEHIDUPAN, karena Islam adalah ajaran terakhir yang disampaikan oleh Nabi dan Rosuul terakhir, dan untuk ummat yang terakhir. Maka sudah seharusnya bahwa aturan yang dipersiapkan oleh Allõh سبحانه وتعالى melalui Wahyu, juga TOTALITAS menyentuh seluruh sisi kehidupan manusia dari berbagai sudut, yang tidak mengenal teritorial.
Allõh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al-Anbiyã’ (21) ayat 107:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.”
Ketika seorang meyakini suatu ajaran dari Islam, maka dia harus meyakini hal ini, tidak boleh memilah memilihnya, tidak boleh mengkategorikannya seakan ada bagian dari Islam yang nihil atau sepele, seakan ada yang hanya kulit dan ada yang substansial, karena Allõh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al-Bãqoroh (2) ayat 208:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara KÃFFAH (TOTALITAS / MENYELURUH), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithõn karena sesungguhnya syaithõn adalah musuh yang nyata bagi kalian.”
“Perpolitikan“, demikianlah istilah yang populer, dan dalam Islam bukan hal yang baru. Aturan yang menata adanya kepemimpinan. Jangankan kepemimpinan nasional, atau internasional; Kepemimpinan dalam tataran pribadi/keluarga pun telah Allõh سبحانه وتعالى atur.
Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت
Artinya:
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Kepemimpinan yang sifatnya luas, yang sifatnya adalah jangkauannya manusia yang bahkan seluas apa yang Allõh سبحانه وتعالى maksudkan dalam rahmatan lil alamin, sebagaimana telah disebutkan terdahulu yang mana Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam Hadits Riwayat Al Imãm al-Bukhõry no: 7150, 7151 dan dalam Hadits Riwayat Al Imãm Muslim no: 142 :
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Artinya:
“Tidaklah seorang pemimpin yang diberi amanah oleh Allõh menjadi pemimpin bagi rakyatnya, pada saat dia mati sedangkan dia dalam keadaan curang dan dzolim bagi rakyatnya, maka Allõh سبحانه وتعالى haromkan baginya surga.”
Demikian ayat dan Hadits, bukan satu, dua, tetapi banyak jumlahnya dalam Al Qur’an dan Hadits, yang menunjukkan bahwa Islam menata tentang bagaimana kepemimpinan.
Hal mana berkaitan dengan apa yang akan dihadapi oleh bangsa ini. Tidak sedikit dari kaum muslimin yang masih ragu, bingung…. dan bingung… bagaimana menyikapi….
Ketika ada calon pemimpin yang kãfir yang tidak beriman kepada Allõh سبحانه وتعالى, tidak beriman kepada Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, tidak beriman kepada Al Qur’an…..
Lalu ada calon pemimpin yang dia saudara kita, se-Iman, dan se-Islam; dan kita pun memang tidak mengatakan bahwa ia sempurna, karena Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم sudah menggambarkan bahwa tidak ada manusia sempurna…. Karena yang ma’shum itu hanyalah Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم saja, sedangkan selain Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم adalah tidak bisa terjamin terjaga dari dosa dan ma’shiyat sebagaimana sabda Nabi kita صلى الله عليه وسلم dalam Hadits Riwayat Al Imãm Ibnu Mãjah no: 4241, di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albãni :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya:
“Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
Jadi perbedaan saudara seiman itu adalah dari sisi sering dan banyaknya bertaubat, sedikit dan jarangnya bertaubat, tetapi dia adalah tetap saudara se-Iman kita….
Kaitan ini tidak sedikit kaum muslimin yang kemudian ragu dan bimbang bahkan tidak mengetahui keadaan saudaranya; bahwa Muslim itu, betapapun dia, selama dia belum keluar (murtad) dari Islam adalah saudara, yang berhak mendapat ukhuwah, berhak mendapat dukungan dari kita, berhak mendapat loyalitas dari kita, karena dia masih membenarkan tentang adanya nasehat dari Allõh سبحانه وتعالى, nasehat dari Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم, dia masih memegang nilai-nilai yang berasal dari Allõh سبحانه وتعالى dan itu terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu sudah bukan lagi untuk ragu bahwa apabila ada orang yang seperti itu, maka ia tetap berhak menjadi Pemimpin….
Apalagi apabila rakyat yang dipimpin adalah muslimun atau mayoritas muslimun…. Apalagi Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah menegaskan dengan jelas akan Wajibnya mengangkat Pemimpin dari golongan Muslimin, dan Haromnya menjadikan Pemimpin dari golongan Kãfir yang tidak beriman kepada Allõh سبحانه وتعالى dan Rosũl-Nya صلى الله عليه وسلم.
Audio berikut ini adalah upaya untuk menjelaskan apa yang 1437 tahun yang lalu sudah diajarkan, diwariskan oleh Penghulu Ummat ini dan pengikut-pengikut setia mereka; dan yang telah tertera dalam berbagai Kitab yang para ‘Ulama Ahlus Sunnah telah menjelaskannya.
Bahkan Indonesia, setelah rahmat Allõh سبحانه وتعالى, maka adalah darah-darah para syuhada yang telah menggoreskan Indonesia merdeka….
Berapa banyak kaum muslimin, bapak-bapak kita, para Ulama, para tokoh yang mereka itu telah rela untuk mengorbankan apa yang mereka miliki. Tidak lagi berhitung dimanakah mereka akan tinggal, tidak lagi berhitung apakah mereka akan panjang umur, tidak lagi berhitung apakah mereka akan terluka, tidak lagi berhitung bagaimana keadaan anak istrinya, yang ada di benak mereka adalah “ALLÕHU AKBAR”, Allõh Maha Besar….
Demikianlah, Indonesia dengan pekik “Allõhu Akbar”, telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari sejarah kemerdekaan bangsa ini…
Oleh karena itu jika Allõh سبحانه وتعالى telah memerintahkannya, Rosũlullõh صلى الله عليه وسلم telah mencontohkannya, para ‘Ulama telah mengajarkannya, sejarah pun telah membuktikannya, maka dengan apa lagi kita masih menyatakan kurang bukti dan fakta bahwa : Islam itu telah mengajarkan kaidah yang jelas, yaitu PEMIMPIN kaum Muslimin itu haruslah berasal dari yang se-AQIDAH.
Mudah-mudahan apa yang disampaikan ini menjadi pengingat bagi kita semua yang bersyahadat “Lã ilãha ilallõh Muhammadun Rosũlullõh” sehingga kita mengetahui apa yang harus kita yakini dan kita sikapi.
Selamat menyimak audio pertama berjudul “Diantara Tanda Nifaq Akbar”.
KAJIAN-1 : DIANTARA NIFAQ AKBAR
Download:
KAJIAN-2 : NASEHAT UNTUK MUSLIMIN
Download:
KAJIAN-3 : TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN
Download:
Tanggung Jawab Seorang Pemimpin
KAJIAN-4 : HAROM MEMBIARKAN ORANG KAFIR MEMIMPIN KAUM MUSLIMIN
Download:
Harom Membiarkan Orang Kafir Memimpin Kaum Muslimin
KAJIAN-5 : APAKAH ISLAM MELARANG BERPOLITIK?
Download: