Bahaya Kaum Muslimin Ikut Serta Memakmurkan dan Memeriahkan Natal dan Tahun Baru
BAHAYA KAUM MUSLIMIN IKUT SERTA MEMAKMURKAN
DAN MEMERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU
Menjadi bagian dari khas manusia di akhir zaman adalah jauh dari ‘ilmu dien, jauh dari tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم, meniru dan mengadopsi dan memasukkan ajaran dan tuntunan agama lain dan budaya lain kedalam Al Islaam; sampai dengan mengada-ada sesuatu yang tidak pernah ada dalam tuntunan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Semua gejala diatas sudah nampak hadir di tengah-tengah kita, dimana yang demikian itu sudah semestinya bagi kita sekalian untuk hati-hati dan waspada terhadap sesuatu yang justru berbahaya, menjerumuskan dan menjauhkan kita kedalam kesesatan.
Seperti peringatan Natal dan Tahun Baru, selain dari kebiasaan menjadi terombang-ambingnya ekonomi sehingga berbagai nilai harga barang pun melambung naik, yang menyebabkan semakin menambah susahnya orang yang sedang dirundung susah; juga selain itu tidak sedikit dari kaum muslimin, yang mereka itu sudah mulai berencana dan sibuk untuk ikut berperan serta dalam memeriahkan dan menyemarakkan peringatan yang terbukti menurut ajaran kaum Nashroni sendiri itu sebenarnya tidak ada ajarannya.
Bagi kita, sudah semestinya untuk banyak berbenah, meluruskan, membenarkan, menaikkan kualitas dan intensitas pengabdian dan ketaqwaan kita kepada Allooh سبحانه وتعالى. Bukan justru semakin jauh atau bahkan menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang kaafir.
Jangan dikira, perbuatan seperti diatas itu hanyalah dianggap sebagai perbuatan untuk sekedar mengisi waktu luang, iseng, ataupun perkara yang dianggapnya sepele; karena yang demikian itu adalah justru menyelisihi dari tuntutan dan konsekwensi seseorang menganut Al Islaam sebagai pedoman hidup.
Natal dan Tahun Baru tidak diajarkan Injil; seperti halnya peringatan Maulid Nabi dan peringatan 1 Muharrom maupun perayaan-perayaan sejenis seperti : Nuzulul Qur’an, Isra’ Mi’raj pun juga tidak ada ajarannya didalam Sunnah Muhammad صلى الله عليه وسلم. Perayaan seperti itu justru menyerupai orang kaafir, yang mengancam aqidah seorang Muslim ataupun dia dapat tergolong ke dalam golongan orang kaafir. Bahkan ternyata harus disadari pula bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru bisa jadi merupakan ajang kristenisasi, sebagaimana pembaca yang budiman akan mendapatkan sedikit fakta tentang perkara ini dalam beberapa artikel berikut. Selain itu, juga merupakan perkara yang menyia-nyiakan waktu, umur dan harta serta banyak lagi hal lainnya.
Berikut ini, dalam artikel “Natal menurut Salibis” yang bersumber dari situs orang Nashroni sendiri, dapat ditemukan fakta bahwa kaum Nashroni pun mengakui bahwa Natal itu tidak diajarkan dalam Injil mereka.
NATAL MENURUT SALIBIS
Kata “Natal” berasal dari bahasa Latin yang berarti “Lahir”.
Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas“, maka anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calendars gravitated to christmas.”
(“Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”)
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day“, Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa: “In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world.”
(“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini“)
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism.”
(“Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala“)
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…” (The “Communion,” which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “…A feast was established in memory of this event (Christ´s birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ´s birth existed.”
(“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan Suci” yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus”)… Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Sumber:
http://www.einjil.com/cgi-bin/forum_read.pl?forum_id=13660&level=2
Juga artikel berikut ini:
NATAL BUKAN MILIK YESUS,
TAPI HARI ULANG TAHUN KELAHIRAN DEWA KAAFIR
Bagi umat Kristen, Natal 25 Desember adalah hari besar yang dirayakan dengan sepenuh suka cita dan kemeriahan. Hari ini diyakini sebagai peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke dunia (Dies Natalis of Jesus Christ). Peringatan ini menjadi penting, karena mereka meyakini Yesus sebagai tuhan dan juru selamat. Dengan kata lain, perayaan Natal bagi umat kristiani adalah memperingati hari ulang tahun kelahiran tuhan.
Mengapa mereka merayakan hari ulang tahun kelahiran Yesus tanggal 25 Desember? Apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember?
Sebenarnya, semua teologi Kristen sepakat bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Meski demikian, para teologi berselisih pendapat mengenai tanggal lahir Yesus.
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happened Charistmas Morning’ menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan observasi astronomis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.
“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan – pada hari dan tahun keberapa – Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November”
(Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya Tabernakel… Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar Internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama tiga bulan.”
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal 19 Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid Victorius edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus? Hal ini masih misterius”.
Karena kesimpangsiuran tanggal kelahiran Yesus itulah, seorang muallaf Wencelclaus Insan Mokoginta berani membuat sayembara terbuka berhadiah mobil BMW. “Jika ada yang bisa menunjukkan dalil dalam Alkitab bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan perintah untuk merayakannya, kami sediakan hadiah mobil BMW dan uang tunai 10 juta rupiah”, tulis Wencelclaus dalam buku Mustahil Kristen Bisa Menjawab.
Mengapa Natalan tanggal 25 Desember?
Gereja-gereja Barat merayakan Natal tiap tanggal 25 Desember karena mendapat pengaruh dari Roma. Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya sebagian besar gereja di dunia mengikuti tradisi Roma.
Mengapa 25 Desember? Latar belakang perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari Natal Yesus semata-mata mengadopsi tradisi pagan, untuk menyesuaikan dengan hari perayaan penyembahan berhala yang populer pada saat itu.
Sebab 25 Desember adalah Natal dua dewa terkemuka pada masa purba, yaitu perayaan kelahiran Dewa Matahari bangsa Roma yang dikenal dengan perayaan Solis Invictus (matahari yang tak terkalahkan) dan Dewa Mithras (dewa matahari kebenaran dan kebijakan). Perayaan ini sangat berpengaruh dalam kebudayaan dan keagamaan di kekaisaran Romawi, sejak abad ke-10 hingga 7 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi).
Perayaan Roman Saturnalia, suatu perayaan untuk menghormati Saturnus, Dewa Pertanian dan Pembaruan Kuasa Matahari, juga berlangsung pada tanggal 25 Desember.
Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan kelahiran dewa, diganti sebagai natal Yesus sang pembawa terang. Dengan inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar para paganis dengan mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa kebiasaan yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan penyembahan berhala-berhala ini.
Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan agama guna keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka diperkenalkanlah tadisi Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember 336 yang menggabungkan tradisi penyembahan matahari dalam Mithraisme dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus dalam Kristen. Sejak saat itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan Natal kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol Invictus masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan Sol Invictus, diganti dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari Kebenaran Penerangi Dunia.
Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja bisa diabaikan” (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).
Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat, telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia: “Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!!
[a. ahmad hizbullah mag/suara islam]
Sumber :
Juga merupakan perkara yang hendaknya kaum muslimin waspadai adalah sebagai berikut:
SKANDAL MISI NATAL: KRISTENISASI BERKEDOK MAULID NABI
Natal dan Tahun Baru adalah momen yang paling bahagia bagi umat Kristiani. Mereka bersukacita merayakan kelahiran Yesus Kristus yang mereka yakini sebagai tuhan, Juru Selamat dan Juru Damai.
Dengan keyakinan itu, para pendeta dan penginjil berusaha agar umat Islam juga merasakan damai Natal sebagaimana yang mereka rasakan. Sayangnya untuk “berbagi kasih” Natal itu, mereka menghalalkan segala cara, termasuk misi tipu muslihat.
Misi tipu muslihat Natal itu nampak jelas dalam brosur yang memakai nama samaran “Al-Barokah”. Bagi umat Islam yang awam, brosur lipat ini sangat menarik. Lihat saja, pada halaman depan tertulis judul “Allahu Akbar Maulid Isa Alaihissalam” yang dihiasi dengan kaligrafi khas Arab “Maulidun Nabiyyi ‘Iisaa ‘Alaihissalaam”. Tanpa wawasan yang memadai, kaum awam akan mengira brosur full colour ini sebagai bacaan Islam penguat aqidah. Yang lebih mengecoh lagi, brosur empat halaman ini mencantumkan lima nash Arab ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi.
Gambar 1.
(Misi tipu muslihat Natal itu nampak jelas
dalam brosur yang memakai nama samaran “Al-Barokah.)
Mulanya brosur Kristen “Al-Barokah” mengutip hadits shohiih Muslim yang menyatakan bahwa yang bisa menyelamatkan manusia masuk surga bukanlah amal shoolih, melainkan rahmat Allooh.
“Nabi Muhammad bersabda: “Tak seorang pun di antara kalian dimasukkan ke dalam sorga oleh amalnya dan tidak pula diselamatkan dari neraka. Begitu pula aku, kecuali dengan rahmat Allah” (Hadits Shohiih Muslim).
Hadits ini diparalelkan dengan ayat Al-Qur’an surat Maryam ayat 21 yang menyatakan bahwa kelahiran Nabi Isa adalah rahmat dari Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa.
Dengan kesimpulan demikian, lantas penginjil penulis brosur tersebut mengajak umat Islam untuk bersuka cita dalam damai Natal, menyambut kelahiran Yesus Kristus sebagai rahmat Allah, satu-satunya penebus dosa yang sanggup membawa manusia memasuki surga-Nya.
Umat Islam tidak akan membantah Nabi Isa sebagai rahmat Allooh, sesuai dengan nash Al-Qur’an. Tapi keyakinan ini tidak serta-merta membuat umat Islam beralih masuk Kristen untuk menjadi pengikut Yesus. Karena dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 49 dan Az-Zukhruf 59, Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa membatasi misi kenabian Yesus hanya terbatas untuk bani Israel. Bukankah Bibel juga mengonfirmasi misi Yesus hanya untuk domba yang hilang dari umat Israel ? (Matius 10:5-6, Matius 15:24).
Ajakan penginjil kepada umat Islam untuk merayakan Natal kelahiran Yesus sang Juru Selamat ini tentu sesat dan menyesatkan, akibat keliru menerapkan logika silogis. Menurut Al-Qur’an, Nabi Isa bukanlah satu-satunya rahmat Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa. Para nabi adalah rahmat dari Allooh Subhaanahu Wa Ta’alaa, dan diantara semua nabi itu, hanya ada satu nabi pamungkas untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin), yaitu Nabi Muhammad Sholalloohu ‘Alaihi Wassalaam.
“Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al Anbiya’ 107).
Ajakan penginjil kepada umat Islam untuk merayakan Natal itu bukanlah keterpujian, melainkan skandal teologis yang sama sekali tidak Alkitabiah. Ajakan Natalan kepada umat Islam juga salah sasaran. Sebaiknya, ajakan Natalan itu ditujukan kepada sekte-sekte Kristen yang tidak merayakan Natalan, misalnya Kristen Advent.
Tak sedikit sekte Kristen yang menentang Natalan, karena hari raya ini tidak ada perintahnya dalam Alkitab. Tuhan tidak memerintahkan manusia untuk memperingati Kelahiran Yesus, baik melalui Alkitab maupun melalui pernyataan para murid Yesus. Petrus, Paulus, Yohanes maupun para murid mereka tidak pernah memperhatikan hari Natal. Tidak ada hari Natal pada saat itu, dan tak ada dasar untuk memperhatikannya. Jika Natalan itu tidak ada perintahnya dari Yesus, bagaimana bisa mengklaim Natalan sebagai peribadatan yang memuliakan Yesus?
Selain itu, tak ada ayat Alkitab yang menyatakan Yesus lahir tanggal 25 Desember. Jika tanggal 25 Desember bukan hari kelahiran Yesus, maka merayakan tanggal ini sebagai hari ulang tahun kelahiran Yesus adalah sebuah pengkhianatan sejarah kepada Yesus. [a. ahmad hizbullah mag/suara islam]
Sumber :
Demikianlah, hendaknya kaum muslimin berhati-hati untuk tidak ikut-ikutan memakmurkan ataupun memeriahkan Natal dan Tahun Baru.
Dan hendaknya kaum muslimin menyadari pula untuk tidak ikut-ikutan menyerupai (tasyabbuh) terhadap orang kaafir dengan mengadakan acara-acara Bid’ah seperti Mauludan (perayaan Maulid Nabi Muhammad Sholalloohu ‘Alaihi Wassalam) yang menyerupai perayaan Natal orang Nashrani, ataupun perayaan 1 Muharrom yang menyerupai perayaan Tahun Baru orang Nashrani, ataupun perayaan Isra’ Mi’raj yang menyerupai perayaan Kenaikan ‘Isa Al Masih-nya orang Nashrani, dll.
Tidakkah kita memperhatikan peringatan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه berikut ini:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »
Artinya:
“Kalian akan mengikuti adat tradisi ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga sekiranya mereka masuk dalam lubang dobb (– sejenis biawak –) sekalipun, niscaya kalian akan mengikutinya juga.”
Para Shohabat bertanya, “Wahai Rosuulullooh, apakah yang dimaksud itu orang-orang Yahudi dan Nashroni?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 6952)
Maka waspadalah, wahai kaum Muslimin !
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Yth. Ustadz Achmad Rofi’i Asy Syirbuni, mohon pendapat ustadz, mengenai permasalahan keluarga kami yaitu:
– Saya mempunyai saudara yaitu kakak ipar yang agama kristen, kakak ini yang menggantikan sebagai orang tua, karena saya semasa kecil sudah ditinggalkan kedua orang tua, dan kakak saya setiap 25 desember saudara-saudara semua pada kumpul di tempat kakak saya. Pertanyaan saya apakah saya hadir atau bagaimana Ustadz?
– Pertanyaan kedua saya, Istri saya sebelum menikah dengan saya agamanya kristen, mohon diberikan proses tatacara untuk pindah agama dari Kristen ke Islam?
Dan mohon izin untuk copy paste ulasan ustadz “Bahaya Kaum Muslimin Ikut Serta Memakmurkan dan Memeriahkan Natal dan Tahun Baru” dan semoga Allooh selalu melindungi Ustadz A. Rofi’i sekeluarga, Aamiin.
Saya mohon maaf bila di dalam pertanyaan, ada kata yang kurang pas di hati Ustadz.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Wa ‘alaikumussalaam Warrohmatulloohi Wabarokaatuh,
Semoga Allooh سبحانه وتعالى senantiasa melimpahkan anugrah dan nikmat yang banyak pada anda, dan semoga Allooh سبحانه وتعالى membimbing anda agar senantiasa tetap komitmen dan konsisten dalam berpegang teguh dengan tali Al Islam hingga akhir hayat.
1) Sesungguhnya, jangankan kakak ipar yang sebenarnya dia adalah orang lain, bahkan ayah dan ibu sekalipun tidak ada kewajiban untuk toleran dan damai dalam perkara dien ini (aqidah). Oleh karena itu, Ustadz sampaikan apa yang memang menjadi bagian dari tuntunan Al Islam agar tidak menghadiri dan tidak memberikan ucapan selamat dan juga tidak ikut memeriahkan dan menyemarakkan perayaan-perayaan yang merupakan bagian dari ritual agama mereka.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman QS. Al Kaafiruun (109) ayat 6:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦
Artinya: “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku“.
2) Apakah istri anda sampai sekarang masih Kristen?
Kalau sudah Islam, maka tinggal diluruskan dan dibimbing agar dia semakin mantap dan ber-‘ilmu dalam ber-Islam-nya. Dan tidak perlu untuk membuat bimbang dan ragu-ragu lagi tentang ke-Islamannya jika dia dulu ketika masuk Islam sudah berikrar dengan 2 kalimat syahadat.
Akan tetapi, jika istri anda belum masuk Islam sampai sekarang, maka kewajiban anda adalah menyelamatkan dia, dengan cara memindahkan dia dari Kristen menjadi Muslimah. Adapun tatacara, maka tidaklah susah bahkan sangatlah mudah, yaitu dengan cara:
a) Informasikan kepada istri anda bahwa arti dari Laa Illaaha Illallooh Muhammadur Rosuulullooh adalah: Tidak ada yang berhak untuk diibadahi dengan sebenarnya, kecuali hanyalah Allooh سبحانه وتعالى dan bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah hamba Allooh سبحانه وتعالى dan utusan-Nya untuk seluruh manusia dan jin di alam semesta ini.
b) Pengucapan syahadat adalah suatu ikrar / janji / sumpah bahwa dia siap meyakini dan konsekwen akan apa yang menjadi kandungan dan tuntutan dan konsekwensi daripada 2 kaliamat syahadat itu jika dia sudah mengucapkannya dan menjadi seorang muslimah.
c) Perintahkan istri anda untuk mengucapkan dua kalimat syahadat diatas, dengan dibimbing langsung oleh anda sendiri, atau kalau ingin berjaga-jaga agar lebih meyakinkan, maka mintalah pertolongan seorang Ustadz.
d) Begitu dia telah selesai mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslimah, maka ucapkanlah selamat dan doakan agar dia konsisten diatas dienul Islam sampai dengan meninggalkan dunia yang fana ini
e) Beritahu / umumkan kepada kerabat terdekat, handai taulan, teman, tetangga dan orang-orang yang anda kenal bahwa istri anda sekarang sudah menjadi wanita muslimah
f) Lakukan upaya-upaya administrasi melalui:
– Sertifikat Masuk Islam, yang biasanya dikeluarkan oleh Masjid atau Lembaga Islam (jika dibutuhkan).
– Membuat Kartu Keluarga / merubah data pada Kartu Keluarga
– Merubah Identitas Agama dalam KTP
g) Jadwalkan dengan rutin bagi anda dan istri anda untuk mengikuti pengajian-pengajian ‘ilmiah yang didalamnya mengkaji dan menjabarkan tentang tuntunan ber-Islam dan pengamalannya. Tidak kalah penting, anda mencari Ustadz yang anda percaya ke-ilmuannya dan keistiqomahannya untuk menjadi konsultan dan pembimbing kalian dalam masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup berumahtangga, dan masalah-masalah lainnya yang erat kaitannya dengan Islam.
Semoga Allooh سبحانه وتعالى menjadikan anda mudah mengamalkan apa yang menjadi syari’at dan tuntunan Allooh سبحانه وتعالى.
Assalamualaikum wr.wb
Artikelnya bagus ustadz.
Syukron
Mohon izin share pak ustadz !
Silakan saja… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat… Barokalloohu fiik