Skip to content

Penyebab Masuk Neraka (Bagian-1)

6 October 2012

(Transkrip Ceramah AQI 080609)

PENYEBAB MASUK NERAKA (BAGIAN-1)

Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Bahasan kita kali ini adalah berkenaan dengan Penyebab Masuk Neraka atau perkara-perkara yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam Neraka, atau perkara-perkara yang menyebabkan seseorang itu Allooh سبحانه وتعالى campakkan ke dalam murka-Nya. Perkara-perkara yang demikian sangatlah banyak sekali. Akan tetapi bila dikaji secara umum, maka penyebab tersebut ada yang mengakibatkan seseorang dapat menjadi abadi di dalam Neraka dan ada pula penyebab yang mengakibatkan seseorang itu tidak abadi di dalam Neraka.

Sebelumnya, marilah kita perhatikan beberapa ayat Al Qur’an berikut ini. Yang pertama adalah QS. An Nisaa’ (4) ayat 136-140 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيَ أَنزَلَ مِن قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا (136) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ ثُمَّ آمَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ ثُمَّ ازْدَادُواْ كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلاَ لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلاً (137) بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعًا (139) وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكَفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُواْ مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا (140

Artinya:
(136) “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allooh dan Rosuul-Nya dan kepada kitab yang Allooh turunkan kepada Rosuul-Nya serta kitab yang Allooh turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang KAFIR kepada Allooh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosuul- rosuul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
(137) Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allooh tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
(138) Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIK bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
(139) (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allooh.
(140) Dan sungguh Allooh telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allooh diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allooh akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.

Berikutnya adalah QS. Al Munaafiqun (63) ayat 1-5 :

ذَا جَاءكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاء مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (2) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لا يَفْقَهُونَ (3) وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (4) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُؤُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ (5

Artinya:
(1) “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosuul Allooh”. Dan Allooh mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosuul-Nya; dan Allooh mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang MUNAFIK itu benar-benar orang pendusta.
(2) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allooh. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
(3) Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
(4) Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allooh membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
(5) Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rosuulullooh memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.”

Lalu perhatikan pula QS. An Nisaa’ (4) ayat 48 berikut ini:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (48

Artinya:
Sesungguhnya Allooh tidak akan mengampuni dosa SYIRIK, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allooh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”

Juga dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 65 sebagai berikut:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا (65

Artinya:
Maka demi Robb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Juga dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 23 sebagai berikut:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوْتُواْ نَصِيبًا مِّنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِّنْهُمْ وَهُم مُّعْرِضُونَ (23

Artinya:
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allooh supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).”

Dari ayat-ayat Al Qur’an diatas, dengan jelas kita akan mendapatkan beberapa istilah antara lain Kufur, Syirik, Nifaaq dan juga Murtad.

Penyebab-penyebab masuk Neraka itu dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni:

A] Penyebab seseorang masuk neraka abadi (selamanya) :

1) Kufur Akbar (Kekufuran Besar), antara lain karena mendustakan, menolak dan membangkang Al Qur’an ataupun Hadits-Hadits yang shohiih, atau apa saja yang menjadi ‘aqiidah ahlus sunnah wal jama’ah
2) Nifaaq Akbar (Kemunafikan Besar), seperti menolong orang-orang kafir umtuk kejatuhan Islam dan kaum Muslimin
3) Syirik Akbar (Syirik Besar), yaitu karena menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan sesuatu apapun
4) Riddah (Murtad), adalah karena seseorang itu keluar menjadi kafir kembali setelah sebelumnya dia Muslim

B] Penyebab seseorang masuk neraka tetapi tidak kekal :

1) Dosa-Dosa Besar (Al Kabaa’ir), ialah dosa besar selain daripada Syirik Akbar.
2) Dosa-Dosa Kecil (Ash Shoghoo’ir) yang dawam, seperti melihat dan atau mendengarkan perkara-perkara yang harom.

A] Penyebab seseorang masuk Neraka abadi

Kufur Akbar : Apabila seseorang melakukan Kufur Akbar, dan ia mati dalam keadaan demikian (tidak bertaubat sebelum matinya) maka ia akan abadi (selamanya) berada di dalam Neraka.

Nifaaq Akbar: adalah sifat atau perilaku seseorang yang tergolong Kemunafikan yang Besar. Orangnya sendiri disebut Munaafiq. Contoh seseorang yang melakukan Nifaaq Akbar itu adalah: ‘Abdullooh bin Ubay bin Saluul (tokoh Munaafiq pada masa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم di Madinah).

Nifaaq itu sendiri ada dua macam, yaitu: Nifaaq Akbar (Nifaaq Besar) dan Nifaaq Asghor (Nifaaq Kecil); dimana Nifaaq Akbar (Nifaaq Besar) dapat menyebabkan seseorang masuk kedalam Neraka abadi, sementara Nifaaq Asghor (Nifaaq Kecil) walaupun tidak menyebabkan masuk kedalam Neraka abadi tetapi siapakah gerangan yang kiranya mampu menahan kepedihan adzab Allooh سبحانه وتعالى ?

Bahasan tentang Nifaaq Akbar ini sangat dibutuhkan di zaman sekarang, karena tidak mustahil ada orang yang mengaku dirinya sebagai Muslim, tetapi sebenarnya ia bisa jadi sudah terancam murtad. Ia hidup ditengah-tengah kaum muslimin, ia anak-turunannya orang muslim, akan tetapi ia bisa jadi sebenarnya telah terancam kaafir dan akan menjadi penghuni Neraka abadi, apabila mati dalam keadaan demikian dan tidak juga bertobat kepada Allooh سبحانه وتعالى sebelum matinya.

Syirik Akbar: Apabila seseorang mati dalam keadaan syirik dimana syiriknya itu adalah tergolong Syirik Akbar (Syirik Besar), maka menurut firman Allooh سبحانه وتعالى orang seperti ini tidak akan diampuni-Nya (sebagaimana firmanya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 48 diatas), artinya ia akan berada dalam api Neraka selama-lamanya (abadi). Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Akibat dari Syrik Akbar (Syirik Besar) ini adalah sama dengan Kufur Akbar (Kekufuran Besar), dan sama pula dengan Nifaaq Akbar (Kemunafikan Besar).

Perlu diperhatikan bahwa orang yang terjatuh kedalam Syirik Akbar, Kufur Akbar dan Nifaaq Akbar itu dalam realitasnya adalah ada dalam masyarakat, sehingga perlu dibahas perkara apa saja yang menyebabkan seseorang dapat terjatuh kedalam Syirik Akbar, Kufur Akbar dan Nifaaq Akbar tersebut. Dengan demikian, perlu digaris-bawahi bahwa membahas perkara ‘Aqiidah itu adalah membahas perkara yang memang sangat relevan dan aktual, karena hal ini bergesekan dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat kita.

Riddah (Murtad) : Pada hakekatnya adalah sama dengan Kufur Akbar. Karena apabila seseorang itu melakukan Riddah (Murtad), maka ia berubah status, bukanlah seorang muslim lagi; akan tetapi ia adalah tergolong orang kaafir. Dan jika orang yang demikian itu mati, maka ia berhak mendapatkan adzab Allooh سبحانه وتعالى selama-lamanya (abadi di neraka), apabila sebelum matinya ia tidak bertobat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Hal ini pun ada dalam masyarakat kita. Berapa banyak orang yang tadinya itu Muslim, kemudian hanya karena alasan “cinta” ia lalu menggadaikan ‘aqiidah-nya berpindah agama ke agama Nashroni dengan menikahi pasangannya yang seorang Nashroni. Hal ini nyata, ada di masyarakat kita. Belum lagi adanya kasus dimana seorang yang tadinya Muslim, kemudian karena sakit berkepanjangan ia berobat ke lembaga milik Nashroni; kemudian sedikit demi sedikit ia terpengaruh oleh lembaga tersebut sehingga ia pun pada akhirnya menggadaikan ‘aqiidah-nya berpindah agama ke Nashroni. Padahal sekiranya ia mati karena penyakitnya itu dalam keadaan Muslim, maka itu jauh lebih baik baginya daripada mendapat kesehatan tetapi menjadi Murtad (Riddah). Hal itu adalah karena orang tersebut tidaklah kuat dalam mempertahankan iman-nya disaat menghadapi ujian Allooh سبحانه وتعالى berupa penyakit.

Banyak amalan-amalan penyebab Riddah (Murtad) yang jika dilakukan oleh kaum Muslimin dengan sadar, dengan yakin, dengan sengaja dan ia memang sudah mengetahui tentang hukumnya (sudah ber-ilmu tentangnya); maka sebenarnya orang yang demikian dapat tergolong murtad (keluar) dari Al Islam. Tetapi ada pula orang yang melakukan amalan-amalan penyebab Riddah (Murtad) itu karena ia memang tidak paham, tidak tahu, tidak ber-ilmu tentangnya; sehingga orang yang seperti ini masih tetap kita hukumi sebagai Muslim; hanya kemudian hendaknya ada upaya penegakan hujjah terhadap orang yang seperti ini melalui peringatan, pengajaran atau bahkan menyampaikan ancaman Allooh سبحانه وتعالى tentang bahayanya murtad (baik dengan dalil dari Al Qur’an maupun Hadits). [* Bila setelah penegakan hujjah itu lengkap sampai pada diri orang itu dan ia tetap berkeras memilih Murtad, maka disaat itulah ia terhukumi Murtad].

B] Penyebab seseorang masuk Neraka tidak abadi

Penyebab yang dilakukan oleh seseorang tetapi ia masih memiliki harapan terhadap ampunan Allooh سبحانه وتعالى. Bahkan sesuai dengan kehendak Allooh سبحانه وتعالى, orang tersebut akan berkesempatan untuk mendapatkan “Asy Syafaa’ah” bahkan mendapatkan keringanan adzab, bahkan mendapatkan selamat, dan bahkan terbebas dari api Neraka. Walau sekalipun mungkin orang tersebut merupakan orang yang terakhir masuk ke dalam Surga Allooh سبحانه وتعالى sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 6571 dan Al Imaam Muslim no: 186, dari Shohabat Ibnu Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ – قَالَ – فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا – قَالَ – فَيَقُولُ أَتَسْخَرُ بِى – أَوْ أَتَضْحَكُ بِى – وَأَنْتَ الْمَلِكُ » قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ. قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

Artinya:
Sesungguhnya aku tahu siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak.”
Kemudian Allooh berfirman kepadanya, “Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.”
Ia pun mendatangi surga, tetapi ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh.
Ia kembali dan berkata, “Wahai Robbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”
Allooh berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga.”
Ia pun mendatangi surga, tetapi ia masih membayangkan bahwa surga itu telah penuh.
Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Robbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.”
Allooh berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.”
Orang tersebut berkata, “Apakah Engkau memperolok-olokku atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah Raja Diraja?
Ibnu Mas’uud berkata, “Aku melihat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tertawa sampai tampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.”

Penyebab masuk neraka tidak abadi antara lain adalah “Fusuuq” (adapun pelakunya sendiri disebut “Faasiq”) dan “‘Ish-yaan” (orangnya sendiri disebut ‘Aashyi). Hal ini diberitakan di dalam banyak ayat Al Qur’an.

Perhatikanlah QS. Al Faathir (35) ayat 32 sebagai berikut:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (32

Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”

Dalam ayat diatas, Allooh سبحانه وتعالى memberitakan bahwa “orang yang menganiaya diri mereka sendiri” itu dengan istilah “Dzolim li nafsihi” (ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ).

Lalu dalam QS. Al Hujuroot (49) ayat 7 :

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7

Artinya:
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rosuulullooh. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allooh menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada KEKAFIRAN, KEFASIKAN, dan KEDURHAKAAN. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”

Dengan jelas, dalam ayat diatas ini Allooh سبحانه وتعالى menyatakan 3 istilah yaitu: kufur (الْكُفْر), fusuq (الْفُسُوقَ) dan ‘ishyaan (الْعِصْيَانَ).

Fusuq dan ‘Ish-yaan ada dua :

1) Pelaku dosa besar
Orang yang melakukan dosa besar walaupun hanya satu kali maka ia sudah berhak menyandang julukan “Faasiq”. Sebagai contohnya adalah seseorang minum khomr; walaupun sekali saja ia minum khomr maka orang tersebut terancam menjadi “Faasiqun”. Bila seseorang berzina, maka orang tersebut sudah teracam mendapat julukan “Faasiq”, dan seterusnya. Perkara lain yang termasuk dosa besar antara lain adalah mencuri, korupsi, membunuh, dan sebagainya.

2) Terus-menerus (sering) melakukan dosa-dosa kecil
Karena menganggap ringan, ia melakukan dosa-dosa kecil setiap hari. Katakanlah saja dalam sehari ia melakukan dosa-dosa kecil misalkan sebanyak 5 kali, maka dalam setahun adalah sama dengan 360 X 5 dosa kecil = 1.800 kali dosa kecil. Dan jika dikalikan dengan jumlah umurnya selama hidupnya, misalnya ia berumur 60 tahun, maka sejak usia efektif (atau sejak aqil-baligh) dapat dikatakan adalah 45 tahun; maka perbuatan dosa kecilnya adalah 45 X 1.800 = 81.000 kali dosa kecil. Dengan dosa-dosa kecil yang sebanyak itu, ia berhak masuk ke dalam Neraka, kecuali apabila Allooh سبحانه وتعالى mengampuninya.

Perlu kita ketahui, bahwa Kufur Asghor (Kekufuran Kecil), yaitu ma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى pada umumnya adalah bisa tergolong dosa besar, dan bisa pula tergolong dosa kecil; tergantung pada tingkatan Kufur Asghor yang dilakukannya. Adapun Nifaaq Asghor (Kemunafikan Kecil), seperti berdusta dan berkhianat maka bisa pula tergolong dosa besar, dan bisa pula tergolong dosa kecil tergantung pada tingkatan Nifaaq Asghor yang dilakukannya. Demikian pula Syirik Asghor (Syirik Kecil) seperti riya’ yaitu beribadah berharap penilaian dan imbalan manusia (selain Allooh سبحانه وتعالى), maka dapat pula menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam dosa besar dan riya’ ini dapat pula menghilangkan pahala dari amalan yang diperbuatnya itu. Betapa meruginya seseorang yang beramal tetapi kehilangan pahala dari amal perbuatannya. Oleh karena itu, cukupkanlah diri kita ini dengan berharap penilaian dan imbalan / pahala balasan dari Allooh سبحانه وتعالى.

Setelah mengetahui berbagai perkara diatas, maka kita perlu kiat agar diri kita tidak terjerembab dalam perkara-perkara yang menyebabkan kita masuk Neraka, baik yang abadi maupun yang tidak abadi. Oleh karena itu, hendaknya kaum Muslimin memiliki tekad bulat dan kemauan yang keras untuk menghindarkan dirinya dari adzab Allooh سبحانه وتعالى. Jika kita tahu bahwa sesuatu perkara itu menyebabkan dosa besar atau dosa kecil, maka sesungguhnya kita harus tahu pula cara untuk menghapus dosa, baik dosa yang besar maupun dosa yang kecil tersebut, dan bagaimana pula cara menyiasati agar diri kita tidak dekat atau terperosok kedalam dosa.

Terdapat sebuah Kitab yang ditulis oleh ‘Ulama Ahlus Sunnah yakni Al Imaam Syamsuddiin Adz Dzahabi Asy Syafi’iy رحمه الله yang berjudul: “Al Kabaa-ir” (Dosa-Dosa Besar). Didalam Kitab tersebut dibahas bahwa dosa besar itu tidak kurang dari 75 (tujuh puluh lima) atau lebih.

Dalil-Dalil tentang Penyebab Masuk Neraka

Begitu banyak dalil dan ayat yang menunjukkan kepada kita bahwa ternyata tidak sedikit perkara-perkara yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke dalam api Neraka.

Sebagai contoh adalah Hadits-Hadits berikut ini:

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam Ahmad no: 18366, menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth Sanad Hadits ini Shohiih memenuhi syarat Shohiih Al Imaam Muslim, dari Shohabat ‘Iyadh bin Himar  رضي الله عنه, bahwa:

أهل الجنة ثلاثة ذو سلطان مقسط مصدق موقن ورجل رحيم رقيق القلب بكل ذي قربى ومسلم ورجل عفيف فقير متصدق

Artinya:

Penghuni Surga itu tiga: Penguasa yang adil yang benar dan yakin, dan orang yang penyayang, berhati lembut terhadap kerabat, dan muslim yang bersih hati, miskin dan bershodaqoh.”

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam Ibnu Hibban no: 7482, menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth Sanad Hadits ini Shohiih memenuhi syarat Shohiih Al Imaam Muslim, dari salah seorang Shohabat bernama ‘Iyadh Ibnu Himaar رضي الله عنه, bahwa Rosuululloohصلى الله عليه وسلم bersabda :

أهل النار خمسة : الضعيف الذي لا يؤبه له وهو فيكم تبع لا يبغون أهلا ولا مالا ) قلت : ويكون ذلك يا أبا عبدالله ؟ قال : نعم والله لقد أدركتهم في الجاهلية وإن الرجل ليرعى على الحي ما به إلا وليدتهم يطؤها ( ورجل لا يصبح ولا يمسي إلا وهو يخادعك عن أهلك ومالك ورجدل لا يخفى عليه شيء إلا خانه وإن دق وذكر الكذب وذكر البخل

Artinya:
Penghuni Neraka ada lima:
1) Orang lemah yang tidak berakal, ikut-ikutan pada kalian, sedangkan mereka tidak mencari keluarga dan juga harta
2) Orang yang tidak pagi, tidak sore senantiasa menipumu berkenaan dengan keluargamu
3) Orang yang tidak dapat disembunyikan lagi bahwa dia adalah Pengkhianat
4) Berdusta
5) Kikir.”

Yang dimaksud dengan “Penghuni Surga ada tiga“, dan “Penghuni Neraka ada lima” dalam Hadits diatas itu bukan lah bermakna membatasi, tetapi hal itu adalah untuk menunjukkan bahwa penghuni Neraka adalah lebih banyak daripada penghuni Surga.

Berarti penghuni Neraka itu antara lain ada lima kelompok, yakni :
– Orang yang lemah, tidak berakal, orang yang tidak dianggap, tidak dihiraukan, serta tidak berarti. Hanya sebagai orang yang ikut-ikutan saja, seolah-olah ia tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tersebut.
– Seseorang yang tidak hanya di waktu pagi, tetapi juga di waktu sore-nya itu selalu saja menipu manusia, baik dalam masalah keluarga dan harta.
Pengkhianat. Orang ini bersifat rakus, bahkan dalam perkara yang ringan / kecil sekalipun, ia tetap saja berkhianat. Ia bersikap tamak untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang yang demikian itu adalah calon penghuni Neraka. Maka berhati-hatilah wahai kaum Muslimin, di zaman sekarang terdapat banyak sekali orang yang meminta diamanati suatu jabatan (meminta dipilih untuk mengemban suatu amanah). Namun apabila ia sudah terpilih, maka ia bersikap tidak amanah. Orang yang demikian itu adalah calon penghuni Neraka. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
– Orang yang bersikap bakhil (amat kikir)
– Dan juga orang yang pendusta.

Maka sungguh mengerikan sekali, betapa akhlaq dan perangai yang buruk itu dapat menjerumuskan manusia ke Neraka.

Berikutnya perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 4918 dan Al Imaam Muslim no: 2853, dari Shohabat Haaritsah bin Wahab Al Khudzaa’i رضي الله عنه, bahwa Rosuululloohصلى الله عليه وسلم bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرَّهُ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Artinya:

Maukah aku beritahu kalian tentang Penghuni Surga? Setiap orang lemah yang diperlakukan lemah. Jika dia bersumpah terhadap Allooh, niscaya Allooh akan memenuhinya. Tidakkah aku beritahu kalian tentang Penghuni Neraka? Yaitu setiap orang yang angkuh, sombong dan membesarkan diri. 

Adapun dalil-dalil yang berasal dari ayat-ayat Al Qur’an adalah sebagai berikut:

Sebagaimana Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Ghofir / Al Mu’min (40) ayat 10-12 serta ayat 69 – 76 :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِن مَّقْتِكُمْ أَنفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ ﴿١٠﴾ قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ ﴿١١﴾ ذَلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِن يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ ﴿١٢﴾

Artinya:
(10) “Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): “Sesungguhnya kebencian Allooh (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir

(11) Mereka menjawab: “Ya Robb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?

(12) Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allooh saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allooh dipersekutukan, maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allooh Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Jadi pada QS. Ghofir ayat 10-11 diatas dijelaskan betapa orang-orang yang kaafir kepada Allooh سبحانه وتعالى, mereka itu kelak di hari kiamat akan menyesal atas kekufurannya, tetapi dikala itu penyesalan tersebut tiadalah berguna.

Lalu pada QS. Ghofir ayat 12-nya dijelaskan betapa Allooh سبحانه وتعالى memberikan gambaran kepada kita bahwa apabila seseorang diseru kepada iman lalu ia memilih kaafir, maka orang-orang yang demikian itulah yang kemudian disebut dengan Kaafirun, dan orang-orang seperti itu terancam akan masuk ke dalam api Neraka.

Allooh سبحانه وتعالى juga berfirman dalam QS. Ghofir / Al Mu’min (40) ayat 69 – 76 sebagai berikut:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ أَنَّى يُصْرَفُونَ ﴿٦٩﴾ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ ﴿٧٠﴾ إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ ﴿٧١﴾ فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ ﴿٧٢﴾ ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ تُشْرِكُونَ ﴿٧٣﴾ مِن دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا بَل لَّمْ نَكُن نَّدْعُو مِن قَبْلُ شَيْئاً كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ الْكَافِرِينَ ﴿٧٤﴾ ذَلِكُم بِمَا كُنتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنتُمْ تَمْرَحُونَ ﴿٧٥﴾ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ ﴿٧٦﴾

Artinya:

(69) “Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allooh? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?

(70) (Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al Kitab (Al Qur’an) dan wahyu yang dibawa oleh rosuul-rosuul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui,

(71) ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret,

(72) ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,

(73) kemudian dikatakan kepada mereka: “Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan

(74) (yang kamu sembah) selain Allooh?” Mereka menjawab: “Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu”. Seperti demikianlah Allooh menyesatkan orang-orang kafir.

(75) Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kema’shiyatan).

(76) (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong“.”

Di dalam QS. Ghofir ayat 69 diatas dapatlah diambil pelajaran bahwa ada orang yang kerjanya menentang, mendebat dan men-jiddal terhadap ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى. Jadi sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas, bahwa ada ditengah-tengah masyarakat kita ini yang sebetulnya ia itu bisa jadi terancam menjadi orang kaafir, tetapi mereka mengaku dirinya Muslim. Yaitu antara lain adalah orang-orang yang gemar mendebat (menentang), bahkan sampai berani menganulir ataupun mengganti ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى; seperti yang dilakukan oleh orang Syi’ah Rafidhoh. Apabila ayat-ayat tersebut diajarkan, disampaikan, diserukan kepada mereka, namun mereka itu justru mendebatnya, menentangnya, hingga tingkatan mengingkari ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى.

Contoh lainnya, di zaman sekarang ini ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa: “Ayat-ayat Al Qur’an itu ada yang harus dianulir atau diperbaharui karena sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang.”

Nah, orang-orang yang berani mengeluarkan pernyataan seperti itu dengan penuh keyakinan dalam dirinya, maka mereka itu TERANCAM bukan lagi Muslim (walaupun ia menyatakan dirinya Muslim sekalipun), melainkan ia TERANCAM menjadi kaafir, dan murtad, keluar dari Al Islam. Maka berhati-hatilah terhadap paham Liberalisme, dan semisalnya yang marak dipropagandakan di zaman sekarang.

Ketika ayat-ayat Allooh سبحانه وتعالى itu ditentang, dibantah dan dijadikan ajang debat, maka sikap yang demikian itu bisa mengakibatkan kekufuran. Dan yang menentang itu tidak sedikit diantara orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Muslim. Padahal keyakinan dan sikap yang demikian itu bisa menyebabkannya terancam menjadi murtad, keluar dari Al Islam.

Kemudian dalam QS. Ghofir ayat 70-nya, Allooh سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa Al Qur’an telah diturunkan kepada Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم untuk disampaikan kepada ummat manusia, juga wahyu telah dibawa melalui para rosuul, tetapi sikap orang-orang kaafir itu adalah mendustakan.

Sebagai contohnya adalah suatu kaum yang mengubah-ubah hukum Allooh سبحانه وتعالى, dengan menjadikan Hak Waris laki-laki dan perempuan harus sama karena menurutnya itu emansipasi wanita, atau membuat peraturan bahwa wanita boleh mentalak laki-laki, atau membuat berbagai perundang-undangan buatan manusia yang dimaksudkan untuk mengganti hukum Allooh سبحانه وتعالى. Maka yang demikian itu adalah sama dengan mendustakan Al Qur’an. Dan hal ini bukankah banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat di negeri kita ini? Mereka mengaku dirinya Muslim, padahal sesungguhnya mereka itu bisa jadi terancam menjadi murtad. Orang yang ragu terhadap Al Qur’an, berarti ia terancam kaafir. Orang yang menolak kebenaran Al Qur’an dan mengatakan bahwa Al Qur’an tidak relevan lagi sehingga perlu diubah atau disesuaikan dengan zaman, maka orang itu terancam kaafir.

Perhatikan ancaman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Bayyinah (98) ayat 6 :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang kaafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Berarti orang-orang kaafir, orang-orang Ahlul Kitab, serta orang-orang musyrikin tempat mereka itu adalah di dalam Neraka. Dan di Neraka itu adalah kekal (selama-lamanya). Bukankah ini ancaman yang sangat mengerikan ?!

Dengan demikian, kekufuran itu telah memberikan gambaran yang sangat buruk, yaitu pelaku kekufuran tersebut diancam Allooh سبحانه وتعالى masuk ke dalam Jahannam. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Berikut ini terdapat pernyataan Syaikh Haafidz Hakami رحمه الله dalam Kitab berjudul “A’lam As Sunnah Al Masyuuroh” (“Dua Ratus Tanya Jawab tentang ‘Aqiidah”), berkenaan dengan perkara kekufuran itu sebagai berikut :
Kufur adalah kebalikan dari Iman. Bila seseorang itu tidak beriman, berarti ia kufur. Sebagaimana Iman itu memiliki cabang, maka Kufur pun juga memiliki cabang. Hukum-asal dari Iman itu adalah “At Tasydiiq” (membenarkan), tunduk-patuh serta taat yang berkonsekuensi tuntutan kepatuhan dan ketaatan kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Dengan kata lain, Iman itu diawali dengan “At-Tasydiiq” (membenarkan), kemudian diwujudkan dengan ketundukan dan kepatuhan serta ketaatan seseorang yang beriman itu kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Kemudian selanjutnya dijelaskan kembali oleh beliau رحمه الله sebagai berikut: “Hukum-asal dari Kufur adalah “Al Juhud” (menentang), membangkang yang berkonsekuensi pada merasa sombong dan ‘Ish-yaan (ma’shiyat) kepada Allooh سبحانه وتعالى.”

Dengan demikian apabila diperhatikan maka Kufur itu diawali dengan penolakan, penentangan, serta pembangkangan dan kemudian diwujudkan dengan mengaku bahwa dirinya itu lebih baik, lebih besar, serta merasa sombong dan kemudian ber-ma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Kemudian beliau رحمه الله menjelaskan sebagai berikut: “Semua jenis ketaatan adalah bagian dari cabang keimanan. Banyak dalil dalam Al Qur’an maupun Al Hadits yang menjelaskan bahwa semua ketaatan adalah Iman. Sedangkan ma’shiyat dan segala jenis kema’shiyatan adalah bagian dari cabang kekufuran. Dan di dalam banyak nash baik Al Qur’an maupun Al Hadits bahwa kema’shiyatan itu disebut Kufur.

Syaikh Haafidz Hakami رحمه الله juga menjelaskan sebagai berikut: “Kalau demikian anda tahu bahwa kufur itu ada dua. Pertama adalah kufur yang mengeluarkan seseorang dari iman secara menyeluruh yaitu Kufur I’tiqodi, yaitu keyakinan yang meniadakan pernyataan hati maupun amalan. Dan kedua adalah Kufur Asghor (Kufur Kecil).”

Selanjutnya beliau رحمه الله mengatakan: “Bagaimana kufur itu terjadi secara menyeluruh dalam diri seseorang. Bahwasanya Iman itu terdiri dari perkataan dan perbuatan. Yaitu perkataan hati dan mulut, serta perbuatan lisan dan tubuh. Perkatan hati adalah membenarkan, perkatan mulut adalah menyatakan dengan pernyataan ke-Islaman melalui mulutnya. Dan amalan hati adalah niat dan ikhlas, sedangkan perbuatan anggota tubuh kita adalah kepatuhan dengan bentuk seluruh ketaatan.
Maka jika hilang seluruh empat perkara tersebut, berarti hilang pula ke-Imanan seseorang itu secara menyeluruh. Jika dasar-dasar ke-Imanan yang harus diyakini oleh seseorang tidak ada dalam diri orang tersebut, maka orang itu menjadi kaafir. Dan tidak semestinya semua perkara harus tidak ada dalam diri seseorang. Satu perkara saja dari sekian banyak Syari’at dalam diri seseorang itu tidak ada, maka orang itu pun akan menjadi kaafir. Sebagaimana Khalifah Abubakar As Siddiiq رضي الله عنه memerangi orang yang murtad, karena mereka menolak membayar zakat.”

Dengan demikian agar kita dapat memahami perkara ini secara mendalam maka in syaa Allooh akan kita bahas tentang apa itu Kufur, apa penyebabnya, apa saja jenisnya, termasuk hukuman apa yang diterima oleh orang-orang Kaafir, baik di dunia maupun di Akhirat nanti.

Nifaaq Akbar (Kemunafikan Besar) adalah juga menjadi penyebab seseorang masuk ke dalam api Neraka selama-lamanya. Hal ini adalah yang sebagaimana Allooh سبحانه وتعالى firmankan dalam QS. AT Taubah (9) ayat 68 :

وَعَدَ الله الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ

Artinya:

Allooh mengancam orang-orang munaafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang kaafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allooh mela`nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal.

Juga ancaman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 145 :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang munaafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Dari dalil-dalil tersebut diatas dapatlah diambil pelajaran bahwa ada perkara-perkara yang menyebabkan seseorang itu menjadi kaafir. Dia layak dan patut untuk menjadi Ahlun Naar (penghuni Neraka). Perkara-perkara itu adalah Kufur dan Nifaaq.

Ada pula suatu perkara yang pelu kita pahami bahwa seseorang yang akan menjadi Ahlun Naar itu ternyata berpisah dari Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, yaitu jika orang itu tidak meyakini kebenaran Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah dan jika orang itu keluar dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, maka mereka dapat tersesat dan terancam menjadi Ahlun Naar (penghuni neraka).

Perhatikanlah Hadits-Hadits berikut ini:

Pertama,adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam At Turmudzy no: 2641, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Yaziid dari ‘Abdullooh bin ‘Amr رضي الله عنهما, berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

ليأتين على أمتي ما أتى على بني إسرائيل حذو النعل بالنعل حتى إن كان منهم من أتى أمه علانية لكان في أمتي من يصنع ذلك وإن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله قال ما أنا عليه وأصحابي

Artinya:

Sungguh akan datang pada ummatku apa yang dialami oleh Bani Isroo’iil, bagaikan sepasang sandal, sampai-sampai jika diantara mereka ada yang berzina dengan ibunya terang-terangan, niscaya ada diantara ummatku yang melakukannya. Sesungguhnya Bani Isroo’iil terpecah menjadi 72 golongan, dan akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan, semuanya didalam Neraka kecuali satu golongan.” Lalu para Shohabat bertanya: “Wahai Rosuulullooh, siapa dia? Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang berada pada apa yang telah ditempuh olehku dan oleh Shohabatku.”

Dalam Hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Al Imaam Ibnu Maajah no: 3992, di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat ‘Auf bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuululloohصلى الله عليه وسلم bersabda:

افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ ، وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ ، وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، مَنْ هُمْ ؟ قَالَ : الْجَمَاعَةُ

Artinya:

Bahwa Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, satu golongan dalam surga dan 70 golongan dalam neraka. Nashoro terpecah menjadi 72 golongan, 71 golongan dalam neraka dan yang satu golongan masuk surga. Demi yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Satu golongan dalam surga dan 72 golongan di dalam neraka.”

Shohabat bertanya:“Ya Rosuulullooh, siapakah mereka (– satu golongan yang masuk surga itu –) ?

Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab:“Mereka adalah Al Jamaa’ah (– maksudnya: Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah – pent.).

Jadi barangsiapa yang mengikuti ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dengan berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadits, diatas pemahaman As Salafus Shoolih (yaitu pemahaman para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم) atau yang dikenal dengan julukan Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, maka mereka itu akan menjadi Ahlul Jannah (Penghuni Surga). Tetapi kalau seseorang memisahkan diri dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, yaitu mereka yang merupakan “Ahlul Bid’ah” (melakukan ke-Bid’ah-an dengan menambah-nambah atau mengurang-ngurangi ajaran Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم), atau “Ahlul Furqoh”, maka hal itu dapat menyebabkan mereka masuk kedalam Neraka. Na’uudzu billaahi min dzaalik !

Dengan demikian, jika kita ingin masuk kedalam Surga, maka carilah dan usahakan apa-apa yang dikerjakan oleh golongan Ahlussunnah wal Jamaa’ah. Hendaknya dipahami, didalami serta harus tetap berpegang-teguh diatasnya sampai mati, karena itulah jalan menuju surga Allooh سبحانه وتعالى.

Namun, tentu tentang “Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah” ini pun harus kita bahas. Karena banyak orang mengaku dirinya adalah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, padahal ia adalah Ahlul Bid’ah dan bukanlah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah yang semestinya. Oleh karena itu setiap diri kita harus paham terlebih dahulu apa itu “Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah”. Jangan sampai kita tidak paham. Harus dipahami apa saja yang menjadi kriteria Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah. Siapapun boleh mengaku dirinya adalah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, tetapi kalau tidak sesuai dengan kriterianya, maka ia tidak berhak menyandang julukan Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.

Kriteria Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah itu seperti apa, bukanlah wewenang individu atau suatu majelis taklim atau suatu lembaga ataupun suatu yayasan atau organisasi untuk menetapkan kriterianya. Namun yang berhak menetapkan kriterianya adalah Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم.

Karena sebagaimana dalam Hadits diatas dijelaskan bahwa berdasarkan sabda Rosuululloohصلى الله عليه وسلم tentang Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah itu adalah:

ما أنا عليه اليوم وأصحابي

(Ma ana ‘alaihil yauma wa ashaabi)
Yang maksudnya adalah “Orang-orang yang mengikuti Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan apa-apa yang dipahami oleh para Shohabat beliau صلى الله عليه وسلم”.

Oleh karena itu perlu kita kaji suatu bahasan tentang: “Memahami Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah menurut versi Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah” (silakan baca ceramah “Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah” yang pernah dimuat pada Blog ini, atau klik:
https://ustadzrofii.wordpress.com/2010/12/14/ahlus-sunnah-wal-jamaaah-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaaah/).

Jangan sampai memahami Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah tetapi menurut versi Ahlul Bid’ah, karena tentu tidak akan menemukan kebenaran didalamnya.

Kemudian yang juga dapat menyebabkan seseorang itu masuk kedalam Neraka adalah Berdusta atas nama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Termasuk kategori ini adalah menyampaikan Hadits-Hadits Palsu (tanpa menjelaskan tentang kepalsuan Hadits tersebut kepada ummat).

Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1, dari Shohabat Al Mughiiroh bin Syu’bah  رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

Artinya:
Barangsiapa meriwayatkan sebuah Hadits dariku, dilihat ternyata hadits itu dusta, maka sesungguhnya ia termasuk salah satu dari para pendusta.”

Kemudian perhatikanlah ancaman yang diberikan terhadap orang-orang yang berdusta atas nama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tersebut, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam Hadits shohiih yang diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory no: 110 dan Al Imaam Muslim no: 4, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya:

Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, maka bersiaplah dengan tempat duduknya di Neraka.

Juga dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Al Imaam Muslim no: 5, dari Shohabat Al Mughiroh bin Syu’bah  رضي الله عنه, ia berkata, “Aku mendengar Rosuululloohصلى الله عليه وسلم  bersabda,

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya:

Sesungguhnya, berdusta atas namaku tidaklah seperti berdusta atas nama orang lain, barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, maka bersiaplah dengan tempat duduknya di dalam api Neraka.”

Berarti memalsukan Hadits atas nama Rosuululloohصلى الله عليه وسلم adalah juga termasuk perkara yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka. Maka janganlah sekali-kali mengatakan: “Ini Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم” kalau tidak tahu betul bahwa Hadits itu adalah Shohiih atau Hasan berasal dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Sejak zaman dahulu kala para ‘Ulama Ahlus Sunnah telah memisah serta memilah mana saja yang tergolong kedalam Hadit-Hadits Palsu. Contoh yang terkategorikan Palsu adalah perkataan: “Hubbul wathon minal iimaan” (Cinta negeri bagian dari iman). Perkataan itu bukanlah Hadits.

Atau ada pula perkataan lain seperti : “Anna dzoofatu minal iimaan” (Kebersihan bagian daripada iman) atau perkataan: “Roja’na minal jihaadil asghori ilal jihaadil akbar wahuwa jihaadun nafsi” (Kita pulang dari jihad kecil menuju jihad besar yaitu jihad melawan hawa nafsu).

Semua itu adalah Hadits Palsu. Sebagian ‘Ulama Ahlus Sunnah mengatakan itu adalah Hadits yang Lemah, dan tidak bisa diperkuat derajatnya.

Kemudian perkataan yang juga merupakan Hadits Palsu adalah:
Man a’dzoma maulidi hallat lahu syafa’ati yaumal Qiyamah
(Barangsiapa yang mengagungkan hari kelahiranku, maka ia berhak atas syafa’atku di hari Kiamat).
Itu adalah Hadits Palsu, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sendiri tidak pernah bersabda seperti demikian.

Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits yang dinisbatkan atas nama Rosuululloohصلى الله عليه وسلم, padahal Rosuululloohصلى الله عليه وسلم tidak pernah menyatakan dan mengajarkannya.

Selanjutnya, di antara perkara yang juga dapat memasukkan seseorang ke dalam api neraka adalah: Seorang Hakim atau Penguasa yang dzolim.

Hal itu adalah sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam Abu Daawud no: 3575 dalam Sunan-nya, Al Imaam At Turmudzy no: 1322, Al Imaam Ibnu Maajah no: 2315, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Ibnu Buraidah, dari bapaknya Abu Buraidah رضي الله عنهما, bahwa Rosuululloohصلى الله عليه وسلم bersabda:

الْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ وَاحِدٌ فِى الْجَنَّةِ وَاثْنَانِ فِى النَّارِ فَأَمَّا الَّذِى فِى الْجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ فِى الْحُكْمِ فَهُوَ فِى النَّارِ وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِى النَّارِ  

Artinya:

Qodhi (Hakim) itu ada tiga, yang satu didalam surga dan yang dua didalam neraka. Adapun yang didalam surga maka dia adalah seorang Qodhi (Hakim) yang mengetahui kebenaran, kemudian memutuskan perkara dengannya.
Seorang Qodhi (Hakim) yang mengetahui kebenaran, kemudian dia melampaui batas apa yang menjadi Hukum Allooh, maka dia didalam Neraka.
Dan seorang Qodhi (Hakim) yang memutuskan perkara manusia diatas kebodohan, maka dia adalah didalam Neraka.”

Artinya, Hakim yang jaahil akan masuk neraka, dan Hakim yang tahu kebenaran tetapi tidak menghukumi dengan kebenaran itu, maka ia juga akan masuk neraka. Hakim yang benar adalah ia tahu kebenaran, dan ia siap dengan segala resikonya, lalu ia putuskan sesuai dengan kebenaran itu, dengan apa adanya.

Dan masih banyak lagi yang tergolong orang-orang yang diancam masuk kedalam neraka, antara lain adalah orang-orang yang sombong, dan sebagainya.

Hal itu adalah sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 4093, Al Imaam At Turmudzy no: 1998, dan Al Imaam Ibnu Maajah no: 4173, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat ‘Alqomah dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنهما, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ وَلاَ يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ  

Artinya:

Tidak akan masuk kedalam Surga, seorang yang dalam hatinya terdapat sebiji sawit sombong. Dan tidak akan masuk kedalam Neraka, orang yang didalam hatinya terdapat sebiji sawit imaan.”

Dan masih banyak lagi perkara-perkara yang menyebabkan seseorang dapat masuk ke Neraka, yang tidak dapat semuanya kita bahas dalam waktu kajian yang singkat ini.

Namun demikian, dengan mengetahui hal ini semoga dapat menjadikan diri kita berusaha untuk menghindarkan diri dari perkara-perkara tersebut.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

Ada seseorang yang dalam fase hidupnya, ia berada dalam manhaj orang-orang yang berpaham liberal, dan juga karena kejahilannya ia ikut meragukan Al Qur’an. Padahal seperti dijelaskan diatas bahwa orang yang meragukan Al Qur’an akan masuk Neraka dan kekal didalamnya.

Tetapi suatu saat, akhirnya ia sadar atas kesalahannya itu, lalu ia bertaubat. Apakah taubatnya bisa diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى? Dan taubat seperti apa yang harus ia lakukan agar bisa diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى?

Jawaban:

Apabila orang tersebut masuk ke dalam Islam dengan yakin, maka tidak boleh orang itu dihukumi dengan kaafir kecuali dengan yakin pula. Apabila seseorang itu kaafir dengan yakin maka ia tidak bisa disebut Muslim, sampai ia masuk Islam dengan yakin.

Artinya, seorang Muslim yang taat ibadah, ia sholat dan seterusnya, maka secara dzohir ia adalah Muslim. Ia berusaha menjalankan sunnah Rosuululloohصلى الله عليه وسلم. Lalu ia melakukan sesuatu yang sifatnya “syubhat”. Maka orang yang seperti itu tidak boleh dihukumi sebagai kaafir, sampai terpenuhi syarat-syaratnya sebagai orang kafir.

Tetapi bila orang tersebut telah yakin dengan murtad-nya, maka ia masuk kedalam Islam pun harus dengan yakin pula. Ia harus mengucapkan dua Kalimah Syahadat kembali dan harus disaksikan oleh orang Muslim yang lain. Contoh: Ada seseorang yang tadinya Muslim lalu ia menikah dengan orang Nashroni, lalu ia memutuskan (dengan keyakinan dirinya sendiri) untuk berpindah agama mengikuti agama suaminya (menjadi beragama Nashroni), maka ketika itu ia telah terkategorikan murtad. Dalam perjalanan hidupnya ia menyesal telah murtad, dan ia ingin kembali lagi masuk Islam dengan keyakinan penuh di hatinya saat itu bahwa ternyata Islam lah agama yang benar. Maka ketika ia masuk Islam lagi itu, haruslah dengan mengucapkan dua Kalimah Syahadat kembali dan harus disaksikan oleh Muslim yang lain. Seperti itu contohnya.

Demikian pula dengan kasus sebagaimana yang ditanyakan diatas, bahwa seseorang yang telah yakin dengan ke-murtad-annya, maka ketika ia masuk kedalam Islam kembali pun harus lah dengan yakin pula.

Adapun perkara Taubat-nya adalah urusan Allooh سبحانه وتعالى. Artinya, in syaa Allooh Ta’aalaa orang itu taubatnya akan diterima apabila ia tulus dalam bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Karena sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Ibnu Maajah no: 4250, di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya رضي الله عنهما berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ ، كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

Artinya:

Orang  yang bertaubat dari dosa, bagaikan orang yang tak berdosa.

Maka jika ia bertaubat dengan sebenar-benarnya Taubat, maka ia akan diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى. Apalagi ketika ia menjadi orang Liberalis itu adalah dilakukannya karena ia tidak paham, ia tidak tahu, ia belum ber-ilmu.

Misalnya, seperti orang Islam di Indonesia kebanyakan Islamnya adalah basa-basi atau sekedar KTP. Hal itu dikarenakan kaum Muslimin di Indonesia ini mendapat pelajaran ke-Islaman yang jauh dari cukup. Bayangkan, di Indonesia ini sejak dari pendidikan Sekolah Dasar (SD)-nya saja, pelajaran Islam (yang disebut sebagai “Pelajaran Agama”) adalah kalah porsi (jam pelajaran)-nya dengan pelajaran Matematika, Biologi, atau pelajaran lainnya.

Sehingga wajar saja kalau dicanangkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional itu adalah bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah tidak akan tercapai. Karena penanaman basis diin / agamanya lemah sekali. Apalagi di waktu akhir-akhir ini, bahwa orientasi Pendidikan Nasional adalah bekerja untuk mencari penghidupan duniawi. Dengan demikian, seseorang menjadi “rawan” pengetahuan tentang diinul Islam-nya. Bila kemudian ia melanjutkan sekolah di Jakarta, di perguruan tinggi, di Universitas, lalu dicekoki dengan pelajaran filsafat, diajari dengan wawasan-wawasan yang  sebelumnya tidak pernah ia kenal, sementara basis agamanya (tentang Islam) sendiri sangat lemah, maka tidak heran kalau ia lalu menyimpulkan bahwa filsafat dan wawasan lainnya itu benar dan dianggapnya itulah yang Islam. Padahal itu adalah ajaran Liberal.

Tetapi setelah ia belajar dan belajar, lalu mengetahui bahwa semua yang ia pelajari, yang ia terima itu adalah salah, dan itu bukanlah Islam yang semestinya, lalu ia kembali kepada jalan Allooh سبحانه وتعالى, bertaubat dan jika benar taubatnya, maka insya Allooh Ta’aalaa taubatnya itu akan diterima. Asalkan ia tidak lagi melakukan perkara-perkara yang mengandung “virus” yang membahayakan itu. Tidak lagi ia bergaul dekat-dekat dengan orang-orang Liberalis. Dan hendaknya dibuang semua buku-buku menyesatkan yang tidak semestinya itu, dan seterusnya; maka itu adalah bagian dari taubatnya.

Pertanyaan:

1.  Bagimana dengan ajaran Sufi? Apakah ia termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah atau tidak?

2.  Bagimana dengan aliran Wahabi? Sebetulnya apa aliran Wahabi itu? Apakah itu juga termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah?

Jawaban:

1. Tentang Shufi :

Di Indonesia dikenal istilah “Shufi”, dikenal pula istilah “Tasawuf”.

Yang disebut “Shufi” sebenarnya bukan ajaran, melainkan sebutan pengikutnya (orang yang mengikuti ajaran Tasawuf). Ajarannya disebut Shufiyyah atau aliran Shufiyyah. Semua itu (Tasawuf, Shufi, Shufiyyah) tidak dikenal pada zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan Shohabat. Secara historis, Shufi muncul pada abad ke-6  – 7 Hijriyah. Jadi sudah 600 tahun lebih Rosuululloohصلى الله عليه وسلم wafat, barulah muncul ajaran Shufiyyah itu.

Lalu ada yang mengatakan bahwa Shufi itu ajaran Rosuululloohصلى الله عليه وسلم, tetapi perkataan itu palsu, dusta. Kalau dilihat dari definisinya saja, maka tidak kurang dari 10 (sepuluh) definisi tentang Shufi. Darimana asal kata “Shufi” secara etimologis (bahasa), mereka akan bingung sendiri. Hal itu menunjukkan bahwa ajaran Shufi itu, dari mulai definisinya saja sudah membingungkan. Dari sejarahnya-pun tidaklah jelas. Jadi Shufi itu secara istilah ia tidak jelas, secara sejarah (historis) ia adalah muncul beratus-ratus tahun sesudah wafatnya Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dan secara ‘Aqiidah ia tidak benar.

Kita sering mendengar, adanya Thoriiqoh, contohnya adalah Thoriqoh Qodiriyyah, Thoriqoh Tijaniyyah, Thoriqoh Naqsabandiyyah; itu semua berasal dari nama-nama orang. Qodiriyyah berasal dari Abdul Qodir Jailani. Tijaniyyah berasal dari nama orang Tijani, Naqsabandiyyah berasal dari nama Naqsabandi, dan seterusnya. Semua itu adalah dari nama orang yang merupakan pendirinya dan gurunya.

Oleh karena itu, ajaran Shufi tidak perlu diyakini, dan tidak perlu dibahas. Karena Shufi (Shufiyyah) adalah ajaran yang muncul jauh dari masa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan para Shohabat, namun yang kemudian menamakan dirinya Islam. Padahal Islam berlepas diri / berbebas diri dari ajaran itu.

Bahkan pemahaman yang sesat dan berbahaya dari mereka itu adalah adanya konsep yang disebut “Wihdatul Wujuud” (Ajaran Satu Wujud). Mereka itu mengajarkan bahwa Allooh سبحانه وتعالى bisa menjelma dalam keberadaan apapun. Maka menurut mereka, anjing pun bisa merupakan bagian dari perwujudan Allooh سبحانه وتعالى. Itu kata mereka. Dan bila kita mau gali, ucapan-ucapan seperti itu adalah ada dalam ajaran mereka. Itu berbahaya sekali. Karena semua itu tidak ada tuntunannya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Kata mereka pula (kaum Shufi), manusia itu dibagi menjadi empat tingkatan: Syari’at – Thoriiqot – Ma’rifat – Hakikat.

Syari’at : Orang harus sholat, ruku’, sujud, dan seterusnya, semua amalan adalah terlihat.

Thoriiqot : Orang melaksanakan cara (jalan) mendekatkan diri kepada Allooh سبحانه وتعالى,ada yang duduk menggeleng-gelengkan kepala, ada yang bertapa, bahkan ada yang menyiksa dirinya dan seterusnya.

Ma’rifat : Bila seseorang sudah sampai pada tingkatan ini dalam pandangan mereka, maka kata mereka adalah sudah sampai kepada tahapan pengetahuan, sehingga tidak perlu lagi belajar, cukup dengan mimpi, dengan perasaan, kecenderungan, dan sejenisnya. Dan kalau sudah sampai tingkatan ini pula, seseorang sudah tidak perlu sholat lagi, tidak perlu shoum (puasa) lagi, karena ia sudah tidak terkena kewajiban tersebut. Menurut mereka hal itu dikarenakan ia sudah sampai pada tingkat yang tinggi. Ini semua adalah keyakinan orang-orang Shufi.

Bahkan bila sudah sampai tingkatan Hakikat, maka orang berzina ditengah jalan dianggap sebagai ibadah. Kata mereka, bila orang sudah sampai tingkat Hakikat, maka berciuman dengan lain jenis di tengah jalan pun, itu adalah bentuk ibadah kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Perkara-perkara semacam tersebut ditemukan dalam ajaran-ajaran Shufi (Shufiyyah), yang jelas-jelas bertentangan dengan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.

2. Tentang Wahabi (Paham Wahabiyyah)

Sejak lama paham ini ditakuti orang. Tetapi hendaknya kita ketahui bahwa Wahabiyyah (yang benar adalah Al Wahhabiyyah), secara nama tidaklah perlu merasa aneh. Karena “Al Wahhab” adalah salah satu dari asma Allooh سبحانه وتعالى. Misalnya dalam Al Qur’an terdapat “Innaka antal wahhab.

Jadi Al Wahhabiyah adalah orang yang menisbatkan dirinya kepada “Al Wahhab”. Karena itu adalah asma Allooh سبحانه وتعالى, maka jika seseorang menisbatkan dirinya dengan dengan asma Allooh سبحانه وتعالى maka yang demikian itu boleh-boleh saja. Artinya agar orang itu selalu berpegang teguh kepada segala sesuatu yang bersumber dari Allooh سبحانه وتعالى

Wahabi atau Al Wahhab itu katanya dinisbatkan kepada Muhammad bin ‘Abdul Wahhab رحمه الله, nama dari seorang tokoh yang berbarengan masanya dengan kerajaan Saudi Arabia.

Kita akan memungkiri dan tidaklah boleh rela apabila ada seorang dari kita yang mengatakan dan menisbatkan dirinya untuk mengikuti orang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله. Karena kita tidak boleh semata-mata mengikuti orang. Yang hendaknya kita ikuti itu adalah Muhammad bin ‘Abdullooh bin ‘Abdul Muththolib Rosuululloohصلى الله عليه وسلم.

Tetapi kalau kita mengikuti Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, lalu kita mengikuti Al Imaam Asy Syafi’iy, kita mengikuti Al Imaam Ahmad bin Hanbal رحمهم الله, kita mengikuti siapa saja itu dikarenakan mereka sesuai dengan ajaran Muhammad bin ‘Abdullooh bin ‘Abdul Muththolib Rosuululloohصلى الله عليه وسلم, maka yang demikian itu adalah betul. Karena kita mengikuti Rosuululloohصلى الله عليه وسلم itu, yang mana penjelasan Rosuululloohصلى الله عليه وسلم itu disampaikan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah kita misalnya Al Imaam Maalik, Al Imaam Abu Hanifah, Al Imaam Asy Syafi’iy, Al Imaam Ahmad bin Hanbal رحمهم الله, atau siapa lagi, yang lalu semua itu sampai kepada Muhammad ‘Abdul Wahhab; maka kalau mereka sesuai dengan dalil dan ajaran Nabi Muhammad bin ‘Abdullooh bin ‘Abdul Muththolib صلى الله عليه وسلم, maka kita terima. Itulah yang harus menjadi keyakinan kita.

Pertanyaan:

Mohon disebutkan kitab apa yang memuat kumpulan Hadits-Hadits Palsu, agar kami bisa mendapatkannya.

Jawaban :

Kitab-kitab yang dimaksud yang masih berbahasa Arab, adalah banyak jumlahnya, tetapi belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kecuali Kitab-kitab yang ditulis oleh para Mu’aashiriin, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Atau karya bangsa Indonesia sendiri ada di toko-toko kitab, misalnya kitab (yang diterbitkan disekitar tahun 1980-an) yang berjudul “Kumpulan Hadits-Hadits Lemah dan Palsu”, yang ditulis oleh ‘Abdul Qodir Hasan. Apakah kitab itu sekarang masih terbit atau tidak, anda bisa coba cari di toko-toko kitab.

Ada juga kitab yang sudah diterjemahakan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu Kitab Silsilah Al Hadiits Adh Dho’iifah wal Maudhuu’ah, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany رحمه الله, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: “Kumpulan Hadits-Hadits Lemah dan Palsu”, dan kitabnya itu lebih dari dua jilid. Asalnya (aslinya) tidak kurang dari empat jilid.

Yang dalam bahasa Arab, ada kitab yang ditulis oleh Al Imaam Ibnul Jauzi رحمه الله judulnya : “Al Maudhuu’at Al Kubro”, yang berisi tentang Hadits-Hadits Palsu.

Pertanyaan:

Beberapa waktu lalu ada kelompok yang membela Ahmadiyah. Bahkan pimpinan pondok Suralaya, ada juga mantan Presiden yang mengatakan bahwa ia akan membela Ahmadiyah sampai akhir hayatnya. Pertanyaannya, apakah orang yang membela Ahmadiyah itu tidak termasuk murtad?

Jawaban:

Secara ‘Aqiidah, dengan berlandaskan kepada apa yang dipahami oleh Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, karena menurut Rosuululloohصلى الله عليه وسلم yang akan masuk surga in syaa Allooh hanyalah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, yang lain terancam akan menjadi Ahlun Naar (Penghuni Neraka). Dan kita tidak ingin terancam masuk Neraka, maka kita pilih hanya satu: Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.

Menurut ‘Aqiidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah bahwa: Tidak ada lagi Nabi setelah Muhammad bin ‘Abdullooh bin ‘Abdul Muththolib Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dan tidak ada ajaran baru.

Maka kalau ada orang meyakini seperti itu secara dalil Qoth’i dari Al Qur’an, dari As Sunnah, dari Al Ijma’ semua menyatakan bahwa orang yang meyakini adanya Nabi setelah Rosuulullooh Muhammad bin ‘Abdullooh bin ‘Abdul Muththolib صلى الله عليه وسلم adalah murtad (keluar dari Islam).Itu secara Nash.

Secara kesepatan para ‘Ulama Ahlus Sunnah zaman sekarang pun, mereka berkali-kali duduk bersama membahas, meneliti dan meng-kaji tentang perkara Ahmadiyah ini, semua hasil majelis mereka menyimpulkan bahwa Ahmadiyah adalah sesat, murtad, keluar dari Islam, dan bukan bagian dari kaum Muslimin. Kesepakatan tersebut bukan hanya di Indonesia saja, melainkan kesepakatan di Makkah. Kalau di Indonesia MUI mem-fatwakan demikian, itu hanya merupakan tambahan saja.

Jadi jelas siapa yang ikut mendukung Ahmadiyah, meyakini bahwa Ahmadiyah itu benar, maka ia termasuk (tergolong) dari mereka (Ahmadiyah) itu.

Demikian bahasan kali ini, semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, Senin malam, 15 Jumadil Akhir 1430 H –  8 Juni 2009 M

—– 0O0 —–

Silakan download PDF : Penyebab Masuk Neraka Bagian-1 AQI 080609 FNL

—– 0O0 —–

2 Comments leave one →
  1. ANDIMARWAN permalink
    4 August 2014 2:46 pm

    ASSALAMU’ALAIKUM.
    JAZAKUMULLAH ILMUNYA USTADZ DAN MOHON IJIN COPY
    WASSALAMU’ALAIKUM

    • 7 August 2014 9:35 am

      Wa ‘alaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh,
      Silakan saja ya akhi… semoga menjadi ilmu yang bermanfaat…. Barokalloohu fiika

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: